Anda di halaman 1dari 17

MENCARI PENGOBATAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Membuka lebar-lebar pintu harapan

kepada para dokter dan para medis ketika sedang menyembuhkan penyakit. Hal ini apabila penyakit si pasien sudah terlalu parah atau sulit disembuhkan dan keadaan si pasien sudah sampai putus asa (hoples) yang menghancurkan atau apa yang disebut dengan penyakit ganas yang kronis.

Imam Bukhari meriwayatkan suatu haidts


dari Abu Hurairah Ra. Rasulullah Saw. bersabda :

Imam Muslim dan Ahmad meriwayatkan

Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.


suatu hadits dari Jabir Ra.berkata Rasulullah Saw.

Setiap penyakit itu ada obatnya, apabila penyakit sudah terkena obat, ia akan sembuh dengan izin Allah Swt.

Selanjutnya Imam Ahmad juga

meriwayatkan hadits dari Usamah bin Syuraik :

Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan telah pula menurunkan obatnya. Orang yang mengetahui hal ini akan mengetahuinya dan orang yang tidak mengetahui hal tersebut tidak akan mengetahuinya.

Imam Al-Syaukani berpendapat, bahwa

hadits tersebut menunjukkan dibolehkannya mencari pengobatan lain bagi seseorang yang menderita suatu penyakit, dimana dokter telah menyatakan bahwa penyakitnya itu tidak ada obatnya dan tidak bisa disembuhkan secara medis.

Ibnu Al-Qayyum Al-Jauzi dalam kitabnya Zadul

Maad berpendapat bahwa perkataan Nabi Saw, : Setiap penyakit itu ada obatnya. Itu dapat membesarkan hati si pasien dan dokter yang merawatnya. Di samping itu hadits tersebut mendorong seseorang untuk berusaha mencari dan mengkaji obat-obat yang diperlukan. Sebab apabila si pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya dapat diobati, hatinya akan mempunyai harapan baik dan tidak akan putus asa. Akhirnya pintu harapan menuju kesembuhanpun terbuka lebar

Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah
suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan meresepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan

sendirinya ssuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni : Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotionbehavior), Misalnya, makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya :

tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya.Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Perilaku sehubungan dengan pencarian obat (health seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (klinik, puskesmas, dokter, perawat dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional/alternatif (dukun, sinshe dan sebagainya).

Perlaku sehubungan dengan

pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usahausaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemuliha kesehatannya.

Etika menjenguk Orang Sakit


Ajaran-ajaran atau etika menjenguk orang
sakit dalam Islam disimbolkan selain sebagai silaturrahmi, juga untuk mendorong dan memberi sugesti kepada orang sakit untuk bisa melawan penyakitnya, dengan doa kesembuhan dan memberi semangat serta kesabaran dalam dalam menghadapi cobaan sakit dari Allah Swt.

Beberapa etika yang diajarkan dalam

Islam ketika menjenguk orang sakit adalah : Tidak marah, bimbang atau takut terhadap penyakit yang sedang menimpa dirinya, tetapi justru harus bersikap sabar dan ridho terhadap musibah yang dideritanya.

Karena penyakit adalah bagian dari realita


hidup yang harus dijalani. Rasulullah Saw. bersabda :

Tidak seorang muslimpun yang sedang ditimpa musibah sakit atau yang berupa cobaan lainnya, melainkan Allah menghapuskan keburukan-keburukan (amal) baginya, sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.
Rasulullah Saw. mencela umatnya yang selalu mengeluh terhadap cobaan yang diberikan Allah

2.

Seorang muslim yang menderita sakit harus mencari pengobatannya atas penyakit yang dideritanya. Islam memerintahkan untuk mencari ahlinya jika penyakit itu tidak bisa ditangani dengan pengobatan biasa. Suatu waktu Rasulullah Saw. mengunjungi seorang sahabatnya yang menderita sakit. Dengan melihat penyakit sahabatnya, Rasulullah memerintahkan untuk mengirimnya ke seorang tabib (dokter) yang sudah berpengalaman. Para sahabat heran, karena biasanya Rasulullah sendiri yang memberi pengobatan, Engkau memerintah kami untuk mencari tabib Ya Rasulullah ?, Beliau menjawab, Benar, Carilah obat pada hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah Tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya.

3.

Islam juga memperhatikan aspek psikologidalam menyembuhkan orang yang sakit dengan tidak meninggalkna doa, baik doa-doa yang diambil dari Al-Quran maupun dari Hadits Nabi. Diantara Doa beliau tentang pengharapan untuk disembuhkan adalah :

Ya Allah, sembuhkanlah penyakit yang menimpanya, dan berilah pahala terhadap hal yang Engkau telah mencobanya.

4. Untuk melindungi hak-hak seorang maupun masyarakat umum dari bahaya penularan penyakit, Islam memberi petunjuk agar mengkarantina orang yang menderita suatu penyakit yang bersifat menular. Dengan mengkarantina diharapkan penderita tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Bersamaan dengan mengkarantina1

seseorang, Islam menyarankan kepada orang yang sehat untuk tidak memasuki daerah atau menjauhkan dirinya sampai daerah tersebut dinyatakan bebas dari terjangkitnya penyakit menular. Rasulullah Saw. bersabda :

Sesungguhnya sedikit dari persentuhan saja akan menghancurkan (menularkan).

1 Karantina atau Quarantine adalah larangan/pembatasan kegiatan orang atau hewan sehat yang telah mengalami kontak/terpapar dengan kasus penyakit menular selama periode penularan, untuk mencegah penularan penyakit selama periode inkubasi andaikata infeksi sudah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai