Anda di halaman 1dari 4

FRAKTUR TULANG MAKSILA Jika terjadi fraktur tulang maksila maka harus segera dilakukan tindakan untuk mendapatkan

fungsi normal dan efek kosmetik yang baik. Tujuan tindakan penanggulangan ini adalah untuk memperoleh fungsi normal pada waktu menutup mulut atau oklusi gigi dan memperoleh kontur muka yang baik. Harus juga diperhatikan jalan napas serta profilaksis kemungkinan terjadinya infeksi. Edema faring dapat menimbulkan gangguan jalan napas sehingga mungkin dilakukan tindakan trakeostomi. Perdarahan hebat yang berasal dari arteri maksilaris interna atau arteri ethmoidalis anterior sering terdapat fraktur maksila dan harus segera diatasi. Jika tidak berhasil, dilakukan pengikatan arteri maksilaris interna atau arteri karotis eksterna atau arteri ethmoidalis anterior. Jika kondisi pasien cukup baik sesudah trauma tersebut, reduksi fraktur maksila biasanya tidak sulit dikerjakan kecuali kerusakan pada tulang sangat hebat atau terdapatnya infeksi. Reduksi trauma maksila mengalami kesulitan jika pasien dating terlambat atau kerusakan sangat hebat yang disertai dengan fraktur servikal atau terdapatnya kelainan pada kepala yang tidak terdeteksi. Garis fraktur yang timbul harus diperiksa dan dilakukan fiksasi.1 Etiologi Fraktur maksila biasanya terjadi karena adanya trauma tumpul berkekuatan tinggi pada tulang wajah. Mekanisme trauma tersering adalah kecelakan lalu lintas, jatuh, dan perkelahian. Dengan meningkatnya peraturan yang mengatur penggunaan sabuk pengaman, luka penggendara bergeser dari trauma dada ke trauma wajah.2 Klasifikasi fraktur maksila Mathog menggunakan pembagian klasifikasi fraktur maksila Le Fort dalam 3 kategori yaitu fraktur Le Fort I, II, III dan masih dipakai sampai sekarang. Klasifikasi ini dimodifikasi palatal split dan maksila media.1 1. Fraktur maksila Le Fort I Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur horizontal bagian bawah antara maksila dan palatum/arkus alveolar kompleks. Garis fraktur berjalan ke belakang melalui lamina pterigoid. Fraktur ini bisa unilateral atau bilateral. Kerusakan pada fraktur Le Fort akibat arah trauma dari anteroposterior bawah yang dapat mengenai:

Nasomaksila dan zigomatikomaksila vertical buttress Bagian bawah lamina pterigoid Anterolateral maksila Palatum durum Dasar hidung Septum Aperture piriformis

Gerakan tidak normal akibat fraktur ini dapat dirasakan dengan menggerakkan dengan jari pada saat pemeriksaan palpasi. Garis fraktur yang mengarah ke vertical, yang biasanya terdapat pada garis tengah, membagi muka menjadi dua bagian (palatal split).

2. Fraktur maksila Le Fort II Garis fraktur Le Fort II (fraktur piramid) berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita pinggir infraorbita, dan menyebrang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga kearah lamina pterigoid sampai ke fossa pterigopalatina. Fraktur pada lamina cribiformis dan atap sel ethmoid dapat merusak system lakrimalis. Karena fraktur ini sangat mudah digerakkan maka disebut floating maxilla.

3. Fraktur maksila Le Fort III Fraktur Le Fort III (craniofacial dysjunction) adalah suatu fraktur yang memisahkan secara lengkap antara tulang dan tulang cranial. Garis fraktur berjalan melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fisura orbitalis superior melintang kearah dinding lateral kearah orbita, sutura zigomatiko frontal dan sutura temporo zigomatik. Fraktur Le Fort III ini biasanya bersifat komunitif yang disebut kelainan dishface. Fraktur maksila Le Fort III ini sering menimbulkan komplikasi intra cranial seperti timbulnya pengeluaran cairan otak melalui atap sel ethmoid dan lamina cribiformis. Anamnesis Perlu dikumpulkan infiormasi mengenai mekanisme kecelakaan, lokasi, arah, dan besarnya kekuatan saat kecelakaan. Riwayat perubahan status mental atau pingsan harus dipirkan cidera intracranial. Adanya defisiensi fungsional seperti jalan napas, penglihatan, saraf cranial, oklusi, atau pendengaran dapat memberikan petunjuk lokasi fraktur dan akibat dari cidera nonosseous.2

Pemeriksaan fisik Evaluasi maksila dan tulang wajah dapat diperiksa sesudah keadaan pasien stabil khususnya yang harus diprioritaskkan adalah jalan napas dan cidera intracranial. Secara umum, pasien dengan fraktur wajah mengaburkan arsitektur tulang karena pembengkakan jaringan lunak, ekomosis, perdarahan, dan hematoma. Area pembengkakan dan hematoma dapat menimpa fraktur yang terisolasi. Bengakak periorbita mengindikasikan Le Fort II atau III. Retrusi semua bagian posterior wajah tengah membuat penampakan rata pada wajah. Dishface atau panface timbuh setelah fraktur Le Fort II atau III yang luas. Segemen maksilaris bergeser ke posterior dan inferior. Dalam kasus yang berat, saluran napas atas mungkin terganggu. Dalam situasi ini, forsep diperlukan untuk diletakkan pada dasar hidung dan palatum durum untuk menarik segmen tulang kedepan untuk mempatensikan jalan napas. Wajah dan cranium harus dipalpasi untuk menilai iregularitas tulang, step off, krepitasi, dan gangguan sensoris. Pergerakan wajah tengah dapat dites dengan memegang lengkungan alveolar anterior dan ditarik kedepan sambil menstabilisasi pasien dengan tangan yang lain. Ukuran dan lokasi segmen yang dapat digerakakkan tersebut dapat mengidentifikasi jenis Le Fort. Pemeriksaan hidung dan intraoral harus dikerjakan. Pemeriksaan intranasal mungkin akan didapatkan darah segar atau bekuan darah, hematoma septum, dan rinore berupa LCS. Pemeriksaan intraoral harus menilai oklusi, stabilisasi alveolar dan palatum, dan jaringan lunak. Palpasi pada kontur maksila secara intraoral dapat dilakukan. Lakukan juga pemeriksaan pada mata dan tulang orbita seperti dasar orbita, penglihatan, pergerakan mata, posisi bola mata, dan jarak intercantus. Gangguan penglihatan dapat dikaitkan dengan gangguan pada canalis opticus, bola mata, retina, atau lesi neurologi yang lain.2 Penanggulangan Penanggulan fraktur maksila (mid facial fracture) sangat ditekankan agar rahang atas dan rahang bawah dapat menutup. Dilakukan fiksasi inter maksilar sehingga oklusi gigi menjadi sempurna.1

1. Buku hijau 2. Maxillary and Le Fort Fracture. http://emedicine.medscape.com/article/1283568overview. cited at 25 June 2013.

Anda mungkin juga menyukai