Anda di halaman 1dari 13

1. Jelaskan faktor etiologi apa saja yang dapat menyebabkan celah langitlangit dan patofisiologinya?

Etiologi 1. Faktor genetik Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir telah diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957) mengatakan sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi keturunan sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga merupakan penyebab terjadinya hal ini. Teori lain mengatakan bahwa celah bibir terjadi karena : embrio terhadap terjadinya celah. kongenital yang ganda. anomali kongenital yang lain.9,13,24 2.2.1 Faktor Non-Genetik Faktor non-genetik memegang peranan penting dalam keadaan krisis dari penyatuan bibir pada masa kehamilan. Beberapa hal yang berperan penyebab terjadinya celah bibir : a. Defisiensi nutrisi Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal penyabab terjadinya celah. Melalui percobaan yang dilakukan pada binatang dengan memberikan vitamin A secara berlebihan atau kurang. Yang hasilnya menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru lahir. Begitu juga dengan defisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang dan hasilnya juga adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan pemberiam kortison pada kelinci yang sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama.9,27 a. Zat kimia Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan trimester pertama dapat

meyebabkan terjadinya celah. Obat-obat yang bersifat teratogenik seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol, kaffein, aminoptherin dan injeksi steroid.9,27 b. Virus rubella Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat berat, tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah.13 c. Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu :

-bahan teratogenik yang potent pat menganngu foetus

Faktor-faktor ini mempertinggi insiden terjadinya celah mulut, tetapi intensitas dan waktu terjadinya lebih penting dibandingkan dengan jenis faktor lingkungan yang spesifik. d. Trauma Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu : terangsangnya hipothalamus adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga merangsang kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan. 9,24,27

Etiologi Etiologi dari celah bibir atau langitan tidak diketahui dan multifactor. Factor keturunan merupakan salah satu dari multi factor penyebab dari celah bibir dan atau celah langitan, keturunan keluarga baik celah bibir atau langitan terjadi

dengan frekuensi yang bervariasi tergantung apakah orangtua atau saudara berpengaruh. Untuk celah bibir dengan atau tanpa celah langitan faktor terjadinya adalah 2 % dengan satu orang tua terpengaruh, 4 % dengan hanya satu saudara sekandung, 9 % dengan 2 saudara sekandung dan 10-17 % dengan satu orang tua dan satu saudara sekandung. Celah langitan, 7 % dengan satu orang tua terpengaruh, 2% dengan satu saudara sekandung, 1 % dengan dua saudara sekandung. Penyimpangan kromosom seperti trisomi D dan E terlihat meningkat apabila terjadi celah. 15-60 % dari celah bibir dan atau langitan disebabkan oleh syndrome sebagai manifestasi dari celah. Syndrome yang umumnya dapat dihubungkan dengan terjadinya celah langitan adalah syndrome Aperts, Stickler's dan Treacher Collins, sedangkan syndrome Van der Woudes dan Waardenberg berhubungan dengan terjadinya celah bibir dengan atau tanpa celah langitan. Faktor lingkungan juga ditemukan sebagai penyebab terjadinya celah seperti ethanol, rubella virus, thalidomide dan aminopterin. Diabetes mellitus maternal dan amniotic syndrome juga sebagai salah satu penyebab terjadinya celah.3,4,5,6 Patofisiologi Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing. Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).

Patofisiologi

Celah pada palatum primer dapat terjadi karena kegagalan mesoderm untuk berpenetrasi ke dalam grooves diantara maxilary processes dan median nasal process sehingga proses penggabungan antara keduanya tidak terjadi. Sedangkan celah pada palatum sekunder diakibatkan karena kegagalan palatine shelf untuk berfusi satu sama lain.10 Berbagai hipotesis dikemukakan bagaimana bisa menyebabkan kegagalan proses penyatuan. Pada normal embrio, epitel diantara median dan lateral nasal processes dipenetrasikan oleh mesenkim dan akan menghasilkan fusi diantara keduanya. Jika penetrasi tidak terjadi maka epitel akan terpisah dan terbentuk celah. Bukti terbaru menyatakan bahwa facial processus berisikan sel descendant yang bermigrasi dari neural crest. Perubahan kuantitas dari sel-sel neural crest, tingkat migrasi atau arah migrasi mereka dapat berkontribusi dalam pembentukkan celah bibir atau langitan, yaitu dengan mengurangi ukuran satu atau lebih prosessus atau dengan merubah hubungan prosessus yang satu dengan yang lain.11 Defek yang muncul dapat bervariasi tingkat keparahannya. Apabila faktor etiologi dari pembentukkan cleft terjadi pada akhir perkembangan, efeknya mungkin ringan. Namun jika faktor etiologi muncul pada tahap awal perkembangan, cleft yang terjadi bisa lebih parah.
2. Jelaskan diagnosis kasus diatas

