Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN Judgement adalah kemampuan untuk melakukan pertimbangan atas stimulus atau situasi yang dihadapi dengan cara membandingkannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya untuk mengambil sebuah sikap atau tindakan. Adapun Simon Blackburn dalam bukunya What Philosophy Is menjelaskan Judgement sebagai berikut :

Judgement as cognitive faculty required to reach conclusion or from theories. the truth or falsity of which cannot be determine by an appeal to fact and/or logic alone

2. TEORI YANG TERKAIT

Social Judgement Theory (SJT) adalah teori yang dibangun oleh Egon Brunswik, seorang psikolog bermazhab fungsionalism, namun kemudian dikembangkan oleh Carolin Sherif, Muzafer Sherif, dan Carl Hovland. Menurut Sherif & Sherif, SJT ini adalah sebagai persepsi dan evaluasi dari sebuah ide/gagasan, dengan cara membandingkan ide/gagasan tersebut dengan sikap/keadaan kita sekarang.

Social judgement theory defined by Sherif and Sherif as the perception and evaluation of an idea by comparing it with current attitudes. (Hovland, Carl L., Sherif, Muzafer.1980)

Social judgement theory ini menjelaskan proses psikologis yang mendasari pernyataan dan perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial atau isu tertentu. Dimana perubahan tersebut merupakan hasil proses pertimbangan yang terjadi dalam diri orang terhadap pokok persoalan yang dihadapi.

3. LANDASAN TEORI

Adanya anggapan bahwa dalam menilai, manusia membuat diskriminasidan kategorisasi terhadap stimulus-stimulus yang diterimanya. Dalam diskriminasi atau pengkategorisasian tersebut, manusia melakukan perbandingan-perbandingan dengan berbagai alternatif, salah satunya adalah referensi internal atau standar yang telah terentuk dari individu untuk menilai stimulus.

4.

TEORI

Sherif & Hovland (1961) mencoba menggabungkan sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi dalam teorinya ini. Dalilnya adalah bahwa orang membentuk situasi bagi dirinya, bukan situasi yang membentuk dia. Pembentuan situasi ini mencakup faktor-faktor yang intern (sikap, emosi, motif, pengaruh, pengalaman masa lampau, dan sebagainya) maupun ekstern (objek, orang-orang, ataupun lingkungan fisik). Interkasi antara faktor intern dan ekstern ini kemudian nantinya akan menjadi kerangka acuan (Frame of Reference).

Kerangka acuan ini akan berpengaruh terhadap penilaian sosial sebab ini yang menjadi rujukan bagaimana seseorang memposisikan dan menyortir pesan yang diterima. Didalam kerangka tersebut, menurut sherif ada patokan-patokan tertentu yang dimiliki setiap orang, yang disebut sebagai Anchors. Anchor inilah yang nantinya menjadi patokan terhadap judgement yang dilakukan oleh seseorang.

Jadi, berdasarkan teori ini, seseorang akan mempertimbangkan setiap ide/gagasan/pesan baru yang didapatkannya, dengan cara membandingkan ide tersebut dengan patokan yang dimiliki, untuk menentukan dimana ide/gagasan tersebut nantinya di tempatkan pada attitude scale yang ada dalam pikiran. Kemudian dari pertimbangan tersebutlah, nantinya akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap.

Attitude change will be influenced by cognitive judgment processes in which a proposed position is compared with a persons existing system of attitudes.(Sherif & Hovland 1961, cited in Miller 2005)

Perlu diketahui juga bahwa dalam proses pertimbangan ini itu tidak hanya berdasarkan dari patokan/kerangkan acuan yang dimiliki, akan tetapi juga dipengaruhi keterlibatan Ego (Ego-Involvement)

a. Latitude Scale Sepeti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa dalam proses pertimbangan, individu harus membandingkan stimulus yang diterimanya baik itu berupa pesan/ide/gagasan dengan sesuatu. Sesuatu ini bisa berupa frame of reference, atau mungkin stimulus yang lain.

Tentu saja, pertimbangan ini dilakukan untuk membedakan satu stimulus dari stimulus yang lainnya atau mungkin menggolongkan stimulus tersebut dalam suatu kelas dari serangkaian kelas. Bisa termasuk dalam kategori yang diterima atau bisa jadi di tolak.

Dan dimaklumi, bahwa dalam pertimbangan tidak bisa dihindari yang namanya perbedaan-perbedaan sikap dari satu individu ke individu yang lain. Perbedaan atau variasi inila yang mendorong timbulnya konsep-konsep tentang garis-garis lintang. (latitude Scale).

Menurut Sherif, ada tiga lintang/zona dari sikap, yaitu Garis lintang penerimaan (latitude of acceptence). adalah sikap penerimaan dari individu terhadap stimulus, baik itu ide/gagasan maupun pesan Garis lintang penolakan (latitude of rejection). adalah rangkaian sikap penolakan dari individu sebab bertentangan dengan kerangka rujukan kita. Garis lintang ketidakterlibatan (latitude of noncommitment). Adalah rangkaian yang tidak termasuk dalam dua garis lintang yang pertama. Jadi, individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolaknya.

Garis-garis lintang inilah yang akan memberikan penjelasan sikap individu terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan itu jatuh pada garis lintang penerimaan, maka individu akan sekutu dengan pernyataan itu, namun apabila pernyataan itu jatuh ke garis lintang penolakan, maka individu akan tidak menyetujuinya.

b. Asimilasi dan Contras Dalam menilai serangkaian stimulus, biasanya dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang orang menggunakan patokan-patokan yang berada diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan seperti ini tergantung dari jauh dekatnya patokan tersebut dari stimulus-stimulus. Jika patokan hanya sedikit lebih tinggi daripada stimulus yang ada, maka timbul penilaian terhadap stimulus

yang mendekati patokan. Sebaliknya, kalau patokan terlalu jauh berada di luar batasbatas yang diberikan, maka penilaian justru akan menjauhi patokan.

Penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi, yaitu patokan dimasukkan ke dalam rangkaian stimulus dan batas rangkaian stimulus diperlebar sehingga mencakupi patokan. Penilaian yang menjauhi patokan disebut kontras (contrast), yaitu kebalikan asimilasi (asimilation).

c. Ego-Involvement Ego-involvement atau keterlibatan ego disini adalah bagaimana seorang individu itu melibatkan dirinya kedalam situasi yang dipertimbangkan. Hanya hal-hal yang dekat dengan posisinya yang mau diterima. Sehingga semakin terlibat individu itu, maka kemungkinan besar semakin banyak pula yang bisa diterimanya. Sebaliknya, semakin tidak terlibat individu, maka semakin sedikit pula yang bisa jatuh pada lintang penerimaan.

Meskipun ketiga konsep latitude sudah cukup memadai dalam menjelaskan bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap stimulus, namun derajat penting tidaknya suatu stimulus (ego involvement) akan turut menentukan sejauh mana seseorang dapat dipengaruhi. Sehingga Keterlibatan ego membuat perbedaan besar dalam hal bagaimana anda merespon pesan-pesan yang berhubungan dengan sebuah topik

DAFTAR PUSTAKA

Wirawan Sarwono, Sarlito.2010.Teori-Teori Psikologi Sosial.Jakarta:Rajagrafindo. Santoso, Slamet.2010.Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung:Refika Aditama. Carel & Gamez.2004.What Philosopyv Is.NewYork. http://en.wikipedia.org/wiki/Social_judgment_theory Oll, Lebowski.2012. Teori Pertimbangan Sosial. http://id.shvoong.com/law-andpolitics/contemporary-theory/2341053-teori-pertimbangan-sosial/#ixzz2h8ECoPU9. Di Akses pada Tanggal 8/10/2012, pukul 8:46 PM

CATATAN. ada info menarik ini masbero, ternyata kita juga disuruh buat PPTnya. Jadi buat memangmi PPTnya, krim ke emailku bero paling lambat jam 10 malam, karena mau di kirm subuh.. Yang tidak ada PPT nya, pergi sana ke goa bertapa berharap PPT-nya bisa jadi sendiri tanpa di buat OKOK ?!!! ahah :D Ichwan mulai dari pengertian sampai landasan teori Awal mulai dari Teori sampai paragraf diatasnya latitude of scale. Firdhan Latitude of Scale Tirta asimilasi dan contrast sampai terakhir.

Kalau ada yang mau ganti posisi bisa juga, tapi hubungi sama yang mau ganti posisi. Kalau merasa tidak adil, pembagiannya, bisa dihubungi ma cepat. Kalau ada yang tidak dimengerti, hubungima juga cepat

PPT buat sekreatif Mungkin ok?!!!

*********** Selamat mengerjakan Tugas Waktu anda satu jam, mulai dari sekarang.

Anda mungkin juga menyukai