Anda di halaman 1dari 8

BEHIND THE EUPHORIA OF NERS GRADUATION (Part 1)

Tulisan ini boleh dibilang sebagai pelampiasan perasaan saya setelah sepuluh bulan menghilang dari dunia persilatan kampus karena menjalankan titah Dewi Quan In untuk mencari kitab suci *lebay*. September 2012 - Juli 2013 was finally passed! Means saya sudah menyelesaikan satu tahap program akademik Profesi Ners yang notabene wajib bagi sarjana S1 Ilmu Keperawatan yang nantinya akan terlibat dalam intervensi pelayanan kesehatan. Dengan begitu, maka telah terselip satu gelar (lagi) pada nama saya, jadinya Ns. Asih Dwi Hayu Pangesti, S.Kep. *whoo keprok meja*. Horeee gue LULUS! Seneng ? Pasti. Tapi perasaan yang saya rasakan lebih pada LEGAAA *deep breathing* karena telah selesai melewati banyak tantangan yang sebelumnya belum pernah saya temui selama 4 tahun studi. Emang tantangan apaan woy ? Perasaan dulu juga udah pernah ke klinik kan pas Praktik Klinik Dasar (PKD). Whoo tentu BEDA! Honestly Im happy karena Sabtu malem Minggu gue balik (biasanya kebut-kebutan nulis laporan), gak perlu lagi mandi jam 4.00 biar bisa ngejar kereta, nggak lagi badan remuk pasca jaga malem, tangan udah gak keriting lagi karena nulis catatan perkembangan klien *Wuhuuu \o_o/ Meski saya sudah sukses menambah beban negara karena pengangguran dulu selagi musim wisuda hohoho. Tapi lesson-nya bukan itu, melainkan semua tantangan yang kita rasakan berat selama profesi Ners akan bisa terlewati dengan baik karena kita udah berniat menjalankannya. Nah, saya mau berbagi tentang pengalaman tentang suka dan duka menjalani sembilan stase profesi Ners (Apaaah, banyak amat yak). Paling nggak untuk memberi gambaran singkat kondisi tiap stase klinik. Mudah-mudahan bisa membantu para calon Ners FIK supaya lebih well prepared and ready to shine the world *apasih* *lanjuut*.

Hmmm, baiknya dimulai dari persiapan Profesi dulu karena if we fail to prepare, we prepare to fail :) Namanya persiapan yaaa berarti harus dilakukan sebelum Profesi dimulai. Persiapan utamanya adalah niat yang baik atau good intention. Artinya, apapun hal baik dan buruk yang akan terjadi nanti, yakinkan dalam hati bahwa kita ikut Profesi untuk menambah wawasan dan pengalaman. Niat baik tentunya penting karena Profesi Ners akan banyak menyita waktu, tenaga, materi, dan pikiran kita. Stress ? Pasti. Saya masih ingat dulu waktu hari pertama Profesi di Unit GPS RSUP Fatma****, deg-degannya minta ampun karena bingung harus memulai tindakan apa dan udah duluan parno ketusuk jarum dll, huaah. Kalo niat kita udah baik, apapun yang kita alami akan jadi positive value sehingga kapasitas kita bisa berkembang *asiik*. Persipan kedua adalah perlengkapan, misalnya alat-alat TTV, APD, baju klinik minimal 2 pasang, sepatu putih, arloji, nametag, notes kecil, pulpen hitam (kalau kita diminta nulis di medrek pake pulpen biru, pulpen banyak warna lebih sip), kostum komunitas (atas putih, bawah hitam, bisa dibeli sebelum stase Komunitas dimulai), dan textbooks. Perlengkapan itu bisa dibeli sendiri atau meminjam pada senior atau teman yang tidak ikut Profesi. Intinya HARUS punya sendiri. Why ? karena akan terpakai setiap hari. Kalo buku bisa pinjem ke perpus, tentunya jangan lupa tanggal pengembalian J Persiapan ketiga adalah biaya. Well, seberapa banyaknya pengeluaran kita nanti tergantung lokasi RS sih. Intinya urusan shopping just for fun sebaiknya nggak jadi prioritas dulu karena banyak keperluan Profesi yang diluar dugaan, seperti iuran kelompok dll. Kalau mau cari uang saku tambahan, pertimbangkan kerja part time yang fleksibel waktunya. FYI, karena sejak Angkatan 2008 diberlakukan total SKS Profesi adalah 36 sks (sebelumnya 25 sks). Jadi mulai angkatan saya, masuk dinasnya 8 jam sehari dari Senin-Sabtu, hehe. Stres ? No worry, just remember the good intention, apalagi kalo di klinik tuh suka ada aja tokoh favorit yang jadi moodbooster (entah perawat, PPDS, dll) *dasaaar wanitaa, gampang kelepek-kelepek* Lets enjoy and have fun!

1.

Keterampilan Dasar Profesi (KDP) Well, stase KDP adalah stase baru sejak Angkatan 2008 ini. Waktunya 4 minggu di Instalasi Rawat Inap Bedah, Neurologi, atau Ilmu Penyakit Dalam. Dulu saya ditempatkan di Lantai 1 GPS RSUP Fatma****, which is ruang khusus bedah orthopedi. Selama KDP generally target kompetensinya adalah mahir skill keperawatan yang sebelumnya udah diujikan selama ujian praktikum pra klinik, seperti kanulasi IV, wound care atau Ganti Verban (GV), skin test, medikasi, kateterisasi urin, pengambilan sampel darah, dll. Ujiannya juga seputar teknik dan prinsip salah satu skill tsb, tanpa diminta harus memahami patofisiologi Dx medisnya.

Menurut saya, prinsip selama stase KDP adalah Rajinlah Membabu Buta. Iya, karena memang di-design untuk mahir skill jadi rajin-rajin dan berendah hatilah ngebuntutin perawat pelaksana buat nawarin bantuan kerjaan, minta disupervisi tindakan, minta TTD, dan jangan bosan mencoba terus tindakan yang dirasa sulit (misalnya, prosedur yang invasive). Prioritaskan skill yang belum dikuasai dan sesuai target kompetensinya. Daaan gak usah rebutan sama temen, giliran aja *childish amat yaa kalo rebutan*. And then, jangan takut salah karena di KDP adalah kesempatan kita untuk leluasa mencoba skill dan kemahiran skill akan jadi modal di stase berikutnya yang lebih sulit. Trust me! Kesalahan selama prosedur bisa ditoleransi yang penting kita komunikasikan dengan baik dengan klien, misal gagal pasang kanul IV, ya bilang saja terus terang,Pak/Bu, infus yang pertama gagal karena pembuluh darah Bpk/Ibu samar/ukuran jarum terlalu besar/dll, maaf yaa, kita coba lagi yaa semoga kali ini bisa (sambil senyum, jangan cemberut). Namanya mahasiswa baru praktek pastilah masih kaku skillnya. Pede ajaa.. Upayakan juga jangan salah terus, nanti klien yang rugi, hoho. Karakter perawat juga beragam, yang baik banget ada, yang jutek

gak kalah banyak. Gausah dibuat pusing, just get adapted with many kinds of personality, itu hal biasa dalam bersosialisasi :) Lucky me kelompok saya juga okee bangeet, ada Pak Rohmad, Kak Iin, Mpit, dan Ema :) Semuaa suka share ilmu.

