Anda di halaman 1dari 9

Implementasi KTSP Pada Kurikulum Kelas Rendah Sekolah Dasar

Implementasi KTSP Pada Kurikulum Kelas Rendah Sekolah Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang kini sedang dikembangkan dan diimplementasikan di Indonesia, ternyata menemui banyak kendala dilapangan, hal tersebut dikarena berbagai aspek yang kurang mendukung terimplementasinya KTSP ini. Bengkulu, sebagai salah satu provinsi di Indonesia, khususnya Kota Bengkulu, mengalami hal yang sama. Pendekatan KTSP yang menjadi landasan pengembangan kurikulum di sekolah dasar, khususnya kelas rendah di SDN 1 Kota Bengkulu, tidak sepenuhnya diimplementasikan. Penelitian ini akan menguraikan dan mengkaji segala sesuatu hal mengenai permasalahan di atas. Masalah pokoknya adalah apakah konsep KTSP telah sepenuhnya diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum kelas rendah di SDN 1 Kota Bengkulu ? Pendahuluan Kurikulum sebagai rencana, tidak selalu dapat diimplementasikan sepenuhnya dalam realitas di lapangan (kurikulum sebagai proses). Sering diabaikannya aspek sosialisasi kepada pelaksana di lapangan (guru) menjadi salah satu penyebab mengapa kurikulum sebagai rencana (dokumen) tidak selalu sesuai dengan realitas di lapangan (proses). Hamid Hasan (1988 : 32) mengemukakan bahwa sifat yang searah mengakibatkan komunikasi yang dilakukan kurikulum sebagai rencana kepada para pelaksana seringkali mengalami kelumpuhan. Aspek lain yang berpengaruh adalah kesiapan pelaksana lapangan (guru) dalam melaksanakan kurikulum sebagai rencana. Guru, karena kurangnya sosialisasi dan pembekalan, tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum sebagaimana yang ada dalam dokumen. Kondisi yang diuraikan di atas, juga terjadi pada pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia. Di Indonesia yang menganut pendekatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya di Sekolah Dasar, kurikulum disusun berdasarkan kajian komprehensif karakteristik anak usia SD. Namun pendekatan KTSP ini pada realitasnya di lapangan tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan. Bengkulu, sebagai salah satu provinsi di Indonesia, khususnya Kota Bengkulu, mengalami hal yang sama. Pendekatan KTSP yang menjadi landasan pengembangan kurikulum di sekolah dasar, khususnya kelas rendah di SDN 1 Kota Bengkulu, tidak sepenuhnya diimplementasikan. Penelitian ini akan menguraikan dan mengkaji segala sesuatu hal mengenai permasalahan di atas. Masalah pokoknya adalah apakah konsep KTSP telah sepenuhnya diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum kelas rendah di SDN 1 Kota Bengkulu ?. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui profil SDN 1 Kota Bengkulu; (2) Mengetahui apakah kurikulum kelas rendah yang dirancang di SDN 1 Kota Bengkulu sudah sesuai dengan pendekatan KTSP; dan (3) Mengetahui permasalahan pokok yang dihadapi SDN 1 Kota Bengkulu dalam mengembangkan kurikulum, khususnya kelas rendah, sesuai dengan pendekatan KTSP. Metode Penelitian Kajian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian diorientasikan untuk

memperoleh informasi mengenai kurikulum kelas rendah di SDN 1 Kota Bengkulu dan menganalisisnya berdasarkan pendekatan KTSP. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan analsis dokumen. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa SDN 1 Kota Bengkulu. Hasil Penelitian Profil SDN 1 Kota Bengkulu. SDN 1 Kota Bengkulu dengan visi terciptanya anak didik yang beriman, bertaqwa, terdidik, cerdas dan terampil merupakan SD yang termasuk dalam kategori favorit, yaitu kategori SD yang paling diminati para orang tua di Kota Bengkulu sebagai tempat yang dipercaya untuk dapat menitipkan anaknya belajar pada jenjang pendidikan dasar penggal enam tahun pertama. Lulusan SDN 1 Kota Bengkulu tahun 2005/2006, semuanya berhasil memasuki penggal kedua pendidikan dasar tiga tahun (SMP) negeri yang juga tergolong kategori favorit (data SDN1 Kota Bengkulu, 2007). Pada tahun 2006/2007, SD ini telah mendeklarasikan penggunaan KTSP. KTSP yang dibuat SDN 1 Kota Bengkulu merupakan KTSP pertama untuk tingkat SD yang mendapatkan pengesahan oleh Dinas Pendidikan Nasional Kota Bengkulu. Analisis kurikulum kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu dilakukan berdasarkan komponen kurikulum, yakni tujuan, materi, proses pembelajaran, dan penilaian. Tujuan Kurikulum. Pendekatan KTSP, khususnya tujuan pendidikan dasar, menekankan tujuan yang integratif. Tujuan integratif ini dikembangkan dengan orientasi pada pengembangan anak secara utuh, baik aspek internal maupun eksternal. Hasil analisis kurikulum kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu mengenai aspek tujuan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Tujuan Kurikulum Kelas Rendah SD KTSP SDN 1 Kota Bengkulu Kurikulum sebagai Dokumen Kurikulum sebagai Proses Inrtegratif, yakni Tujuan SDN 1 Kota Berorientasi meletakkan dasar Bengkulu : pada kognitivekecerdasan, skills. pengetahuan, Peserta didik beriman dan bertaqwa kepribadian, akhlak kepada Tuhan yang Maha Esa dan mul;ia, serta berakhlak mulia. keterampilan untuk Peserta didik sehat jasmani dan rohani. hidup mandiri dan Peserta didik memiliki dasar-dasar mengikuti pengetahuan, kemampuan dan pendidikan lebih keterampilan untuk melanjutkan lanjut (Muslich, pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 2007). Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan. Peserta didik kreatif, terampil dan bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara optimal dan terus-menerus. Tujuan-tujuan di atas kemudian dianalisis dan dijabarkan dalam tema-tema, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) sebagaimana tercantum pada Permendiknas No. 22 tahun 2006,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu, penilaian, dan sarana dan sumber. Sementara untuk keperluan perencanaan pembelajaran di kelas, guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dari apa yang tercantum pada tabel di atas, dibandingkan dengan tujuan ideal, maka dapat diketahui bahwa pada implementasinya dalam kurikulum sebagai dokumen, tujuan SD, khususnya kelas rendah, sudah menunjukkan tujuan yang integratif. Tujuan yang dirumuskan memandang siswa sebagai satu keseluruhan yang utuh baik secara internal maupun eksternal. Secara internal pada tujuan SDN 1 Kota Bengkulu telah mencakup pengembangan aspek intelektual, sosial, moral, dan fisik siswa. Sementara secara eksternal, tujuan yang ada juga telah menggambarkan secara eksplisit keterkaitan antara perkembangan siswa dengan masyarakat dan lingkungannya. Namun, berdasarkan observasi, pada kenyataannya (kurikulum sebagai proses), tujuan yang ditargetkan guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran siswa di kelas rendah, khususnya kelas 1, SDN 1 Kota Bengkulu sangat berbeda. Tujuan yang ditargetkan guru pada dimensi ini begitu kental orientasinya pada pengembangan keterampilan-keterampilan kognitif yang kompleks. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengejar target nilai akademis, artinya kemampuan perkembangan siswa diukur secara kuantitatif berdasarkan nilai-nilai hasil tes akademik semata. Satu-satunya keberhasilan siswa ditentukan melalui penguasaan materi minimal 75%. Materi Kurikulum. Hasil analisis materi kurikulum kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu bila pendekatan KTSP dijadikan acuan disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Materi/isi Kurikulum Kelas Rendah SD KTSP SDN 1 Kota Bengkulu Kurikulum sebagai Dokumen Kurikulum sebagai Proses Tematik yang Kurikulum sudah disusun merupakan turunan tematik. Tema-tema yang dari tujuan yang ada adalah; (1) kegiatan integratif yang sehari-hari; (2) hewan mengembangkan dan tumbuhan; (3) budi secara menyeluruh pekerti; (4) kebersihan pribadi peserta didik dan kesehatan; (5) baik aspek internal kegemaran; (6) maupun eksternal. lingkungan; (7) keluarga; Pada implementasinya (8) diri sendiri; dan (9) kurikulum tematik transportasi.

dirumuskan dalam tema-tema yang kontekstual berdasarkan pengalaman dan lingkungan sehari-hari peserta didik.

Tema-tema yang dirumuskan belum kontekstual dengan pengalaman dan lingkungan hidup peserta didik sehari-hari sesuai dengan profil SDN 1 Kota Bengkulu yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagian jaringan tema yang dibangun tidak logis. KTSP yang telah disusun dan telah dideklarasikan penggunaannya pada tahun akademik 2006/2007 ternyata pada saat observasi dilakukan (Maret 2007) belum menjadi acuan guru yang mengajar pada kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu. Guru sendiri belum banyak tahu tentang tema-tema yang ada pada KTSP untuk kelas 1 tersebut.. Pembelajaran masih menggunakan pendekatan buku teks yang dirumuskan berdasarkan kurikulum tahun 2004 yang telah diaborsi.

Tabel di atas menggambarkan bahwa materi/isi kurikulum kelas rendah SD sebagaimana yang diinginkan dalam pendekatan KTSP belum sepenuhnya tergambar pada tataran materi/isi kurikulum kelas rendah, khususnya kelas 1, SDN 1 Kota Bengkulu. Tema-tema yang dirumuskan untuk kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu, misalnya, masih sangat umum dan sama sekali belum menggambarkan karakteristik potensi lokal. Tema-tema yang dibangun semestinya terintegrasi dengan alam (pantai), dan budaya lokal yang syarat dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang bermakna. Tema-tema kontekstual tersebut seperti :

Pantai panjang. Tema ini berhubungan dengan lingkungan alam sekolah yang berada di pesisir pantai Samudera Hindia yang indah dan sehari-hari menjadi arena rekreasi masyarakat Kota Bengkulu.

Pasar. Tema ini akan sangat bermakna bagi anak, karena letaknya dari sekolah tidak jauh dan merupakan pusat keramaian yang berupa pasar, baik tradisional maupun moderen. Nelayan. Tema yang juga sangat kontekstual karena inilai kehidupan sehari-hari keluarga yang mendiami pesisir pantai dan menjadi pemandangan sehari-hari anak atau siswa SDN 1 Kota Bengkulu. Tabot. Tema yang juga kontekstual untuk peserta didik di Kota Bengkulu. Tabot merupakan pesta rakyat terbesar di Provinsi Bengkulu, khususnya Kota Bengkulu, yang merupakan pesta rakyat dalam rangka peringatan tahun baru Islam. Perayaan ini berlangsung selama dua minggu dan pada umumnya dihadiri baik wisatawan lokal, nasional maupun internasional. Benteng Malborough. Salah satu benteng bersejarah peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara yang menarik banyak wisatawan dan sering dikunjungi peserta didik karena lokasinya hanya berjarak +/- 150 m dari SDN 1 Kota Bengkulu.

Banyak lagi tema-tema kontekstual yang dapat dirumuskan dan bermakna bagi peserta didik, khususnya kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu. Disamping tema-tema yang kurang kontekstual berdasarkan pengalaman belajar peserta didik, tema yang ada dan jaringan tema yang dibangun masih ada yang kurang logis. Sebagai salah satu contohnya untuk tema hewan dan tumbuhan (lihat bagam di bawah ini)

Bagan 1. Jaringan Tema pada Dokumen KTSP Kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu yang Kurang Logis Bagan di atas memperlihatkan bagaimana bangunan hubungan jaringan tema hewan dan tumbuhan tidak logis, khususnya untuk IPA, IPS dan PPKn. Pada materi IPA, Kompetensi Dasar (KD) membedakan pengaruh musim kemarau dengan musim hujan terhadap kegiatan manusia tidak mempunyai kaitan langsung dengan tema hewan dan tumbuhan. Begitu pula dengan jaringan yang dibangun untuk materi IPS dan PPKn. Tema hewan dan tumbuhan tidak punya hubungan langsung yang logis dengan KD IPS (menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah) dan KD PPKn (melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat). Tema hewan dan tumbuhan di atas akan lebih baik kalau dipecah menjadi dua tema, yakni hewan dan tumbuhan. Dengan dua tema ini, hewan dan tumbuhan, analisis KD dan bangunan jaringan yang logis akan lebih mudah disusun. Dalam dimensi kurikulum sebagai proses, materi/isi kurikulum kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu, berdasarkan observasi yang dilakukan, ternyata belum menjadi acuan guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran. Padahal penggunaan KTSP yang sudah disyahkan Dinas Pendidkan Nasional Kota Bengkulu. Guru dalam melaksanakan tugasnya masih menggunakan pendekatan buku teks yang berorientasi pada kurikulum tahun 2004. Guru malah terkesan kurang mehami tema-tema yang ada pada KTSP dan tidak terlibat dalam proses penyusunan tema-tema tersebut. Kepala SDN 1 Kota Bengkulu sendiri mengakui kelemahan materi/isi KTSP yang ada, khususnya mengenai tema-tema untuk kelas rendah yang tidak kontekstual. KTSP yang ada sebagian besar adopsi dari KTSP yang dikembangkan di sekolah-sekolah lain tanpa melalui kajian yang mendalam. Menurut Kepala SDN 1 Kota Bengkulu, KTSP yang ada

akan ditinjau ulang agar lebih kontekstual. Proses Pembelajaran. Berdasarkan karakteristik usia kelas rendah SD, pembelajaran yang tepat untuk kelas rendah SD adalah holistik-konstruktivisme kontekstual berdasarkan pengalaman siswa yang dimplementasikan dalam pembelajaran terpadu sehingga memberikan hasil yang bermakna pada siswa. Hasil analisis komponen proses pembelajaran pada kurikulum SDN 1 Kota Bengkulu disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Proses Pembelajaran Kelas Rendah SD KTSP SDN 1 Kota Bengkulu Kurikulum sebagai Dokumen Kurikulum sebagai Proses Berpusat pada siswa Pembelajaran menggunakan Berlajar melalui prinsip PAKEM (Pembelajaran berbuat Aktif, Kretif, Efektif, dan Mengembangkan Menyenangkan). Prinsip Pakem kecerdasan adalah : intelektual, emosional, spiritual, Mendorong siswa dan sosial. berpartisipasi aktif Belajar sepanjang dalam kegiatan belajarhayat. mengajar. Belajar mandiri dan Memungkinkan belajar bekerjaterjadinya interaksi sama. antar siswa. Menggunakan berbagai metode. Memberikan pelayanan adil atas perbedaan individu siswa. Pembelajaran masih bersifat klasikal dengan pendekayan ekspositori yang dominan. Menggunakan pendekatan buku teks. Silabus KTSP belum menjadi acuan Kalaupun ada keterpaduan masih bersifat verbalistik yang dilakukan guru hanya di dalam kelas, sehingga tidak kontekstual. Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari dimensi kurikulum sebagai dokumen tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP yang menekankan holistikkonstruktivisme. Prinsip Pakem yang digunakan cenderung tidak kontekstual dan tidak menggambarkan adanya proses pembelajaran yang secara konsisten berhubungan

dengan komunitas lingkungan sekitar, dan dunia kehidupan yang sesungguhnya. Pada prinsip kedua dari Pakem di atas misalnya, penekanan hanya pada interaksi antar siswa, tidak antar siswa, guru, dan lingkungan sekitar. Konsep Pakem yang dianut keliru, sehingga pembelajaran tidak sepenuhnya kontekstual berdasarkan pengalaman siswa yang berhubungan dengan kehidupan sesungguhnya. Aspek lain yang diungkapkan guru yang mengakibatkan strategi pembelajaran tidak optimal memanfaatkan potensi lingkungan sekitar adalah rasio jumlah guru dengan siswa yang 1 : 45. Rasio seperti ini tidak kondusif bagi guru untuk membawa siswa ke luar ruangan kelas, khususnya karena alasan pengawasan dan keamanan. Pada kurikulum dalam dimensi proses, berdasarkan observasi yang dilakukan, pembelajaran masih sangat klasikal dengan pendekatan ekspositori yang dominan. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan buku teks sebagai pegangan utama guru. Buku teks yang digunakan adalah buku teks yang disusun berdasarkan kurikulum tahun 2004 yang sudah diaborsi. Silabus yang ada pada KTSP tidak menjadi acuan. Guru tampaknya kurang memahami konsep pembelajaran holistik-konstruktivisme. Kalaupun ada keterpaduan yang dilakukan guru, masih bersifat verbalistik dan dilakukan di dalam kelas sehingga tidak kontekstual. Evaluasi. Pendekatan KTSP mengutamakan penilaian kelas yang berorientasi pada kompetensi yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil analisis komponen penilaian pada kurikulum kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Penilaian pada Kelas Rendah SD KTSP SDN 1 Kota Bengkulu Kurikulum sebagai Kurikulum Dokumen sebagai Proses Penilaian Berbasis Kelas : Penilaian proses dengan Berdasarkan hasil komponen penilaian observasi sebagai berikut : penilaian hanya Penilaian bagian integral proses dilakukan melalui pembelajaran. Strategi yang digunakan Nilai pengamatan ulangan/tes bulanan. Rata-rata mencerminkan kemampuan anak Nilai harian nilai tes bulanan secara otentik. Nilai tugas/PR Penilaian menggunakan acuan Nilai tes bulanan kemudian dijadikan nilai patokan/kriteria untuk mengetahui Nilai UTS akhir peserta ketercapaian kompetensi siswa. Nilai UAS didik. Memanfaatkan berbagai jenis informasi. Rata-rata nilai penguasaan Menggunakan berbagai cara dan pada semua komponen alat penilaian. tersebut di atas adalah Keputusan hasil belajar 75%. berdasarkan berbagai informasi. Bersifat holistik. Dari tabel di atas tergambar bahwa baik dari dimensi kurikulum sebagai dokumen maupun kurikulum sebagai proses tidak sepenuhnya sesuai dengan pendekatan KTSP. Implementasi penilaian pada kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu, misalnya, baik dari dimensi kurikulum sebagai dokumen maupun dimensi kuriklum sebagai proses sangat berorientasi pada penilaian kognitif-akademik yang tradisional, bukan penilaian

alternatif (otentik-portofolio). Dalam dimensi kurikulum sebagai dokumen disebutkan bahwa penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian proses, namun dari semua komponen yang ada kemudian diambil nilai rata-rata secara kuantitatif dengan batas penguasaan minimal 75%. Hal ini mencerminkan penilaian yang masih mengutamakan aspek intelektual. Apa yang dilakukan dalam proses penilaian dalam pandangan kurikulum dimensi proses tergambar jelas sekali penilaian tradisional yang berorientasi pada aspek kognitif-akademik. Penilaian siswa dilakukan melalui apa yang disebut dengan tes/ulangan bulanan. Nilai rata-rata tes/ulangan bulanan ini kemudian digunakan sebagai nilai akhir kemampuan siswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan, guru tidak menguasai konsep penilaian alternatif yang menggunakan penilaian otentik/kinerja dan penilaian portofolio. Sebagai istilah, penilaian otentik dan portofolio pernah mereka dengar dan bahkan pernah mereka pelajari sewaktu perkuliahan di perguruan tinggi, namun bagaimana konsep penilaian tersebut serta bagaimana mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran belum dikuasai. Permasalahan Pokok yang Dihadapi SDN 1 Kota Bengkulu. Dari analisis evaluatif yang dilakukan terhadap kurikulum kelas 1 SDN 1 Kota Bengkulu, baik dari sisi kurikulum dalam dimensi dokumen maupun proses, ditemukan empat permasalahan utama yang dihadapi SDN 1 Kota Bengkulu, yakni (1) KTSP yang disusun merupakan adopsi dari sekolah lain, sehingga tema-tema yang dipilih dan jaringan yang dibangun tidak kontekstual, tidak berbasis potensi lokal, dan sebagian jaringan tema yang dibangun bahkan tidak logis; (2) KTSP yang ada disusun oleh Tim Kecil yang tidak melibatkan guru kelas; (3) Guru tidak memahami dan menguasai prinsip-prinsip pengembangan, implementasi dan evaluasi kurikulum tematik dan pembelajaran terpadu; dan (4) Rasio guru-siswa 1: 45 menyulitkan guru untuk mengimplementasikan pembelajaran holistikkonstruktivisme yang kontekstual. Pembahasan Hasil Penelitian Karakteristik anak usia SD yang masih berpikir konkrit-realistik (Piaget dalam Sukmadinata, 2005), menuntut pengemasan pendidikan terpadu yang holistik. Sementara karakteristik anak usia SD yang masih melihat dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya (Subroto dan Herawati, 2005) menekankan pentingnya pengemasan pendidikan terpadu yang holistik dan konstruktivistik. Hal ini, secara konsepsional relevan prinsip pembelajaran dalam pendekatan KTSP yang berpusat pada anak, belajar melalui berbuat yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari anak dan memperhatikan perkembangan aspek anak secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apa yang telah dirancang maupun dilaksanakan pada kurikulum kelas rendah SDN 1 Kota Bengkulu, walaupun telah disusun mengacu papa prinsip-prinsip pendekatan KTSP sebagaimana diuraikan di atas, tetap saja belum sepenuhnya dapat diikuti. Tujuan kurikulum yang integratif, pada implementasinya di kelas tetap dominan pada pencapaian aspek pengembangan intelektual. Begitu pula pada aspek materi pembelajaran. Pendekatan KTSP mengutamakan integrasi potensi lingkungan dalam proses pembelajaran agar bermakna. Namun dalam implementasinya, baik dari sisi kurikulum sebagai dokumen maupun proses, hal ini tidak terealisasi. Materi kurikulum lebih dominan mengacu pada buku teks pegangan guru yang tidak kontekstual. Begitu pula dengan aspek proses pembelajaran. Pendekatan KTSP yang menekankan berpusat pada siswa dan lingkungan, kenyataannya tetap berorientasi pada

isi mata pelajaran dengan sumber dominan buku pelajaran. Evaluasi juga demikian, pengukuran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran lebih dominan dibanding aspek-aspek lainnya. Masalah tersebut di atas, sebagaimana dikemukakan Hamid (1988), diakibatkan oleh sering diabaikannya aspek sosialisasi kepada pelaksana di lapangan (guru). Hal ini menjadi penyebab utama mengapa kurikulum yang konsep di atas kertasnya baik, namun implementasinya tidak sesuai dengan harapan. Sifat komunikasi searah antara pengembang kurikulum dengan pelaksana lapangan yang dominan, mengakibatkan implementasi kurikulum seringkali menemui hambatan. Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : (1) SDN 1 Kota Bengkulu termasuk salah satu SD terbaik yang ada di Provinsi Bengkulu, dimana sekolah yang pertama mendeklarasikan diri sebagai sekolah yang melaksanakan KTSP; (2) Baik kurikulum sebagai dokumen maupun sebagai proses, apabila mengacu pada prinsip-prinsip pendekatan KTSP, maka kurikulum SDN 1 Kota Bengkulu tidak sepenuhnya dikembangkan dan dilaksanakan sesuai KTSP; dan (3) Masalah pokok yang terjadi di SDN 1 Kota Bengkulu adalah (a) KTSP yang dikembangkan adopsi dari sekolah lain sehingga tema-tema yang dikembangkan tidak kontekstual; (b) Tim kecil yang menyusun KTSP tidak melibatkan guru kelas; (c) Guru tidak menguasai konsep KTSP; dan (4) Rasio guru-siswa 1: 45 menyulitkan guru untuk mengimplementasikan pembelajaran holistik-konstruktivisme yang kontekstual. Penulis: Alexon (Dosen Credit: http://hipkin.or.id/?p=43 FKIP Universitas Bengkulu)

DAFTAR RUJUKAN Hasan, H. S., 1988, Evaluasi Kurikulum, P2LPTK, Dikti-Depdikbud, Jakarta. Muslich, M., 2007, KTSP : Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta. SDN 1 Kota Bengkulu, 2007, Profil SDN 1 Kota Bengkulu, Bengkulu. SDN 1 Kota Bengkulu, 2007, SDN 1 Kota Bengkulu : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, SDN 1, Bengkulu. Subroto, T. H.; Herawati, I. S., 2005, Pembelajaran Terpadu, Pusat Penerbitan UT, Jakarta. Sukmadinata, N. S., 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandungs. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Bookmark: Implementasi KTSP Pada Kurikulum Kelas Rendah Sekolah Dasar | Download Software Aplikasi Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai