Anda di halaman 1dari 23

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Medis (Gangguan Psikosomatis) Psychological Factors Affecting Medical Condition and Psychosomatic

Medicine

Kedokteran Psikosomatis

menyadari kesatuan dari pikiran dan tubuh dan interaksi antara keduanya. Faktor psikologis adalah penting dalam perkembangan semua penyakit memulai, perkembangan, pemberatan, atau eksaserbasi penyakit, predisposisi dalam perdebatan.

Istilah psikosomatis bagian dari

kedokteran perilaku definisi thn 1978 oleh the National Academy Science :bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu pengetahuan perilaku dan biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan penyakit dan penerapan pengetahuan dan teknik- teknik tersebut untuk mencegah, mendiagnosis, dan rehabilitasi.

Diagnostic and Statistical Manual

of Mental disorder IV faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis. DSM III faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik.

Klasifikasi : Faktor psikologis merugikan karena mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis adalah gangguan mental aksis I. Kondisi medis aksis III.

Kriteria diagnosis DSM-IV :

1. Gangguan mental klasik yang tampak 2. 3. 4.

5.

dengan gejala fisik sebagai bagian gangguan. Gangguan somatisasi, dimana gejala fisik tidak didasarkan pada patologi organik. Hipokondriasis, dimana pasien memiliki permasalahan yang menonjol dengan kesehatan mereka. Keluhan fisik yang seringkali berhubungan dengan gangguan mental. Keluhan fisik yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat (mis. Batuk yang berhubungan dengan nikotin).

Sejarah : - Pertama kali dinamakan psikosomatis Christian Heinroth tahun 1818. - Dipopulerkan Maximilian Jacobi. Etiologi : - Stres yang kronis, parah peranan kausatif dalam penyakit somatis.

Stres internal/eksternal, akut atau


kronis tantangan bagi yang tidak berespon secara adekuat. Menghadapi stres secara optimal terhindar dari gangguan psikosomatis Konflik bawah sadar ketidakseimbangan homeostasis gangguan psikosomatis.

Teori stres : 1920, Walter Cannon (1875-1945) pertama kali melakukan penelitian hub stres dan penyakit stimulasi sistem saraf otonom t.u sistem simpatetik respon fight or flight (ditandai oleh hipertensi, takikardi, dan peningkatan cardiac output. tidak mampu mengatasi stres menyebabkan penyakit (mis. Menyebbkan ggn kardiovaskuler).

1950, Harold Wolff (1898-1962)

fisiologi traktus gastrointestinal berhubungan dengan tingkat emosional tertentu. Hiperfungsi hostilitas. Hipofungsi kesedihan.

William Beaumont (1785-1853) memp.


Seorg pasien dg permanent gastric fistula kasus penembakan. perubahan tingkat emosi yang tinggi mukosa menunjukkan hiperemis indikasi bahwa aliran darah ke perut dipengaruhi oleh emosi.

Hans Selye (1907-1982)

mengembangkan stress model general adaptation syndrome, ada tiga fase : 1. reaksi peringatan. 2. taraf resistensi adaptasi idelnya tercapai. 3. taraf kelelahan adaptasi dan resistensi hilang.

Respon neurotransmiter thd stres : Stres merangsang sistem noradrenergik otak pd lokus sereleus menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom. Stres juga merangsang sistem serotonergik otak peningkatan pergantian serotonin.

Respon endokrin thd stres : corticotropin releasing Factor disekresikan dari hipotalamus ke hypophysial pituitary portal system. CRF menybbkn hipofise anterior mencetuskan pelepasan ACTH menybbkan korteks adrenal merangsang sintesis dan pelepasan glukokortikoid meningkatkan penggunaan energi, meningktkn aktifitas CV (respon fight or flight), dan menghambat fungsi spt pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas.

Respon imun thd stres : Hambatan fungsi imun oleh glukokortikoid. Stres aktifasi imun. CRF merangsang pelepasan norepinefrin mengaktifasi sistem saraf simpatetik meningkatkan pelepasan epinefrin dari medula adrenal hubungan lgsg dg immune target cell aktifasi imun pelepasan interleukin-1 dan IL 6.

Stres spesifik vs nonspesifik : Stres umum perceraian, kematian pasangan. Kepribadian dan konflik spesifik penyakit psikosomatis. Stres psikis spesifik kepribadian spesifik dan konflik bawah sadar menybbkn ketidakseimbangan homeostasis ggn psikosomatis.

Kepribadian koroner kemauan keras,

agresif cenderung mengalami oklusi miokardium. Kepribadian tipe A (serupa dg kepribadian koroner) predisposisi penyakit koroner. Konflik bawah sadar spesifik berhubungan dengan ggn psikosomatis spesifik (cth. Konflik ketergantungan yg tidak disadari predisposisi ulkius peptikum).

Beberapa gangguan psikosomatis : - Akne, reaksi alergi, angina pektoris, edema angioneurotik, aritmia, wheezing asmatik, asma bronkialis, kardiospasme, sindroma nyeri kronis, PJK, DM, ulkus duodenum, hipertensi esensial, ulkus lambung, nyeri kepala, herpes, hiperinsulinisme, hipertiroidisme, hipoglikemia, penyakit kekebalan, kolon iritabel, migrain, kolitis mukus, mual, neurodermatitis, obesitas, menstruasi yang nyeri, pruritus ani, pilorospasme, anteritis regional, artritis reumatoid, nyeri sakroiliaka, psoriasis, kolitis spastik, takikardia, nyeri kepala tension, TB, kolitis ulseratif, urtikaria, muntah, kutil.

Beberapa hipotesis korelasi psikologis dari ggn psikofisiologis : Ulkus peptikum merasa terputus dari kebutuhan ketergantungan, benci, merepresi kemarahan, tidak dapat mengungkapkan kebencian, memiliki harapan regresif yang kuat utk diasuh dan diberi makan, perasaan balas dendam direpresi dan dipertahankan dibawah sadar. Kolitis telah diintimidasi pada masa anakanak kedalam ketergantungan dan kecocokan, merasakan konflik dari kebencian, kemarahan tertahan karena takut akan pembalasan, cerewet, memikirkan hal yang sedih- sedih.

Hipertensi esensial dipaksa menahan

kebencian pada masa anak- anak, kekerasan yg tertahan, berusaha keras dan bersungguhsungguh, bertahan dan tegang, ingin memperoleh penerimaan dari orang yg berkuasa. Migrain tidak mampu memenuhi kebutuhan diri yang berlebihan, merasakan kebencian dan kecemburuan yg kuat kepada kompetitor, memiliki kepribadian yang teliti, cermat, perfeksionis, ambisius.

Asma bronkialis cemas perpisahan, kasih

sayang maternal yg tdk konsisten, memiliki rasa takut dan bersalah, menuntut, sering sakit, aneh, tidak bisa berdiri sendiri. Neurodermatitis orang tua yang overprotektif, kecanduan akan kasih sayang, memiliki konflik ttg permusuhan dan ketergantungan, menunjukkan rasa bersalah, akrab secara superfisial, peka, citra diri rendah, menunjukkan ekspresi permusuhan.

Terapi : Psikoanalisis dan psikoterapi. Relaksasi otot, hipnosis, yoga, dan pijat keseimbangan homeostasis.

Anda mungkin juga menyukai