Source: Google

Disini kita juga mulai belajar membuat jadwal dinas dan harus ada dinas malamnya minimal sekali. Biasanya didahulukan dulu kakak ekstensi yang kerja, kapan bisa pagi, sore, atau malam. Sisanya yang Reguler seperti saya tinggal menyesuaikan J Kalau di GPS dulu saya dan partner in crime saya, Fitri Anggraeni H., sengaja ambil shift malam sesuai hari jadwal operasi biar bisa pasang infuse lebih banyak. Kalau di GPS, skill Ganti Verbal jadi primadona bangeet, secara jemaah klien fraktur yaa, bahkan pernah satu shift ada 12 klien yang harus di-GV, gretongan deh! Kalo buku yang sering dipakai yaa Fundamental of Nursing dan Buku Keterampilan Klinik DKKD itu. Why ? Karena tugasnya diminta membuat Laporan Pendahuluan setiap hari lhoo tentang 21 prosedur yang berbeda daaan semua Ditulis Tangan. Tiaraaap! Ini baru pemanasan kok, stase lain lebih gilak tugasnyaaBagi saya kenangan yang melekat banget adalah epic moments naik Deborah yang gak manusiawi tiap hari bareng Mpit. What a superb ala sarden experience!

1.

Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Ini nih stase fenomenal ter-Ngeri segalaksi Bima Sakti, hahaha. Sorry for exaggerating, tapi ini ciyus! Menurut saya antara KMB dan KGD yaa 11:12, tapi karena KMB 5 sks dan KGD 2 sks, so KMB wins as the idol among all subjects. Kalo hasilnya bagus yaa melayanglah ibarat balon udara, nah kalo nggaak ?! kayak meteor jatuh di Arizona sampe ke bawah tanah gitu..dan di skenario, kelompok gue harus mulai KMB duluan dari yang lain, oh tidaaaak *jedorin kepala ke trolly*. Luckily, saya sekelompok dengan teman-teman yang supportif, ada mbak Iin, kak Isma, Darti, dan Kiki yang semua rajin dan kritis. Alhamdulillaaah :)

Stase ini menuntut kita untuk memahami concept map dari klien kelolaan, jadi mulai dari patofisiologi Dx medis, pengkajian, Dx keperawatan, intervensi, implementasi, sampe evaluasi SOAP. Tiap minggu ganti klien kelolaan selama 7 minggu di unit rawat inap yang beda-beda, dari IRNA Bedah, IPD, neuro, bedah ortopedi, dan IBS atau ruang operasi.

Tujuh minggu stase KMB itu perjuangan banget, waktu kita dihabiskan untuk membuat WOC teori dan kasus, mengelola klien individu, bantuin kerjaan perawat ke klien lain juga, ngetik NCP, pendkes kelompok, bikin media kreatif untuk edukasi, nulis SOAP, baca textbook, browsing kasus baru. Untung tugas KMB masih boleh diketik jadi bisa lebih mudah waktu ngutip dari referensi online *asal gak copas*. Capeknya berasa bangeet pas weekend karena pas weekday udah capek duluan akhirnya tugas numpuk di sabtu-minggu, nulis SOAP kebut-kebutan, padahal harus sudah bikin LP untuk hari seninnya, hwooo *mhs deadliner nih*. Tugas KMB itu ngumpulinnya per minggu lhoo. Untungnya makin kesini makin bisa adaptasi. At least SOAP gak ditumpuk di weekend lagi ngerjainnya,

yak pinter-pinter kita manajemen energy dan waktu, hehe. Kebiasaan yang saya suka saat mengerjakan laporan adalah membuat Web of Cause yang full colour, jadi mind map kasusnya diberi kotak warna-warni sesuai subtopiknya plus ditambah gambar-gambar. Ketauan banget tipe pembelajar visual jadi kalo full colour macem karya seni anak TK jadi lebih menarik bacanya, hehee. Ini salah satu karya kelompok saya untuk presentasi KMB tentang Askep Klien dengan Illeus Obstruktif, kasus yang diangkat dari klien Mbak Iin karena udah dikelola dengan holistik banget sama doi :)

Most horrible dari stase KMB adalah ujiannya menurut saya. Modelnya kita diminta mengelola satu kasus klien dari pengkajian sampai evaluasi satu intervensi yang telah dilakukan. Bukan maksud nakutin sih, saya aja yang menganggap responsi (istilah untuk tanya jawab empat mata dengan dosen setelah mengelola kasus ujian) dengan dosen KMB itu wah ngerinya karena ilmu saya masih dangkal banget kalo dibanding beliaubeliau itu *no mention* Apalagi banyak pertanyaan yang require deep elaboration yang bikin gemeter jawabnya. Contoh: Si X dapet kasus TB Paru, waktu response ditanya dosen Y,Mycobacterium tuberculosis di paru-paru adanya dimana dan dalam bentuk apa? Si X menjawab,Di bronkiolus dalam bentuk tuberkel. Well, dosen Y lanjut Tanya,Tuberkel itu apa sih? Bentuknya seperti apa? Warnanya? Kuning/putih? Wujudnya padat/cair/liquid? Bunyinya apa kalau di auskultasi? Bla bla bla... Nah, seperti itu, pertanyaannya sampe di titik akhir baru kita dianggap paham,

kalo

nggak

bisa

jawab

pertanyaan

itu

seolah

salah

kita

jawab

tuberkel,huhu. Waktu untuk ngelola kasus ujian hanya 20 menit. Sebelumnya dosen udah ngasihtau kasus apa yang akan jadi soal ujian. Tapiiii entah kenapa dulu saya dapet kasus yang diluar daftar kasus yang dijanjikan. Nah, ini bisa saja terjadi kalau kasus yang dijanjikan sedang tidak ditemukan di ruang rawat, misal pasien fraktur di ruang bedah gak ada, dan pasien Ca Buli-buli lagi banyak, then lo bakal dapet kasus itu. Waktu itu saya mendapat kasus Askep Klien dengan Hernia Abdominalis Post Laparotomi. Karena pertanyaannya seputar protab mobilisasi post operasi, banyak yang belum saya kuasai, alhasil responsi jadi awkward dan sayapun mengulang responsi *truus kenapa ceritaaa* Waktu itu cuma 2 kakak ekstensi yang lulus responsi, yang lain ngulang. Di responsi kedua saya sudah menguasai materi mobilisasi dengan lebih baik, tapi dapet pertanyaan yang saya nggak bisa jawab lagi dan saya bersama teman-teman diminta ngulang lagi responsi *malu-maluin*. Sedih banget waktu itu, mana habis responsi langsung jaga malam. Setelah dicoba negosiasi akhirnya kita diberi keringanan dengan cukup mengumpulkan laporan perbaikan responsi *aman*.

Sejak itu saya agak menyesal kenapa tidak banyak meluangkan waktu untuk membaca. Nah, tips dari saya, stase KMB adalah saat untuk Bersikap Strategis dan Ingin Tahu, artinya manfaatkan waktu dan energi sebaik mungkin. Kalau ada pertanyaan kasus yang baru muncul, langsung browsing saat itu juga, pulang dinas langsung cari di buku yang ada. Percaya deh kalo pengen selamet pas ujian. Upayakan share kerjaan di ruangan dengan teman atau rekan D3 biar kita nggak terlalu capek jadi malemnya bisa ngerjain tugas atau browsing kasus. Dan jangan lupa selalu share kasus dengan teman sekelompok, fotocopy hasil WOC kasus teman untuk bahan belajar. Insya Allah you can do better than me L Referensi yang dipakai saya rasa sudah banyak yang familiar seperti Medical Surgical Nursing-nya Black, Smeltzer-Bare, Ilmu Penyakit Dalam,

MIMS, Dorland, Patofisiologi Price-Wilson, Pedoman Hasil Lab, Askep Perioperatif, dll *banyaak*. Pengalaman yang tak terlupakan lainnya adalah saat dinas di ruang operasi karena perawat yang bisa masuk ruang operasi adalah mahasiswa praktek atau perawat OK saja dan observasi intraoperatif banyak memberikan ilmu baru. In addition, the costum looks cool !

Anda mungkin juga menyukai