Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FARMASI KLINIK
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT
Disusun oleh :
ADELIN JUNITA P N211 13 006
SOENDARIA INTAN N211 13 012
HELMI NURLIANI H N2111 13 018
SERLYANTI TAPPI N211 13 703
MARDIANA N211 13 709
SEPRINA AMBATODING N211 13 715
FITRAH AYU N211 13 721
KELAS : A
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seorang
praktisi
medik
dalam
praktek
sehari-hari
sering
pertimbangan-pertimbangan
khusus,
seperti
misalnya
pengobatan pada kelompok umur tertentu (anak dan usia lanjut), serta
pada kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan terapi pada kelompokkelompok tersebut tidak banyak berbeda., tetapi mengingat masingmasing memliki keistimewaankhusus dalam penatalaksanakannya, maka
diperlukan
pendekatan-pendekatan
yang
sedikit
berbeda
dengan
kelompok dewasa.
Salah satu kelompok umur yang sering luput dari pertimbanganpertimbangan khusus dalam pemakaian obat adalah kelompok usia lanjut.
Sejumlah perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia, termasuk
anatomi, fisiologi, psikologi juga sosiologi.Hal ini dapat dimengerti
mengingat usia lanjut secara fisiologis umumnya dianggap sama dengan
kelompok umur dewasa. Namun sebenarnya, pada periode tertentu telah
terjadi berbagai penurunan fungsi berbagai organ tubuh. Penurunan
fungsi bisa disebabkan karena proses menua, maupun perubahanperubahan lain yang secara fisik kadang tidak terdeteksi. Terdapat
perbedaan pendapat mengenai batasan usia lanjut, namun pada
Kelompok usia lanjut mengkonsumsi 25% sampai 30% dari total obat
yang digunakan di pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Dari
aspek
penderita,
faktor-faktor
seperti
penurunan
menderita
lebih
dari
satu
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan fisiologi yang terkait lanjut usia akan memberikan efek
serius pada banyak proses yang terlibat dalam penatalaksanaan obat.
Perubahan fisiologi yang terkait lanjut usia akan memberikan efek serius
pada banyak proses yang terlibat dalam penatalaksanaan obat. Efek pada
saluran pencernaan, hati dan ginjal dapat dilihat pada tabeL dibawah ini :
Reduksi sekresi asam lambung
Penurunan motilitas gastrointestinal
Reduksi luas permukaan total absopsi
Reduksi aliran darah jaringan
Reduksi ukuran hati
Reduksi aliran darah hati
Reduksi filtrasi glomerulus
Reduksi filtrasi tubuler ginjal
II.1 Perubahan farmakokinetik
Telah terbukti bahwa proses menua akan menyebabkan
penurunan fungsi organ, baik sebagai akibat proses degenerasi yang
secara ilmiah akan dialami oleh setiap orang, maupun akibat penyakitpenyakit
yang
diderita
sebelumnya.
Dengan
demikian,
ada
menurun;
meningkat;
oleh
sifat
fisiko-kimiawi
molekul
obat,
distribusi
ditentukan pula oleh komposisi tubuh, ikatan protein plasma dan aliran
darah organ. Dengn bertambahnya usia, prosentase air total dan masa
tubuh yang tidak mengandung lemak (lean body mass) menjadi lebih
sedikit. Obat yang mempunyai sifat lipofili yang kecil, misalnya digoksin
(misal
didokaina,
klordiazepoksida,
diazepam)
akan
yang
sangat
larut-air
(misal
Fenazon,
dikgoksin),
atau
toksikologinya.
Wallace
dan
Whiting
(1976)
Metabolisme
Hepar berperan penting dalam metabolisme obat, tidak hanya
mengaktifkan obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu
terbentuknya
metabolit
terionisasi
yang
lebih
polar
yang
yang
metabolisme
tampaknya
obat.
Pada
sangat
usia
mempengaruhi
lanjut
terjadi
kemampuan
pula
penurunan
hepar
terakhir
seorang
lanjut
usia
sangat
perlu
faktor
lingkungan
(merokok)
dan/atau
status
gizi,
yang
juga
obat-obat
tertentu.
Terbukti
beberapa
peneliti
merokok.
Temuan
ini
didukung
oleh
adanya
laporan
lansia.
Meskipun
demikian,
seberapa
besar
penurunan
pengikatan
obat
dengan
protein-plasma.
Karenanya,
lansia
meliputi
metildopa,
oksifenbutazon,
spironolakton,
atau
pielonefritis,
yang
kesemuanya
dapat
klorpropamida
juga
perlu
dipertimbangkan
sebelum
perbedaaan
kinerja
farmakokinetika
dapat
dapat
farmakodinamika
dijelaskan
obat
melalui
terkait.
adanya
Misal,
perbedaan
meningkatnya
kinerja
tanggapan
(respons)
lansia
terhadap
efek
antikoagulan
kumarin
atau
obat
memberikan
efek
farmakologi
atau
konsisten,
kelompok
usia
lanjut
banyak
demikan,
pemakaian
obat
secara
bijaksana
pada
Meskipun secara umum populasi usia lanjut kurang dari 15%, tetapi
peresepan pada usia ini relatif tinggi, yaitu mencapai 25%-30% dari
seluruh peresepan.
Untuk pasien usia lanjut dengan katarak atau gangguan visual karena
degenerasi makular, sebaiknya etiket dibuat lebih besar agar mudah
dibaca.
golongan
antidepresan
trisiklik
yang
cukup
banyak
yang
seksama
terhadap
kemungkinan
terjadinya
hipotensi ortostatik perlu dilakukan. Meskipun beberapa peneliti akhirakhir ini menganjurkan kalsium antagonis, seperti verapamil dan
diltiazem untuk usia lanjut sebagai obat lini pertama. Tetapi mengingat
harganya relatif mahal dengan frekuensi pemberian yang lebih sering,
maka dikhawatirkan akan menurunkan ketaatan pasien.
Obat-obat antiaritmia: Pengobatan antiaritmia pada usia lanjut akhirakhir ini semakin sering dilakukan mengingat makin tingginya angka
kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok ini. Namun demikian
obat-obat seperti disopiramida sangat tidak dianjurkan, mengingat efek
antikholinergiknya yang antara lain berupa takhikardi, mulut kering,
retensi urin, konstipasi, dan kebingungan. Pemberian kuinidin dan
prokainamid hendaknya mempertimbangkan dosis dan frekuensi
fungsi
ginjal,
khususnya
jika
kepada
pasien
yang
gentasimin,
kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali lipat) dan
memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik), maupun organ lain
(misalnya ototoksisitas).
Obat-obat antiinflamasi
Obat-obat golongan antiinflamasi relatif lebih banyak diresepkan
pada usia lanjut, terutama untuk keluhan-keluhan nyeri sendi
(osteoaritris).
Berbagai
studi
menunjukkan
bahwa
obat-obat
obat-obat
laksansia
jangka
panjang
sangat
tidak
Informasi
ini
diperlukan
juga
untuk
mengetahui
apakah
Daftar tabel obat yang menimbulkan masalah pada pasien lanjut usia
Kelompok obat
Alasan
meningkatnya
resiko
masalah
Antidepresan trisilklik
Menyebabkan gangguan kognitif
Peningkatan distribusi ke adipose
Reduksi metabolism
Anti psikotik
Menyebabkan gangguan kognitif
Reduksi metabolisme
Opioid
Menyebabkan gangguan kognitif
Digoksin
Reduksi eksresi
Peninghambatan ACE
Reduksi eksresi
Warfarin
Peningkatan sensitifitas
Levodopa
Reduksi sensitifitas
Benzodiazepine
aksi
Reduksi metabolisme
panjang
B-bloker
Reduksi khasiat
Reduksi eksresi ginjal
Kortikosteroid
Ganggauan kognitif
Peningkatan toksisitas terhadap
lambung
Antimuskarinik
Peningkatan sensitifitas
Beberapa cefalosporin
Reduksi eksresi ginjal
Deuretika
Tidak efek pada gangguan ginjal
Hindari terapi obat yang tidak diperlukan
Perlu dicermati adanya kemungkinan alternative terapi tanpa
penmggunaan obat contoh pada hipertensi ringan mungkin dapat
diberi petunjuk tentang polahidup sehat terlebih dahulu, misalnya
berhenti merokok. Petunjuk diet juga dapat menjadi alternative . hal ini
terutama berguna bagi pasien dengan hiperlipidemia yang ringan.
Pada kasus yang lain, pemberian obat obatan tidak diperlukan sama
sekali, salah satu contoh yang baik adlah peresepan obat obatan
hipnotik. Pasien lanjut usia sering kali mengharapkan tidur melebihi
kebutuhannya. Hal ini dapat mendorong mereaka untuk mencapai
terapi hipnotik yang tidak tepat. Dalam usaha meningkatkan kualitas
tidur sebenarnya ada beberapa cara sederhana yang dpat dilakukan,
termasuk buang air kecil sebelum tidur atau optimalisasi keadaan
dalam ruang tidur.
Kualitas hidup
Sangatlah muda untuk melihat tujuan pemberian obat pada
pasien lanjut usia, yaitu memperpanjang masa harapan hidup.
Walaupun demikian, tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien tetap ada. Sebagai contohnya, seorang wanita lanjut usia
dengan osteoporosis dipinggulnya, akan paling baik diatasi dengan
operasi pinggul daripada terapi jangka panjang dengan obat AINS dan
resiko efek sampingnya.
Riwayat pengobatan
Mengetahui riwayat pengobatan pasien akan sangat membantu
dalam seleksi obat. Dari sini dapat diketahui jika pasien mengalami
alergi atau toleransi terhadap obat tertentu pada masa lalu. Disamping
itu, efek samping obat dan interaksi obat yang potensial terjadi juga
lebih muda untuk dihindari.
Titrasi dosis
Perubahan perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik
pada lanjut usia biasanya menjadi sebab mengapa dosis yang lebih
rendah
diperlukan
untuk
memperoleh
efek
terapeutik
yang
muda.
Tetapi
kenyataanya,
penurunan
itu
terjadi
pada
sehingga
menjadi
memperpanjang
kemungkinan
waktu
pengobatan.
penyebab
Pada
pengobatan
dan
penyakit-penyakit
yang
Kemungkinan
efek
samping
tidak
dijelaskan
dan
sangat
dosis. Hal ini dapat disebabkan kesulitan dalam membaca, bahasa atau
mendengar.Factor ketidakpatuhan tidak hanya mempengaruhi hasil
pengobatan pada pasien, tetapi juga mempengaruhi secara financial.
Laporan yang berasal dari Amerika serikat menyimbulkan bahwa lebih
dari 11 5 alasan masuk rumah sakit terkait langsung dengan ketidak
patuhan. Hal ini melibatkan 2 juta alas an masuk rumah sakit yang bernilai
lebih dari $7 milyar.
Jadi jelaslah bahwa masalah kepatuhan perlu diperhatikan, baik
dari segi terapeutik maupun dari segi financial. Farmasis dapat
Motivasi pasien
dalam hal perbaikan aturan pemakaian obat yang ada. Sebagai contohnya
adalah modifikasi aturan pemakaian fenitoin dari satu tablet tiga kali sehari
menjadi tiga tablet pada malam hari. Hal ini tidak akan mengurangi jumlah
frekuensi
pemberian,
tetapi
juga
akan
mengurangi
kemungkinan
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan yang rasional terhadap pengobatan pada lansia,
nampaknya memerlukan pemahaman terhadap aneka perubahan kinerja
farmakokinetika maupun farmakodinamika selama proses menua. Kedua
kinerja bersangkutan saling terkait serta mempengaruhi keberadaan obat
di tempat kerja tertentu dan keefektifan antar aksinya dengan tempat kerja
terkait. Yang lebih lanjut, ini akan menentukan kinerja farmakologi dan
toksikologi
obat
bersangkutan.
Meskipun
demikian,
pengambilan
DAFTAR PUSTAKA
Crooks, J., OMealley, K., and Stevenson, I.H. 1976. Pharmacokinetics in
the Elderly. Clin. Pharmacokinet., 1: 280-296.
Gibson, G.G. and Skett, P. 1986. Introduction to Drug Metabolism.
Chapman and Hall: London.
Holloway, D.A. 1974. Drug Problem in the Geriatric Patient. Drug Intell.
Clin, Pharm., 8: 632- 642.
Katzung BG (1986) Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition. Lange
Medical Book, California.
Lamy, P.P. 1990. Nonprescreption Drugs and the Elderly. In American
Phaemaceutical
Associations
(APHA).
Handbook
of
Nonprescription Drugs. 9th ed. APHA: Washington, D.C.
Massoud, N. 1984. Pharmacokinetic Considerations in Geriatric Patients.
Dalam: Benet, L.Z., Massoud, N., and gambertoglio, J.G. (eds).
Pharmacokinetic Basis for Drug Treatment. Raven Press: New
York.
Pfeifer, H.J. and Greenblatt, D.J. 1978. Clinical Toxicity of Theophyoine in
Relation to Cigarette Smoking. Chest, 73: 455-459.
Rowland, M. and Tozer, T.N. 1989. Clinical Pharmacokinetics, Concepts
and Aplication. 2nd ed. Lea and Febiger: Philadelphia.
Schumacher, G.E. 1980. Pharmacokinetic Factors Influensing Drug
Therapy in the Aged. Am. J. Hosp. Pharm., 37: 559-562.
Shull, H.J. Wilkinson, G.R. Johnson, R. and Schenker, S. 1976. Normal
Disposition of Oxazepam in Acute Viral Hepatitis and Cirrhosis.
Ann. Intern. Med., 84: 420-425.