Anda di halaman 1dari 3

LTM TERMODINAMIKA HUKUM TERMODINAMIKA II Inna Ihsani Nisa 1106.139.

380 Teknik Kimia S1 Paralel D3

Hukum termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat

diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Secara singkat, hukum termodinamika I: Adanya suatu ekivalensi antara panas dan kerja (panas kerja): Digunakan untuk menghubungkan dan menentukan type type energi yang terlibat dalam suatu proses. Atau menyatakan bahwa sewaktu proses berlangsung terdapat suatu keseimbangan energi.

Hukum termodinamika I merupakan pernyataan dari hukum kekekalan energi atau konservasi energi (yang berlaku untuk sistem tertutup dan terbuka), dan tidak menyatakan mengenai arah dari proses yang berlangsung. Hukum Termodinamika I juga belum menjelaskan ke arah mana suatu perubahan keadaan itu berjalan dan apakah perubahan itu reversible atau irreversible.

Arah Proses Termodinamik: Proses ireversibel (irreversible process): merupakan proses non-kesetimbangan, dimana sistem tidak pernah berada pada kesetimbangan termodinamik pada keadaan manapun hingga akhir proses. Proses reversible (reversible process): merupakan proses kesetimbangan (equilibrium process), dengan sistem selalu berada pada kesetimbangan termodinamik,sehingga tidak akan terjadi perubahan keadaan.

Contohnya,

Secangkir kopi panas yang ditaruh dalam suatu ruangan, maka akan dengan sendirinya kopi tersebut akan menjadi dingin (Gbr 1.1). Dalam kasus tersebut, hukum termodinamika pertama telah terpenuhi karena energi yang dilepaskan kopi sebanding dengan energi yang diterima oleh lingkungan. Tetapi jika dibalik secangkir kopi menjadi panas dalam sebuah ruangan yang dingin, kita tahu bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Dari contoh di atas jelas bahwa proses berjalan dalam suatu arah tertentu tidak sebaliknya. Suatu proses yang telah memenuhi hikum termo I, belum
Gambar 1.1 Secangkir Kopi Panas dalam Ruangan Dingin

LTM TERMODINAMIKA HUKUM TERMODINAMIKA II Inna Ihsani Nisa 1106.139.380 Teknik Kimia S1 Paralel D3

tentu dapat berlangsung. Diperlukan suatu prinsip selain hukum termo I untuk menyatakan bahwa suatu proses dapat berlangsung, yang dikenal dengan hukum termo II (atau dengan kata lain suatu proses dapat berlangsung jika memenuhi hukum termo I dan termo II). Kegunaan hukum termo II tidak terbatas hanya pada mengidenfikasi arah reversible atau irreversible dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas energi (hukum I berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk energi), menentukan batas teoritis unjuk kerja suatu sistem, dan memperkirakan kelangsungan reaksi kimia (degree of completion of chemical reaction). Hukum ini juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi:

Hukum Termodinamika II menyatakan Tidak mungkin panas dapat dirubah menjadi kerja seluruhnya, tetapi sebaliknya kerja dapat dirubah menjadi panas. Q W seluruhnya W Q (sama besarnya) atau untuk mendapatkan sejumlah kerja (W) dari suatu siklus, maka kalor (Q) yang harus diberikan kepada sistem selalu lebih besar. Q diserap > W sehingga, siklus < 100 %. Suatu sistem yang bekerja sebagai sebagai suatu siklus tidak dapat memindahkan kalor (Q) dari bagian yang bertemperatur rendah ke bagian yang bertemperatur lebih tinggi, tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem yang lain.

Sebuah fluida kerja adalah gas bertekanan atau cairan yang menggerakkan mesin. Contohnya termasuk uap dalam mesin uap, udara di mesin udara panas dan cairan hidrolik pada motor hidrolik atau silinder hidrolik. Lebih umum lagi, dalam sistem termodinamika, fluida kerja adalah cairan atau gas yang menyerap atau memancarkan energi. Sifat refrigeran yang penting adalah memiiiki titik didih yang rendah. Titik didih refrigeran dapat berubah tergantung pada perubahan tekanannya. Dalam sebuah unit pendingin, fluida kerja disebut refrigeran. Amonia adalah refrigeran khas dan dapat digunakan sebagai fluida kerja primer. Dibandingkan dengan air (yang juga dapat digunakan sebagai refrigeran) siklus refrigerasi menggunakan yang menggunakan tekanan relatif tinggi umumnya memakai ammonia. Selain itu amonia lebih ringan daripada udara, dan penguapan amonia bersifat mudah terbakar, meledak dan beracun. Misalnya, untuk meningkatkan titik didih amonia dari -33.3C menjadi 0C, tekanan harus dinaikkan menjadi 428.5 kPa (62.1 psia). Refrigeran juga harus memiliki panas laten yang tinggi untuk menguap. Panan iaten yang tinggi penting untuk efesiensi dan mempercepat proses pendinginan, karena

LTM TERMODINAMIKA HUKUM TERMODINAMIKA II Inna Ihsani Nisa 1106.139.380 Teknik Kimia S1 Paralel D3

dengan panas laten yang tinggi, jumlah kalor yang dapat dipindahkan per satuan waktu akan lebih banyak. Sifat-sifat refrigeran lain yang diperlukan adalah: a) memiliki titik beku di bawah suhu penguapan, b) memiliki suhu kritis yang cukup tinggi agar wujud refrigeran dapat berubah wujud dan mengambil kalor lebih efesien, c) aman, tidak korosif, dan stabil secara kimiawi, d) mudah dideteksi jika terjadi kebocoran refrigeran (misalnya dengan bau), dan e) harga yang murah untuk keperluan industri. Tabel 1 memperlihatkan beberapa sifat dari dua jenis refrigeran, yaitu amonia dan freon. Amonia memiliki panas laten penguapan yang lebih tinggi dibanding refrigeran lain. Tabel 1.1 Sifat Amonia dan Freon Sebagai Refrigeran
Sifat refrigeran Suhu evaporator (C) Tekanan evaporator (kPa) Tekanan kondenser(kPa) Panas laten penguapan (kJ/kg) Sirkuiasi per ton refrigerasi (kg/sfr) Stabilitas Mudah terbakar (flammable) Bau Amonia -68-(-7) 236,5 1166.5 1314,2 31 x 102 Tidak Ya Acrid Freon -73 - 100 182,7 744,6 161,7 2.8 x 102 Ya Tidak Ethereal

Fellows,P.J. 1992. Food Processing Technology: Principle and Practice. New York: Ellis Horwood. Singh, R.P. and Heldman, D.R. 2001. Introduction to Food Engineering. 3rd ed, Academic Press, San Diego: CA. Sudjito, dkk. 2008. Diktat Termodinamika Dasar. http://mesin.ub.ac.id. Diakses tanggal 7 Mei 2012, Jam 21.47 WIB. Toledo,R.T. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering. New York: Van Nostrand Reinhold.

Anda mungkin juga menyukai