diagnosis : labio-palatoschisis Celah Bibir dan Celah Langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut. Celah bibir (Bibir sumbing) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Celah langit-langit adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung Cleft lip (labioschizis) usually arise scbagai congenital defects. This disorder occurs due to disturbances in the process of unification of the upper lip in the early embryo. Mild cleft lip appears to be only a small gap above the upper lip and no pins. Severe cleft palate can occur on both sides of the upper lip and form a slit up the nostrils and palate (labiopalatoschizis). 3. Masalah asupan makanan

Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita celah bibir. Adanya celah bibir memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah refleks hisap dan refleks menelan pada bayi dengan celah bibir tidak sebaik normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Cara memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusui bayi dan menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labiopalatochisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio- palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.13,21,24 Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (3): 232-238

Evaluasi awal biasanya diberikan melalui tim celah bibir dan atau langitan. Perawatan direkomendasikan berdasarkan banyak faktor. Sejumlah anak-anak memerlukan perawatan preventif (sikat gigi, floride topical aplikasi, fissure sealant, OHI, diet untuk anak-anak dan juga orang tuanya perlu untuk mengetahui) dan lainnya memerlukan penambalan atau pencabutan gigi untuk menjaga tempat bekas pencabutan dengan space maintainer. Pencabutan gigi supernumeri jika mengalami kesulitan untuk pembersihaan sehingga menyebabkan progressive dental canes, gingiva inflamasi.

Venner dapat di laksanakan untuk gigi yang hipoplastik.3,5,12,13,14 This situation is clearly interfere with sucking and menolan and speech disturbances. also facilitate the occurrence of respiratory tract infections. Therefore, severe cleft lip umuk needed surgery to correct abnormalities. In Indonesia, the number of people with this disorder tcrtinggi largest in East Nusa Tenggara is six to nine people per 1,000 population. This number is very high when compared to cases in which only international one to two persons per 1,000 population. Cleft lip surgery should ideally be held on the 3-month-old child in which at least 5 kilograms of body weight and blood hemoglobin levels greater than 10 g%. Were for patients with cleft palate held at 1.5 to 2 year olds to get the maximum talk. The high incidence and complications that occur when a late follow up cleft lip is a serious problem. Therefore, the Referat will discuss how to make the diagnosis early so that complications can be prevented. Labiopalatoschisis is a congenital disorder that is often found in Indonesia. In general it can be said that the incidence occurred labio or palatoschisis is 1 in 1000 live births. Indonesia has not been obtained for the incidence rate. Labiopalatoschisis incidence in men is 2x more often than women, when the incident palatoschisis it more often in women. Genesis labiopalatoschisis ranks ninth out of 10 of the most frequent congenital anomalies are deformities of the feet, hydrocele, hypospadias, mongolismus, cryptorchidism, congenital heart disease, polidaktili, hemangioma, labiopalatoschisis, hydrocephalus. 4. BERBAGAI MASALAH YANG MENYERTAI CBL Orang Tua merasa malu, cemas, stres terhadap keadaan anaknya, dan khawatir mengenai anak berikutnya. Masalah pada anak, dalam perkembangannya menyadari diri bahwa dia mempunyai kelainan di wajahnya dan suara yang sukar di mengerti orang. Anak menjadi kurang percaya diri dan membatasi pergaulan. Masalah pemberian makan, bayi dengan celah bibir & langit pada umumnya, menunjukkan akan sulit mengkonsumsi makanan yang diawali dengan kesulitan menyusui pada ibunya (sering terjadi tumpah atau masuk hidung)

Masalah bernafas, karena terjadi celah dalam langit-langit yang menyebabkan mengalirnya air liur/ susu kedalam rongga hidung, sehingga bayi mudah tersedak dan gelagapan ketika bernafas. Saluran nafas mudah terinfeksi karena hubungan terbuka antara hidung dan mulut dan karena aspirasi makanan, tersedak ketika bernafas (muntah atau masuk di hidung). Dalam masa perkembangan bayi selanjutnya mungkin akan mengalami gangguan organ bicara atau kerusakan struktur organ bicara sehingga tidak / kurang berfungsi. Anak kurang percaya diri terutama bagi yang sudah mulai sekolah kalau tidak dilakukan bedah rekonstruksi celah bibir dan langit-langit. PERAN DOKTER GIGI MEMBERIKAN PENYULUHAN Dapat Merujuk Masalah-masalah Yang Timbul Pada Pasien Cbl Pada Ahlinya Sesuai Dengan Kasus Yang Telah Disebutkan Diatas. Dapat Merujuk Pada Dokter Prostodontia Untuk Pembuatan Alat Bantu Makan (Feeding Aid) Pembuatan Alat Bantu Makan Pada Daerah Yang Tidak Mempunyai Ahli Prostodontia Dan Tetap Harus Dilakukan Di Rumah Sakit Dan Didampingi Oleh Ahli Anastesi. Dapat Memasang Alat Penekan Premaksila. Dapat Melakukan Persiapan Pre Dan Post Operasi Diantaranya : Dental Health Education Pembuatan Obturator Pada Palatochisis Kontrol Post Operasi Mengangkat Obturator Pada Palatochisis Mengangkat Jahitan

PENYULUHAN BAGI ORANG TUA PENDERITA Periksakan bayi / anak sejak lahir secara teratur oleh seorang dokter/ dokter anak / Dokter T.H.T/ Dr. Gizi, dokter Gigi

Dimaksudkan untuk mempersiapkan keadaan kesehatan penderita yang prima sebelum pembedahan. Agar diketahui pula kelainan organ lain yang menyertai celah bibir & langit-langit Bagi anak-anak balita, persiapkan pula kebersihan mulutnya dengan menyikat gigi secara teratur. Pengaturan (takaran) pemberian makanan sejak bayi sampai balita Sebelum pembedahan merupakan waktu yang baik untuk memberikan keterangan menyakinkan orang tua mengenai prosedur pra bedah, pembedahannya serta penyulit yang kadang-kadang menyertainya serta perawatan pasca bedah. Orang tua sebagai pendamping bayi/ anak yang dioperasi perlu mendengarkan instruksi-instruksi dari dokter & petugas kesehatan dengan baik serta menjalankan dengan seksama. Pergunakan waktu sebelum operasi dengan pemberian makan yang bergizi karena operasi harus dilaksanakan dalam keadaan sehat yang optimum (batuk-pilek pun tidak bisa dioperasi) dan penyembuhan luka operasi tercapai dalam waktu singkat.

5. 05.

- Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas dapat hadir pada anak-anak dengan sumbing langit-langit, terutama mereka yang memiliki rahang hypoplasia (yaitu, sebuah Pierre Robin urutan). Obstruksi jalan napas bagian atas hasil dari posisi posterior lidah, yang rentan terhadap prolaps ke dalam faring dengan inspirasi. Obstruksi nasal dapat juga hasil dari lidah menonjol ke rongga hidung.2 - Otitis media Otitis media adalah komplikasi umum dari suatu celah langit-langit mulut dan hadir di hampir semua anak-anak dengan unrepaired clefts. Walaupun penyakit suppurative berulang bisa menjadi masalah, komplikasi utama adalah bahwa dari efusi telinga tengah terus-menerus dengan dihasilkannya gangguan pendengaran.2 - obstruksi parsial atau total saat inspirasi dapat terjadi jika terdapat masalah pernafasan pada anak dengan cleft, terutama jika dagu dengan retroposisi (dagu pendek, mikrognatik, rahang rendah (undershot jaw), fungsi muskulus genioglossus hilang dan lidah jatuh kebelakang.

6. Problems that occurred immediately after birth is a matter of feeding / nutrition. A cleft lip is more difficult to make a baby sucking mother putingsusu. Celga hidungah on the palate may also cause the milk you drink is inhaled into the nasal cavity. But on some form of nipple or with the use of artificial nipples, babies with cleft remains apat obtain adequate nutrition until surgery is performed. Sealin that, in some cases the baby may also use so-called artificial palate obturator to help meraka denagan eat normally.

Social problems For some parents that there are problems in the receiving state that their child is different. Many parents feel unwarranted guilt, the worry that their children will be treated differently because of physical or difficulty berbicarannya.

Hearing Problems Many children with clefts are more exposed to otitis media because of tubal fluid mendrainase eustachia can not be optimal from the middle ear to the kerongkonan. Fluid accumulation, increased pressure in the ears, and infection can occur so that the baby can be affected by fever and earache. If not handled immediately, the development of talking can also occur and hearing loss may persist. For the children with cleft myringotomy tubes inserted at the first reconstruction surgery.

Problems in Speaking Children with a cleft lip is usually normal or near normal sounding speech. While some children with a cleft paltum require a longer time than normal children to learn to speak. Usually they have kesulituan in pronouncing consonant sounds. However after the cleft is repaired, most kids can catch up and eventually be able to speak normally, although sometimes requiring speech therapy and additional surgery.

7.5 Problem Teeth In addition dentalis cavity larger than normal, it can also happen to lose, adding, malformation or misplaced teeth.

Komplikasi dari celah bibir dan langit-langit bila tidak di operasi adalah secara fisik membuat kesulitan dalam makan dan minum karena daya hisap yang kurang maksimal dan banyak yang tumpah atau bocor ke hidung, gangguan kosmetik, gangguan bicara berupa suara sengau, retardasi mental, infeksi telinga tengah, gangguan pendengaran dan gangguan pertumbuhan gigi.(9) Komplikasi yang dapat timbul pada operasi adalah perdarahan, obstruksi saluran pernapasan, infeksi, deviasi septum nasi dan terjadinya fistula. Perdarahan yang banyak jarang terjadi, tapi mungkin memerlukan operasi kembali untuk mengontrol perdarahan. Penyumbatan pernapasan juga jarang terjadi jika tidak ada perdarahan yang berlebihan tetapi dapat mengancam jiwa. Saluran harus dipantau secara hati-hati. Monitor saturasi O2 bisa digunakan di ruang perawatan atau pasien dapat di pantau dalam ruang ICU. Fistula palatum bisa ada karena celah asimptomatik atau menyebabkan gejala-gejala seperti masalah pengucapan dan kesulitan kebersihan gigi. (1) 2.4 Komplikasi jika tidak dilakukan pembedahan a. Masalah asupan makanan Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita celah bibir. Adanya celah bibir memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah refleks hisap dan refleks menelan pada bayi dengan celah bibir tidak sebaik normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Cara memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusui bayi dan menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labiopalatochisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio- palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.13,21,24 b. Masalah dental Anak yang lahir dengan celah bibir mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan gigi, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk. c. Infeksi telinga Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.13,21,24 d. Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.13,24 Komplikasi Hal-halnya yang menjadi komplikasi lanjut dari kelainan ini adalah : Sulit Makan Adanya celah pada mulut atau bibir menyulitkan bayi untuk bisa menghisap susu ataupun makanan cairan lainnya. Dibutuhkan metode khusus, seperti dot khusus, serta posisi makan agak tegak agar bayi tidak tersedak. Diperlukan kesabaran lebih saat memberikan makanan pada bayi dengan celah pada bibir dan mulutnya, karena kelainan yang membedakannya dengan anak-anak normal lainnya. Infeksi Telinga & Hilangnya Pendengaran Tidak berfungsinya saluran yang menghubungkan telinga tengah dan kerongkongan menyebabkan infeksi yang bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran. Gangguan Bicara Penurunan fungsi-fungsi otot untuk berbicara yang terjadi akibat adanya celah, akan mempengaruhi pola bicara, bahkan menghambatnya. Masalah Gigi Gigi tidak akan tumbuh secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan khusus untuk mengatasi hal ini. Craniofacial Abnormalities bisa dikoreksi dengan cara bedah plastik yang dilakukan oleh ahli bedah plastik. Idealnya, dokter ahli bedah plastik akan bekerjasama dengan dokter spesialis anak ( untuk penanganan kasus anak dan bayi) serta spesialis THT ( apabila telah terjadi infeksi) untuk bisa memaksimalkan hasil operasi.

7. 7. Alat seperti Speech bulbs atau palatal lift dapat menolong penutupan hidung dan mulut sehingga fungsi bicara dapat normal kembali. Alat lain dapat berupa prothesa removable yang harus menutupi seluruh palatal ialah obturator. Obturator adalah suatu alat dari akrilik keras dan lunak yang akan digunakan untuk menutup celah langitan, membantu dalam hal pemberian makanan, memperbaiki fungsi bicara sehingga dapat menghindari adanya bunyi sengau atau desis, mempertahankan lebar lengkung maksila dan susunan gigi serta memperbaiki pertumbuhan langit-langit. Fungsi lain dan alat ini adalah sebagai alat anti aspiration dan untuk mendapat bentuk palatum yang seperti normal agar lidah terbiasa pada posisi fisiologis. Perawatan lainnya bila pasien tanpa bone graft menggunakan fixed bridge.1

1. Obturator palato faringeal protesa yg bantu dlm menutup permukaan bag anatomi velopharyngeal utk kembalikan fs yg normal. Velopharynx adalah bagian katup muskular yang terletak antara rongga mulut dan hidung, pada dasarnya terdiri dari dinding faring lateral dan posterior serta palatum lunak yang mengontrol perjalanan udara. Velopharyngeal timbul apabila kelainan cleft palate tidak diperbaiki atau kelainan palatum lunak (soft palate defects) yang diperbaiki melalui pembedahan terlalu pendek untuk berkontak dengan dinding faringeal yang mengganggu dalam proses respirasi dan pengucapan. 2. Obturator palatal lift menutup bag palatum keras dan scr fisikal menduduki pada suatu posisi yg baik utk mencapai penutupan velopharyngeal. 3. Obturator Metal. Obturator meatal dapat juga dikenali sebagai obturator meatus yang didesain untuk menutup bagian posterior nasal chonane yaitu suatu bagian pembukaan antara rongga hidung dan nasofaring. Obturator ini diindikasikan bagi pasien yang edentulous sepenuhnya yang telah mengalami kehilangan palatum lunak secara total. 9. Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah.. 11.

Dgn bius umum untuk OS msh bayi & blm Kooperatif - Pemeriksaan urin, darah dan thorak foto, konsultasi kepada dokter sp. Anak - Keadaan umum baik. Jika keadaan umum jelek, maka harus dilakukan penanggulangan terhadap keadaan umum, seperti meningkatkan nutrisi untuk menormalkan berat badan bayi. - Rawat inap 1 hari sebelumnya.

- Infus dan premedikasi - Pada bayi, puasa 3-4 jam sebelumnya a. Anamnesa: usia, berat badan, riwayat alergi pada orang tua, dsb. b. Pemeriksaan fisik: bentuk kepala, dan tanda2 kelainan bawaan lainnya. -tanda vital: nadi, nafas dan tekanan darah, tinggi dan berat badan tem pernafasan mulai dari hidung sampai dengan paru2. Adanya penyakit saluran nafas kronis atau asthma bronkhiale menyebabkan jalan nafas menjadi lebih peka sehingga mudah terjadi spasme atau bronkhial pada saat induksi. kelainan jantung lainnya. unyi jantung/murmur atau tanda-tanda

c. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan urine & hematologi rutin termasuk diagnostik kecurigaan adanya penyakit hematologi. Foto thoraks, elektrolit, analisa gas darah, elektrokardiografi dan test faal paru atau test lainnya selalu berdasarkan atas indikasi. d. Konsultasi dengan bagian lainnya. Terutama dengan bagian kesehatan anak, dimaksudkan untuk penilaian keadaan penderita terutama mengenai keadaan/fungsi kardiopulmonal termasuk reverse atau cadangan kedua organ utama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai