Anda di halaman 1dari 65

Orang Jawa sangat akrab dengan kata cangkriman.

Bahkan, dalam rangka menghibur dan komunikasi tidak jarang menggunakan cangkriman. Apa dan bagaimana cangkriman? Kesempatan ini kami berusaha menginformasikannya.

CANGKRIMAN DALAM BAHASA JAWA (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)


oleh Drs. Y . Suwanto, M.Hum.[1]
ABSTRACT The problems discussed in this research were: 1) how cangkriman (puzzles) in Javanese language took form, 2) how cangkriman in Javanese language functioned, and ) what cangkriman in Javanese language implied! This research was aimed at 1) describing the forms of cangkriman in Javanese language, 2) describing the functions of cangkriman in Javanese language, and ) describing the meaning of cangkriman in Javanese language! The data of this reasearch were taken from documents! The" were collected b" means of observation method and note#taking techni$ue! The were then anal"zed b" using descriptive method, functional descriptive method, and classification techni$ue of anal"sis leading to pragmatics anal"sis! %escriptive method was used to decide the forms of cangkriman! &etode functional descriptive method was used to anal"ze the function of cangkriman! 'lassification and techni$ue and pragmatics anal"sis were used to decide the meaning of cangkriman! (asil The results of anal"sis were presented b" means of informal method! The results of this research can be concluded that 1) based on its forms, cangkriman in Javanese language can be classified into wancahan )acron"m*, pepindhan )similarit", pengandaian*, blenderan )slipper" words*, and tembang )song*+ 2) there are 2 functions of cangkriman in Javanese language, namel" as a game or entertainment and as a means of education+ ) in order to understand the unswer of cangkriman in Javanese language one should know the te,tual and conte,tual meanings of the utterences in cangkriman.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela a!" Ma#ala$ Cangkriman (dalam bahasa Indonesia disebut pula cangkrim) merupakan peristiwa tutur atau tindak tutur yang terdapat di dalam masyarakat Jawa. Cangkriman merupakan kelompok kata, kalimat, wa ana, dan tembang yang mempunyai makna tersamar. !leh karena itu, angkriman harus men ari "awabannya atau menebak apabila ingin mengetahui maksudnya. #enutur yang belum mengerti atau belum pernah mendengarkan angkriman, maka akan memberikan makna atau maksud yang salah. #adahal angkriman masih hidup di kalangan masyarakat atau penutur bahasa Jawa. $angkriman merupakan tuturan Jawa yang sangat menarik untuk diperhatikan oleh siapapun. $angkriman disebut pula bedhekan, yaitu merupakan kata%kata atau kalimat yang harus di"awab, maksudnya karena kata%kata atau kalimat tersebut memiliki makna yang di luar tuturan. &iasanya, angkriman memang menggunakan kata%kata

pertanyaan, misalnya pak boletus apa? 'pak boletus apa(') apa batangane sega sakepel dirubung tinggi? 'apa "awaban nasi satu kepal dikitari kutu() gajah midak endhog pecah apa ora? 'ga"ah mengin"ak telur pe ah apa tidak(' lawa telu kalong loro ana pira? 'kelelawar tiga kalong ("enis kelelawar) dua ada berapa(' *amun demikian, apabila di dalam ber% angkriman sudah ramai, kata apa 'apa' tersebut kadang% kadang tidak digunakan lagi. Misalnya, lha, yen pitik walik saba kebon? 'kalau ayam walik yang ada di kebun(') dan pak bomba, pak lawa, pak piyut? 'pak bomba, pak lawa, pak piyut(' #enelitian angkriman bahasa Jawa tampaknya belum pernah dilakukan se ara khusus dan mendalam. Selama ini, pembahasan angkriman bahasa Jawa baru disinggung se ara sepintas dalam kaitannya dengan pembahasan tingkat tutur bahasa ngoko dan krama (+abberton, ,-,.), hanya dalam rangka mengumpulkan angkriman yang berbentuk tembang (/anne0t, tanpa tahun), dalam rangka membahas bentuk, ragam, 0ungsi, dan perkembangan angkriman (Maryono Dwirahar"o, ,-1,). Di samping itu, pembahasan angkriman kebanyakan masih digabungkan dalam bidang kesusasteraan Jawa, misalnya dalam buku Tata-Sastra (Hadiwid"ana, ,-234 -3%-1), Kawruh Kasusastran Jawa (Subalidinata, ,--54 ,6%,5), dan Sapala Basa Jawa (Hidayat, ,--,4 23%21). &erdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa angkriman sebagai peristiwa tutur tampak belum pernah diteliti se ara komprehensi0 dari segi linguistik (khususnya pragmatik) tetapi baru dibahas se ara sepintas dalam pembahasan tentang kesusasteraan Jawa, dan belum dilakukan pembahasan atau penelitian se ara deskripti0 dan mendalam. !leh karena itu, angkriman bahasa Jawa perlu dika"i se ara menyeluruh (khususnya se ara pragmatik) sehingga akan diperoleh beberapa hal yang menarik dari hasil penelitian tersebut, baik berkaitan dengan bentuk atau struktur, 0ungsi, maupun maksud angkriman. 1.% Ma#ala$ Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. (,) &agaimanakah bentuk angkriman dalam bahasa Jawa( (.) 7pakah 0ungsi angkriman bahasa Jawa( (6) 7pakah maksud angkriman bahasa Jawa( 1.& T'!(a)a! P)#ta a 8onsep%konsep teoretis yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1.&.1 Pe!"ert'a! Ca!" r'*a! $angkriman (dalam bahasa Indonesia disebut pula cangkrim) yang berarti teka%teki atau tebakan. (7nton M. Moeliono, ,--94 ,:9). ;eka%teki adalah soal dan sebagainya yang berupa kalimat yang

dikemukakan se ara samar%samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran, misalnya4 yang digantungkan di atas, yang menggantungkan di bawah ("awabannya adalah orang yang menaikkan layang%layang) (7nton M. Moeliono, ,--94 -,:). $angkriman berarti badhekan <pertanyaan' atau batangan <pertanyaan' (#oerwadarminta, ,-6-4 2.:). Menurut Subalidinata (,--54 ,6), angkriman merupakan kata% kata yang disusun se ara teratur, makna atau isinya mengandung maksud untuk di"awab. $angkriman "uga disebut badhean atau bedhekan (bahkan pada wilayah tertentu "uga disebut capean). 1.&.% Str) t)r ata) Be!t) Ca!" r'*a! Struktur adalah seperangkat kaidah yang menghubungkan u apan dan makna (+anga ker, ,-3.4 6). Struktur merupakan susunan bagian%bagian dalam dimensi linier (=erhaar, ,-164 ,93). 8ata, kalimat, wa ana merupakan salah satu struktur sintaksis yang terdiri dari konstituen%konstituen yang berada dalam dimensi linier ini. 8arena penelitian ini berupa penelitian struktur kata, kalimat, wa ana, tembang, maka teori struktur ini digunakan untuk mengka"i angkriman. Cangkriman merupakan ungkapan atau kalimat yang harus di"awab. $angkriman pada umumnya untuk permainan ( gegojegan). 7da pula angkriman yang disampaikan untuk sayembara pada pertun"ukan wayang. $angkriman berdasarkan strukturnya ada berma am%ma am, yaitu angkriman wancahan 'akronim', angkriman pepindhan 'pengandaian', dan angkriman blenderan 'pelesedan', dan angkriman sekar 'tembang'. 7da pula yang berpendapat bahwa struktur atau bentuk angkriman dapat berupa kata, kalimat biasa, ada pula yang berbentuk tembang. #endapat lainnya tentang bentuk angkriman, Dwirahar"o (,-1,4 :) menyebutkan bahwa angkriman bahasa Jawa berbentuk akronim, kalimat, tembang, dan ampuran. Misalnya, pipalanda (bentuk akronim)4 ping para lan suda <perkalian pembagian pen"umlahan pengurangan', itik walik saba kebon <7yam berbulu keriting berkeliaran di kebun' (berbentuk kalimat) dan "awabannya adalah <nanas', dan yang berbentuk tembang po ung sebagai berikut. !amung tutuk, lan netra kalih kadulu " yen pinet kang karya " sinuduk netrane kalih " yeku saratira bangkit ngemah-ngemah "" <Hanya mulut, dan mata dua terlihat > bila diman0aatkan ker"anya > matanya dua dimasuki > yaitu sebagai syarat untuk mengunyah (menghan urkan)' Jawaban angkriman berbentuk tembang po ung tersebut adalah <gunting'. 1.&.& Pra"*at'

+inguistik sebagai ilmu ka"ian bahasa memiliki berbagai abang. $abang% abang itu di antaranya adalah 0onologi, mor0ologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya (?i"ana, ,--24 ,). @onologi adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i bunyi%bunyi bahasa menurut 0ungsinya. Mor0ologi adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i mor0em dan kombinasi%kombinasinya. Sintaksis adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i penggabungan satuan%satuan lingual yang berupa kata yang membentuk satuan lingual yang lebih besar berupa 0rase, klausa, kalimat, dan wa ana. Semantik adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang paling ke il yang disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan% satuan kebahasaan. &erbeda dengan 0onologi, mor0ologi, sintaksis, dan semantik yang mempela"ari struktur bahasa se ara internal, pragmatik adalah abang ilmu bahasa yang mempela"ari struktur bahasa se ara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (#arker, ,-124 ,,). Makna yang dika"i dalam semantik adalah makna yang bebas konteks ( conte#t independent), makna linguistik (linguistic meaning) atau makna semantik, sedangkan makna yang dika"i dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks (conte#t dependent), maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker sense) (=erhaar ,-164 ,6,) #arker, ,-124 6.) ?i"ana, ,--24 6). Makna yang dika"i oleh semantik bersi0at dua segi atau diadis (dyadic). Makna itu bisa dirumuskan dengan kalimat $hat does % mean? (7pa makna A itu(). Makna yang ditelaah oleh pragmatik bersi0at tiga segi atau triadis (triadic). Makna itu dapat dirumuskan dengan kalimat $hat did you mean by %? (7pakah yang kau maksud dengan berkata A itu() (+ee h, ,--64 1) bandingkan pula ?i"ana, ,--24 6). #ragmatik sebagai abang linguistik yang berdiri sendiri memiliki bidang ka"ian yang ukup kompleks, bahkan dimungkinkan sering tumpang tindih antara ka"ian pragmatik dengan ka"ian abang linguistik yang lainnya. Misalnya, ka"ian tentang tindak tutur atau tindak u"aran, sampai saatnya dipela"ari pula dalam pragmatik yang termasuk ka"ian dalam pragmatik atau sebaliknya. Memang ukup sulit untuk membatasi se ara tegas antara bidang yang satu dengan bidang yang lainnya. Menurut 8aswanti #urwo (,-134 3), bidang ka"ian yang dipela"ari dalam pragmatik ada empat yaitu4 (,) deiksis, (.) praanggapan (presupposition), (6) tindak u"aran (speech acts), dan (5) implikatur per akapan (con&ersational implicature). Sedangkan menurut +eBinson (,-134 .3), bidang ka"ian pragmatik men akup tentang deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek%aspek struktur wa ana. Dengan demikian, +eBinson memasukkan satu hal yang lain

yaitu aspek%aspek wa ana dalam ka"ian pragmatik, sedangkan 8aswanti #urwo tidak menyebutkan aspek wa ana. &erdasarkan uraian di atas, tulisan ini hanya akan mengangkat satu pembahasan yang ukup menarik sebagai suatu ka"ian kebahasaan yang termasuk dalam ka"ian pragmatik yaitu angkriman, khususnya angkriman dalam bahasa Jawa. 1.+ T)()a! Pe!el't'a! &erdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertu"uan untuk4 ,. mendeskripsikan bentuk angkriman dalam bahasa Jawa, baik yang berbentuk kata, kalimat, wa ana, maupun tembang. .. mendeskripsikan 0ungsi angkriman bahasa Jawa, baik yang ber0ungsi sebagai permainan maupun pengasah pikiran. 6. mendeskripsikan maksud angkriman bahasa Jawa, baik yang ditun"ukkan oleh ko%teks (tuturan) maupun konteks (hal%hal di luar teks). 1., Ma!-aat Pe!el't'a! Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi man0aat yang bersi0at teoretis dan praktis. ,) Man0aat ;eoretis Se ara teoretis penelitian ini memberikan man0aat terhadap ke"elasan bentuk, 0ungsi, dan maksud angkriman bahasa Jawa dan ke"elasan pengetahuan angkriman bidang linguistik bahasa Jawa. Di samping itu, rumusan konsep tentang angkriman bahasa Jawa yang ditin"au se ara pragmatik dapat dipilahkan se ara memadai. .) Man0aat #raktis Se ara praktis hasil penelitian ini memberikan man0aat akan adanya sumber in0ormasi penelitian linguistik bahasa Jawa yang berikutnya, menun"ang penga"aran bahasa Jawa, menun"ang program pemerintah dalam usaha pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, dan memberikan sumbangan dalam peme ahan masalah, khususnya angkriman. II. MET.DE PENELITIAN Metode penelitian ini meliputi empat hal, yaitu (,) lokasi penelitian, (.) penyediaan data, (6) metode analisis data, dan (5) metode penya"ian hasil analisis ( .0. Sudaryanto, ,--64 3). %.1 L/ a#' Pe!el't'a! 8egitan penelitian ini mengambil lokasi di 8ota Surakarta dan sekitarnya. +okasi ini senga"a dipilih karena daerah Surakarta dan sekitarnya masyarakatnya kebanyakan masih menggunakan bahasa Jawa (termasuk di dalamnya angkriman). %.% Pe!0e1'aa! Data

Sumber data penelitian ini adalah dari pustaka. #engumpulan data menggunakan metode simak. Metode simak ini dilakukan dengan menyimak penggunaan angkriman pada karya sastra dan buku%buku pela"aran di sekolah%sekolah. ;eknik dasar yang digunakan adalah teknik atat. Setelah data terkumpul, kemudian diklasi0ikasikan berdasarkan bentuk, 0ungsi, dan maksud angkriman. %.& Met/1e A!al'#'# Data Metode analisis data ini menyangkut analisis penentuan bentuk angkriman, 0ungsi angkriman, dan maksud angkriman. a) #enentuan bentuk atau struktur angkriman. #enentuan bentuk angkriman ini dengan metode deskripti0. ;eknik dasarnya dengan teknik pilah, yaitu semua bentuk angkriman yang diperoleh dari in0orman dan pustaka dipilahkan, dan teknik lan"utannya dengan teknik atat. b) #enentuan 0ungsi angkriman sebagai sarana permainan dan pengasah pikiran (pendidikan). #enentuan 0ungsi ini dilakukan dengan deskripti0 0ungsional. ;eknik dasarnya dengan teknik pilah dengan ara membandingkan dan mempersamakan. ;eknik lan"utannya dengan teknik atat. ) #enentuan maksud angkriman. #enentuan maksud ini dengan menggunakan analisis pragmatik. ;eknik dasarnya adalah dengan teknik pilah yaitu dengan ara memilah maksud ("awaban) angkriman berdasarkan ko%teks (berdasarkan tuturan semata) dan maksud ("awaban) angkriman berdarkan konteks (hal%hal yang ada di luar teks). Cntuk mengetahui maksud angkriman ini menggunakan teori tindak tutur, #arker (,-12), Mey (,--5), dan ?i"ana (,--2). ;eknik lan"utannya adalah tenik atat. %.+ Met/1e Pe!0a('a! Ha#'l A!al'#'# Hasil analisis yang berupa kaidah%kaidah dapat disa"ikan melalui dua ara, yaitu (,) perumusan dengan kata%kata biasa dan (.) perumusan yang menggunakan tanda%tanda atau lambang%lambang. Yang pertama sering disebut metode in0ormal dan yang kedua sering disebut metode 0ormal. #enggunaan kata%kata atau lambang%lambang merupakan teknik dari penya"ian hasil analisis tersebut (Sudaryanto, ,--64 ,5:). III. BENTUK2 3UNGSI2 DAN MAKSUD CANGKRIMAN &.1 Be!t) Ca!" r'*a! #ada bagian ini akan diuraikan bentuk%bentuk angkriman yang dibagi men"adi 5 ma am, yaitu yang berupa sekar atau tembang, akronim, perumpanaan, dan blenderan. &.1.1 Ca!" r'*a! Te*4a!" $angkriman yang berupa tembang ini bentuknya tembang ma apat yang men eritakan si0at%si0at suatu barang yang harus di"awab.

&iasanya satu bait tembang untuk satu angkriman, sekalipun ada pula satu bait tembang untuk angkriman lebih dari satu. Misalnya, dalam tembang 'smaradana berikut. $ont(n ta dhapur sawiji " tanpa sirah tanpa t(nggak " mung gatraning w(t(ng bae " miwah suku kalihira " nging tanpa dalamakan " kanthaning bokong kadulu " rumak(t ing para priya "" 7da satu wu"ud > tanpa kepala tanpa leher > hanya bentuk perut sa"a > dan kaki keduanya > tetapi tanpa telapak kaki > wu"ud pinggul kelihatan > melekat pada para laki%laki >> Jawabannya4 celana. &.1.% Ca!" r'*a! Wa!5a$a! $ancah berarti singkat atau singkatan. $ancahan tersebut harus di"awab yang disusun dari baris yang ada. $angkriman wan ahan ini wu"udnya singkatan atau akronim kata%kata dari kalimat yang digunakan untuk angkriman. $aranya dengan menyingkat kata menurut singkatan yang biasa ter"adi dalam singkatan bahasa Jawa, yaitu dengan menghilangkan suku kata yang depan. Dengan demikian yang digunakan dua suku kata terakhir atau satu suku kata terakhir, misalnya bapak men"adi pak, kebo men"adi bo, tracake men"adi cake, bapak cilik men"adi pak lik, nama Suparyana apabila dipanggil ukup na sa"a, gedhe dhuwur men"adi dhewur, dan idu abang men"adi dubang) Cntuk lebih "elasnya "enis angkriman wan ahan ini dapat diperhatikan ontoh berikut.
,. kabak(tan * nangka tiba n+ng suktan <nangka "atuh di rerumputan' .. pakbol,tus * tapak k(bo ana l,ln, satus <"e"ak kaki kerbau ada ikan lele seratus' 6. burnaskop(n * bubur panas kokopn <bubur panas makanlah'

#erlu diketahui bahwa dalam bahasa Jawa, singkatan atau akronim kata kaidahnya sudah pasti, yaitu seperti yang telah diuraikan di atas. Dengan demikian tidak pernah akan di"umpai akronim dengan menghilangkan bagian (suku kata) yang belakang atau menurut selera yang membuat singkatan atau akronim. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang di"umpai pada koran atau tayangan teleBisi4 dalam membuat singkatan sangat berbeda. Misalnya4 'sembilan bahan pokok' disingkat sembako, <Dewan #erwakilan /akyat' disingkat - ., <Menteri 8oordinasi #olitik dan 8eamanan' disingkat /enkopolkam) #ada a ara teleBisi seperti4 0ntips singkatan dari in1ormasi dan tips, Jelita singkatan dari jendela in1ormasi wanita, esta singkatan dari pentas sejuta aksi, dan Kiss singkatan dari kisah seputar selebriti, yang "umlah dan bentuknya berma am%ma am. #ada bagian lain, terdapat angkriman akronim yang berbentuk kata seolah%olah bahasa asing tetapi setelah diperhatikan sebenarnya kata% kata bahasa Jawa. Misalnya4

2) ling cik tu tu ling ling yu (seperti bahasa Mandarin) D maling mancik watu, watun, nggoling maling, mlayu 'pen uri mengin"ak batu, batunya terguling, pen urinya lari') :. burnas kop(n (seperti bahasa &elanda) D bubur panas kokopn 'bubur panas makanlah'.

&.1.& Ca!" r'*a! Pepindhan (Irib-iriban Barang) $angkriman pEpindhan bentuknya hampir sama dengan angkriman tembang. 8eduanya menyebutkan keadaan atau si0at suatu barang, perbedaannya terletak pada "umlah kalimat yang digunakan. $angkriman tembang menggunakan kalimat lebih dari satu dan berbentuk tembang dengan aturan tertentu, sedangkan angkriman pepindhan bentuknya kalimat, kebanyakan hanya satu kalimat, meskipun ada "uga yang menggunakan lebih dari satu kalimat.
,. itik walik saba k(bon 'ayam berbulu keriting berkeliaran di kebun D nanas 'buah nenas' .. $ujud, kaya k(bo, ul(s, kaya k(bo, lakun, kaya k(bo, nanging dudu k(bo 'bentuknya seperti kerbau, warnanya seperti kerbau, "alannya seperti kerbau, akan tetapi bukan kerbau D gud+l 'anak kerbau' 6. Bapak -emang klambi abang y+n disuduk manthuk-manthuk '&apak Demang berba"u merah kalau ditusuk mengangguk%angguk' D tuntut 3kembang gedhang4 'bunga pohon pisang'

&.1.+ Ca!" r'*a! Blenderan &lenderan "uga disebut plesetan. &entuk angkriman blenderan adalah kalimat yang sudah "elas maknanya, akan tetapi makna yang tertulis itu bukan makna yang sebenarnya (yang dimaksudkan). $angkriman blenderan ada yang berbentuk tembang ada pula yang berbentuk kalimat biasa. &entuk kata yang digunakan adalah kata%kata singkatan dan homonim.
5) $ong adol t,mp, dital+ni <!rang "ual tempe diikat' * sing dital+ni t,mp,, dudu wong sing adol <yang diikat tempe, bukan orang yang ber"ualan' 6) $ong mati ditunggoni wong m,sam-m+s(m 'orang meninggal ditunggui orang tersenyum' * sing m,sam-m+s(m wong sing nunggu, dudu sing mati 'yang tersenyum orang yang menunggu, bukan orang yang telah meninggal dunia'

$ontoh angkriman blenderan yang berbentuk tembang4 % #angkur


Badh,n(n cangkriman ingwang " tulung-tulung ana g(dhang awoh gori " ana pitik ndhas, t(lu " gandh+nana (ndhasnya " kyai dhalang y+n mati sapa sing mikul " ana buta nunggang grobag " s(law, sunguting gangsir "" ';ebaklah teka%teki saya > tolong%tolong ada pisang berbuah gori > ada ayam kepalanya tiga > dipukul pun kepalanya > kiai dalang "ika mati siapa yang memikul > ada raksasa naik gerobak > dua puluh lima sungut gangsir >>'

&atangane7 gori * ditegori8 telu * dibuntel wulu8 gandhenana * gandhen ana8 dhalang * kadhal lan walang8 buta * tebu ditata8 selawe 3lawe4 * bolah, benang) 'Jawabannya4 gori D ditebangi) tElu D dibungkus bulu, dipukul gandhFn D gandhFn ada) dalang D kadal dan belalang) buta D tebu ditata) selawe 'dua puluh lima' D lawG 'benang.'

7da "uga angkriman yang mirip dengan ilmu kebatinan, ontohnya adalah sebagai berikut.
(cating nyawa bar(ng bl(dhosing bantala, lukar busana ny(mplung kawah candradimuka, supayan, sampurna dikanth+ni sa cacah t(lu 3* t,la pohung4 Katrangan, mangk,n,7 t,la pohung kuwi manawa dijabut ora bisa ditandur lan urip 3k(jaba uwit, * kanthi cara stek4, bubar dionc+ki banjur digodhog, supaya bisa ,nak dibumboni sa t(lu yaiku, sar(m, salam lan sant(n) '+epasnya nyawa bersamaan dengan meletusnya bumi, melepas pakaian masuk kawah andradimuka, agar men apai kesempurnaan disertai sa ber"umlah tiga.' (D ketela pohon) 8eterangannya demikian4 ketela pohon "ika di abut tidak bisa ditanam dan hidup lagi (ke uali batangnya dengan ara stek), setelah dikupas lalu direbus, agar enak diberi bumbu sa tiga ma am yakni sar(m 'garam', salam 'daun salam', sant(n 'santan'.

&.1., Wa!"#ala! ?angsalan tidak termasuk dalam "enis angkriman meskipun bentuknya mirip dengan angkriman. #erbedaannya, wangsalan berbentuk kalimat yang mengandung kata%kata yang harus ditebak maksudnya. &entuk "awaban itu tidak tampak nyata tetapi disamarkan pada suku kata pada baris berikutnya.
,. $ilangan wolu lan loro, puluh-puluh wis k(banjur, k(priy, man+h? (wolu lan loro * s(puluh) '&ilangan delapan dan dua, memang sudah terlan"ur, bagaimana lagi( (delapan dan dua D sepuluh)' .. ring dh+mp+t sunduk sat,, b,suk man+h y+n ar(p k andhan w(rna-w(rna, bok k(t(mu ijn ba,, ta (pring dh+mp+t * andha, sunduk sat, * suj+n) '&ambu melekat tusuk sate, besuk lagi kalau mau bi ara ma am%ma am, ketemu sendiri sa"alah (bambu melekat D tangga, tusuk sate D suj+n).

Dalam penggunaan sehari%hari sering "uga di"umpai wangsalan yang tidak menyebutkan "awabannya. Hal itu disebabkan oleh karena mitra tutur sudah dianggap mengetahui "awaban atas wangsalan yang dituturkan karena sudah sering didengar dalam pergaulan sehari%hari.
6. $, lha, njanur gunung t(m(n, ,suk-,suk kok wis t(kan k,n,) '?ah, benar%benar njanur gunung, pagi%pagi sudah sampai di sini.' 5. Jnang gula, lho -hi9 '&ubur gula, lho DikH'

?angsalan "uga terdapat dalam bentuk tembang. $ontohnya adalah sebagai berikut. :. Dandhanggula

Carang wrksa ingkang ja ang ta bir ! nora ga pang wong ngku nagara > baligo a ba godhong > kudu santos+ng kalbu " tngarng prang andhging riris > d+n ttg trang d+n cipta > s(ndhang nir ing ranu > sasat ana palagan > kasang toya nyan sta unggng ardi " y+n aps kuwirangan) Katrangan7 carang wr(ksa * pang8 jamang tambir * w(ngku8 baligo amba godhong, * labu8 t(ngar+ng prang * t(t(g8 andh(ging riris * t(rang8 nir ing ranu * asat8 kasang toya * imp(s8 m(nyan s,ta mungg+ng ardi * wlirang) '$abang pohon yang belenggu tambir > tidak mudah orang memerintah negara > tanaman baligo lebar daunnya > harus kuat di hati > tanda perang hentinya hu"an > tetaplah kehendaknya > danau tanpa air > laksana di medan perang > "aring air kemenyan putih di gunung > "ika tak untung dipermalukan.'

&.% 3)!"#' Ca!" r'*a! &.%.1 Ca!" r'*a! #e4a"a' Sara!a H'4)ra! $angkriman atau teka%teki biasanya melibatkan dua orang atau lebih yang sedang terlibat dalam pembi araan santai. Jika orang sedang dalam persoalan serius atau sedang membutuhkan pemikiran berat, tidak bisa dia"ak ber angkriman. Hal ini disebabkan oleh karena angkriman sendiri membutuhkan pikiran untuk dapat men"awabnya. Dengan demikian ter"adinya tanya%"awab angkriman membutuhkan minimal tiga syarat, yakni ,) pelaku yang terdiri dari dua orang atau lebih) .) ada waktu luang) dan 6) tidak ada peker"aan lain yang membutuhkan perhatian dan pemikiran ekstra. $angkriman mengandung aspek permainan, yakni permainan kata atau tebak%tebakan. Seorang pembi ara akan melontarkan pertanyaan dan mitra%bi ara harus menebak dengan ara men"awab pertanyaan yang disampaikan. Suasana akan men"adi ramai dan menarik "ika pesertanya banyak orang, tidak hanya dua orang. !rang yang dapat menebak dengan benar akan mendapatkan tepuk tangan dari orang% orang (peserta) yang lain. #ertanyaan angkriman biasanya disampaikan se ara bergantian akan tetapi dapat "uga didominasi oleh orang tertentu. &ila pertanyaannya disampaikan se ara bergantian, maka penutur yang menuturkan pertanyaan, pada angkriman berikutnya berganti men"adi orang yang harus men"awab. ;erdapat kemungkinan angkriman yang dilontarkan tidak mendapat "awaban yang benar dari mitra tutur, maka harus di"awab sendiri oleh penutur yang melontarkan angkriman tersebut. Sebagai bentuk permainan, angkriman memiliki 0ungsi hiburan. ;erutama hiburan pada waktu luang. Sambil bersantai, saat orang% orang berkumpul, seringkali disampaikan angkriman di antara orang% orang tersebut. $angkriman dapat "uga disampaikan sambil menger"akan peker"aan ringan yang diker"akan bersama%sama,

misalnya pada saat sambatan 'ker"a bakti'. Sambil menger"akan sesuatu, mereka saling melontarkan angkriman. &iasanya angkriman diawali oleh seseorang dengan melontarkan pertanyaan. 8emudian orang tersebut meminta orang lain untuk men oba men"awab. Dalam kumpulan orang banyak, tidak hanya satu orang sa"a yang dapat men oba men"awab suatu angkriman. Semua orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk men"awab suatu angkriman. &ahkan kadang%kadang semua orang yang hadir ditawari satu%persatu untuk men oba men"awab. &ila orang%orang sudah men oba men"awab tetapi "awabannya tidak ada yang sesuai dengan maksud pemberi pertanyaan, atau "awabannya salah, biasanya si pelontar pertanyaan men"awab sendiri angkriman yang disampaikannya. 8adang%kadang "awaban yang disampaikan oleh si pelontar angkriman terasa sepele atau di luar perkiraan sehingga membuat orang%orang yang mendengar men"adi tertawa. Hal itu membuat suasana men"adi air dan riang. 7gaknya memang gelak tawa itulah yang men"adi tu"uan disampaikannya angkriman dalam suasana santai. Ielak tawa dan suasana riang itu kemudian membuat hubungan orang%orang tersebut men"adi lebih akrab. 8adang%kadang dalam perkumpulan orang%orang yang sedang bersantai angkriman didominasi oleh satu orang sa"a, maksudnya hanya satu orang tertentu sa"a yang mampu membuat pertanyaan dan sekaligus men"awabnya sendiri. !rang%orang lain tidak benar atau tidak bisa men"awab dengan benar angkriman yang disampaikannya. Jika hal itu ter"adi, maka bukan berarti orang tersebut ingin menon"olkan diri, akan tetapi semata%mata hanya untuk menghibur, membuat orang tertawa. !leh karena angkriman dapat menimbulkan tawa dan bersi0at menghibur maka banyak digunakan oleh para pelawak sebagai bahan lawakannya. #ara pelawak itu kebanyakan menggunakan angkriman yang berbentuk wan ahan, angkriman pepindhan, dan>atau angkriman blenderan. $angkriman bentuk itu memang lebih terasa lu u dibandingkan dengan angkriman yang berbentuk tembang. $angkriman berbentuk tembang lebih banyak disampaikan dalam suasana yang lebih 0ormal. &.%.% Ca!" r'*a! #e4a"a' Sara!a Pe!1'1' a! $angkriman dapat dilakukan oleh anak%anak, rema"a, maupun dewasa. &ahkan dalam erita wayang angkriman dilakukan sebagai sayembara. Dalam a ara%a ara tertentu bisa "uga disediakan hadiah bagi orang yang dapat men"awab angkriman dengan benar dan hukuman bagi yang tidak bisa men"awab atau "awabannya salah. ;entu sa"a si0at hukumannya hanya sebatas untuk meramaikan suasana. Selain ber0ungsi sebagai hiburan, angkriman "uga ber0ungsi untuk mengasah otak atau sebagai alat pendidikan. Dengan banyak bermain

angkriman, se ara langsung atau pun tidak langsung, orang akan dilatih untuk berpikir se ara epat dan tepat. Dalam men"awab pertanyaan angkriman orang memang dituntut untuk berpikir se ara epat. !rang yang tidak dapat berpikir se ara epat akan ketinggalan kesempatan. $angkriman "uga melatih orang agar berwawasan luas dan men ari banyak kemungkinan. Se ara tidak langsung angkriman "uga ber0ungsi untuk melatih ke erdasan. !rang yang erdas akan mampu melontarkan pertanyaan yang sulit di"awab, sebaliknya ia selalu bisa men"awab angkriman dari orang lain. !rang yang demikian lalu dapat mendominasi permainan angkriman. Meskipun demikian orang akan tetap menyukainya, bahkan kadang%kadang orang yang demikian ini malahan dirindukan oleh teman%temannya. Selain itu angkriman "uga melatih kreatiBitas seseorang. $angkriman memang memerlukan ara berpikir yang kreati0. &erpikir kreati0 antara lain ditandai adanya kemampuan memandang hal%hal yang biasa dari sisi yang lain sehingga hal%hal yang tadinya biasa itu dapat diubah men"adi tidak biasa. !rang yang kreati0 akan mampu men iptakan pertanyaan%pertanyaan baru. Cnsur kebaruan sangat dibutuhkan dalam permainan angkriman karena dengan adanya kebaruan akan membuat orang tidak merasa bosan. Sebaliknya, bagi orang%orang yang tidak kreati0, mereka hanya meniru atau mengulang angkriman yang pernah didengarnya dari orang lain. Jadi, dengan adanya kreatiBitas angkriman selalu berkembang. &.& Ma #)1 Ca!" r'*a! $angkriman adalah permainan kata%kata. ;uturan angkriman membutuhkan adanya dua pihak, yakni penutur dan mitra%tutur. #enutur menyampaikan pertanyaan dan mitra%tutur men"awab pertanyaan yang disampaikan. Seringkali ter"adi mitra%tutur tidak dapat men"awab dengan benar pertanyaan yang disampaikan oleh penutur. Dalam hal yang demikian, maka penutur sendiri yang men"awab pertanyaannya. Sebagai permainan kata%kata, se ara umum angkriman memiliki maksud adu kepandaian, yakni kepandaian dalam menyusun kata%kata pertanyaan dan kepandaian dalam menebak pertanyaan. #enutur yang memiliki kepandaian tinggi akan dapat menyusun pertanyaan yang sulit di"awab oleh mitra tutur, bahkan penutur yang pandai dan kreati0 dapat mengelak, dengan mengubah "awabannya, "ika "awaban yang dimaksudkan semula dapat di"awab oleh mitra tutur. Sebaliknya, mitra% tutur yang pandai akan dengan mudah men"awab pertanyaan angkriman yang disampaikan. Cntuk dapat men"awab angkriman dengan benar orang harus menguasai makna tekstual dan kontekstualnya. Makna tekstual berkaitan dengan bentuk angkriman. $angkriman yang berbentuk

tembang tunduk pada kaidah%kaidah penyusunan tembang, oleh karena itu dalam memberi makna "uga harus sesuai dengan kaidah% kaidah tersebut. 8aidah tembang Jawa yang membatasi "umlah baris, "umlah suku kata tiap baris, dan bunyi Bokal tiap baris kadang%kadang menyebabkan susunan kata yang berbeda dengan bentuk prosa. !leh karena itu untuk mengetahui makna tembang mitra%tutur harus membuat pena0siran, misalnya melalui para0rasa. $ontohnya angkriman dalam bentuk tembang 8inanthi berikut. $ont(n putri luwih ayu " tan ana ingkang tumandhing " sariranira sang r(tna " owah-owah sab(n ari " y+n rina kuc(m kang cahya " mung ratri mancur n(lahi "" <7da putri amat antik > tak ada yang menandingi > badan sang ayu > berubah%ubah setiap hari > "ika siang suram ahyanya> hanya di malam hari terang benderang >>' $angkriman di atas sudah dapat ditangkap maknanya melalui ter"emahan, akan tetapi akan lebih "elas lagi "ika dipara0rasakan sehingga bentuknya berubah men"adi prosa. &entuk para0rasa tembang di atas dapat dirumuskan) J7da putri yang ke antikannya tak tertandingi. &adannya berubah setiap hari. #ada siang hari ahayanya suram tetapi di malam hari amat terang. 7pakah itu(J $angkriman wan ahan yang berbentuk akronim tunduk pada kaidah pembentukan akronim bahasa Jawa. 7kronim bahasa Jawa dibentuk dengan menggabungkan suku kata ultima dan>atau penultima. !leh karena itu penyusun angkriman harus memenuhi kaidah ini. Demikian "uga dalam mena0sirkan angkriman wan ahan, orang harus bertumpu pada kaidah tersebut. #erhatikan ontoh berikut. ,. kabak(tan * nangka tiba n+ng suktan <nangka "atuh di rerumputan' .. pakbol,tus * tapak k(bo ana l,ln, satus <"e"ak kaki kerbau ada ikan lelenya seratus' $angkriman pepindhan disusun berdasarkan kemiripan bentuk. Hal yang dimaksud atau hal yang dipertanyakan di ari persamaannya dengan benda lain kemudian benda lain itulah yang dikatakan. Dalam hal ini baik penyusun angkriman maupun yang men"awab harus lebih ermat dalam mengamati ge"ala%ge"ala benda dan lingkungan di sekitarnya. itik walik saba k(bon 'ayam berbulu keriting berkeliaran di kebun D nanas 'buah nenas' % $ujud, kaya k(bo, ul(s, kaya k(bo, lakun, kaya k(bo, nanging dudu k(bo 'bentuknya seperti kerbau, warnanya seperti kerbau, "alannya seperti kerbau, akan tetapi bukan kerbau D gud+l 'anak kerbau' $angkriman di atas meman0aatkan kemiripan bentuk antara hal yang ditanyakan dengan hal yang dimaksudkan. #ersamaan>kemiripan

antara pitik walik saba k(bon 'ayam berbulu keriting berkeliaran di kebun' dan buah nenas adalah bentuk bulu ayam dan bentuk kulit buah nenas. $angkriman berikutnya meman0aatkan kemiripan bentuk, warna kulit, dan ara "alan kerbau dengan anak kerbau. $angkriman blenderan disusun dengan menggunakan kata%kata yang bersi0at homonim dan pemindahan penga uan. !leh karena itu, angkriman blenderan kebanyakan disusun sebagai kalimat yang seolah%olah maknanya sudah "elas akan tetapi maksudnya berbeda. Hal itulah yang digunakan sebagai sarana untuk menge oh mitra tutur. Dengan demikian untuk menyusun maupun men"awab angkriman bentuk blenderan ini orang harus memiliki penguasaan kosa kata yang luas dan ke ermatan dalam menangkap makna kalimat. $ontoh angkriman blenderan yang menggunakan strategi homonim sebagai penge oh adalah sebagai berikut. % :awa t(lu kalong loro ana pira( <8elelawar tiga kelelawar besar dua ada berapa( D (lawan, t(lu karo kalong, 3lawa g(dh,4 loro dadi ana lima <8elelawar tiga dan kelelawar besar dua "adi "umlahnya lima'). $angkriman di atas menggunakan kata kalong 'kurang, kelelawar besar' sebagai penge oh. Di dalam bahasa Jawa kata kalong memiliki dua makna yakni 'kurang' dan '"enis kelelawar besar'. Dengan adanya kata bilangan yang lebih besar ( t(lu 'tiga') disebut lebih dulu diikuti kata bilangan yang lebih ke il (loro 'dua') orang enderung memaknai kata kalong sebagai 'kurang', padahal yang dimaksud penutur adalah makna yang lain, yaitu kelelawar besar. - $ong adol t,mp, dital+ni <!rang "ual tempe diikat' * sing dital+ni t,mp,, dudu wong sing adol <yang diikat tempe, bukan orang yang ber"ualan' $angkriman di atas menggunakan strategi pemindahan penga uan sebagai penge oh. 8un inya terletak pada kata dital+ni 'diikat'. Dalam kalimat di atas kata dital+ni 'diikat' menga u atau memberi keterangan pada $ong adol t,mp, akan tetapi yang dimaksud penyusun angkriman ini yang dital+ni adalah t,mp,. Demikianlah adanya kebutuhan penguasaan koteks untuk mengetahui maksud angkriman. Selain penguasaan koteks tuturan, untuk mengetahui maksud angkriman "uga dibutuhkan penguasaan konteks. 8onteks tuturan angkriman adalah situasi yang mendukung makna tuturan. &erdasarkan data angkriman yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa konteks tuturan angkriman sangatlah luas, sesuai dengan topik>ob"ek permasalahan yang dikandung oleh angkriman tersebut. Dapat dibayangkan, proses pen iptaan angkriman ter"adi setelah pen iptanya mengamati, meski tidak langsung, benda atau hal%hal yang akan dibuat angkriman. Sesuai dengan itu maka orang yang diberi pertanyaan atau angkriman itu "uga harus mengetahui hal%hal

dan benda%benda yang di"adikan ob"ek angkriman, beserta dengan keadaan dan si0at%si0atny. 7dapun hal%hal yang banyak digunakan sebagai ob"ek angkriman antara lain adalah4 a) Be!1a 'bang-abang dudu kidang, p(rs(gi dudu pipisan, iku apa( 'Merah%merah bukan ki"ang, persegi bukan penumbuk "amu, apakah itu(' Jawabannya4 bata 'batu bata'. -ip(dhanga, dib(dhila, dim(riy(ma, ora bisa mati, nanging y+n dic(gati mati, iku apa( 'Meski dipedang, meski ditembak, bahkan dimeriam, tidak bisa mati, tetapi "ika dihalangi mati, apakah itu(' Jawabannya4 banyu 'air'. 4) Be!1a a!" a#a ;+n s(t(ngah k(bak, y+n ak+h kurang, iku apa( 'Jika setengah penuh, "ika banyak kurang, apakah itu(' Jawabannya4 bulan 'bulan'. -id(l(ng gampang, dic(k(l ang+l, iku apa? 'Dilihat mudah, dipegang sulit, apakah itu(' Jawabannya4 sr(ng,ng, 'matahari'. 5) B'!ata!" Bocah cilik ngg,ndhong omah, iku apa? <7nak ke il menggendong rumah, apakah itu(' Jawabannya4 k,yong 'siput'. 'na titah saka sabrang angajawa, g(dh,n, ng,dap-,dapi, y+n lumaku irung, kagawa lamb,yan, iku apa? '7da makhluk dari seberang datang ke Jawa, besarnya luar biasa, "ika ber"alan hidungnya bergerak "uga, apakah itu(' Jawabannya4 gajah 'ga"ah' 1) B)a$ 1a! ta!a*a! $angkriman tentang buah dan tanaman antara lain4 =, >undhul9 'ja lunga-lunga aku takgol+k pangan ing saparan-paran, iku apa? 'K, IundulH Jangan pergi%pergi aku akan men ari makanan kemana% mana, apakah itu( Jawabannya4 s(mangka 'buah semangka'. -uw, rambut ora duw, (ndhas, iku apa? 'Memiliki rambut tetapi tidak memiliki kepala, apakah itu(' Jawabannya4 jagung '"agung'. e) Ma!)#'a

$angkriman tentang manusia antara lain4 Satriya ana t(ngahing paprangan, mungsuh, nug(li (ndhas, iku apa? '8esatria di medan perang, tugasnya memenggal kepala, apakah itu(' Jawabannya4 wong nd(r(p 'orang membersihkan rumput di sawah'. 0ng ngisor k(dhung ing ndhuwur payung, iku apa? 'Di bawah palung di atas payung, apakah itu(' Jawabannya4 wong adang 'orang menanak nasi'. I6. SIMPULAN &erdasarkan uraian di atas dapat disampaikan simpulan sebagai berikut. ,. $angkriman bahasa Jawa berdasarkan bentuknya dapat dibedakan men"adi angkriman yang berbentuk wancahan <akronim', p(pindhan 3irib-iriban4 <kemiripan, pengendaian', bl+nd+ran <plesedan', dan berbentuk tembang <tembang') .. @ungsi angkriman bahasa Jawa dapat dibedakan men"adi . yaitu ber0ungsi sebagai sarana permainan atau hiburan dan ber0ungsi sebagai sarana pendidikan (didaktis, asah otak)) 6. Cntuk mengetahui maksud angkriman bahasa Jawa harus mengetahui makna tekstual dan kontekstual tuturan angkriman. DA3TAR PUSTAKA 7bd. Syukur Ibrahim. ,--6. Kajian Tindak Tutur. Surabaya4 #enerbit Csaha *asional. 7nton M. Moeliono (#enyunting #enyelia). ,--9. Kamus Besar Bahasa 0ndonesia. Jakarta4 Departemen #endidikan dan 8ebudayaan, &alai #ustaka. 7ntunsuhono. ,-:2. aramasastra Jogyakarta4 Hein Hoo Sing. -jawa. Jilid , dan ..

&ambang 8aswanti #urwa. ,-13. L#ragmatik dan +inguistikJ dalam Bacaan :inguistik *o. 62 7pril ,-13. Yogyakarta4 M+I 8omisariat CniBersitas Iad"ah Mada. MMMMMMM. ,--9. ragmatik dan pengajaran Bahasa, /enyibak Kurikulum 5?@2) Yogyakarta4 #enerbit 8anisius $rystal, DaBid. ,-1-. The Cambridge =ncyclopedia o1 :anguage. $ambridge4 $ambridge CniBersity #ress. D. Kdi Subroto dkk. ,--,. Tata Bahasa -eskripti1 Bahasa Jaw a. Jakarta4 Departemen #endidikan dan 8ebudayaan.

Harimurti 8ridalaksana. ,-15. Kamus :inguistik. Jakarta4 #; Iramedia. I Dewa #utu ?i"ana. ,--2. -asar-dasar #enerbit 7ndi. ragmatik. Yogyakarta4

+ambberton, D. Ban Hinloopen. ,-,.. :ajang AenggahAenggoehing Basa, Krama en !goko) &ataBia4 Iedrukt &i" @iliaal 7lbre ht N $o. +ee h, Ieo00rey. ,--6. rinsip-prinsip ragmatik) (ter"emahan M.D.D. !ka). Jakarta4 #enerbit CniBersitas Indonesia. +eBinson, Stephen $. ,-13. ragmatics. $ambridge4 $ambridge CniBersity #ress. +yons, John. ,-33. CniBersity #ress. Semantics 00. $ambridge4 $ambridge

Maryono Dwirahar"o. ,-1,. L$angkriman di dalam &ahasa JawaJ (Tesis). Yogyakarta4 @akultas Sastra dan 8ebudayaan CniBersitas Iad"ah Mada. Mey, Ja ob +. ,--5. ragmatics 'n 0ntroduction. !O0ord C8 N $ambridge CS74 &la kwell. Moh. Syamsul Hidayat. ,--,. Sapala Basa Jawa. Surabaya4 #enerbit Indah. Muhammad /ohmadi. .995. Yogyakarta4 +ingkar Media. ragmatik Teori dan 'nalisis.

Mukidi 7disumarto. ,-3:. engantar Tata Kalimat Bahasa Jawa. Jilid ,. Yogyakarta4 @8SS Institut 8eguruan dan Ilmu #endidikan. #arker, @rank. ,-12. :inguistics 1or !on-:inguistics. +ondon4 ;aylor N @ran is +td. /.D.S. Hadiwid"ana. ,-23. Tata-Sastra. Yogya4 C# Indonesia. /.S. Subalidinata. ,--5. Kawruh Kasusastran Jawa. Yogyakarta4 Yayasan #ustaka *usantara. /anne0t, ?.Mei"er. ,-6,. Tjangkriman Basa -jawa !ganggo Tembang) &ataBia $entrum4 &alai #oestaka. S. #admosoekot"o. ,-29. !gengrengan Kasusastran -jawa) 00. Jog"akarta4 Hein Hoo Sing. MMMMMMM.. ,-13. Murti. aramasastra Jawa. Surabaya4 #; $itra Jaya

Samarin, ?illiam J. ,-11. 0lmu Bahasa :apangan. (Diter"emahkan oleh J.S. &adudu). Yogyakarta4 8anisius.

Sudaryanto (penyunting). ,--,. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta4 Duta ?a ana CniBersity #ress. MMMMMMM. ,-1.. /etode :inguistik7 Kedudukannya, 'neka Jenisnya, dan Baktor enentu $ujudnya) $et. ke%,. Yogyakarta4 @akultas Sastra dan 8ebudayaan CniBersitas Iad"ah Mada. MMMMMMM. ,-12. /etode :inguistik Bagian ertama7 ke 'rah /emahami /etode :inguistik. Yogyakarta4 Iad"ah Mada CniBersity #ress. MMMMMMM. ,-11. /etode :inguistik Bagian Kedua7 /etode dan 'neka Teknik engumpulan -ata. Yogyakarta4 Iad"ah Mada CniBersity #ress. Syamsul 70i0in dkk. ,-13. Tipe Kalimat Bahasa Jawa. Jakarta4 Departemen #endidikan dan 8ebudayaan. MMMMMMM, dkk. ,--9b. Tipe-tipe Semantik 'djekti&a dalam Bahasa Jawa. Jakarta4 Departemen #endidikan dan 8ebudayaan. Chlenbe k, K.M. ,-1.. Kajian /or1ologi Bahasa Jawa. (Diter"emahkan oleh Soenar"ati D"a"anegara). Jakarta4 D"ambatan. =erhaar, J.?.M. ,-16. engantar :ingguistik. Yogyakarta4 Iad"ah Mada CniBersity #ress. =ers hueren, Je0, Jan%!la !stman, and Jan &lommaert. ,--1. Candbook o1 ragmatics /anual. 7msterdam> #hiladelphia4 John &en"amins #ublishing $ompany. ?.J.S. #oerwadarminta. ,-6-. Baoesastra -jawa) &ataBia7 J.&. ?olters' CitgeBers Maats happi" *.=. MMMMMMM. ,-:6. Sarining aramasastra -jawa. D"akarta4 *oorho00% 8ol0 *.=.

P,Q Sta0 penga"ar Jurusan Sastra Daerah @akultas Sastra dan Seni /upa CniBersitas Sebelas Maret dan Sekretaris #rogram Studi +inguistik (S.) #rogram #as asar"ana CniBersitas Sebelas Maret

osted in! "ncategori#ed A$$ %O&&'()*

Serat Tripama
Jul+,-+.--/ By yswan *erat )ripama merupakan karya K0 AA &angkunagara 12 mengandung ajaran yang masih rele3an sampai saat sekarang. $i samping itu, sangat menarik untuk dicermati dan dikaji oleh para pemerhati dan para peneliti. Berikut adalah )eks *erat )ripama.

DHANDHANGGULA ,. Yogyanira kang para pra"urit lamun bisa sira atuladaP,Q duk ing nguni aritane andelira sang prabu Sasrabau ing Maespati aran patih Suwanda lelabuhanipun kang ginelung tri prakara guna kaya purun ingkang den antepi nuhoni trah utama .. +ire lelabuhan tri prakawis guna bisa saniskareng karya binudi dadya unggule kaya sayektinipun duk bantu prang Manggada nagri amboyong putri dhomas katur ratunipun purune sampun tetela aprang tandhing lan ditya *galengka nagri Suwanda mati ngrana 6. ?onten malih tuladan prayogi satriya gung nagri ing *galengka sang 8umbakarna arane tur iku warna diyu suprandene gayuh utami duk wiwit prang *galengka denya darbe atur mring raka amrih rahar"a Dasamuka tan keguh ing atur yekti dene mungsuh wanara 5. 8umbakarna kinon mangsah "urit mring kang raka sira tan lenggana nglungguhi kasatriyane ing tekad tan asurud amung ipta labuh nagari lan nolih yayah rena myang leluhuripun wus mukti aneng *galengka mangke arsa rinusak ing bala kapi punagi mati ngrana :. ?onten malih kinarya palupi Surya putra narpati *gawangga

lan #andhawa tur kadange len yayah tunggil ibu suwita mring sri 8urupati aneng nagri *gastina kinarya gul%agul manggala golonganing prang bratayuda ingadegken senopati ngalaga ing 8orawa

2.

Den mungsuhken kadange pribadi aprang tandhing lan sang Danan"aya sri 8arna suka manahe de gonira pikantuk marga denya arsa males sih ira sang Duryudana marmanta kalangkung denya ngetog kasudiran aprang rame 8arna mati "inemparing sumbaga wirotama

3. 8atri mangka sudarsaneng "awi pantes sagung kang para prawira amirita sakadare ing lelabuhanipun aywa kongsi buwang palupi menawa tibFng nistha ina esthinipun sanadyan tekading budaP.Q tan prabeda budi panduming dumadi marsudi ing kotaman
P,Q P.Q anulada buta

osted in! "ncategori#ed A$$ %O&&'()*

Bahasa Kawi
&ay+4+.--/ By yswan BAHASA KAWI 1. Makna Istilah kawi Kata kawi 5n6! ,. bahasa Jawa kuno7 .. bahasa Jawa yang la#im dipakai dalam kesusastraan. Kawi 5a6! kuat7 kukuh7 sakit adat yang 89 adat yang tetap berlaku sejak dahulu kala. Kawi 5n6! pengarang7 pujangga 5KBB16. Kawi 5*6! ,. kw. pengarang7 pujangga7 .. 5ut. kakawin6 kw. karangan, tembang7 :. kn. tembung+tembung kang kanggo ana ing kapujanggan 5layang+layang, tembang lsp.6 ora kaprah dianggo padinan7 :. kn. tembung Jawa Kuno7 dikawi! dikarang7 dirumpaka 5 orwadarminta, ,/:/! ,/46 2. Tmbun Kawi Ak;h t<mbung+t<mbung kang kanggo ana ing adhalangan utawa ing layang+layang

wacan, luwih+luwih ing layang t<mbang, kang lumrahe padha dingr<t;ni t<g<se, nanging ora tau di<nggo p<dinan. 1ku j<n<nge t<mbung kawi. $adi titikane t<mbung kawi mono! )<mbung kang uga lumrah kanggo ana ing padhalangan utawa t<mbang, nanging y;n kanggo ana ing pagun<man p<dinan kok malah rada dadi g<guyon. %acahe = ..>--. )uladha saw<tara, kayata! suryabantalaandakajanma kartikapawanasatawiku gaganasamodrakukilanarendra wiyatbramakuthilaapsara akasatirtawrewanara Ak;h bang<t panunggalane, lan panc;n isih kanggo ing kapustakan. &alah j<n<ng+j<n<ng lan t<mbung+t<mbung anyar ing basa 1ndonesia iya ak;h kang njupuk saka t<mbung kawi iku, kayata! siswapidanatriwacana wismawarsamawapanitra priyasaptasarjananara wanitapancabudayajaya pr<wiradwiciptaudara !. Tmbun Kuna )<mbung+t<mbung Jawa kang maune kanggo ing layang+layang, nanging saiki wis ora k<srambah, wis ora ana kang nganggo, iku arane t<mbung kuna. $adi beda t<m<nan karo t<mbung kawi ing angka ?. )umrape kang s<n<ng nyinau layang+layang kuna, yasan jaman &ajapahit sapandhuwur, yasaning l<luhur ing abad 1@ t<kan @2, t<mbung+t<mbung Kuna iku wis ana kamuse, gaweyane $r. Juynboll ing th. ,/.:, nanging saiki wis ora ana sing adol. rof. $r. Aoetmulder guru besar 0ajahmada, wis rampung ol;he yasa BKamus Jawa+KunaC iku, mung kari ng<nt;ni m<tune saka ing pang<capan. $ene layang+layang Jawa+kuna kang saiki di<nggo sinau ing pamulangan ya wis k<para ak;h, sing tuwa dhewe layang kanggo s<kolahan *&A j<n<nge layang B*arwa+*astraC 1, 11 lan 111, w<ton "saha enerbitan B1ndonesiaC ing Dogyakarta wiwit taun ,/>.. )<kan saiki isih ambal+ambalan dicap. *at<m<ne ak;h bang<t t<mbung Jawa iku kang asal saka t<mbung 1ndhu, nanging wis ora k<tara. Jare y;n ditliti t<m<nan t<mbung+t<mbung Jawa saiki iki luwih s<paro kang asal saka t<mbung+t<mbung 1ndhu, nanging kang isih krasa y;n dudu Jawa, krasa y;n t<mbung manca, ya ora piraa, malah banjur wis dil<bokake t<mbung kawi bae. Kawi iku t<g<se pujangga, yaiku p<ngarang kang wohing karyane k<na sin<but sastra+;di. $adi t<mbung kawi iku t<mbung+t<mbung kang k<lumrah dipigunakake dening para kawi. &angka para kawi 5E para pujangga6 Jawa wiwit ing biy;n+biy;n 5abad 2116 kulina nyinau layang+layang 1ndhu ing basa *ansekerta. Fah wis layak bae y;n t<mbung+ t<mbung Jawa ak;h kang asal *ansekerta iku. Gujude t<mbung asal *ansekerta iku, kayata! parama+arthaprawiranarendra swa+bawana+paksabupatiwaranggana pandhitasenapatimantri Hngka! I, Juni ,/.I. )aun 2. usaka Jawi G<dalipun sab<n wulan

1ngkang ng<dalak<n! ak<mpalan Dapa 1ns<titut 5JA2A 1(*)1)"")6 Jedhaksi! Kangj<ng angeran Arya Adiwijaya, Jad;n *asrasugKnda, Dasawidagda ". Wawasan Bab Basa #awi Kala kina+kinanipun basa Jawi punika dede basa ingkang luhur. 1nggih l<r<s saw<n;h mastani bilih l<lampahan ing alam donya punika kenging kaupam;kak<n s<kar. *<kar punika wiwitanipun alit, saya dangu saya ag<ng, m<kar laj<ng angg;gr;gi. Ananging m<nggah ing basa Jawi p<pindhan punika kirang mathis. Basa Jawi punika kula upam;kak<n tiyang lumampah ing tanah par<d;n, wont<n kalanipun minggah, saya dangu saya inggil ngantos dumugi ing pucak, laj<ng mandhap, sar<ng sampun dumugi ing ngandhap laj<ng wiwit minggah malih. Kala saantawisipun taun ,--+.-- tanah Jawi wiwit kadhat<ngan bKngsa Lindhu. &<nggah bKngsa wau dhat<ngipun saking tanah Lindhustan sisih kidul. (alika samant<n bKngsa wau kasag<danipun ing bab punapa kemawon langkung inggil katimbang bKngsa Jawi. Fangkung malih bab agami. &ila bKngsa Jawi inggih laj<ng kathah ingkang manut. Bot<n namung bab agami, tatacara saha kasag<dan ingkang dipun <nut, dalah basanipun pisan ugi dipun tiru. Kathah t<mbung+t<mbung ingkang sapunika dipun ak<n dados gadhahanipun, ananging sajatosipun asal saking t<mbungipun tiyang Lindhu. &<nggah basanipun tiyang Lindhu wau dipun wastani basa *angs<krita. Basa *angs<krita wau kathah ingkang kasrambah ing basa Jawi, langkung malih ing s<rat+s<rat ingkang ngangge s<kar. $hat<ngipun bKngsa Lindhu ing tanah Jawi punika kab<kta saking angg;nipun l<layanan dagang kalihan nagari %ina. )anah Jawi punika minKngka pak;nd<lanipun, mila inggih kathah t<mbung *angs<+ krita ingkang g<gayutan kalihan daga ingkang dados panunggilanipun basa Jawi, kados ta! baita 5wahitra6, usaha 5utsaha6. 1ng sar;hning agami Lindhu kala rumiyin dipun <nut dening bKngsa Jawi, mila inggih kathah t<mbung+t<mbung *angs<krita ingkang mag<pokan kalihan bab agami, ingkang sapunika sampun dados t<mbung Jawi, kados ta! r<ca 5arcca6, puja 5puja6, hyang, brahmana. *aking bKngsa Lindhu tiyang Jawi ugi sinau warni+warni, kados ta! ulah t<tan;n, ny<rat sinjang, dam<l candhi tuwin san;s+san;sipun. $ene manawi dam<l sinjang ingkang kadam<l pulas biru tarum 5tom6. 1ng tanah asundhan nalika samant<n dipun tan<mi tom kathah sang<t, ngantos l;p;n ingkang ag<ng piyambak ing tanah asundhan kawastanan %itarum. )iyang Lindhu punika bot<n namung trimah agami, adat saha tatacaranipun kemawon ingkang dipun tiru ing tiyang Jawi, dalah s<rat+s<ratipun sawatawis inggih dipun ak<n gadhahanipun piyambak, sarta laj<ng kasantunan t<mbung Jawi, saha laj<ng kawangun ngantos l<lampahan ingkang kas<but ing s<rat+s<rat wau k<lampahanipun kados wont<n ing tanah Jawi. amangunipun wau mawi r<rekan, sakathahing r<di+r<di utawi panggenan ing tanah Jawi kanamakak<n manut nama+nama ingkang kas<but ing &ahabarata, kados ta! namaning n<gari! &adura, (gayogya. r<di ! *<m;ru, &ahendra, 1ndrakila. candhi ! rambanan, Barabudhur. (amaning l;p;n! *<rayu.

BKngsa Jawi punika ingkang jamboran bot<n namung adat tuwin tatacaranipun kemawon, dalah kasusastran tuwin c<criyosanipun sampun bot<n Jawi d<l<s, sampun kawoworan warni+warni. Bab w<wahan saking dayanipun agami Lindhu kalawau sampun kula aturak<n. G<wahan ingkang tuwuhipun saking tumangkaripun agami 1slam inggih punika s<rat &enak 5cariyosipun Amir Lamsah6 s<rat &enak wau asli cariyos saking ;rsi, 5$r.3.Jonkel6, sarta mawi kat<rangak<n pisan lampahing tular+tumularipun cariyos wau dumugi ngantos kadadosanipun kadhapuk kangge lampahan ringgit &enak. $<l<gipun cariyos ingkang d<l<s Jawi punika prasasat d;r;ng dipun udi, ananging wont<nipun sampun t<tela, inggih punika warni cariyos utawi d<dongengan warni+warni, ingkang samangke sampun ical utawi kantun dados dong;ng, salong sampun wont<n ingkang kapacak ing s<rat, wont<n ingkang kacarub kalihan cariyos asli saking ngamKnca, kados ta! cariyos l<lampahanipun Jad;n anji ingkang ngantos warni+warni. Kala taun ??> sampun wont<n pujKngga saha juru ny<ny<rati ing basa Jawi, awit bKngsa Lindhu bot<n sag<d ng<suk basanipun tiyang siti babarpisan, bKngsa Lindhu kint<n+ kint<n amung sag<d am<wahi sag<dipun basanipun tiyang siti dados basa ingkang kangge wont<n ing s<rat+s<rat. Kala taun sewonan basa Jawi sampun katingal adiluhung, amila kenging dipun tamtokak<n bilih ing sad;r;ngipun tamtu sampun wont<n s<rat+s<rat waosan. )iyang Jawi inggih sampun sami sum<r<p dhat<ng s<rat &ahabarata, saha s<rat Jamayana, s<rat k<kidungan basa *angs<krita, malah saking pahamipun dhat<ng c<criyosan wau, lami+lami laj<ng kap<ndh<t kadam<l c<criyosan ringgit. *aking pandam<lipun tiyang Lindhu, jamanipun Jawi laj<ng kathah sang<t ewahipun. ranatan silah+silahing golongan, adam<l sang<ting pisahipun bKngsa. Gont<nipun t<mbung ngoko kalihan krama ing basa Jawi laj<ng pilah, punika bot<n t<rang, punapa inggih saking dayanipun bKngsa Lindhu. *ababipun ingkang maton ngantos sapriki d;r;ng kasum<r<pan. rof Kern mastani bilih beda+bedaning t<mbung wau saking mindhak+ mindhakipun pamali. 1ng basa Jawi kina panganggenipun krama lan ngoko kacarub kemawon, pilahipun wiwit taun s;wu gangsal atusan, nanging inggih bot<n t<rang sababipun. 1ng tanah Jawi basa ingkang dipun wastani kina piyambak punika basa Kawi. Kawi t<g<sipun pujKngga, sujana. Basa Kawi punika dados kenging dipun t<g<si basanipun pujKngga, kados ingkang tumrap ing t<turunanipun s<rat kina+kina, ingkang sapunika taksih wont<n, nanging kawruh dhat<ng basa Kawi wau ing jaman sapunika prasasat sampun sirna. 1ng pawingkingipun nalika tiyang Jawi suda pamarsudinipun dhat<ng basa Kawi tul;n, para pujKngga ngangge Kawi tug<lan, ingkang dipun wastani Kawi miring. &ila dipun wastani makat<n, dene kathah l;r;gipun dhat<ng basa Jawi, lan malih ingkang tumrap ing s<rat jarwa ngangge t<mbung, ingkang sampun prasasat basa Jawi wantah, punika nelakak<n manawi jaman w<kasan punika kawruh dhat<ng basa Kawi sampun sirna. Basa *angs<krita punika babonipun Kawi, t<g<sipun *angs<krita! langkung, rin<ngga, sampurna. $ene risakipun t<mbung *angs<krita kanggenipun ing Kawi lan ing Jawi, t<tela saking panandhingipun t<mbung tigang prakawis wau, ing sawatawis kas<but punika! j<ksa 5Kw6 daksa 5*kr6 t<g<sipun! sujana, wong wicaksana. dipa 5Kw6 dipa 5*kr6 E ddamar

dipa 5Kw6 dwipa 5*kr6 E gajah, 5dwi E loro, paE pangombe6. 0ajah manawi ngombe dipun s<rot ing irung, laj<ng dipun l<b<tak<n ing cangk<m. Giwitipun s<rat+s<rat waosan Jawi mumbul 5s<rat Jawi kina utawi Kawi6, punika kala ing jamanipun rabu Mrlangga ,-,-+,-4. saking k<par<ngipun sang prabu, s<rat kidungan Lindhu upaminipun &ahabarata, ingkang cariyosipun sawatawis, sampun kasum<r<pan dening tiyang Jawi, laj<ng kajaw;kak<n, pujKngganipun nama Nmpu Kanwa. 1ng sal<b<tipun rabu Jayabaya jum<n<ng nata, kawont<nanipun s<rat+s<rat Jawi kina saw<g mumbul+mumbulipun, ing jaman samant<n wont<n pujKngga nama Nmpu *<dhah saha Nmpu anuluh ingkang dam<l s<rat Boratayuda, 5ing taun ,,>?6 inggih punika pr<talanipun *angs<krita nama &ahaborata kap<ndh<t namung saperangan. *<rat wau amratelakak<n paprangan ingkang k<lampahan ing tanah Lindhustan. F<lampahan wau kaembakak<n ing tanah Jawi, sarta para prawiranipun bKngsa Lindhu kaangg<p tiyang Jawi. 1ngkang makat<n wau tumrapipun s<rat wau anjalari sang<t angg;nipun dipun aj<ngi ing tiyang, sarta ing salaj<ngipun para prawira Lindhu ingkang kocap wont<n ing s<rat wau laj<ng kaangg<p panc<ring l<luhuripun para luhur Jawi. *<rat Boratayuda Kawi taksih miturut babonipun ingkang t<mbung *angs<krita. (amung *<rat Baratayuda jarwa punika sampun ewah sang<t. )iyang Jawi punika m<nggah ing tatakrama kagolong munjuli. Kab<kta saking tatakrama wau basanipun tiyang Jawi dados langkung alus. Kasugihanipun tiyang Jawi ing bab t<mbung ingkang saking b<bantunipun t<mbung *angs<krita, ing pawingkingipun saya w<wah. )<mbung+t<mbung *angs<krita ingkang asring kangge ing basa Jawi, kados ta! suka ing basa Jawi! suka. dhoeka ing basa Jawi! duka. manusya, ing basa Jawi! manusa. stri, ing basa Jawi! ;stri. ksatrya, ing basa Jawi! satriya. suksma, ing basa Jawi! suksma, tuwin sapanunggilanipun. Giwit ngangge t<mbungipun bKngsa san;s, margi saking s<srawunganipun lampah dagang, kados ta! bKngsa Arab, ;rsi, ort<gis, Galandi, bKngsa &layu tuwin bKngsa %ina, kasugihanipun tiyang Jawi bab t<mbung saya w<wah. Kala taun ,./: tanah Jawi l<layanan dagang kalihan bKngsa %ina. (alika samant<n ingkang dados kas<n<nganipun tiyang, barang+barang pors<lin p<thak utawi biru saking nagari %ina, m<rjan, kasturi. $ayanipun bKngsa %ina ing tanah Jawi bot<n patos ag<ng, mila t<mbung+t<mbung %ina ingkang lum<b<t ing basa Jawi inggih bot<n sapint<na kathahipun, kados ta! kongsi, tangkuw;h, lot;ng, conto, tauge, congkog, yasin, m<kao, tuwin sapanunggilanipun. 1ng taun ,>-- katungka lum<b<tipun agami 1slam ing tanah Jawi. amulangipun dhat<ng tiyang Jawi, kuwajibanipun prakawis agami ingkang pr<lu! bab anglampahi ngibadah. Juru m<ncarak<n agami kanamakak<n wali 5tiyang suci6. )<mbung+t<mbung ingkang mag<pokan kalihan agami upaminipun! masjid, imam, ngimanake, salat, sujud, sarengat, adan, lapal, s<dh<kah, kutbah, namanipun wanci! subuh, luhur, ngasar, magrib, ngisak. Jaja+raja 1slam s<butanipun! sultan, dalah namanipun tiyang inggih niru cara Arab, kados ta! katijah, siti maryam, saphiyah, saphingi, bakri, sal;h, mursid. &<nggah t<mbung+t<mbung Arab san;sipun ingkang asring kasrambah ing basa Jawi, kados ta! napsu, p<rlu, wahyu, gaib, eklas, pit<nah, saha san;s+san;sipun. (amanipun dint<n! 1snain, *alasa, Arbaa, tuwin salaj<ngipun.

(amanipun wulan! &ukharam, *hapar sapanunggilanipun. &anawi kula dolan dhat<ng pondhok, ningali kitab ingkang wont<n cara Jawinipun, laj<ng sum<r<p bilih angg;nipun anjaw;kak<n punika sat<mbung+sat<mbung kaurutak<n, limrahipun ing nginggil t<mbungipun Arab, ing ngandhap t<mbungipun Jawi. 1ngkang makat<n wau bot<n anggumunak<n bilih pangroncenipun t<mbung+t<mbung beda kalihan ing ukara Jawi ingkang lugu. Gangsul sar<ng kula maos kitab san;s+san;sipun ingkang sampun kajaw;kak<n 5t<mbungipun Arab bot<n dipun s<rat6 punika t<ka laj<ng gadhah pangraos manawi basanipun Jawi ing ngriku nyl<n;h. angrakiting ukara beda kalihan ukara Jawi ingkang lugu, punapa malih t<mbungipun inggih kathah t<mbung Arab, upaminipun! ana pun ngawruhi rukune 1slam ingkang awal iku ngawruhi ing maknane kalimah roro, iya iku kang d;n arani ilmu usul lan ilmu tokhid. *aking kathahipun t<mbung Arab ingkang lum<b<t ing basa Jawi, ngantos manawi kula kintun s<rat kartu pos kemawon ngangge kula c<mplungi t<mbung Arab, kados ta! ing nginggil kula s<rati salam utawi taklim. Agami 1slam punika rumasuk sang<t dhat<ng sanubarining bKngsa Jawi, ngantos kathah kemawon tiyang ngudang anakipun ingkang taksih alit! dang g<lis g<dhe, dang bisa ngaji. )iyang ;stri manawi nglela+lela anakipun wont<n ingkang sarana dipun kidungi, m<nggah maksuding kidungan wau t<ka inggih tumuju dhat<ng agami 1slam, upaminipun! umpuk umpang umpuk umpang, ana kodhok bisa s<mbahyang, s<mbahyang nyang m<sjid Famongan, Famongane muji+muji, *adirah lunga ngaji, lunga ngaji nyang Banjarsari, sangune dhuwit s<tali, durung sasasi wis katam surat pr<janji. 1ng taun ,>.. tiyang ort<gis dhat<ng ing tanah Jawi pr<lu b<brayan kalihan Jaja Lindhu ing tanah asundhan, awit kathah pam<dalipun mrica. )iyang ort<gis wont<nipun ing tanah Jawi bot<n dangu, mila t<mbung+t<mbung ort<gis ingkang lum<b<t ing basa Jawi inggih bot<n sapint<na, kados ta! antero, l<mari, bandera, greja, &inggu. Kala ing taun ,>/I dhat<ngipun bKngsa Galandi ing tanah Jawi. (alika samant<n s<ratan Jawi ingkang kab<kta wangsul dhat<ng n<garinipun taksih wont<n ing lontar. BKngsa Galandi dhat<ngipun ing tanah Jawi punika pr<lu d<dagangan, dangu+ dangu sag<d ng<r;h tanah 1ndhia (;d<rlan. )<mbung Glandi punika pak<capanipun tumrap tiyang Jawi ang;l, mila tiyang ingkang d;r;ng sinau basa Glandi angg;nipun ngucapak<n inggih sas<kecanipun kemawon, kados ta! obrus 5o3erste6, jendral 50eneraal6 m<sin, 5machine6 jas, 5jas6 dhungkrak of dom k<ras Edommekracht s<tolomondong E5Balta#ar6 *ur Femonde, mur jangkung EJan %oen lan sapanunggilanipun. Kula nate dolan dhat<ng palabuhan *urabaya, ing ngriku mir<ng t<mbung! dhrodhog, kaj<ngipun! droogdok tiyang nglampahak<n baita mung<l! t<r;t, kaj<ngipun! achteruit t<mbungipun tiyang tani! m;s 5mest6. pandhe! mur, s<korup, tang, am<r, dr;i. saradhadhu! mangkir, patroli, k<mandhah, angkil. sayang! disodh;r 5dipatri6. tukang batu! s<t;g<r, pandh<m;n, pl<st;r. gr<ji! mal, nat. kusir! bong, lis, ngas. pulisi! rundha, pros;s pr<bal, relas, r<pot, dib<slah. priyantun! s<tor, b<num, dis<kor<s, mindring, dipun dh;p. murid! pr;i, l;s, di<r;s, kursus, surtipikat. 1ng sar;hning bKngsa Galandi wont<nipun ing ngriki punika ng<r;hak<n, mila inggih

kathah pranatan+pranatan ingkang anjalari rumasukipun t<mbung Galandi ing basa Jawi. *ar<ng dumugi ing abad ,O tiyang Jawi saw<g sami purun marsudi babad saha kasusastran malih. (anging ing sal<b<tipun sawatawis abad ingkang kap<ngk<r sampun k<kathah<n l<lampahan ingkang bot<n kasum<r<pan, k<kantunaning s<rat+s<rat kina sampun kabangun dening t<tiyang 1slam. Kala jamanipun swargi K.0. .A.A. &angkunagara 12 inggih punika ing taun ,O,,5?6,OO,, ing tanah Jawi kathah ingkang marsudi kasusastran Jawi, kados ta! panj<n<ngan dal<m kangj<ng gusti piyambak, tuwan Gint<r, Jad;n (gab;i JKnggawarsita. *aking dangunipun tiyang Jawi kaprentah ing bKngsa Galandi, bot<n nama an;h bilih tiyang Jawi, langkung malih ing kitha+kitha, tuwin ingkang s<srawungan kalihan Galandi, basanipun Jawi risak. &<nggah sabab ingkang ag<ng piyambak inggih punika wont<nipun pamulangan Galandi tuwin L.1.*. Giwit taun ,/-?, tiyang Jawi ngudi sang<t supados anakipun sag<da angsal piwulang basa Glandi. *aya lami saya kathah cacahipun pamulangan ingkang mawi wulangan basa Glandi. Kala taun ,/,> pamulangan Kngka 1 dipun dadosak<n L.1.*. ing ngriku wancinipun pasinaon kathah ingkang kangge sinau basa Glandi. &<nggah wont<nipun wulangan basa Glandi punika migunani sang<t tumrap bKngsa Jawi, pr<lu kangge nyinau kawruh kilenan. &ilanipun makat<n, awit buku+buku ingkang isi kawruh punika, basanipun basa Glandi, kados ta! kawruh bab kadhokt<ran, ng;lmu alam, ng;lmu pamisah, ng;lmu t<tan;n, ng;lmu bumi tuwin sapanunggilanipun. 1ng sar;hning pangudi dhat<ng basa Galandi punika pr<lu sang<t, mila inggih bot<n mokal manawi para mudha Jawi r<mbagan kalihan kKnca+kancanipun Jawi, ngangge basa Glandi, pr<lunipun kangge nglanyahak<n. &<nggah nyatanipun sapunika wohipun pamulangan L.1.* panc;n sae, murid+murid w<dalan L.1.*. kathah ingkang sami katamp;n ing &ulo dene kasag<danipun bab basa Glandi inggih sag<d nandhingi murid+murid w<dalan pamulangan Galandi. Ananging kauningana, saking adr<ngipun ngudi basa Glandi, ngantos bot<n ng;ng<ti basanipun piyambak. Gont<n ing pamulangan L.1.*. basa Jawi dipun s<p;l;kak<n sang<t. $ene wont<nipun ny<p;l;kak<n wau nalaripun warni+warni! ,. %acahipun jam wulangan basa Jawi ing sal<b<tipun saminggu sak<dhik sang<t, dados kenging dipun wastani wulangan Jawi namung kala+kala. .. Aosipun wulangan basa Jawi kirang, upaminipun wont<n murid ingkang bijinipun Jawi angsal 4, Glandi I, lare wau sag<d minggah, kosok wangsulipun bij;n Jawi angsal O, Glandi 4 lare wau bot<n minggah. :. Gont<n ing griya. Gont<n tiyang s<puhipun lare ingkang m<nging anakipun sinau basa Jawi, kapurih sinau basa Glandi kemawon, awit punika ingkang pr<lu. &<nggah pamanggih kula iba saenipun wohing L.1.*. bilih murid w<dalan k<las ? kasag<danipun basa Glandi t<t<p kados wont<nipun ing sapunika, nanging kasag<danipun bab basa Jawi langkung katimbang sapunika. *ampun ngantos angl<nggahi b<basan amburu uc<ng kelangan d<l<g. *aking dayanipun basa Glandi wont<nipun basa Jawi sapunika m<m<las sang<t, t<mbung+t<mbung Glandi kathah ingkang dipun <ngge ing basa Jawi, malah wont<n ingkang dipun rimbag, dipun at<r+at<ri utawi dipun panambangi, kados ta! )<mbung stort dados! ny<tor, dis<tor. )<mbung 3erlof dados! p<rlopa, dip<rlopake. )<mbung 3oorschot dados dakp<rs<kotane.

$hapukaning ukara kathah ingkang cengkok Galandi, kados ta! F<mari iku digawe saka kayu, l<r<sipun! l<mari iku sing digawe kayu. Kanggone aku ora mupakat, l<r<sipun! y;n aku ora rujuk. 1ki dluwang kanggo aku, ya. F<r<sipun! dluwang iki dakp;ke, ya. *apunika *uta sampun bot<n dados priyantun malih, l<r<sipun! sapunika *uta sampun bot<n dados priyantun. 0<lang iki dudu <mas, nanging salaka, l<r<sipun! g<lang iki dudu <mas, salaka. $alah nama+namanipun nagari inggih tumut nyengkok Galandi, upaminipun! *olo, l<r<sipun *ala. Jukja, l<r<sipun! (gayogya. r;hang<r, l<r<sipun! riyangan. *;ribon 5%heribon6 l<r<sipun! %ir<bon 5%r<bon6. Fangkung malih pany<ratipun basa Jawi ngangge aksara Jawi, wah, m<m<las sang<t. &argi saking dayanipun basa Galandi, kathah kemawon tiyang, manawi k<panggih kawanuhanipun badhe nanduki basa Jawi punika ing pangraosipun t<ka bot<n sakeca, sajak kirang br<gas, mila inggih laj<ng tabikan saha r<mbagan ngangge basa Glandi. Gont<n ing L.1.*. kula angsal s<butan m<nir, sanadyan kula pinuju mulang basa Jawi, ewasamant<n murid+murid basanipun dhat<ng kula ingkang adhakan ngangge t<mbung m<nir. &<nggah s<butan m<nir wau bot<n sapint<na angg;nipun angguj<ngak<n, awit ing pamulangan L.1.*. punika wont<n gurunipun Galandi, dados bot<n nyal<n;h manawi murid laj<ng k<patuh ngundang guru Jawi ngangge t<mbung! m<nir. Gangsul wont<n ing sajawining pamulangan, tiyang ngangge t<mbung! m<nir punika panc;nipun kirang mathuk. Asring kemawon kula mir<ng tiyang wicant<n! m<nir mas b;i kok wis lawas ora mrene. Gont<n malih tiyang ngundang ngangge t<mbung m<nir jalaran lumuh, badhe n<mbungi! dhi, kuwatos manawi pingg<t manahipun, badhe ngangmas makat<n ugi, mila inggih laj<ng ngangge t<mbung! m<nir, upaminipun! m<nir Jaya mangke dalu punapa mriksani bioscoop. *apunika kula badhe ngaturak<n tuladha basanipun murid! La! Ayo s;h m<ngko nyang bioskup. (a! Ah, ngrasakne ambioskup. La! 0eneya ta, wong mal<m &inggu wae, kok. (a! &al<ma &inggu kae, wong suk <mb;n proefwerk jare. La! O, dadi kowe ar<p blok<n, ngono. (a! Fa, marine, wong dh;k r<p<tisi sing dhisik natirk<ndh<ku 3ier jare. (;k s<pisan iki 3ier man;h rak, beroerd aku. 1ya jij wis ay<m, biy;n wis ol;h #e3en. La! Da wis ta, blok<na, aku daknonton dhewe. Gah yam<r, lo, s;h, n;k b<ngi iki ora nonton filme bagus kok. Gont<n malih tuladhanipun basa Jawi nyengkok Galandi, inggih punika! , 1ng s<rat kintunan, titimangsanipun kas<rat ing nginggil, manawi cara Jawi lugu wont<n ing ngandhap. .. D;n ny<rat d;r;ng rampung, mKngka sarai sampun k<bak, ing ngandhap laj<ng dipun s<rati #.o.#. )<mbung+t<mbung Glandi ingkang mangsuk ing basa Jawi upaminipun! Landdoek + andhuk spoor + spor klerk + kl;r<k

cursus + kursus contant + kontan kliniek + klinik conducteur + kondh;ktur chef + s;p )uwin sapanunggilanipun. (alika pamulangan L.1.* taksih dados pamulangan Jawi Kngka , ing sa;ng<t kula dipun wulang t<mbang. &ilanipun kala rumiyin manawi wont<n ing pajagongan inggih l<m<s, upaminipun pinuju gadhah dam<l utawi jagongan bayi laj<ng wont<n ingkang maos, pr<lunipun kangge cagak <l;k, tur inggih sakeca dipun mir<ngak<n. *ar<ng pamulangan Kngka 1 dados L.1.* wulangan t<mbang laj<ng mundur, ngantos wont<nipun sapunika bot<n dipun wulang babarpisan, dipun santuni m<nyanyi lagu Galandi, awit wont<n pr<lunipun kangge anggampilak<n angg;nipun sinau basa Galandi. *aking ag<nging dayanipun basa Galandi wau, para mudha sami k<r<m<n<n dhat<ng lagu Galandi, ngantos bot<n ngop;ni t<mbangipun piyambak. Fah punapa kat<mahanipun ingkang makat<n wau. &anawi wont<n pajagongan laj<ng k<nd;l, badhe n<mbang bot<n sag<d, badhe m<nyanyi bot<n limrah, laj<ng k<p<ksa ny<p<ng kr<tu, sanadyan punika dados awisanipun nagari utawi agami, ewasamant<n inggih dipun t<rak. &argi saking ag<nging dayanipun basa Galandi, rumasukipun ngantos sumrambah ing dhusun+dhusun. &anawi kula mir<ngak<n lare dhusun m<nyanyi utawi singsot, punika lagunipun t<ka inggih lagu ngamKnca. Basa &layu punika dayanipun ugi ag<ng tumrap basa Jawi. "kara Jawi kathah ingkang cengkok &layu. )<mbung+t<mbung &layu ingkang kangge ing basa Jawi inggih bot<n sak<dhik, kados ta! kamar obat, rumah sakit, kamar bolah, rumah makan, main mata, main, habis bulan, mangsak+mangsak, sampe, pukul, k<mbang api, tuwin san;s+ san;sipun. $ados sampun t<tela bilih basa Jawi punika sampun bot<n lugu, kathah momoranipun. *apunika kula badhe ngaturak<n kidungan ingkang amot dayanipun basa ngamKnca, lagunipun Gien (eerlands Bloed. + *arjuning tyas saha aturP wiluj<ng padukaP rawuh wont<n bawah ulunP Karangpandhan namiP langkung ing sukur kawulaP paduka tum<dhak b<gja kamayanganP saksat katamuan dewaP dewa kang linangkungPP Kidung punika lagunipun lagu Galandi, t<t<mbunganipun Jawi, isinipun amot p<pindhan Lindhu, inggih punika kadospundi bingahipun tiyang manawi katamuan dewa. Kala wau basa Jawi punika kula upam;kak<n tiyang lumampah ing tanah par<d;n. *<munipun sapunika badhe wiwit minggah, katKndha saking kathahipun pak<mpalan ingkang ngudi ngaj<ngak<n basa Jawi, kados ta! Ja3a 1nstituut, &ardibasa 2olkslectuur. Gont<n malih parentah badhe yasa A.&.*. Oostersch kl. Afd. Gont<n ing *urakarta. 1ng sar;hning sampun t<tela bilih basa Jawi wiwit gumregah, kados bot<n wont<n awonipun manawi para mudha Jawi sami karsa urun tuwak supados mumbulipun basa Jawi sag<da inggil, bot<nipun nyam;ni jaman JKnggawarsitan, inggih namung sag<da m;mp<r kemawon. Kursus guru basa ing G;lt<phr;dh<n *astraiswaya Hngka! ,, Januari ,/.I. )aun 2. $. Tmbun %tmbun M&n'a in kan (umbt )hatn Basa #awi

Basa ingkang tul;n utawi murni, punika bokmanawi ing jaman sapunika bot<n wont<n, dene sabab+sababipun kab<kta saking sarawunganipun bKngsa sami bKngsa, saya alus kasusilanipun, sangsaya kathah basanipun mKnca ingkang dipun angge. Angg;nipun purun ngangge basa mKnca, punika bot<n gadhah niyat badhe ngrisak basanipun piyambak, saking angg;nipun ngaj<ngi dhat<ng t<g<sipun t<mbung mKnca wau. &Kngka basanipun piyambak ingkang ng<pl<ki t<g<sipun sat<mbung sami sat<mbung bot<n wont<n, punapa malih manawi ingkang wujud t<mbung aran, mKngka ing tanahipun piyambak barang wau bot<n wont<n, sampun tamtu inggih laj<ng dipun angge makat<n kemawon, ewaha d<stun inggih namung pak<capanipun, kak<capak<n cara basanipun piyambak, makat<n wau sampun nama limrah, amila manawi basa Jawi badhe dipun r<sikak<n y<ktos, bot<n purun ngangge basa mKnca ingkang angajawi 5mangsuk Jawi6 rumaos kula tanpa dam<l, tiwas r<kaos, patuwasipun bot<n wont<n, punapa badhe bot<n sarawungan kalihan bKngsa san;s, bot<n sag<d. amanah kula! prayogi t<mbung+ t<mbung mKnca ingkang lum<b<t dhat<ng basa Jawi punika inggih dipun angge, bot<n susah dipun pados+padosak<n cara Jawinipun manawi panc;n bot<n wont<n, ananging k<daling pak<capanipun kemawon k<dah dipun turutak<n pak<capanipun bKngsa Jawi, rimbagipun inggih rimbag Jawi. Jumiyin bKngsa Galandi inggih sampun nate dam<l ada+ada badhe ngr<sikak<n basanipun, mawi nyarawaland;kak<n t<mbung! rancis, J<rman, 1nggris, *<panyol, ingkang sami kangge ing basa Galandi, upaminipun 1ngenieur punika t<mbung rancis, t<g<sipun tiyang pint<r, badhe kacarawaland;kak<n, 2ernufteling, s;kr<taris 5secretaris6 juru s<rat wados, badhe kacarawaland;kak<n 0eheimeschrij3er, bot<n sag<d, malah dados g<guj<ngan, dados ada+ada makat<n wau cabar, ihtiyaripun tanpa dados, sapriki l<stantun ngangge t<mbung+t<mbung mKnca, namung pak<capan sarta pangrimbagipun inggih kacara Galandi, dene y;n t<mbung ingkang kangge ing babagan kawruh pany<ratipun sami kal<stantunak<n, kados ta! &onopolie, )heologie, makat<n ugi ing basa Jawi, manawi t<mbung mKnca wau kamanah parlu, pany<ratipun kal<stantunak<n, inggih kas<rat kados salugunipun, namung pak<capanipun kemawon ingkang kacara Jawi, kados ta! amt<nar 5ambtenaar6 b<stir 5bestuur6 obrus 5o3erste6 sapanunggilanipun. )<g<sipun t<mbung mKnca ingkang sami kangge ing basa Jawi punika pr<lu sang<t dipun sum<r<pi, jalaran kathah kemawon tiyang ingkang ang<capak<n t<mbung mKnca bot<n ngrumaosi ngangge t<mbung mKnca, kaangg<p inggih t<mbungipun piyambak kemawon. Angg;nipun t<tiyang kathah sami ngl<ny<m kemawon bilih ng<capak<n t<mbung mKnca punika dede l<patipun ingkang ngangge, namung saking bot<n wont<n ingkang n<rang+ n<rangak<n, utawi angg;nipun ul<t+ul<tan kalihan basa Jawi sampun rumasuk, kados ta! anglo, punika j<bul t<mbung %ina, bKngsa %ina mastani ang lo. )ahu, punika inggih t<mbung %ina malih, bKngsa %ina mastani takwe. Gont<n malih ingkang cariyos, bilih t<mbung bothekan, punika asalipun saking t<mbung apotheek. Gallahualam, ail, punika t<mbung Arab. )<rkadhang malah wont<n t<mbung mKnca, sar<ng kaangge ing basa Jawi t<g<sipun laj<ng g;s;h kalihan waunipun, g;s;hipun wau bot<n saya wiyar l;r;gipun, malah kosokwangsul, inggih punika saya wadhag, kados ta! napsu, t<mbung Arab, t<g<sipun kaniyatan ingkang anggayuh dhat<ng barang+barang, wusana sar<ng dados t<mbung Jawi namung t<g<s! muring. Gont<n malih t<mbung! sabar, t<g<sipun wiyar sang<t! b<tah, santosa, m<ngku, momot, sar;h, mant<p, t<t<p, bokmanawi taksih malih. Ananging sar<ng kaangge wont<n ing basa Jawi, adhakanipun inggih namung at<g<s! narimah. Gont<n malih t<mbung! arta, punika t<mbung *ans<krit, t<g<sipun! wajib

ngupados pangupajiwa, gampilipun inggih barang kadonyan, ingkang kenging kadam<l nyamp<ti g<sang cara donya, dene wujudipun kados ta! t<tan;n, n<nukang utawi y<yasan, kagunan, kalangkungan, kaurmatan, tuwin san;s+san;sipun, wusana sar<ng dados basa Jawi, namung at<g<s sa<bab inggih punika! yatra 5r<dana, dhusun6, wont<n malih t<mbung! adi, t<mbung *angs<krit, t<g<sipun! ingkang kawitan, ingkang rumiyin piyambak, ingkang minulya, wusana sar<ng dados t<mbung Jawi limrahipun namung at<g<s! sae. )aksih kathah malih panunggilanipun. Amila pr<lu sang<t wiwit sapunika t<mbung+t<mbung mKnca wau sami dipun pilihi, dipun dadosak<n sabuku piyambak. Giwit rumiyin mila panc;n d;r;ng wont<n p;ng<tan t<mbung mKnca ingkang kangge ing basa Jawi. )<mbung+t<mbung ingkang sampun kadangon mangsuk Jawi, inggih dhasar ang;l panglacakipun, tidha+tidha angg;nipun badhe mastani, punapa punika t<mbung Jawi punapa dede. (alika jaman tiyang 1ndhu angajawi amb<kta t<mbung *angs<krit, b<b<ktanipun *<rat &ahabarata, Jamayana, Gedha+wedha, sami kas<rat ing sastra saha basa *angs<krit. ara sarjana sujana Jawi jaman samant<n kasup;n bot<n karsa dam<l buku cath<tan bab t<mbung *angs<krit, malah t<mbung *angs<krit mangsukipun Jawi kados dipun sokak<n, carub dados satunggal, sapunika kecalan lari. unapa basa Jawi punika waunipun wont<n piyambak, punapa panc;n malihanipun basa *angs<krit dados Kawi 5Jawi Kina6, Kawi laj<ng malih dados Jawi sapunika punika, punika kula sumanggakak<n dhat<ng para linangkung. (amung wujudipun sapunika basa Jawi Kawi ingkang l<r<sipun kawastanan Jawi Kina punika d<l<gipun kathah sang<t ingkang sami kapanggih wont<n ing basa *ans<krit, ngantos nama+namanipun sadaya tiyang Jawi m;h sadaya sag<d kapanggih wont<n ing basa Kawi utawi *angs<krit. *apunika kadospundi angg;nipun badhe m;ng<ti pundi Jawinipun, pundi *angs<kritipun. &ila prayoginipun basa Kawi saha *angs<krit punika bot<n kal<b<tak<n ing p;ng<tan t<mbung mKnca, dados kadhaku. 'wadene kula inggih nyumanggakak<n dhat<ng para linangkung malih. 1ng nalika bKngsa Jawi kadhat<ngan bKngsa %ina, sakawit m<sthinipun l<layanan bab dagangan, basa Jawi inggih kal<b<tan t<mbung %ina, ewadene para sarjana sujana jaman samant<n inggih bot<n karsa dam<l p;ng<tan t<mbung %ina. &Kngka kaangge sarawungan padint<nan. Kathah kemawon tiyang Jawi ingkang anggumuj<ngak<n bilih mastani barang ingkang saking %ina, upaminipun! bakmi, bak, t<g<sipun ulam babi, mi, inggih! mi. $ados kaj<ngipun, olah+olahan mi ingkang mawi ulam babi. Ananging tiyang Jawi kathah ingkang mung<l! aku gaw;kna! bakmi, ora nganggo iwak babi. "tawi dipun wastani! bakmi Jawa. Gont<n malih bKngsa ngabotohan! cap ji ki, utawi cap ji kya. %apE sadasa, jiE kalih, kiE k<rtos. Kaj<ngipun, dolanan mawi k<rtos kalih w<las. )iyang Jawi asring wont<n ingkang mung<l! ayo, cap ji kya nganggo kr<tu n<m bae. 1ng nalika bKngsa Jawi kadhat<ngan bKngsa Arab, amb<kta basa Arab, s<rat+s<rat kas<rat cara Arab, lum<b<tipun t<mbung Arab dhat<ng basa Jawi kados dipun byukak<n, kab<kta saking nyar<ngi tumangkaripun agami 1slam, ingkang dipun angge n<rang+n<rangak<n t<mbungipun Arab. (anging para sarjana sujana jaman samant<n inggih kasup;n malih, bot<n dam<l cath<tan t<mbung wau. B<gja dene sapunika sampun ragi kathah para sarjana sujana ingkang ng<rtos ing t<mbung Arab, dados ragi mayar angg;nipun dam<l p;ng<tan. &akat<n ugi ing nalika bKngsa Jawi sarawungan kalihan bKngsa ort<gis, *<panyol, 1nggris, inggih bot<n dam<l cath<tan bab t<mbung+t<mbung mKnca wau, mKngka basa+ basa wau sapunikanipun sampun sami bot<n m<kar wont<n ing tanah Jawi, tamtu r<kaos

angg;nipun naliti t<mbungipun ingkang lum<b<t ing basa Jawi, bokmanawi sarjana Jawi ingkang ngr<tos ing basa wau inggih bot<n kathah. Lla, sapunika jamanipun bKngsa Jawi sarawungan kalihan bKngsa Galandi, inggih jaman saw<g m<k<r+m<karipun basa Galandi wont<n ing tanah 1ndhia, inggih jamanipun bKngsa 1ndhia saw<g sami ngangsu kawruh 'ropah, ngangge cidhuk basa Galandi 5ing tanah 1ndhu cidhukipun basa 1nggris6, punapa inggih para sarjana sujana Jawi ingkang m<nangi rame+ramenipun basa Galandi wont<n ing tanah Jawi, badhe kasup;n malih dam<l p;ng<tan, m<sakak<n bKngsa Jawi ing t<mbe wingking, mindhak c<nunukan kados bKngsa Jawi sapunika dhat<ng t<mbung mKnca ingkang sampun+sampun, mumpung sami ngalami luhuripun basa Galandi. &;h sab<n wont<n tiyang gin<man katrocoban t<mbung Galandi, punika angg;nipun m;ng<ti langkung gampil tinimbang ingkang sampun kap<ngk<r. Jingk<sing atur pamrayogi kula, namung k<dah ngaj<ngi dhat<ng t<mbung+t<mbung mKnca, nanging k<dah dipun ngr<tosi t<g<sipun ingkang salugu. $ene pak<capanipun, k<dah manut k<daling pak<capan Jawi, namung pany<ratipun bilih parlu k<dah dipun lugokak<n, dene ingkang utami malih punika inggih k<dah dam<l bausastranipun t<mbung mKnca, ananging k<dah alon+alonan, awit pandam<lan ingkang r<kaos, sabab ingkang kajibah anggarap k<dah para ahli basa say<ktos, ap<sipun k<dah mumpuni kalih utawi tigang basa 5basa kilenan saha wetanan6 punapa malih bot<n namung priyantun satunggal kalih, taksih kawrat<n, sak<dhikipun ingkang anggarap punika manut cacahipun basa ingkang lum<b<t ing basa Jawi, sarta inggih ingkang putus dhat<ng basa ingkang badhe kagarap, bot<n c<kap namung kat<rangak<n candhela, punika t<mbung! ort<gis. ak<capanipun kadospundi, pany<ratipun ingkang lugu kadospundi, sarta t<g<sipun ingkang say<ktos kadospundi. *alaj<ngipun angg;nipun ngabsahak<n kasar<ngak<n konggr;s basa Jawi. uwungan sawont<nipun, dipun cicil, sapint<n angsalipun prayogi kapacaka wont<n ing usaka Jawi, sab<n m<dal dipun w<wahi, ing benjing konggr;s ingkang n<t<pak<n, pundi ingkang ka<sahak<n, pundi ingkang bot<n. Kangge anc<r+anc<r, t<mbung+t<mbung mKnca ingkang lum<b<t ing basa Jawi punika, kajawi t<mbung Kawi kalihan *angs<krit, inggih punika! )<mbung %ina )<mbung Arab )<mbung ort<gis )<mbung *<panyol )<mbung 1nggris. )<mbung Galandi. Bokmanawi taksih wont<n malih. $ene ngr<mbakanipun t<mbung+t<mbung mKnca wau <ngg;n+<nggenan utawi golong+golongan, miturut pr<lunipun, upaminipun! sab<n+sab<n angr<mbag bab kawruh batos, t<mtu kathah sang<t t<mbungipun Arab. *ab<n+sab<n ngr<mbag babagan praja, t<mtu kathah t<mbungipun Galandi, makat<n sasaminipun. Kajawi makat<n, wont<n malih golong+golonganing t<mbung mKnca ingkang panganggenipun <ngg;n+<nggenan, kados ta! ing tangsi, ing s<kolahan, ing p<k<n 5padagangan6, ing kawruh patukangan, ing pabrik, ing kontrakan, ing kaprajan, ing bKngsa olah+olahan, ing bKngsa pangangge saha ing kantor+kantoran. *adaya wau sami ngangge t<mbung+t<mbung mKnca ingkang gathukipun mathuk kalihan pandam<lan ngriku. $ados sint<n para sarjana ingkang karsa dam<l urun+urun utawi panjurung paring

t<mbung+t<mbung mKnca, laj<ng gampil dening mawi anc<r+anc<r golong+golongan wau. un, *astrawirya *. Busananin Basa 1ngkang kula wastani busananing basa punika t<t<mbungan utawi ukara, limrahipun namung dados r<r<ngganing basa kemawon, inggih punika ingkang ing basa Galandi dipun wastani beeldspraak. *ay<ktosipun beeldspraak kula jarwani busananing basa punika bot<n l<r<s t<mbungipun 5beeld t<g<sipun! gambar, spraak! ucap+ucapan6, nanging manawi ang;ng<ti kanggenipun ing basa Jawi, kados sampun mathuk kawastanan! busananing basa, utawi! r<r<ngganing basa. )<mbung Galandi beeldspraak punika saking t<mbung beeld tuwin spraak. *praak jarwanipun! ucap+ucapan beeld jarwanipun gambar. 0ambar ing ngriku kaj<ngipun gambar ucap+ucapan sarana t<t<mbungan, upami! )iyang ingkang r<m<n suka pangapunt<n, dipun wastani! j<mbar manahipun, j<mbaring manah kagambar kados sagant<n, laj<ng wont<n t<t<mbungan! mugi karsaa anj<mbarak<n sagant<n pangapunt<n 5anglub;rak<n sagant<n pangapunt<n, utawi samodra pangaksama6. )iyang ny<nyKngga barang awrat, bot<n sag<d sasakecanipun kemawon, k<dah ngatos+ atos, bot<n kenging mirang+miring. &ila pandam<lan, t<tangg<lan, s<sangg;n, ingkang bot<n kenging ginagampil, san;s ba;n+ba;n, punika kat<mbungak<n! bot<n kenging sinKngga miring. Bingah tuwin susah kagambar kados sandhangan, inggih punika slendhang ing ukara! bubuhaning manungsa kaslendhangan bungah lawan susah. "kara+ukara ingkang makat<n wau, ing basa Jawi kawastanan ukara sag<d anjog;d. 1ng ngandhap punika panunggilanipun ukara ingkang sag<d anjog;d, p<thikan saking s<rat ustaka Jajapurwa! &iyarsa pawartos p<p<k<nan 5b<baratan6 saking asranging samirana, asraking ampuhan, l<pasing gundhala, b<basan! tutur k<lantur, pawartos katular, ujar pinajarak<n janma,Q t<g<sipun! mir<ng pawartos ingkang d;r;ng kenging pinitados,Q $<lap kawula mugi kalilana anuwila gKnda, t<mbung ngawu+ngawu, l<pata ing saru s<siku, dene kamipurun rum<ngkuh angrak<t krama raka dhat<ng paduka. *ay<ktosipun kawula punika, t<bih+t<bih inggih taksih kant<nan p<rnahipun, lamat+lamat inggih taksih katingal kukusipun, kentar+kentaring maruta, inggih taksih mamb<t gandanipun 5taksih kant<nan t<tal<ripun6. )<g<sipun! nyuwun pangapunt<n dene kamipurun ny<but raka, sa;stunipun taksih sadh;r;k, sanajan sampun t<bih. &<nggah tiyang nglairak<n kr<nt<ging manahipun, pikaj<nganipun utawi raosing manah, wont<na ing pawicant<nan, wont<na ing s<rat, sasag<d+sag<d masthi murih c<tha, t;t;h, luw<s, manis, urut, bot<n wor suh. Awit saking punika pamilihing t<mbung+t<mbung k<dah patitis, k<dah runtut, mapan utawi l<nggah, utaminipun r<sik. Kajawi makat<n, ingkang b<sus ing sastra ugi mawi t<t<mbungan utawi ukara minKngka r<r<nggan, supados sakeca tuwin n<ngs<mak<n dhat<ng ingkang sami midhang<t, t<t<mbungan punika ingkang kula wastani! busananing basa. Busananing basa punika wont<n pint<n+pint<n warni, wont<n ingkang kangge ing pawicant<nan padint<nan, wont<n ingkang namung kangge ing s<rat+s<rat, tuwin wont<n

ingkang kangge ing padhalangan. 1ng kawruh kasusastran basa Galandi beeldspraak kabedakak<n dados kawan warni, inggih punika! 1. 2ergelijking 11. &etaphoor 111. ersoons3erbeelding 12. Allegorie Beda+bedanipun makat<n! 1. Busananing basa ingkang kawastanan 2ergelijking 5p<pindhan6 unika t<t<mbungan utawi ukara, ingkang ny<butak<n punapa+punapa, mawi dipun sam;kak<n utawi katandhing kalihan san;sipun, limrahipun mawi t<mbung! kaya, kadya, kados, lir, lan sapanunggilanipun. Kaj<ngipun ingkang ngangge t<t<mbungan wau tarkadhang namung m<wahi katrangan, tarkadhang kangge nyang<tak<n, tarkadhang namung kangge r<r<ngganing basa kemawon. <pindhan ingkang ngangge pawicant<nan padint<nan kados ta! $l<jag+dl<jag kaya ajudan. 1r<nge kaya minangsi. Angg<pe kaya priyayi. K<cute kaya as<m. aite kaya bratawali. F<gine kaya gula. Ambune kaya bathang. J<rone kaya sagara. adhange kaya awan. Abange kaya dubang. Ak;he kaya s<mut. Anggone turu kaya bathang. <pindhan wont<n ingkang dados paribasan, upami! %ar+cor kaya wong kurang janganan + c<blang+c<blung. Kaya klinthing disampar kucing + juw;h. Kaya k<th;k ditulup + lingak+linguk. Kaya mimi lan mintuna + bot<n pisah. K<nthang+k<nthang kaya randhaning bupati + bot<n paj<ng semah malih. $ik<mpit kaya wade + dipun pilala. Bungahe kaya wong nunggang jaran ;b;g+ebegan + tanpa taha+taha. <pindhan+p<pindhan ingkang kas<but ing nginggil wau sami ngangge t<mbung! kaya, bot<n sadaya p<pindhan makat<n, wont<n ugi ingkang tanpa t<mbung! kaya, nanging mawi swara irung, kados ta! Andami aking, t<g<sipun! kados dami aking, panunggilanipun kados ta! Ambanyu mili. Ambata rubuh. (yela c<ndhani. Andamar kanginan. (awon k<mit. (gombak banyu. <pindhan ingkang kangge ing s<rat+s<rat

1ng s<rat+s<rat kathah p<pindhan, ing pawicant<nan bot<n nate kangge. Kaj<ngipun p<pindhan wau wont<n ingkang m<wahi c<thanipun ingkang dipun cariyosak<n, dados katingal gawang+gawangan, wont<n ingkang kangge nyang<tak<n. $ene limrahipun dados r<r<ngganing basa. Awit saking punika s<rat+s<rat ingkang kathah p<pindhanipun, inggih punika s<rat waosanipun tiyang s<puh, langkung malih s<rat+s<rat ingkang mawi s<kar. 1ng ngandhap punika p<pindhan+p<pindhan, ingkang asring kangge ing s<rat+s<rat gancaran, tuwin ing s<rat ingkang mawi s<kar! Gutahing wadyabala kadya trunaning udaya, 5kadya samodra kin<bur6. Kang putih kumpul padha putih kaya kuntul n<ba, kang abang kumpul padha abang kaya gunung kobar, 5kaya k<mbang palas6, kang ir<ng kumpul padha ir<ng kaya dhandhang r<raton, kang kuning kumpul padha kuning kaya kapodhang r<raton. 1ngkang seta kadi kuntul sak<thi lumrang. 1ngkang abrit, kadi wana katunu. Busana manekawarna kadya s<kar ing udyana. )anagane kaya wong m<nd<m g<nje. *uraking bala kaya ampuhan. Awake and<d<l kaya diububi. Jaosing manah kados kasiram ing toya sawindu. B<kose lir sima lodra mKngsa b<bayangan. olahe kaya manuk sikatan. Kaya wangan mungsuh sagara. angamuke kaya sima ar<but daging 5kaya banth;ng k<taton6. Angkuhe kaya kum<ndur angajawa. Kaya Kamajaya lan Jatih. <sating mimis kaya lintang ngalih, 5kaya udan g<ni6. <t<ng kukusing obat kaya thathit sarawungan. Bungahe kaya n<mu int<n sagunung. 0umuruh wadya wurahan lir kocaking samodra rob 5lir h;rnawa b<ntar6 K;hing janma mal<dug lir gunung kapuk. (galumpruk lir kapuk. Budine lir m<nyan kobar. aguting tingal gapyuk lir kupu atarung. )andange kaya gajah m<ta 5kaya jangkrik mambu kili6. olahe kaya pr<njak tinaji. angungrume kaya br<mara ngis<p sari. K;hing wadyabala ambalabar lir samodra tanpa t<pi. 0umuruh swaraning gubar lan b;ri kadya amb<lahna langit. K;hing p<pati kaya babadan pacing. ara putri sir<p kab;h kaya iwak tinuba. rig<le kaya k<dhali nyampar banyu. &uy<ging ron+ronan kados r<r<ngganing g<lung. *umbare kaya bisa mutungna w<si glig;n. 0ilape kaya nyur<mna soroting sr<ngenge. *<nggake ng<dhasih. Ombake ng<mbang glagah.

0<thinge tandh<s ing balung. +. ,pin)han in kan Kan e in ,a)halan an 1ng padhalangan kathah sang<t p<pindhan+p<pindhan, ingkang namung dados r<r<ngganing basa. )<mbung+t<mbungipun san;s t<mbung limrah, kapilih ingkang p;ni utawi Kawi, kados ta! $uka kat<mbungak<n makat<n! lir sin<bit talingane, jaja bang mawinga+winga 5asumung+ sumung, lir sin<cang, lir wora+wari6, kadya b<l m<tu dahana, sarira mangutug kadya agni, netra andik mangondar+andir, kum<dut padoning lathi, kang id<p mangada+ada. Kula nuwun sinuhun, wont<n ing jawi guguping manah kula kados tinubruk ing mong tuna, sinamb<r ing g<lap l<pat, upami kamb<ngan salKmba pinanj<r ing alun+alun, saklangkung kum<jot kumitir caruk awor rumaras. *ar<ng sampun wont<n ngabyantara dal<m, bot<n anggadhahi manah ingkang kumarasan. KinKndha, ya ta sri narendra ingkang kondur ngadhaton, k;nd<l wont<n palataran ing *rimanganti, am<ngk<rak<n warana, angaj<ngak<n regol dana pratala, sri narendra sarwi ningali r<r<ngganing gapura, pucak sinungan kumala sawohing j<nggi ag<nge, in<bing gapura g<dhah tinulis *ang Lyang Kama Jatih, y;n m<nga kadi bedhang s<mayan, y;n min<b kadi pangant;n kapanggih. KinKndha sir<ping gara+gara, ana mas tiba saka ing wiyati, y;n masa mas kepon, y;n slakaa slaka c;l;ng. *int<n ta ingkang m<lik+m<lik kadya dhingklik, m<ncorong kadya g<nthong, ora maido tejane bandarane, iya Kyai Furah *<mar. Fampah dhadhap anoraga ngr<p;p;h kadya sata mriy<mbada. $hasar satriya bagus, rin<ngga ing busana, sasat *ang Lyang Asmara angejawantah. Ganodya n<dh<ng diwasa ayu warnane, rin<ngga ing busana, amimbuhi raras aruming netya kadi murca kin<dh;pna. ranyata sri narendra sirna kamanungsane, sasat *ang Lyang Brama angejawantah, r<p sidh<m ing pasewakan, tan ana bawane walang alisik, sanadyan g<godhongan tan wont<n ebah, kenging pangaribawaning narendra, namung swaraning pandhe, g<ndhing k<masan, ingkang sami taksih nambut karya, imbal ngaras yayah pradKngga. %Kndra 1ng basa Jawi wont<n p<pindhan ingkang dipun wastani! cKndra, punika ugi t<t<mbungan utawi ukara, ingkang ny<butak<n punapa+punapa, kasam;kak<n barang san;sipun, limrahipun namung wont<n ing gagasan kemawon. 1ngkang dipun cKndra limrahipun! ,. )iyang ingkang sae ing warni. .. Kawont<nan 5natuur6. ,. %andraning tiyang, punika p<piritaning warni. La. %Kndra ingkang ngangge t<mbung! kaya, lir, lan san;s+san;sipun, kados ta! %ahyane nglayung kaya r<mbulan. Jurus kang sarira kadi ingongotan. Gadana kadya binubud. Kadya gambar w<wangunan. G<n<s ijo kang sarira kadya kancana sinangling. Gajanya lir mirah sinundukan. *inome lir lunging pakis kabaratan. "ntune rata putih lir ombaking warih. Kang cahya lir basanta.

(a. %Kndra ingkang tanpa t<mbung! kaya, kadya, lan san;s+san;sipun, kados ta! Kuninge n<mu giring. undhake nraju mas. Bathuke nyela c<ndhani. Athi+athi ngudhup turi. Jambute ng<mbang bakung. Jambute ngandhan+andhan. "ntune miji timun. ipine andur;n sajuring. Fambene anggula sat<mplik. F<ng<ne anggandhewa gadhing. F<ng<ne anggandhewa pin<nthang. Fembehane amblarak s<mpal. <pindhan+p<pindhan cKndra+cKndra ing nginggil wau sadaya bot<n kenging dipun ewahi 5dipun anggit6, kajawi makat<n, manawi kamanah+manah mulabukanipun, utawi sababipun, asring bot<n sag<d andungkap, upami! Bathuk sae kacKndra! nyela c<ndhani. unika kadospundi sababipun, dene kasam;kak<n kalihan sela c<ndhani, bot<n kasum<r<pan, punapa waradinipun, punapa lum<ripun. &akat<n ugi cKndra tuwin p<pindhan san;sipun, upami! Kaya wangan mungsuh sagara. Budine lir m<nyan kobar. aguting tingal gapyak lir kupu atarung. angungrume lir b<rmara ngis<p sari. ipine andur;n sajuring. .. %andraning kawont<nan 5natuur6 unika limrahipun nyariyosak<n punapa+punapa, sarana kat<mbungak<n utawi ka;mp<r+ ;mp<r kados tiyang, kados ta! $handhanggula *<s<ndhonan s<nggak+s<nggak atri P obahira camara ing arga P kadi kayungyun esthane P mring para surawadu P kayu manis singub ka;ksi P sinomira ngr<mbaka P l<ng<ng esthanipun P lir ng<ngudang payudara P anambrama arum ingkang anyar prapti P gumlar ing wanawasa PP Giwaha Jarwa. %Kndra ing nginggil punika wont<n p<pindhanipun! ebahing wit camara kados kasmaran, ron kados ng<ngudang payudara, kados ambag;kak<n para widadari. <thikan saking *<rat Bratayuda c<kakan! *akathahing kalang<nan urut margi, ingkang dipun ambah rabu Kr<sna, s<munipun sami prihatos! ebahipun godhonging wit waringin s<munipun kados tiyang jal<r k<susahan, amargi k<cuwan angg;nipun badhe karon jiwa. ucaking gapura ;mp<ripun kados ngaj<ng+aj<ng enggale rawuhipun rabu Kr<sna. Baunipun ing gapura kados badhe ny<mbah dhumat<ng ingkang rawuh. Npanging wit capaka sapinggiring margi kat<mpuh ing angin, s<munipun kados astanipun $;wi Banowati, angawe+awe pitak;n dhat<ng rabu Kr<sna, punapa Jad;n Janaka andh;r;k. *waraning ratanipun sang nata, sarta g<byaring s<sotya r<r<ngganipun, kados anyauri sarta ngujiwati ingkang pitak;n, wondening sauripun! *i Janaka ora milu ngiring, isih k;ri ana ing Giratha, kadang+ kadange siji ora ana sing milu. Npang kanginan ;mp<ripun kados tiyang mengo, bot<n

kadugi ing wangsulan wau, awit Jad;n Janaka bot<n andh;r;k dhat<ng nagari (gastina anjab<l nagarinipun. *<kar+s<kar ing margi ;mp<ripun kados badhe r<ntah ing jurang, wit+witan ingkang wont<n pinggir margi kat<mpuh ing angin, godhongipun abosah+basih, s<munipun kados tiyang prihatos, dene andhawa bot<n wont<n tumutQ %andraning kawont<nan wau kenging kaanggit. *anepa 1ng basa Jawi wont<n t<t<mbungan ingkang kawastanan! sanepa, punika ugi p<pindhan, nanging wont<n bedanipun sawatawis, inggih punika ny<butak<n punapa+punapa, katandhing kalihan san;sipun, nanging langkung saking ingkang dipun upam;ni, upami! Ms<me pait kilang, ;s<me katandhing kalihan kilang, kilang kaangg<p pait, taksih l<gi ;s<mipun, t<g<sipun! ;s<mipun manis sang<t. *anepa san;sipun kados ta! Ms<me pait madu. )ingale pait madu. )ingale pait kilang. Ambune arum jamban. )atune arang kranjang. Jindhik asu digitik. J<nggang gula. Fandh<p dh<ngkul. B<ning l<ri. Fonjong botor 5mimis6 Kum<pyur pulut. %umbu lal<r. *anepa punika bot<n kenging dipun anggit. 11. &etaphoor. unika t<mbung+t<mbung ingkang at<g<s entar 5sambutan6 ingkang dipun upam;kak<n tarkadhang kas<but, tarkadhang bot<n, upami! )<t<mbungan dhat<ng anak! $huh nyawaku, utawi! dhuh anakku nyawa. $huh woding atiku. $huh tuntunging atiku. $huh maniking mata. angungrum! $huh p<pujanku wong ayu. Jatu+ratuning rum+arum. Jatu+ratuning m<manis. Jatu+ratuning jum<rut. Jatu+ratuning h;r g<ni. Jimat jumant<n mami. Jimatku wong ayu. &irah int<nku wong ayu. 0ustiku wong ayu. )iyang agung &enak kas<but! p<pakuning jagad, l<lancuripun pus<r bumi, dipaning nagari &<kah. Kyai atih Baktak kas<but! s<suk<ring jagad 5bumi6 l<l<th<king jagad, wisaning rat. Jad;n *<tyaki kas<but! b<banth;ngipun nagari $warawati.

Kajawi ingkang kas<but ing nginggil wau, sadaya t<t<mbungan ingkang at<g<s sambutan ugi kawastanan busananing basa 5metaphoor6, punika kathah sang<t panunggilanipun, ing s<rat+s<rat tuwin ing basa padint<nan, kados ta! Asarah tumbak abulus tam;ng. *amodra marus, asarah kunarpa. Banjir ludira asarah layon. $ana nyawa. 0<g<mpalaning cariyos. %umanth;l k<kulunging ati. 0urune wong bagus. &<ngku adil paramarta. Among lulut. Atinggal kamukt;n. &ilik anggendhong lali. Kambah ing prihatos. Kulak warta adol prungon. "run tangis "dan tangis "tang pati Am;k pati )adhah duka (<mu urip Kalis ing l<lara Karoban ing sih (yadhong dhawuh )hukul turune %agak l;k J<mbuge mat<ng $awa tangane an;n mata &<nd<m drajat ait w;w;h unika bot<n kenging dipun anggit. 111. ersoons3erbeelding unika ugi t<mbung+t<mbung ingkang at<g<s entar utawi sambutan kados &etaphoor, wont<n bedanipun sawatawis, makat<n! ing ersoons3erbeelding t<mbung ingkang at<g<s sambutan, t<g<sipun lugu namung tumrap ing tiyang kemawon, kados ta! k<rtune mati, dalane mati, dhadhu mati, l<mah mati. anc;nipun ingkang p<jah tiyang, nanging k<rtos, margi, dhadhu, siti, sami kat<mbungak<n p<jah. )uladha san;sipun upami! Arloji lumampah. Atine mandh<g mangu. K<rtune urip. ucakipun kin<mulan ing mega. atine sasi iki. Kajawi punika nama sambutan ingkang panc;nipun tumraping tiyang, ugi kaewokak<n ersoons3erbeelding, kados ta! *<mar m<nd<m + namaning t<t<dhan. JKndha k;li + namaning t<t<dhan. $hudha kasmaran + namaning s<kar. Jaka bolot + namaning pantun. Jaka b;l;k + namaning lintang. (yai *<tomi + namaning mriy<m. Kyai *<kati + namaning gKngsa. 1ng s<rat+s<rat kathah panunggilanipun, limrahipun candraning kawont<nan. )uladha ing

cKndra s<kar $handhanggula, ingkang kas<but ing ngaj<ng! wit kat<mbungak<n kayungyun, ron ng<ngudang, ambag;kak<n kadosdene tiyang, tuladha san;sipun upami! %ahyane nitis ing r<mbulan. Obahing janur kuning kaya ngawe+awe para tamu. *ang hyang riris tum<dhak. *ang hyang arka nitih wukir. J<p sidh<m praman<m tan ana b<n;ne walang salisik, godhonging k<kayon tan ana obah, samirana tan lumampah. Kala samant<n surya ngaj<ngak<n s<rap, arindhik lampahipun, kados d;r;ng tuwuk angg;nipun ningali r<r<ngganing kadhaton ing (gastina, ;mp<ripun kados nolih k<pencut aningali J<tna Banowati. $handhanggula Arsa uning kang ng<g;t+<g;ti P duk wruh lamun prawitaning kr<dyat P saking wau wlas sar<se P dyan manglung jangganipun P lir mangawe+awe many;ngi P wukir miwah patapan P ap<t<ng dinulu P kukusir;ng wana basmyan P ang<ndhanu p<tung tum<lung ing warih P kadi manawuk toya PP Arsa t<k<s lan mangaswa aksi P k<kayon kang sami tumaruna P lir manaosk<n palane P n;ng pacangkramanipun P lamatir;ng pradapa kadi P tansah n<mbah mangargya P mring kang anyar rawuh P ing wana k;h susuhira P tama yuda kang mangajap+ajap riris P ing tanggal mKngsa kapat PP Kinanthi Kontr;ng netra y;n wulangun P kathah solahing surastri P mrih badhar tap;ng sang parta P nulya kasaput ing ratri P surya ginantyan ing wulan P esthaning sasKngka kadi PP *uka mulat solahipun P ingkang para widadari P ngramyang kataw;ng ing ima P sumamar d;nnya madhangi P anginte upamanira P saking kumudu ningali PP + Giwaha Jarwa. Fangkung malih pasang rakiting patamanan, satunggal lan satunggalipun kados tantang+ tantangan, sag<da ngucap pindha sumbar+sumbaran, sint<n ingkang unggul ing pabaratan, r<but sari angg<larak<n k;ni+k;nining kaendahan. Jad;n &as Arya *uryasuparta dhat<ng nagari Galandi. ersoons3erbeelding kenging dipun anggit. 12. Allegorie 1ngkang kawastanan allegorie inggih punika ngibarat utawi saloka. 1ng ngandhap punika tuladha allegorie p<thikan saking s<rat piwulang 5*riyatna6, anggitan dal<m suwargi Kangj<ng 0usti angeran Adipati Arya &angkunagara 12 5bapa biyung kaupam;kak<n wit turi, anak kaupam;kak<n ul<r, makat<n salaj<ngipun6. $handhanggula Q PP Kang mangkono kadi ul<r turi P awit n<t<s praptaning diwasa P tan lunga saka <nggone P kang mKngka bojanipun P mung galihe ponang wit turi P lami+lami katr<san P bolong d<l<gipun P ul<r m<dal sing sasana P dadi kupu bambrang adi ingkang warni P wus prapta kang sin<dya PP )uk nugraha kat<kaning kapti P nadyan raga ana dadinira P lamun kojur l<lakone P wit turi saya alum P marga saking atine rujit P ul<re nora doyan P ilang rasanipun P y;n kat<mpuh ing prahara P kayu pokah kang ul<r cinucuk pitik P t<mah sirna kalihnya PP Kang saloka tumrape n;ng janmi P kayu turi yeka yayah rena P ul<r kang mKngka sutane P wus tamtu bapa biyung P ngupakara w;h sandhang bukti P myang mrihatink<n ing tyas P

sung pemut rahayu P kongsi praptaning diwasa P lamun putra graita darb;ni budi P w<las mring ibu rama PP Angupaya w<kasaning dhiri P pirabara bisa amal<sa P marang sihe wong tuwane P lamun tan bangkitipun P amung aja adadi kardi P myang karya susahira P iku saminipun P ul<r kang m<tu sing wr<ksa P dadi kupu anak bisa dadi pyayi P k<na tinon ing kathah PP Q PP 1ng allegorie tiyang g<sang kaupam;kak<n! baita wont<n ing sagant<n, alun! daya saking ing jawi. *urya! kab<gjan. rahara! b<baya. K<mudhi! g<sangipun. andom! pathokaning g<sangipun 5agami6. *amKngsa k<mudhinipun risak, masthi kampul+kampul wont<n t<ngahing sagant<n, badhe sangsara ingkang pinanggih. &anawi tanpa pandom, bot<n sum<r<p margi ingkang l<r<s, baita san;sipun kaupam;kak<n! sasamining ag<sang, makat<n salaj<ngipun. Gulangr;h ny<butak<n! &anah lir upaminipun siti. asit;n punika warni+warni! wont<n ingkang <mpuk, atos, padhas, sasaminipun. *<rat Gulangr;h punika lir upaminipun toya jawah. "pami pasit;n padhas 5manah atos6 kadhawahan jawah d<r<s 5asring mir<ng pitutur sae6 kadospunapa kemawon, tamtu namung mili kemawon, bot<n sag<d angl<b<ti, malah sag<d ugi laj<ng nglumut lunyu, amb<bayani sang<t dhat<ng ingkang ngambah 5dhat<ng s<srawunganipun6 t<g<sipun! t<g<l m<ntalan. &anawi pasit;n punika <mpuk lan sae, kadhawahan toya jawah sag<d nampi t<rus dumugi sapangandhap, saya lami manawi kaopenan, dados pasit;n ingkang lohQ *aloka utawi ngibarat ugi kenging dipun anggit. Kursus guru basa Jawi ing G;lt<phr;dh<n. $alil, rawiradiharja osted in! "ncategori#ed A$$ %O&&'()*

Alih Aksara -askah #awa


Apr+,:+.--/ By yswan )erima alih Aksara Jawa! ,. (askah Jawa .. Kekancingan :. ikukuh 4. *arasilah dll. Lubungi! adidesRplasa.com atau yswan.--,Ryahoo.com osted in! "ncategori#ed . %O&&'()*

.eiksis Bahasa #awa


Apr+O+.--/ By yswan

DEIKSIS DALAM BAHASA JAWA7 SUATU KAJIAN PRAGMATIK

1. Pe!"a!tar +inguistik sebagai ilmu ka"ian bahasa memiliki berbagai abang. $abang% abang itu di antaranya adalah 0onologi, mor0ologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya (?i"ana, ,--24 ,). @onologi adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i bunyi%bunyi bahasa menurut 0ungsinya. Mor0ologi adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i mor0em dan kombinasi% kombinasinya. Sintaksis adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i penggabungannya satuan%satuan lingual yang berupa kata yang membentuk satuan lingual yang lebih besar berupa 0rase, klausa, kalimat, dan wa ana. Semantik adalah abang ilmu bahasa yang mengka"i makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang paling ke il yang disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang berbentuk dari penggabungan dari satuan% satuan kebahasaan. &erbeda dengan 0onologi, mor0ologi, sintaksis, dan semantik yang mempela"ari struktur bahasa se ara internal, pragmatik adalah abang ilmu bahasa yang mempela"ari struktur bahasa se ara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (#arker, ,-124 ,,). Makna yang dika"i dalam semantik adalah makna yang bebas konteks (conte#t independent), makna linguistik (linguistic meaning) atau makna semantik, sedangkan makna yang dika"i dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks ( conte#t dependent), maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker sense) (=erhaar ,-164 ,6,) #arker, ,-124 6.) ?i"ana, ,--24 6). Makna yang dika"i oleh semantik bersi0at dua segi atau diadis (dyadic). Makna itu bisa dirumuskan dengan kalimat $hat does % mean? (7pa makna A itu(). Makna yang ditelaah oleh pragmatik bersi0at tiga segi atau triadis (triadic). Makna itu dapat dirumuskan dengan kalimat $hat did you mean by %? (7pakah yang kau maksud dengan berkata A itu() (+ee h, ,--64 1) bandingkan pula ?i"ana, ,--24 6). #ragmatik sebagai abang linguistik yang berdiri sendiri memiliki bidang ka"ian yang ukup kompleks, bahkan dimungkinkan sering tumpang tindih antara ka"ian pragmatik dengan ka"ian abang linguistik yang lainnya. Misalnya, ka"ian tentang penga uan yang dipela"ari dalam wa ana, sampai saatnya akan dipela"ari pula dalam deiksis yang termasuk ka"ian dalam pragmatik atau sebaliknya. Memang ukup sulit untuk membatasi se ara tegas antara bidang yang satu dengan bidang yang lainnya. Menurut 8aswanti #urwo (,-134 3), bidang ka"ian yang dipela"ari dalam pragmatik ada empat yaitu 4 (,) deiksis, (.) praanggapan ( presupposition), (6) tindak u"aran (speech acts), dan (5) implikatur per akapan (con&ersational implicature). Sedangkan menurut +eBinson (,-134 .3), bidang ka"ian pragmatik men akup tentang deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek%aspek struktur wa ana. Dengan demikian, +eBinson memasukkan satu hal yang lain yaitu aspek%aspek wa ana dalam ka"ian

pragmatik, sedangkan 8aswanti #urwo tidak menyebutkan aspek wa ana tersebut. &erdasarkan uraian di atas, tulisan ini hanya akan mengangkat satu pembahasan yang ukup menarik sebagai suatu ka"ian kebahasaan yang termasuk dalam ka"ian pragmatik yaitu deiksis, khususnya deiksis dalam bahasa Jawa. %. De' #'# 1ala* Ba$a#a Ja8a 8ata deiksis (dei#is) berasal dari kata Yunani deiktikos, yang berarti <hal penun"ukan se ara langsung'. Dalam logika istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung (pada masa setelah 7ristoteles) sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah pembuktian tidak langsung (;he $ompa t Kdition o0 the !O0ord Knglish Di tionary dalam 8aswanti #urwo, ,-154 .). Dalam linguistik sekarang kata itu dipakai untuk menggambarkan 0ungsi kata ganti persona, kata ganti demonstrati0, dan leksikal lainnya yang menghubungkan u"aran dengan "alinan ruang dan waktu tindak u"aran (+yons, ,-334 262). Sebelumnya, istilah deiktikos dipergunakan oleh tatabahasawan Yunani dalam pengertian yang sekarang disebut kata ganti demonstrati0. Deiksis adalah bentuk bahasa yang re0erennya berpindah%pindah tergantung pada siapa yang men"adi pembi ara, atau penulis, dan tergantung pada waktu dan tempat bentuk itu dituturkan (8aswanti #urwo, ,-154 ,). &entuk bahasa itu dapat berupa kata atau 0rasa (Ja k /i hards et al., ,-1-4 3:). Sebuah kata dikatakan bersi0at deiktis apabila re0erennya berpindah%pindah atau berganti%ganti, tergantung pada siapa yang men"adi si pembi ara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata atau 0rasa itu. 8ata seperti bapak <ayah' dan saiki 'sekarang' adalah kata%kata yang deiktis. 8ata%kata seperti ini tidak memiliki re0eren yang tetap. &erbeda halnya dengan kata seperti buku <buku', omah <rumah', tas <tas'. Siapa pun mengu apkan kata buku <buku', omah <rumah', tas <tas', di tempat mana pun, pada waktu kapan pun re0eren yang dia u tetaplah sama. 7kan tetapi, re0eren dari kata bapak Dayah' dan saiki 'sekarang' baru dapat diketahui "ika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata%kata itu diu apkan. Cntuk lebih "elasnya dapat diperhatikan kalimat berikut. (,) 7 4 Bapak wonten( <7yah ada(' & 4 Mboten wonten( <;idak ada(' 8ata bapak bisa menga u pada ayah 7 atau bisa "uga pada ayah &. 8alau kata bapak menga u pada ayah 7 berarti 7 benar%benar menanyakan keberadaan <ayah'%nya mungkin sedang berada di tempat &. Sedangkan kalau bapak menga u pada ayah & berarti 7 memerlukan in0ormasi tentang keberadaan ayah &. 8ata saiki "uga bersi0at deiktis dapat diperhatikan tuturan (.) berikut. (.) Saiki bayar, sesuk gratis. <Sekarang bayar, besok gratis.' 8ata saiki ternyata a uannya berpindah%pindah, karena saiki dalam (.) akan berbeda apabila tuturan itu dituturkan satu hari berikutnya tetap akan berbunyi Saiki bayar, sesuk gratis, satu hari berikutnya lagi tetap akan

berbunyi seperti itu, tergantung waktu u"aran ( moment o1 speaking)) Di samping itu, terdapat pula kata sesuk yang "uga bersi0at deiktis sehingga menarik sekali dalam penggunaannya bersama dengan kata saiki. ;uturan ini kadang%kadang kita "umpai di warung%warung atau rumah makan dengan maksud untuk memikat konsumen agar selalu mengun"ungi warung atau rumah makannya. &erdasarkan tuturan itu mungkin tidak pernah ada konsumen yang menikmati 0asilitas gratis. *ampaknya "uga tidak mungkin apabila tuturan (.) itu diubah men"adi seperti (.a). (.a) RSesuk bayar, saiki gratis. <&esok bayar, sekarang gratis.' Masing%masing tuturan (,) dan (.) re0erennya ada di luar tuturan, sehingga untuk mengetahui maksud tuturan itu harus di"elaskan 0aktor luar bahasa, seperti siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan tuturan itu berlangsung atau dituturkan. &erdasarkan re0erennya, deiksis dapat dibedakan men"adi dua yaitu4 (,) deiksis endo0ora (re0erennya ada di dalam tuturan) dan (.) deiksis ekso0ora (re0erennya ada di luar tuturan). Masing%masing dapat diperhatikan uraian .., dan ... berikut. %.1 De' #'# E!1/-/ra Deiksis endo0ora adalah deiksis yang re0erennya ada dalam tuturan. Deiksis endo0ora ada dua ma am, yaitu deiksis endo0ora yang ana0oris (penga uan pada hal%hal yang telah disebutkan di muka) dan deiksis endo0ora yang kata0oris (penga uan pada hal%hal yang disebutkan kemudian). Deiksis endo0ora dapat berupa penga uan persona dan demonstrati0 (berupa aspek lokati0 maupun temporal). #enga uan persona atau orang meliputi kata persona pertama4 aku 'saya', kula (krama) 'saya', kawula (krama) 'saya', dalem (krama) 'saya', dan ingsun (krama) 'saya'. 8ata ganti persona lekat kiri misalnya4 dak-"tak- 'saya lakukan', ku% <ku'. 8ata ganti persona lekat kanan misalnya4 %ku <%ku'. 8ata ganti orang kedua misalnya4 kowe <kamu', sampeyan (krama) <kamu', panjenengan (krama) <kamu', ndika <anda'. 8ata ganti orang kedua lekat kiri misalnya kok%>ko% <kau'. 7dapun kata ganti orang kedua lekat kanan misalnya %mu <%mu'. 8ata ganti orang ketiga misalnya dheweke <dia, ia', panjenenganipun <dia'. 8ata ganti orang ketiga lekat kiri misalnya di% <di%', dipun% <di%'. Sedangkan kata ganti orang ketiga lekat kanan misalnya -e <%nya', -ne <%nya', -ipun (krama) <%nya', dan -nipun (krama) <%nya'. #enga uan demonstrati0 lokati0 misalnya kene 'sini', kono 'situ', kana 'sana', ngarep <depan', mburi <belakang') sedangkan penga uan demonstrati0 temporal misalnya saiki 'sekarang', wingi <kemarin', dan sesuk <besok'. Cntuk lebih "elasnya dapat diperhatikan tuturan (6) dan (5) berikut. (6) Minggu kepungkur -ipta rekreasi menyang Yogya, ora kanyana dheweke ketemu kan a lawas. <Minggu yang lalu Dipta rekreasi ke Yogya, tidak terkira dia bertemu dengan teman lama.' (5) 8anthi swarane kang sora, guru kuwi nerangake soal matematika. <Dengan suaranya yang keras, guru itu men"elaskan soal matematika.'

8ata -ipta dan dheweke dalam (6) memiliki re0eren yang sama, dan dheweke menga u ke arah depan yaitu kata -ipta. Sedangkan bentuk persona terikat -ne menga u ke arah belakang yaitu pada kata guru. Deiksis endo0oris merupakan penga uan yang ada dalam tuturan nampaknya bukan merupakan 0okus dalam ka"ian pragmatik, karena ka"ian pragmatik lebih menekankan re0eren di luar tuturan. #enga uan di luar tuturan itu termasuk dalam akupan deiksis ekso0ora. %.% De' #'# E #/-/ra Deiksis ekso0ora adalah deiksis yang re0erennya ada di luar tuturan. Cntuk mengetahui penga uan di luar tuturan itu maka harus mengetahui 0aktor luar bahasa, seperti siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan tuturan itu berlangsung. Deiksis ekso0ora dapat berupa deiksis persona dan demonstrati0 (berupa aspek lokati0 maupun temporal). Misalnya, bentuk sapaan ibu <ibu' bersi0at deiktis, karena bisa berpindah%pindah re0erensinya. 8ata ibu dapat dita0sirkan sebagai persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Misalnya dalam tuturan (:), (2), dan (3) berikut. (:) 0bu arep nyang pasar, ya. <Ibu akan pergi ke pasar, ya.' (2) 0bu arep tindak ngendi( <Ibu akan pergi ke mana.' (3) 0bu lagi tindak pasar. <Ibu sedang pergi ke pasar.' Se ara eksternal, bila dilihat dari penggunaan kata ibu dalam (:) sebagai persona pertama, karena tuturan seorang ibu itu mungkin disampaikan kepada anak%anaknya atau kepada suaminya, dalam (2) sebagai persona kedua, karena tuturan itu mun ul dari anak%anaknya atau mungkin "uga dari suaminya, sedang (3) sebagai persona ketiga, karena tuturan itu mun ul dari ana%anak atau suaminya yang masing%masing memberikan in0ormasi tentang kegiatan atau keberadaan ibu) Deiksis lokati0 berpusat pada penutur. Misalnya kata dan 0rasa kene 'sini', ing kono <di situ', dan neng kana <di sana' adalah deiktis karena untuk mengetahui makna 0rasa%0rasa itu harus mengetahui siapa, kapan, dan di mana tuturan itu dihasilkan. Masing%masing 0rase itu dapat diperhatikan penggunaannya dalam tuturan (1), (-), dan (,9) berikut. (1) 7ku wis tau urip neng Sala kene. <Saya sudah pernah hidup (tinggal) di Sala sini.' (-) 0ng kono aku rumangsa seneng. <Di situ saya merasa senang.' (,9) &areng pindah neng kana, aku kudu tambah semangat. <Setelah pindah di sana, saya harus semakin semangat.' Ditin"au dari pusat deiksis dengan penuturnya, maka kata kene dalam (1) <dekat dengan penutur', 0rasa ing kono <agak dekat dengan penutur', dan neng kana <"auh dengan penutur'. Hal lain yang menarik pada kata kene 'sini', kono 'situ', dan kana 'sana' bukan hanya merupakan deiksis lokati0, tetapi "uga merupakan deiksis

persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga seperti nampak dalam tuturan (,,) berikut. (,,) Kene ker"a mempeng ora oleh apa%apa, kono semono uga, dene kana ora ngapa%ngapa mbokmenawa malah nemu be"a. <Saya beker"a giat tidak memperoleh apa%apa, kamu begitu "uga, sedangkan dia tidak berbuat apa% apa mungkin malahan mendapat untung.' 8ata kene, kono, dan kana dalam (,,) tidak hanya berarti 'sini, situ, dan sana' tetapi "uga berarti 'saya' (persona pertama), <kamu' (persona kedua), dan <dia' (persona ketiga). Dalam kasus pembalikan deiksis (deictic re&ersal) kata kene <di sini' dan 0rasa ing mriki <di sini' dapat ditemukan dalam pembi araan pada situasi pembi araan dengan telepon dan dalam situasi menulis surat. (,.) Halo, piye mas kene udan apa ora( <Halo, bagaimana mas sini hu"an tidak.' (,6) 8awontenan kula ing Sala tansah bagas waras, kadospundi kawontenan brayat ing mriki(. <8eadaan saya di Sala sehat wala0iat, bagaimana keadaan keluarga di sini.' 8ata kene dan ing mriki se ara konBensional memiliki makna <dekat dengan penuturnya', tetapi dengan pembalikan deiksis itu, kata kene dan ing mriki memiliki makna <"auh dengan penuturnya'. 8asus serupa "uga di"umpai pada persona pertama terikat lekat kanan -ku <%ku' sebagai sarana untuk menun"uk persona kedua dan persona ketiga terikat lekat kanan % ipun <%nya' sebagai sarana untuk menun"uk persona kedua. (,5) ?ah, klambiku anyar. #antes lakune beda. <?ah, ba"uku baru. #antas "alannya lain.' (,:) *aminipun sinten( Dalemipun pundi( <*amanya siapa( /umahnya di mana(' &entuk ngarep <depan' dan mburi <belakang' "uga bersi0at deiktis, misalnya dalam tuturan (,2) berikut. (,2) 7na asu neng ngarep wit. <7da an"ing di depan pohon.' &agian pohon kelapa yang dilihat oleh penutur sewaktu mengu apkan kalimat itu (,2) itulah yang dimaksud dengan kata ngarep. 8ata ngarep dan mburi tidak deiktis apabila dirangkaikan dengan nomina seperti manusia, rumah (karena mempunyai bagian depan dan belakang). Deiksis temporal tergantung pada waktu u"aran ( moment o1 speaking). Misalnya kata saiki dan sesuk dalam (.) di atas adalah deiktis. 8ata yang lainnya yang se"enis dengan kata saiki dan sesuk adalah wingi <kemarin', misalnya dalam tutran (,3) berikut. (,3) 7ku wingi nggoleki kowe.'Saya kemarin men ari kamu.' &erdasarkan waktu u"aran, kata wingi dalam (,3) 'satu hari sebelum tuturan berlangsung atau dituturkan', sehingga kalau tuturan itu misalnya dituturkan satu hari kemudian, maka kata wingi akan mengalami perpindahan re0eren.

&. Ke#'*9)la! &erdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

,6

#ragmatik adalah abang ilmu bahasa yang mempela"ari struktur bahasa se ara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Makna yang dika"i dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks (conte#t dependent), maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker

Posted in: Uncategorized Comments Off

Pragmatik
Apr-8-2009 By yswan

P"#$%#&I'
pragmatics 3n4 - pragmatik - pragmatika pragmatis 3adj4 7 melihat sesuatu dari kegunaan pragmatisme7 aliran yang melihat sesuatu dari kegunaan -alam komunikasi, satu maksud atau satu 1ungsi dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk"struktur) Entuk maksud FmenyuruhG orang lain, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat imperati1, kalimat deklarati1, atau bahkan dengan kalimat interogati1) -engan demikian, pragmatik lebih cenderung ke 1ungsionalisme daripada ke 1ormalisme) ragmatik berbeda dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan analisisnya berupa tindak tutur 3speech act4, sedangkan semantik menelaah makna satuan lingual 3kata atau kalimat4 dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna) Kajian pragmatik lebih menitikberatkan pada ilokusi dan perlokusi daripada lokusi sebab di dalam ilokusi terdapat daya ujaran 3maksud dan 1ungsi tuturan4, perlokusi berarti terjadi tindakan sebagai akibat dari daya ujaran tersebut) Sementara itu, di dalam lokusi belum terlihat adanya 1ungsi ujaran, yang ada barulah makna kata"kalimat yang diujarkan) Berbagai tindak tutur 3TT4 yang terjadi di masyarakat, baik TT representati1, direkti1, ekspresi1, komisi1, dan deklarati1, TT langsung dan tidak langsung, maupun TT hara1iah dan tidak hara1iah, atau kombinasi dari dua"lebih TT tersebut, merupakan bahan sekaligus 1enomena yang sangat menarik untuk dikaji secara pragmatis) /isalnya, bagaimanakah TT yang dilakukan oleh orang Jawa apabila ingin menyatakan suatu maksud tertentu, seperti ngongkon Dmenyuruh<, nyilih Dmeminjam<, njaluk Dmeminta<, ngelem Dmemuji<, janji Dberjanji<, menging Dmelarang<, dan ngapura Dmemaa1kan<) engkajian TT tersebut tentu menjadi semakin menarik apabila peneliti mau mempertimbangkan prinsip kerja sama >rice dengan empat maksim7 kuantitas, kualitas, hubungan, dan cara8 serta skala

pragmatik dan derajat kesopansantunan yang dikembangkan oleh :eech 35?@H4)

Prag

Bidang FpragmatikG dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para peneliti dan pakar bahasa di 0ndonesia) Bidang ini cenderung mengkaji 1ungsi ujaran atau 1ungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya) -engan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke 1ungsionalisme daripada ke 1ormalisme) Cal itu sesuai dengan pengertian pragmatik yang dikemukakan oleh :e&inson 35?@I7 J dan I4, pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa atau kajian bahasa dan perspekti1 1ungsional) 'rtinya, kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur bahasa dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonbahasa) Bungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi) -i dalam komunikasi, satu maksud atau satu 1ungsi dapat dituturkan dengan berbagai bentuk tuturan) /isalnya, seorang guru yang bermaksud menyuruh muridnya untuk mengambilkan kapur di kantor, dia dapat memilih satu di antara tuturan-tuturan berikut7 354 Jupukna kapur9 364 Kene ora ana kapur) 3H4 0bu ngersakake kapur) 324 A, jebul ora ana kapur) 3J4 0ng kene ora ana kapur, ya? 3K4 !gapa ora padha gelem njupuk kapur? -engan demikian untuk maksud FmenyuruhG agar seseorang melakukan suatu tindakan dapat diungkapkan dengan menggunakan kalimat imperati1 seperti tuturan 354, kalimat deklarati1 seperti tuturan 36-24, atau kalimat interogati1 seperti tuturan 3J-K4) Jadi, secara pragmatis, kalimat berita 3deklarati14 dan kalimat tanya 3interogati14 di samping ber1ungsi untuk memberitakan atau menanyakan sesuatu juga ber1ungsi untuk menyuruh 3imperati1 atau direkti14) P"#$%#&I' )* *+%#,&I' Sebelum dikemukakan batasan pragmatik kiranya perlu dijelaskan lebih dahulu perbedaan antara pragmatik dengan semantik) 3a4 Semantik mempelajari makna, yaitu makna kata dan makna kalimat, sedangkan pragmatik mempelajari maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan) 3b4 Kalau semantik bertanya F'pa makna %?G maka pragmatik bertanya F'pa yang 'nda maksudkan dengan %?G 3c4 /akna di dalam semantik ditentukan oleh koteks, sedangkan makna di dalam pragmatik ditentukan oleh konteks, yakni siapa yang berbicara, kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana, dan apa 1ungsi ujaran itu) Berkaitan dengan perbedaan 3c4 ini, Kaswanti urwo 35??L7 5K4 merumuskan secara singkat Fsemantik bersi1at bebas konteks 3conte#t independent4, sedangkan pragmatik bersi1at terikat konteks 3conte#t dependent4G 3bandingkan $ijana, 5??K7 H4)

atik dan (ungsi Bahasa

-e.inisi prag

atik/

,. cabang ilmu bahasa yang menelaah penggunaan bahasa) Satuansatuan lingual dalam penggunaannya)

.. studi kebahasaan yang terikat konteks) :. studies meaning in relation to speech situation 3:eech, 5?@H4) 4. cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi 3$ijana, 5??K7 64) Cukup banyak kiranya batasan atau de1inisi mengenai pragmatik) :e&inson 35?@I7 5-JH4, misalnya, membutuhkan JH halaman hanya untuk menerangkan apakah pragmatik itu dan apa saja yang menjadi cakupannya) -i sini dikutipkan beberapa di antaranya yang dianggap cukup penting) 354 ragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda 3lambang4 dengan pena1sirnya, sedangkan semantik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda 3lambang4 dengan objek yang diacu oleh tanda tersebut) 364 ragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa, sedangkan semantik adalah kajian mengenai makna) 3H4 ragmatik adalah kajian bahasa dan perspekti1 1ungsional, artinya kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguistik) 324 ragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan konteks yang menjadi dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa) 3J4 ragmatik adalah kajian mengenai deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana) 3K4 ragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya) -ari beberapa de1inisi tersebut dapat dipahami bahwa cakupan kajian pragmatik sangat luas sehingga sering dianggap tumpang tindih dengan kajian wacana atau kajian sosiolinguistik) ;ang jelas disepakati ialah bahwa satuan kajian pragmatik bukanlah kata atau kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran 3speech act4) Stephen C) :e&inson telah mengumpulkan sejumlah batasan pragmatik yang berasal dari berbagai sumber dan pakar, yang dapat dirangkum seperti berikut ini)

,.

ragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan pena1sir 3/orris, 5?H@7K4) Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi 3rencana, atau masalah4) -alam hal ini teori pragmatik merupakan bagian dari per1ormansi) ragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur sesuatu bahasa)

..

:.

ragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataaan lain7 memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh re1erensi langsung kepada kondisikondisi kebenaran kalimat yang ciucapkan) Secara kasar dapat dirumuskan7 pragmatik * makna - kondisi-kondisi kebenaran) ragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain7 telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat) ragmatik adalah telaah mengenai deiksis, implikatur, anggapan penutur 3presupposition4, tindak ujar, dan aspek struktur wacana)

4.

>.

arker 35?@K7 554, pragmatics is distinct 1rom grammar, which is the study o1 the internal structure o1 language) ragmatics is the study o1 how language is used to communicate) ragmatik sebenarnya merupakan bagian dari ilmu tanda atau semiotics atau semiotika) emakaian istilah pragmatik 3pragmatics4 dipopulerkan oleh seorang 1iloso1 bernama Charles /orris 35?H@4, yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda, atau semiotik 3semiotics4) -alam semiotik, /orris membedakan tiga cabang yang berbeda dalam penyelidikan, yaitu7 sintaktik 3syntactics4 atau sintaksis 3synta#4 yaitu telaah tentang relasi 1ormal dari tanda yang satu dengan tanda yang lain 3mempelajari hubungan satuan lingual dengan satuan lingual lain7 tanda dengan tanda48 semantik 3semantics4 yaitu telaah tentang hubungan tandatanda dengan objek di mana tanda-tanda itu diterapkan 3ditandainya4 3atau hubungan antara penanda dan petanda 3signi1iant dan signi1ie"yang ditandai448 dan pragmatik yaitu telaah tentang hubungan tanda-tanda dengan pena1sir 3interpreters4) Ketiga cabang tersebut kemudian lebih dikenal dengan teori trikotomi) Contoh7 'ok, sudah pulang0 0steri7 <betul-betul terkejut< atau <orang itu lama sekali perginya< Suami mena1sirkan7 siapa yang berbicara, kepada siapa, situasinya bagaimana? :) $itgenstein 31ilsu147 makna adalah penggunaannya) /akna sebuah tuturan itu penggunaannya) Cabang-cabang bahasa7 @onologi4 bunyi sebagai sistem Mor0ologi4 satuan gramatikal internal atau 0ormal diadik4 bentuk dan makna terke il. Sintaksis4 0rase, klausa, kalimat, wa ana. Semantik4 makna (biasanya

leksikal). #ragmatik4 abang ilmu bahasa yang mempela"ari makna satuan eksternal atau 0ungsional kebahasaan yang bersi0at triadik4 bentuk, makna, eksternal > bagaimana satuan maksud. kebahasaan itu dikomunikasikan Semantik7 makna linguistik 3makna4, bersi1at internal) ragmatik7 makna penutur 3maksud4, makna dalam penutur)

dan

Contoh7 *ugeng enjing0 makna7 menyapa maksud7 tergantung siapa yang berbicaraatau maksud lain, misalnya menyindir atau memarahi) Baik0 makna7 baik, apik maksud7 bisa tidak baik, dilihat dari berbagai 1aktor , ada hal-hal yang tidak langsung <indirectness atau secara tidak literal<) /akna itu berubah-ubah tergantung pada konteksnya) Jadi, sebenarnya semantik sudah ada pragmatik) ragmatik7 bagaimana orang mena1sirkan) /empelajari bagaimana satuan lingual itu dita1sirkan) #sal-usul dan perilaku historis istilah prag atik

emakaian istilah pragmatik 3pragmatics4 dipopulerkan oleh seorang 1iloso1 bernama Charles /orris 35?H@4, yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda, atau semiotik 3semiotics4) -alam semiotik, /orris membedakan tiga cabang yang berbeda dalam penyelidikan, yaitu7 sintaktik 3syntactics4 atau sintaksis 3synta#4 yaitu telaah tentang relasi 1ormal dari tanda yang satu dengan tanda yang lain, semantik 3semantics4 yaitu telaah tentang hubungan tanda-tanda dengan objek di mana tanda-tanda itu diterapkan 3ditandainya4, dan pragmatik yaitu telaah tentang hubungan tanda-tanda dengan pena1sir 3interpreters4) Ketiga cabang tersebut kemudian lebih dikenal dengan teori trikotomi) /orris memberikan contoh interjeksi seperti Ah9, Come here9, >ood morning9 dipengaruhi oleh hukum pragmatik, yaitu bahwa &ariasi retoris dan alat puitis hanya muncul di bawah kondisi tertentu dalam batas-batas pemakaian bahasa) 'khirnya pengarang menyimpulkan bahwa perbedaan pemakaian istilah pragmatik ditimbulkan dari bagian asal-usul semantik karya /orris, yaitu suatu telaah dari sebagian besar jajaran 1enomena psikologis dan sosiologis yang mencakup sistem tanda pada umumnya atau dalam bahasa tertentu 3the Continental sense o1 the term48 atau telaah konsep abstrak tertentu yang membuat acuan pada pelaku 3agents4 3satu gagasan dari Carnap48 atau studi istilah indeksikal atau deiktis 3deictis4 3gagasan

/ontague48 atau akhirnya pemakaian dalam linguistik 'nglo-'merican dan 1ilsa1at) Buku ini secara eksklusi1 menyangkut istilah pada gagasan yang terakhir dan menerapkannya pada pembicaraan ini) Contoh se kursi antika/ <tempat duduk< signi1ie 3petanda4

signi1iant 3penanda4

&erdapat suatu prinsip/ ,oa Cho sky7 Terdapat hubungan satu lawan satu antara penanda dan petanda 3signi1iant dan signi1ie4) Prag atik7 Satu tanda bisa menyatakan bermacam-macam maksud atau bermacammacam tanda satu maksud) Contoh7 <menolak< bisa dinyatakan dengan - Ara duwe dhuwit) - Amahku sepi kok)

Tuturan semakin panjang tuturan semakin sopan, semakin pendek tidak sopan) o Contoh7 :unga9 3tidak sopan4 dan :ungaa9 3lebih sopan4 Semakin langsung semakin tidak sopan, semakin tidak langsung semakin sopan) 3Contoh7 !yilih sepedha motore 3tidak sopan4 dan /enawa pareng, aku nyilih sepedha motore 3lebih sopan44)
1byek data prag atik itu konkrit, jelas, karena7 jelas kapan bahasa itu digunakan siapa yang berbicara kepada siapa) J232%2 )erhaar 3Pengantar 4ingguistik 5 u 6/ - /akna 7 ada pada satuan lingual 3internal4 - /aksud 7 ada pada penutur 3eksternal4 - 0n1ormasi 7 isi tuturan 3internal4 Dia membeli buku &uku dibelinya makna4 <akti0' dan <pasi0'

/akna yang abstrak, yang tidak jelas siapa penuturnya tidak jelas) /akna kongkrit7 makna tuturan) Berkenaan dengan data/ -ata kalimat 7 sentence) -ata pragmatik7 utterance 3kalimat M konteks4) Abyek data primer adalah bahasa lisan) Bahasa tulis juga bisa asalkan mampu merekonstruksi tuturan yang sebenarnya)

Sosiolinguistik7 berkaitan dengan &ariasi bahasa)

,. -ia pergi ke Surabaya) 'yahnya sakit) N-O terkait dengan wacana) .. M iye bijimu
- =ntuk 2 M 'pik9 /enurut 5) 6) H) wacana pragmatik

7alliday 3pakar Bunctional >rammar47 Bield 3medan47 siapa berbicara kepada siapa) Tenor 3pelibat47 misalnya, ayah dengan anak) /ode 3bentuk bahasa47 strategi memilih yang mana4

ragmatik7 retorika, bagaimana strateginya) 3idowson7 5) 6) H) 2) Kalimat 3sentence4 - minus konteks) Tuturan 3utterance4 - plus konteks) Teks 3te#s4 - di atas kalimat minus konteks) $acana 3discourse4 - di atas kalimat plus konteks)

$acana7 mengandung amanat yang lengkap) Contoh7 Sugeng rawuh) :unga9 $acana) Jadi, wacana tidak selalu di atas kalimat) 'rep? konteksnya, Kopi bisa marahi saya melek terus) menerima) !eng ngendi sabune? - kalimat tanya) teks tidak jelas menolak atau

&5&5"#, P+"(1"%#&I( -#, &5&5"#, '1,*&#&I(


Pustaka7 'ustin, J):) 5?K6) 7ow to -o &hings with 3ords) 3ed) J)A) Ermson4) !ew ;ork7 A#1ord Eni&ersity ress) Carimurti Kridalaksana) 5?@2) 'a us 4inguistik) Jakarta7 T >ramedia) :eech, >eo11rey) 3Terjemahan /)-)-) Aka4) 5??H) Prinsip-prinsip Prag atik) Jakarta7 Eni&ersitas 0ndonesia) .ichards, Jack dkk) 5?@?) 4ong an -ictionary o. #pplied 4inguistics) :ongman7 :ongman >roup EK :imited)

Searle, John) 5?K?) *peech #cts) Cambridge7 Cambridge Eni&ersity ress) Tuturan 3utterance, oleh Kridalaksana disebut dengan istilah ujaran47 354 regangan wicara bermakna di antara dua kesenyapan aktual atau potensial, 364 kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan 3Kridalaksana, 5?@27 6LL54) 0ntinya7 bahasa pada umumnya sebagai alat komunikasi, tetapi sebenarnya ada tindakan tertentu yang baru dapat terlaksana kalau orang itu mengemukakan tuturan"bahasa) -engan demikian bahasa bukan sematamata alat untuk menyatakan sesuatu tetapi juga melakukan sesuatu) Biloso1 J):) 'ustin membedakan antara tuturan per1ormati1 3per1ormati&ei4 dan konstati1 3constati&e4)

-e.inisi/

Tuturan per1ormati1 3per1ormati&e utterance47 tuturan yang memperlihatkan bahwa suatu perbuatan telah diselesaikan pembicara dan bahwa dengan mengungkapkannya berarti perbuatan itu diselesaikan pada saat itu juga8 misalnya7 dalam ujaran Saya mengucapkan terima kasih, pembicara mengujarkannya dan sekaligus menyelesaikan perbuatan FmengucapkanG 3Kridalaksana, 5?@27 6LL54) er1ormati&e 3in speech act theory47 an utterance which per1orms an act, such as $atch out 3*a warning4, 0 promise not to be late 3* a promise4) 33.ichards dkk), 5?@?7 6564) Secara ringkas dikatakan pula bahwa tuturan per1ormati1 adalah tuturan untuk melakukan sesuatu 3per1orm the action4) Tuturan per1ormati1 tidak die&aluasi sebagai benar atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya7 0 promise that 0 shall be there 3Saya berjanji bahwa saya akan hadir di sana4 dan per1ormati1 primer atau tuturan primer 0 shall be there 3Saya akan hadir di sana4 3>eo11rey :eech 3terjemahan4, 5??H7 6@L4) Contoh lain7 5) Saya berterima kasih atas kebaikan Saudara) 3Tindakan berterima kasih7 the act o1 thanking4 6) Saya mohon maa1 atas keterlambatan saya) 3Tindakan mohon maa17 the act o1 apologiPing4) H) Saya namakan anak saya arikesit) 3Tindakan memberi nama7 the act o1 naming4) 2) Saya bertaruh /ike Tyson pasti menang) 3Tindakan bertaruh7 the act o1 betting4) J) Saya nyatakan 'nda berua suami-isteri) 3Tindakan menyatakan"menikahkan7 the act o1 marrying4) K) Saya serahkan semua harta saya kepada anak saya) 3Tindakan menyerahkan7 the act o1 beQueting4) I) Saya akan pergi sekarang) 3Tindakan pergi7 the act o1 going4)

Ciri-ciri tindakan per.or


R R

Subyek harus orang pertama, bukan orang kedua atau ketiga) Tindakan sedang"akan dilakukan

ati.

Kalau dalam bahasa 0nggris, subjek orang pertama dan kala-nya present tense) 'ustin dalam menentukan ciri-ciri tuturan per1ormati1 ini hanya melihat aspek gramatikalnya saja) 'khirnya dire&isi 3dilengkapi4 oleh muridmuridnya, yaitu dengan adanya syarat-syarat lainnya yang disebut syarat tuturan per1ormati1 31elicity condition4) Syarat-syarat itu antara lain7 1 Arang yang menyatakan tuturan dan tempatnya harus sesuai atau cocok) /isalnya7 Saya nyatakan 'nda berdua suami-isteri) enuturnya adalah penghulu 3naib4, pendeta, rama, tempatnya di KE', >ereja, ura, /asjid, objeknya 6 orang 3berdua4) 2 Tindakan harus dilakukan secara sungguh-sungguholeh penutur) /isalnya7 Saya mohon maa1 atas kesalahan saya) Carus diucapkan sungguh-sungguh, tidak dengan tindakan menginjak kaki mitra tutur-nya) Syarat itu juga belum cukup, kemudian diperbaharui lagi oleh John Searle, sebagai berikut) 1 enutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh dalam mengemukakan tuturannya) /isalnya7 Saya berjanji akan setia padamu) 3the act o1 promising4) 2 enutur harus yakin bahwa ia mampu melakukan tindakan itu) atau mampu melakukan apa yang dinyatakan dalam tuturannya) /isalnya7 Sesuk kowe tak-tukokke sepur 3yakin tidak, kalau tidak berarti bukan tuturan per1ormati14) ! Tuturan harus mempredikasi tindakan yan g akan dilakukan, bukan yang telah dilakukan) /isalnya7 Saya berjanji akan setia) " Tuturan harus mempredikasi tindakan yang akan dilakukan oleh penutur, bukan oleh orang lain) /isalnya7 *aya berjanji bahwa saya akan selalu datang tepat waktu) # Tindakan harus dilakukan secara sungguh-sungguh oleh kedua belah pihak) /isalnya7 'ku njaluk pangapura marang sliramu, tumindakku kang ora ndadekake renaning penggalihmu) 3Arang perta dan kedua melakukan tindakan secara sungguh-sungguh4) Kalau tuturan tidak memenuhi kelima syarat tersebut, maka tuturan itu dikatakan tidak &alid 3in1elicition4) Tuturan konstati1 atau deskripti1 3constati&e utterance47 tuturan yang dipergunakan untuk menggambarkan atau memerikan peristiwa, proses, keadaan, dsb) dan si1atnya betul atau tidak betul 3Kridalaksana, 5?@27 6LL54), atau 'ustin mengatakan bahwa tuturan konstati1 dapat die&aluasi dari segi benar-salah 3>eo11rey :eech 3terjemahan4, 5??H7 H5K4) /isalnya7 1 'li pergi ke Jakarta 2 Saya tidur di hotel) ' constati&e is an utterance which assert something that is either true or 1alse8 1or e#ample, Chicago is in the Enited States 3.ichards dkk), 5?@?7 65665H4)

&I,-#' &5&5"

8*peech #ct6 #2 Pengertian Tindak tutur 3istilah Kridalaksana Dpertuturan< " speech act, speech e&ent47 pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar 3Kridalaksana, 5?@27 5J24 Speech act7 an utterance as a 1unctional unit in communication 3.ichards et al, 5?@?7 6KJ4) -i dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak sematamata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu) -i dalam pengucapan kalimat ia juga FmenindakkanG sesuatu) -engan pengucapan kalimat #rep ngo be apa9 si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu8 ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minuman) Seorang ibu rumah pondokan putri, mengatakan *a pun ja sanga ia tidak semata-mata memberi tahu keadaan jam pada waktu itu8 ia juga menindakkan sesuatu, yaitu memerintahkan si mitratutur supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya) Cal-hal apa sajakah yang dapat ditindakkan di dalam berbicara? 'da cukup banyak8 antara lain, permintaan 3reQuests4, pemberian iPin 3permissons4, tawaran 3o11ers4, ajakan 3in&itation4, penerimaan akan tawaran 3acceptation o1 o11ers4 B2 &I,-#' &5&5" -#, J+,I*-J+,I*,:# Tindak tutur 3selanjutnya TT4 atau tindak ujaran 3speech act4 mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena TT adalah satuan analisisnya) Eraian berikut memaparkan klasi1ikasi dari berbagai jenis TT) ;2< 4okusi, Ilokusi, dan Perlokusi 'ustin 35?K64 dalam Cow to do Things with $ords mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan 3act4, di samping memang mengucapkan kalimat tersebut) 0a membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi) 4okusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu 3di dalam kamus4 dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya) -i sini maksud atau 1ungsi ujaran itu belum menjadi perhatian) Jadi, apabila seorang penutur 3selanjutnya disingkat 4 Jawa mengujarkan F'ku ngelakG dalam tindak lokusi kita akan mengartikan FakuG sebagai Dpronomina persona tunggal< 3yaitu si 4 dan FngelakG mengacu ke Dtenggorokan kering dan perlu dibasahi<, tanpa bermaksud untuk minta minum) Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu) -i sini kita mulai berbicara tentang maksud dan 1ungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan) Jadi, F'ku ngelakG yang diujarkan oleh dengan maksud Dminta minum< adalah sebuah tindak ilokusi) Perlokusi mengacu ke e1ek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh ) Secara singkat, perlokusi adalah e1ek dari TT itu bagi mitratutur 3selanjutnya /T4) Jadi, jika /T melakukan tindakan mengambilkan air

minum untuk sebagai akibat dari TT itu maka di sini dapat dikatakan terjadi tindak perlokusi) ;2= && "epresentati., -irekti., +kspresi., 'o isi., dan -eklarati. Searle 35?IJ4 mengembangkan teori TT dan membaginya menjadi lima jenis TT 3dalam 0brahim, 5??H7 55-J24) Kelima TT itu sebagai berikut7 354 TT representati1 yaitu TT yang mengikat -nya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya, misalnya menyatakan, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan) 364 TT direkti1 yaitu TT yang dilakukan -nya dengan maksud agar si pendengar atau /T melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang) 3H4 TT ekspresi1 ialah TT yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai e&aluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam ujaran itu, misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengritik, dan mengeluh) 324 TT komisi1 adalah TT yang mengikat -nya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya, misalnya berjanji dan bersumpah) 3J4 TT deklarati1 merupakan TT yang dilakukan dengan maksud untuk menciptakan hal 3status, keadaan, dan sebagainya4 yang baru, misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengiPinkan, dan memberi maa1) ada bagian terdahulu telah disinggung bahwa di dalam komunikasi satu 1ungsi dapat dinyatakan atau diutarakan melalui berbagai bentuk ujaran) Entuk maksud atau 1ungsi FmenyuruhG, misalnya, menurut BlumKulka 35?@I4 3lihat >unarwan, 5??H7 dapat diungkapkan dengan menggunakan berbagai ujaran sebagai berikut) 354 Kalimat bermodus imperati1 7 indhahen meja iki9 364 er1ormati1 eksplisit 7 -akjaluk sliramu mindhahke meja iki9 3H4 er1ormati1 berpagar 7 'ku jan-jane arep njaluk tulung sliramu mindhahke meja iki) 324 ernyataan keharusan 7 Sliramu kudu mindhahke meja iki9 3J4 ernyataan keinginan 7 'ku kepengin meja iki dipindhah) 3K4 .umusan saran 7 iye yen meja iki dipindhah? 3I4 ersiapan pertanyaan 7 Kowe bisa mindhah meja iki? 3@4 0syarat kuat 7 ;en meja iki ana ing kene, kamar iki katon rupek) 3?4 0syarat halus 7 Kamar iki kok katone sesak ngono ya?

;2; && 4angsung >s && &idak 4angsung -ari sembilan bentuk ujaran tersebut diperoleh sembilan TT yang berbedabeda derajat kelangsungannya dalam menyampaikan maksud Dmenyuruh memindahkan meja< itu) Cal ini berkaitan dengan tindak tutur langsung 3TT-:4 dan tindak tutur tidak langsung 3TT-T:4) -erajat kelangsungan TT dapat diukur berdasarkan Fjarak tempuhG antara titik ilokusi 3 di benak 4 ke titik tujuan ilokusi 3di benak /T4) -erajat kelangsungan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatisnya7 makin jelas maksud ujaran makin langsunglah ujaran itu, dan sebaliknya) -ari kesembilan bentuk ujaran tersebut, yang paling samar-samar maksudnya ialah bentuk ujaran 3?4, berupa isyarat halus) Karena kata FmejaG sama sekali tidak disebutkan oleh dalam ujaran 3?4, maka /T harus mencari-cari konteks yang rele&an untuk dapat menangkap maksud ) Selain TT-: dan TT-T:, dapat juga menggunakan tindak tutur hara1iah 3TT-C4 atau tindak tutur tidak hara1iah 3TT-TC4 di dalam mengutarakan maksudnya) Jika kedua hal itu, kelangsungan dan kehara1iahan ujaran, digabungkan maka akan didapatkan empat macam ujaran, yaitu7 354 TT-:C 7 FBuka mulutG, misalnya diucapkan oleh dokter gigi kepada pasiennya) 364 TT-:TC 7 FTutup mulutG, misalnya diucapkan oleh seseorang yang jengkel kepada /T-nya yang selalu FcerewetG) 3H4 TT-T:C 7 FBagaimana kalau mulutnya dibuka?G, misalnya diucapkan oleh dokter gigi kepada pasien yang masih kecil agar anak itu tidak takut) 324 TT-T:TC 7 FEntuk menjaga rahasia, lebih baik jika kita semua sepakat menutup mulut kita masing-masingG, misalnya diucapkan oleh yang mengajak /T-nya untuk tidak membuka rahasia) -engan demikian, secara ringkas, berdasarkan uraian dan contohcontoh di atas dapat dicatat ada delapan TT sebagai berikut 3bandingkan $ijana, 5??K7 HK4) 354 Tindak tutur langsung 3TT-:4 364 Tindak tutur tidak langsung 3TT-T:4 3H4 Tindak tutur hara1iah 3TT-C4 324 Tindak tutur tidak hara1iah 3TT-TC4 3J4 Tindak tutur langsung hara1iah 3TT-:C4 3K4 Tindak tutur tidak langsung hara1iah 3TT-T:C4 3I4 Tindak tutur langsung tidak hara1iah 3TT-:TC4S 3@4 Tindak tutur tidak langsung tidak hara1iah 3TT-T:TC4 'pabila seseorang menggunakan bahasa, maka ada H jenis tindakan atau tindak tutur 3selanjutnya disingkat TT4, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi) Cal ini sejalan dengan pendapat 'ustin 35?K64 yang melihat adanya tiga jenis tindak ujar, yaitu tindak lokusi 3melakukan tindakan mengatakan sesuatu4, tindak ilokusi 3melakukan tidakan dalam mengatakan sesuatu4, dan tindak perlokusi 3melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu4) /isalnya7 ,. +okusi ! *e!"ata a! e9a1a t 4a$8a :.

..

Ilokusi

6.

#erlokusi

(merupakan tindak mengatakan sesuatu4 menghasilkan serangkaian bunyi yang berarti sesuatu. Ini merupakan aspek bahasa yang merupakan pokok penekanan linguistik tradisional). Dala* *e!"ata a! :2 ! *e!e"a# a! (asserts) 4a$8a P. (Dilakukan dengan mengatakan sesuatu, dan men akup tindak%tindak seperti bertaruh, ber"an"i, menolak, dan memesan. Sebagian Berba yang digunakan untuk melabel tindak ilokusi bisa digunakan se ara per0ormati0. Dengan demikian mengatakan *aya enolak bahwa ? sama halnya enolak bahwa ?.) De!"a! *e!"ata a! :2 ! *e0a '! a! (con>inces) t 4a$8a P. (Menghasilkan e0ek tertentu pada pendengar. #ersuasi merupakan tindak perlokusi4 orang tidak dapat mempersuai seseorang tentang sesuatu hanya dengan mengatakan *aya e persuasi anda. $ontoh% ontoh yang sesuai adalah meyakinkan, melukai, menakut%nakuti, dan membuat tertawa)

erbedaan kekuatan antara perlokusi dan ilokusi tidak selalu jelas) /isalnya, suruhan 3reQuest4 memiliki kekuatan esensial untuk membuat pendengar melakukan sesuatu) Kesulitan dalam de1inisi ini muncul dari urutan tindakan yang banyak diabaikan oleh teori tindak tutur) Kesulitan itu juga muncul dari dasar de1inisi maksud penutur, yang merupakan keadaan psikologis yang tidak bisa diobser&asi 3lihat 'bd) Syukur 0brahim, 5??H7 55J4) 5) TT lokusi7 'ustin, perbuatan bertutur, hal mengungkapkan sesuatu atau enyatakan sesuatu 3locutionary speech act4) /isalnya7 -ia sakit) Kaki manusia dua) ohon punya daun) $acana-wacana ilmiah yang tidak menekankan emosi termasuk TT lokusi) TT ini sangat sedikit peranannya dalam pragmatik) 6) TT ilokusi7 'ustin, Searle, perbuatan yang dilakukan dalam mengujarkan sesuatu atau elakukan sesuatu, mis) memperingatkan, bertanya 3illocutionary speech act4) /isalnya7 Saya berjanji) 0bunya di rumah9 3bisa bermaksud melarang datang menemui anaknya4 Bapaknya galak9 3bisa melarang jangan ke sana4 Saya tidak dapat datang) 3minta maa14 Kula nyuwun sekilo) 3membeli4 Temboknya dicat9 3jangan dekat tembok itu4 'doh lho le9 3jangan ke sana4

H) TT perlokusi7 'ustin, Searle, perbuatan yang dilakukan dengan mengujarkan sesuatu, membuat orang lain percaya akan sesuatu dengan mendesak orang lain untuk berbuat sesuatu, dll) atau e pengaruhi orang lain 3perlocutionary speech act4 /isalnya7 Tempat itu jauh) &e pat itu jauh +okusi #erlokusi ;empat itu "auh. ;empat itu "auh. metapesan <Jangan metapesan (Dalam pergi ke sanaH' pikiran mitratutur ada keputusan) LSaya tidak akan pergi ke sana.J

+okusi ;empat itu "auh. mengandung pesan.

C2 &indak tutur langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal Berdasarkan isi kalimat atau tuturannya, kalimat dapat dibedakan menjadi H macam, yaitu kalimat berita 3deklarati14, kalimat tanya 3interogati14, dan kalimat perintah 3imperati14) &erita 7diknya sakit. In0ormasi ;anya Di mana handuk saya( ya, tidak (apa, intonasi) in0ormasi (apa, siapa, di mana, kapan, ke mana, untuk apa, dsb.) (dire t ;; langsung (dire t spee h) #erintah #ergiH larangan, a"akan, dan perintah biasa

;; langsung spee h)

;; langsung spee h)

(dire t

Berdasarkan mudusnya, kalimat atau tuturan dapat dibedakan menjadi tuturan langsung dan tutran tidak langsung) /isalnya7 TTuturan langsungU '7 %inta uang untuk e beli gula0 B7 Ini2 TTuturan tidak langsungU '7 $ulanya habis, nyah2 B7 Ini uangnya2 Beli sana0 Kadang-kadang secara pragmatis kalimat berita dan tanya digunakan untuk memerintah, sehingga merupakan TT tidak langsung 3indirect speech4) Cal ini merupakan sesuatu yang penting dalam kajian pragmatik) /isalnya7 5) .umahnya jauh) 3ada maksud7 jangan pergi ke sana4) 6) 'diknya sakit) 3ada maksud7 jangan ribut atau tengoklah94

Berdasarkan keliteralannya, tuturan dapat dibedakan menjadi tuturan literal dan tuturan tidal literal) 5) Tuturan literal7 tuturan yang sesuai dengan maksud atau modusnya) /isalnya, Buka mulutnya9 3makna lugas7 buka4) 6) Tuturan tidak literal7 tuturan yang tidak sesuai dengan maksud dalam tulisan"tuturan) /isalnya, Buka mulutnya9 3makna tidak lugas7 tutup4) Cal ini disebut juga Dnglulu< -alan bahasa kadang-kadang terjadi, yang bagus dikatakan jelek 3hal ini disebut banter Tb=nteU4, yang jelek dikatakan bagus 3disebut Dironi<4) /asing-masing tindak tutur 3langsung, tidak langsung, literal, dan tidak literal4 apabila disinggungkan 3diinterseksikan4 dapat dibedakan menjadi @ macam seperti sebagai berikut) 5) TT langsung 6) TT tidak langsung H) TT literal 2) TT tidak literal J) TT langsung literal K) TT tidak langsung literal I) TT langsung tidak literal @) TT tidak langsung tidak literal /isalnya, kalimat .adione kurang banter) , . . . 6 . 5 . : . 2 . 3 . 1 . ;; langsung ;; tidak langsung ;; literal ;; tidak literal ;; langsung literal ;; tidak langsung literal ;; langsung tidak literal ;; tidak langsung tidak literal .adione banter) kurang betul%betul kurang keras. keraskan radionyaH betul%betul kurang keras. suara radionya keras sekali. betul%betul kurang keras keraskan radionyaH suara radionya sekali. matikanH keras

P"I,*IP '+"J# *#%# 8Cooperati>e Principle6


Sebelum belajar tentang Dprinsip kerja sama<, kita perlu belajar tentang Dasumsi pragmatik<) Kalau orang berbicara kepada orang lain pasti ingin mengemukakan sesuatu) Selanjutnya orang lain diharapkan menangkap apa 3hal4 yang dikemukakan) -engan adanya 6 tujuan ini, maka orang akan berbicara sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas, tidak berlebihan, berbicara secara wajar 3termasuk &olume suara yang wajar4) Canya saja dalam pragmatik terdapat penyimpangan-penyimpangan, ada maksud-maksud tertentu, tetapi ia harus bertanggung jawab atas penyimpangan itu, sehingga orang lain bisa mengetahui maksudnya) /ereka harus bekerja sama) Contoh/ kikir 7 Q6r berdua satu tujuan 7 ber-65I-an tekate dhewe 7 TKT-$ kutujukan 7 kuV2?kan wawan 7 wa-one prawan ayu 7 pra one are you kian maju 7 Q-an maju lali main 7 laJin dik daniel 7 dickWniel kaki lima 7 kQ lima thank be1ore 7 th# b2 aku 7 aQ kamu 7u sama-sama 7* yang 7 y? sayang 7 sy? anti gadis 7 anHdis dan 7n -i dalam berkomunikasi, antara dengan /T harus saling menjaga prinsip kerja sama 3cooperati&e principle4 agar proses komunikasi berjalan dengan lancar) Tanpa adanya prinsip kerja sama komunikasi akan terganggu) rinsip kerja sama ini terealisasi dalam berbagai kaidah percakapan) Secara lebih rinci, >rice menjabarkan prinsip kerja sama itu menjadi empat maksim percakapan 3periksa >unarwan, 5??H7 558 :ubis, 5??H7 IH8 dan bandingkan pula $ijana, 5??K7 2K-JH4) Keempat maksim percakapan itu ialah sebagai berikut) 354 /aksim kuantitas7 a) Berikan in1ormasi 'nda secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh /T)

b) Bicaralah seperlunya saja, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu) 364 /aksim kualitas7 a) Katakanlah hal yang sebenarnya) b) Jangan katakan sesuatu yang 'nda tahu bahwa sesuatu itu tidak benar) c) Jangan katakan sesuatu tanpa bukti yang cukup) 3H4 /aksim rele&ansi7 a) Katakan yang rele&an) b) Bicaralah sesuai dengan permasalahan) 324 /aksim cara7 a) Katakan dengan jelas) b) Cindari kekaburanan ujaran) c) Cindari ketaksaan) d) Bicaralah secara singkat, tidak bertele-tele) e) Berkatalah secara sistematis) Kenyataan membuktikan, di dalam percakapan sehari-hari tidak jarang kita temukan praktik-praktik pelanggaran terhadap maksim-maksim >rice tersebut) 'kan tetapi, bagi pengamat pragmatik, justeru pelanggaranpelanggaran itulah yang menarik untuk dikaji7 mengapa melakukan pelanggaran terhadap maksim tertentu, ada maksud apa di balik pelanggaran maksim tersebut? /isalnya, mengapa yang bermaksud meminjam uang atau memerlukan bantuan kepada /T biasanya diawali dengan menceritakan secara panjang lebar keadaan dirinya seraya disertai dengan janji-janji? 'pakah itu berlaku secara uni&ersal? Bukankah tindakan tersebut melanggar maksim kuantitas? ada hemat saya, di antara empat maksim itu, maksim ketiga atau maksim rele&ansilah yang paling penting sebab betapa pun in1ormasi yang kita sampaikan itu cukup serta disampaikan dengan cara yang jelas, sistematis, dan tidak ambigu, kalau in1ormasi itu tidak rele&an dengan permasalahan toh tidak akan membawa man1aat) Sejauh mana asumsi ini benar juga masih memerlukan pengkajian secara pragmatis) 'sumsi pragmatik ini merupakan titik acuan 3point o1 re1erence4) Entuk memenuhi komunikasi secara wajar dan terjadi kerja sama yang baik, maka dalam komunikasi harus memenuhi prinsip 3maksim4) -alam pragmatik dikontrol oleh maksim 3principle controlled4, sedangkan dalam gramatika" tatabahasa diatur oleh kaidah 3rule go&erned4) Terdapat beberapa asumsi pragmatik, yaitu7 <2 %aksi kuantitas Berbicara sejumlah yang dibutuhkan oleh pendengar) Kalau lebih berarti ada tujuannya) /isalnya7 Ibu kota Pro>insi Jawa &i ur *urabaya ) 3Secara kuantitas cukup jelas4) Ibu kota Pro>insi Jawa &i ur *ura @@ Tuturan ini disampaikan oleh guru, lalu murid menjawab X)) baya)

=2 %aksi kualitas rinsip yang menghendaki orang-orang berbicara berdasarkan buktibukti yang memadai) /isalnya7 Buku itu dibuat dari kertas2 Bukti cukup memadai, tetapi apabila ada tuturan ABuku itu dibuat dari nasi , bukti tidak memadai) -alam kaitannya dengan maksim kualitas, terdapat penyimpangan maksim, misalnya %odal saja tidak bisa dan 5ntung saja tidak dapat2 ;2 %aksi rele>ansi enutur dan mitra tutur berbicara secara rele&an berdasarkan konteks pembicaraan) /isalnya7 ' 7 Ini ja berapa9 B 7 Ini ja ;2 'kan menjadi tidak rele&an misalnya apabila B menjawab Ini baju ka u atau -i sana2 B2 %aksi cara Tuturan harus dikomunikasikan secara wajar, tidak boleh ambigu 3taksa4, tidak terbalik 3harus runtut4) /isalnya7 ' 7 -ia penyanyi solo2 B 7 Benar, dia sering ta pil di &)"I2 Tetapi kadang-kadang dalam tuturan yang wajar terjadi dis-ambiguasi 3pengawaambiguan4, sehingga kata-kata yang ambigu itu hanya satu makna) /isalnya7 ' 7 'a u penjahat kelas kakap, ya9 B 7 Bukan, ujair2 ' B tanah2 Keempat prinsip tersebut di atas termasuk pada jenis Dretorika tekstual< sebab dalam pragmatik dikenal adanya retorika tekstual dan retorika interpersonal) "etorika tekstual harus memenuhi 2 prinsip 3maksim4 kerja sama, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim rele&ansi, dan maksim cara) Sedangkan retorika interpersonal harus memperhitungkan orang lain) Jadi tidak hanya bersi1at tekstual) .etorika interpersonal membutuhkan prinsip kesopanan 3politeness principle4) 'da K macam prinsip agar memenuhi prinsip kesopanan) Sebelum sampai pada prinsip kesopanan, perlu mengingat kembali dari adanya kategori sintaktik yang terdiri dari berita, tanya, dan perintah) -alam kategori pragmatik didasarkan pada 1ungsi komunikati1nya) ;ang diperhatikan adalah tuturan) -alam kaitannya dengan kategori pragmatik ini ada tuturan komisi1, tuturan impositi1 3direkti14, tuturan aserti1, tuturan ekspresi1) 5) Tuturan ko isi.7 berjanji, menawarkan) /isalnya7 7 Ini &anah #bang, ya9 7 Jangan enghina, asak saya iskin seperti ini punya

*aya akan datang2 Boleh saya bawakan9 *aya akan setia2 *wear2 6) Tuturan i positi. 3direkti147 menyuruh, memerintah, memohon) /isalnya7 #pakah #nda bisa enolong saya2 *aya akan datang 3ada e1ek yang lain untuk memerintah4 H) Tuturan aserti.7 menyatakan sesuatu 3objekti14) /isalnya7 Bali terletak di sebelah ti ur Pulau Jawa2 (akultas *astra dan *eni "upa 5,* e iliki C jurusan2 2) Tuturan ekspresi.7 menyatakan perasaan 3emosi4) /isalnya7 $edung itu indah sekali2 $adis itu cantik sekali2 Kadang-kadang sulit dibedakan antara tuturan aserti1 dengan ekspresi1) Selanjutnya agar memenuhi prinsip 3maksim4 kesopanan, berikut ini inti K prinsip kesopanan menurut :eech) <2 %aksi kebijaksanaan!keder awanan, tact ma#im) -itujukan pada orang lain 3other centred ma#im4) Jenis maksim ini untuk berjanji dan menawarkan 3impositi1, komisi14) * memaksimalkan keuntungan orang lain, meminimalkan kerugian orang lain) /isalnya7 #da yang bisa saya bantu9 ' 7 %ari saya bawakan0 B 7 &idak usah2 Tuturan ' dan B disebut pragmatik paradoks) =2 %aksi peneri aan 3approbation ma#im4) -itujukan pada diri sendiri, bukan pada orang lain 3sel1 centred ma#im4) /aksim penerimaan ini ditujukan untuk menawarkan dan berjanji) * memaksimalkan kerugian diri sendiri, meminimalkan keuntungan diri sendiri) /isalnya7 Bolehkah saya bantu9 %ari saya bantu2 #pakah #nda bersedia e bawakan9 Bawakan ini0 3tidak sopan4 %ari saya antarkan0 &olong saya dihantarkan0 ;2 %aksi ke urahhatian 3generosity ma#im4) usatnya orang lain 3other centred ma#im4 /aksim ini ditujukan untuk kategori aserti1 dan ekspresi1) * memaksimalkan rasa hormat pada orang lain, meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain) /isalnya7

1 ah u jane apik, ning e ane cedhak pabrik2 Pekarangane je bar, nanging e ane akeh sukete2 B2 %aksi kerendahhatian 3modesty ma#im4) usatnya pada diri sendiri 3sel1 centred ma#im4) * meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri sendiri) /isalnya7 ' 7 'au sangat pandai2 B 7 #h tidak, biasa-biasa saja2 ' B 7 %obilnya bagus0 7 #h, begini saja kok bagus2

D2 %aksi kesetujuan atau kecocokan 3agreement ma#im4) usatnya pada orang lain 3other centred ma#im4) -itujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresi1) * memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan pada orang lain) /isalnya7 ' 7 1 ah kuwi apik2 B 7 Iya, apik banget2 ' 7 1 ah kuwi apik banget2 B 7 3ah elek banget ngono kok2 3Ketidaksetujuan total " tidak sopan4 ' 7 3ah, ayu banget ya dheweke9 B 7 Iya, ning rada @2 8kera62 3Ketidaksetujuan parsial " sopan4 E2 %aksi kesi patian 3symphaty ma#im4) usatnya orang lain 3other centred ma#im4) -itujukan untuk menyatakan aserti1 dan ekspresi1) * memaksimalkan simpati pada orang lain dan meminimalkan antipati pada orang lain) /isalnya7 ' 7 *aya lolos di 5%P&,, Jon2 B 7 *ela at, ya2 ' B 7 Baru-baru ini dia telah eninggal2 7 1h, saya turut berduka cita2

Anda mungkin juga menyukai