Anda di halaman 1dari 0

Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam

Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada


SMK AL - Hidayah Lestari Lebak Bulus
Jakarta Selatan

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta









OLEH :
ALIMUDIN
105018200708


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010



PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA GURU PADA SMK AL-HIDAYAH
LESTARI


Abstrak
Alimudin, NIM: 105018200708, Peran Kepala Sebagai Supervisor dalam
Meningkatkan disiplin Kerja Guru Pada SMK AL-Hidayah Lestari.
Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Program Sttudi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010



Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai
supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Penulis mengambil tempat
penelitian di SMK AL-Hidayah Lestari, Lebak Bulus. Data penelitian melalui
penyebaran angket yang diberikan kepada Responden guru yang berjumlah 25
orang. J umlah item soal 28 pertanyaan terdiri dari dua aspek, aspek peran kepala
sekolah sebagai supervisor dan aspek disiplin kerja guru. Hasil penelitian
menunjukan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan
disiplin kerja dengan nilai prosentase rata-rata keseluruhan 78, 68 % dengan
kategori sangat efektif. Dari hasil penilaian, aspek peran kepala sekolah sebagai
supervisor menunjukan hasil prosentse 82,35 %, masuk dalam kategori sangat
efektif dan aspek disiplin kerja guru dengan prosentase 69,5 % dengan kategori
efektif. Secara keseluruhan peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat
dikatakan sangat efektif, dan ditunjukan dengan disiplin kerja guru efektif.

Kata Kunci: Kepala Sekolah, Supervisi, Disiplin Kerja
















SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Alimudin
NIM : 105018200708
Program studi : Manajemen Pendidikan
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata
(S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah J akarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah J akarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersdia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.




J akarta, 15 Juni 2010




Alimudin








KATA PENGANTAR


Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha
pemberi kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani
proses penyusunan skripsi yang berjudul, " Peran Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SMK Al-
Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan". Tak lupa pula penulis
lantunkan shalawat serta salam panjatkan kepada junjungan besar Rasulullah
SAW, pembawa sinar penerang umat hingga akhir zaman.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil
kepada penulis. Sudah sepatutnyalah pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah J akarta.
2. Rusdy Zakaria, M. Pd, M. Phill, Ketua J urusan Kepndidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah J akarta.
3. Drs. H. Muarif SAM, M. Pd. Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.
4. Drs. Syafril, M.Pd, dosen pembimbing, terima kasih atas telah luangkan
waktu, memberi saran dan arahan selama penyususnan skripsi.
5. Parhanah, SE. kepala sekolah SMK Al-Hidayah Lestari yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang bersangkautan.
6. Drs. Fachruddin, wakil kepala SMK Al-Hidayah Lestari bidang
kurikulum, terima kasih atas saran-saran dan bantuannya.



7. Keluargaku tercinta; kedua orang tuaku bapak Kamaludin (Alm.) dan
Ibu Aminah, atas doa dan segala pengorbanan serta kasih sayang yang
tercurhkan tidak pernah ternilai.
8. Sahabat-sahabatku Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan
2005, HMI Tarbiyah, PERMASI Jakarta dan KMC J akarta., semoga
kebersamaan kita tidak pernah lepas.
9. Sahabat dekat penulis Dhanay, Rohim, Nana, Ichan, Yanti, Restty dan
Maryati, yang selalu ada dekat dalam suka maupun duka, terima kasih
sahabat atas motivasinya, semoga Allah memberikan kemudahan dalam
mencapai cita-cita kita.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa
dan bantuanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penulisan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagi
pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.




Ciputat, 8 Juni 2010


Penulis











DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 6
D. Perumusan Masalah ............................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
BAB II KAJ IAN TEORI
A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan
1. Pengertian Kepala Sekolah ............................................... 7
2. Kompetensi Kepala Sekolah............................................. 9
3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ................................. 10
B. Disiplin Kerja Guru
1. Pengertian Disiplin Kerja................................................... 15
2. Prinsip-prinsip Disiplin Kerja............................................ 17
3. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Kerja Guru................. 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 22
B. Tujuan Penelitian .................................................................. 22



B. Metode Penelitian ................................................................. 22
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 23
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 23
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari ......................... 26
B. Deskripsi Data ...................................................................... 34
C. Hasil Wawancara .................................................................. 48
D. Pembahasan Hasil Penelitaian ............................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 53
B. Saran-saran ........................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55
LAMPIRAN - LAMPIRAN


































DAFTAR TABEL




1. Tabel 3.0 ............................................................................................... 27
2. Tabel 3.1 ............................................................................................... 27
3. Tabel 4.0 ............................................................................................... 31
4. Tabel 4.1 ............................................................................................... 32
5. Tabel 4.2 ............................................................................................... 32
6. Tabel 4.3 ............................................................................................... 33
7. Tabel 4.4 ............................................................................................... 33
8. Tabel 4.5 ............................................................................................... 36
9. Tabel 4.6 ............................................................................................... 37
10. Tabel 4.7 ............................................................................................... 37
11. Tabel 4.8 ............................................................................................... 38
12. Tabel 4.9 ............................................................................................... 38
13. Tabel 4.10 ............................................................................................. 39
14. Tabel 4.11 ............................................................................................. 39
15. Tabel 4.12 ............................................................................................. 40
16. Tabel 4.13 ............................................................................................. 40
17. Tabel 4.14 ............................................................................................. 41
18. Tabel 4.15 ............................................................................................. 41
19. Tabel 4.16 ............................................................................................. 42
20. Tabel 4.17 ............................................................................................. 42
21. Tabel 4.18 ............................................................................................. 43
22. Tabel 4.19 ............................................................................................. 43
23. Tabel 4.20 ............................................................................................. 44
24. Tabel 4.21 ............................................................................................. 44



25. Tabel 4.22 ............................................................................................. 45
26. Tabel 4.23 ............................................................................................. 45
27. Tabel 4.24 ............................................................................................. 46
28. Tabel 4.25 ............................................................................................. 46
29. Tabel 4.26 ............................................................................................. 47
30. Tabel 4.27 ............................................................................................. 48
31. Tabel 4.28 ............................................................................................. 48
32. Tabel 4.29 ............................................................................................. 48
33. Tabel 4.30 ............................................................................................. 49
34. Tabel 4.31 ............................................................................................. 49
35. Tabel 4.32 ............................................................................................. 50
36. Tabel 4.33 ............................................................................................. 52





































DAFTAR GAMBAR


Gambar I ..................................................................................................... 35














































BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan terlihat dari keinginan
pemerintah untuk melaksanakan reformasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di bidang pendidikan lebih nampak lagi dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Adapun substansi dari Undang-Undang Sisdiknas yang baru tersebut
nampak dari visinya: terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu proaktif



menjawab tantangan zaman.
7
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan
yang ada adalah melakukan pemberdayaan kepala sekolah. Hal ini karena kepala
sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru-
guru dan karyawan sekolah. Begitu besarnya peranan kepala sekolah dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya
kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepala sekolah itu
sendiri. Segenap sumber daya harus didayagunakan sedemikian rupa. Para guru
perlu digerakkan ke arah suasana kerja yang positif, menggairahkan dan
produktif. Bagaimanapun guru merupakan input yang pengaruhnya sangat besar
pada proses belajar. Demikian pula penataan fisik dan administrasi atau
ketatalaksanaan perlu dibina agar disiplin dan semangat belajar yang tinggi bagi
siswa.
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan
tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat
penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan
program pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas berat untuk
memajukan sekolah yang dipimpinnya baik kemajuan dalam bidang akademik
maupun non akademik. Kemajuan dalam bidang akademik mencakup penguasaan
materi pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa sehingga pencapaian
target pencapaian kurikulum dan ketuntasan belajar dapat secara optimal sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan kemajuan non akademik harus sesuai
dengan bidang akademik.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini
karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam
organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan
bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan.

7
Undang-Undang Tahun 2003 SistemPendidikan Nasional , ( Jakarta : Sinar Grafika,
2007), h. 37



Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya
harus berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator yang singkat EMASLIM.
8
Sehingga dengan demikian
peranan kepala sekolah sangat penting dalam mencapai kemajuan pendidikan.
Dari tujuah peran yang harus dimiliki oleh kepala sekolah ada satu peran sebagai
penggerak jalannya proses kegiatan lembaga pendidikan dengan baik yaitu Peran
kepala sekolah sebagai supervisor, karena sebagai supervisor atau pengawas
sangat berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan tugas tugas yang
dilakukan oleh sumber daya sekolah. Dengan adanya supervisi yang dilaksanakan
kepala sekolah ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah
pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan
sehingga menjadi lebih disiplin dalam bekerja dan profesional.
Supervisi atau pengawasan adalah suatu proses pembimbingan dari
pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung
menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar
para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin
meningkat.
9
Selain itu supervisi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati
secara sistematis dan berkesinambungan; memberi penjelasan, petunjuk,
pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki
kesalahan.
10
Hal ini menunjukan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti
inpeksi, tetapi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga
guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan
berbagai masalah pendidikan dan pengajaaran secara efektif dan efesien. Untuk
itu supervisi atau pengawasan perlu dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai

8
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jakarta: Rosda, 2006), cet. 8, h. 98.
9
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1992),
Cet. Ke-1, h. 5
10
E. Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah, (Jakarta: Rosda, 2004), cet ke 7, h.21



dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga bila terjadi penyelewengan atau
penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan.
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan Disiplin
kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
pedoman-pedoman organisasi sehingga tujuan yang akan di capai
lembaga/organisasi tercapai dengan efektif. Dalam pelaksanaanya disiplin kerja
memerlukan kesadaran diri untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik, selain
itu dalam pelaksanaan disiplin kerja juga dibutuhkan suatu pengawasan dari
pimpinan. Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja, dimana produktivitas merupakan faktor keberhasilan dari
suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja
dengan produktivitas, jadi disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau
tidaknya suatu organisasi. Pengawasan terhadap kinerja guru oleh kepala sekolah
sangat diperlukan agar tingkat disiplin kerja guru lebih baik, karena guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional dan eksperiensial. Sebab salah satu upaya meningkatkan mutu
pendidikan yaitu harus dimulai dari aspek guru dan tenaga kependidikan
lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan
dalam satu manajemen pendidikan yang professional. Pada dasarnya banyak
indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan guru atau karyawan suatu
lembaga/organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan
pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat
(pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan
kemanusiaan.
11

Sekolah Menengah Kejuruan Al Hidayah Lestari merupakan sekolah
yang didirikan oleh yayasan pendidikan Al Hidayah. Sebagai sekolah kejuruan,
SMK Al Hidayah Lestari selalu menerapkan nilai nilai kedisiplinan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Dengan didukung oleh fasilitas yang

11
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia, ( Jakarta: Gunung Agung,
1997), h. 194



memadai SMK Al Hidayah Lestari terus berkembang dan mampu bersaing
dengan sekolah kejuruan lainya, baik dalam dunia kerja atau pun masuk
perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya masih ada kendala yang perlu dibenahi terkait
kinerja guru. Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan praktik
profesi keguruan terpadu masih ada guru yang kurang disiplin, misalnya datang ke
sekolah tidak tepat waktu, tidak hadir di kelas pada jam mata pelajaran, tidak
mempersiapkan kelengkapan mengajar dan tidak melaksanakan tugas yang di
berikan sekolah seperti mengawas ujian semester. Hal ini pun di benarkan oleh
wakil kepala sekolah bidang kurikulum Bapak Drs. Fachruddin, beliau
mengatakan bahwa masih ada guru tidak mengindahkan peraturan sekolah dengan
datang terlambat dalam melaksanakan tugas, dan sering izin untuk tidak masuk ke
sekolah.
12
Timbul pertanyaan dari penulis, mengapa guru kurang disiplin? Dari
pengamatan di sekolah penulis melihat kepala sekolah jarang hadir dan terkadang
datang ke sekolah pun hanya sebentar, hal inilah yang menjadi salah satu faktor
guru kurang disiplin. Sebaliknya pada saat kepala sekolah hadir dan melakukan
pengawasan di sekolah, guru lebih fokus dalam melaksanakan tugas. Dari data
yang penulis peroleh dari para guru, sebagian besar mereka mempunyai kegiatan
lain seperti menjadi dosen, mengajar di sekolah lain dan ada juga yang berbisnis (
berdagang )
Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor (pengawas internal) dalam
meningkatkan disiplin kerja guru. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian
dengan judul : Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SMK Al - Hidayah Lestari


B. Identifikasi Masalah

12
Drs. Fachruddin, Wakil Kepala Sekolah Bidang KurikulumSMK Al Hidayah Lestari,
4 Juni 2009, pukul. 10.30



Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Pengawasan kepala sekolah belum efektif
2. Kurangnya ketegasan dalam menerapkan sanksi hukuman, sehingga
menimbulkan ketidak disiplinan
3. Kurangnya kesadaran tentang arti kedisiplinan dalam menjalankan tugas
4. Kinerja guru belum optimal


C. Pembatasan
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada:
1. Peran kepala sekolah sebagai supervisor, dalam penelitian ini penulis
membatasi pada peran kepala sekolah sebagai supervisor (pengawas
internal) terkait kinerja guru di sekolah sehingga proses kegiatan
pendidikan berjalan dengan efektif.
2. Disiplin kerja guru di SMK Al - Hidayah Lestari, dalam penelitian ini
penulis membatasi disiplin kerja guru sebagai tenaga pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dan disiplin terhadap waktu.


D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Peran
Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Guru Pada SMK Al - Hidayah Lestari


E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharakan bermanfaat bagai:



1. Sebagai pengalaman dan pembelajaran bagi penulis tentang apa yang di
teliti
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi SMK
Al - Hidayah Lestari untuk mengetahui peran kepala sekolah dengan
tingkat disiplin kerja guru














BAB II
KAJIAN TEORI.


A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan dua gabungan kata, kedua kata terebut adalah
kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah
sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
13


13
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahanya,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h.83



Kepala sekolah merupakan salah satu kekuatan efektif dalam
pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung jawab dalam menghadapi
perubahan agar para guru, staf dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang
telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru, staf dan siswa dengan
penuh semangat melaksanakan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan
sekolah. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat
didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran.

1
Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kepala
sekolah adalah seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin di satuan pendidikan
merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (formally
Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang
menjadi atasanya. Sehingga secara organisatoris mempunyai tugas membina,
membimbing, memberi bantuan dan dorongan kepada staf sekolah untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Siapa pun yang akan diangkat menjadi
kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan -
persyaratan tertentu.
Menurut M. Ngalim purwanto dalam buku Administrasi dan Supervisi
pendidikan, ia mengatakan bahwa syarat menjadi seorang kepala sekolah
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
b. Mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, terutama di sekolah yang
sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.
c. Memiliki kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian
yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan luas, terutama mengenai bidang-
bidang pengetahuan dan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang
dipimpinnya.
e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan sekolah.
8


Selain itu dalam buku Kepemimpinan Kepala Sekolah karangan
wahjosumidjo, kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan memerlukan:
a. Kemampuan memimpin;
b. Kompetensi administratif dan pengawasan;
c. Pemahaman terhadap tugas dan fungsi kepala sekolah;
d. Pemanhaman terhadap peran sekolah yang bersifat multi function;
e. Tugas pokok kepala sekolah dalam rangka pembinaan program
pengajaran, SDM, kesiswaan, dana, sarana, dan fasilitas, serta hubungan
kerja sama sekolah dengan masyarakat.
9





8
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet.ke-7, h. 106
9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah...,h. 11



2. Kompetensi Kepala Sekolah
Untuk menjadi kepala sekolah harus mempunyai kompetensi yang
dikuasai, ada lima dimensi kompetensi yaitu:
a. Kompetensi kepribadiaan
1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia
dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komuitas di sekolah
2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah
4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah
6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan
b. Kompetensi Manajerial
1) Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan
2) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
3) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sekolah
4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif
6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan secara optimal
7) Mengelola sarana prasarana sekolah
8) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pecarian
dukungan sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru
10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai tujuan pendidikan nasional.
11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip transparan,
akuntabel dan efesien.
12) Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah.
13) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik.
14) Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah
16) Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan
tindak lanjut.
c. Kompetensi Kewirausahaan
1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif



3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi sebagai pemimpin sekolah
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi
5) Memiliki naaluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik
d. Kompetensi Supervisi
1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru
2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru
e. Kompetensi Sosial
1) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
10



3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Supervisi berasal dari bahasa Inggris Supervision yang terdiri atas dua
kata, yaitu super dan vision. Kata super berarti atas atau lebih, sedangkan
vision berarti melihat atau meninjau. J ika digabungkan mengandung
pengertian melihat dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan.
11

M. Ngalim Purwanto merumuskan supervisi sebagai suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
12

Rumusan dari M. Ngalim Purwanto lebih menekankan pada
pengembangan kemampuan personal dari para guru dan pegawai lainnya
untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan mengadakan
aktivitas-aktivias pembinaan, dengan adanya pembinaan kemampuan guru dan
personil sekolah lainya diharapkan memiliki kompetensi yang baik dan
kegiatan sekolah akan berjalan dengan baik.

10
Standar Kepala/Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2007, (Jakarta: BSNP, 2007), h. 8-12
11
Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), h. 31
12
NgalimPurwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan..., Cet. Ke-15, h.76



Kemudian Dalam buku Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan
karangan Piet A. Sahertian, mengatakan bahwa supervisi adalah usaha
memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara
kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.
13

Beberapa pendapat ahli merumuskan pengertian supervise, antara lain :
a. Ben M. Harris, dalam bukunya Supervisor Behaviour in Education
(1975), menyatakan supervise ialah apa yang personalia sekolah
lakukan dengan orang dewasa dan alat-alat dalam rangka
mempertahankan atau mengubah pengelolaan sekolah untuk
mempengaruhi langsung pencapaian tujuan instruksional sekolah.
b. Prof. Dr. Baharudin Harahap, dalam bukunya Supervisi pendidikan
(1983), menyatakan supervise ialah kegiatan yang dijalankan terhadap
orang yang menimbulkan atau yang potensial menimbulkan
komunikasi dua arah.
c. Drs. Ametembun, dalam bukunya Supervisi Pendidikan (1975),
menyatakan supervise pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan
situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar-
mengajar dikelas pada khususnya.
14


Definisi supervisi dalam Carter Goods Dictionary of Education yang
dikutip Oteng Sutisna, supervise didefinisikan sebagai:
segala usaha dari para pejabat sekolah yang diangkat dan diarahkan
kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga
pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran; melibat stimulasi
pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi
dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-
metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
15


Selanjutnya pengertian Supervisi menurut Kimbal wiles dalam bukunya
Supervision for Better School yang dikutip oleh Hendyat Soetopo dan Wasty
Soemanto, mengartikan supervise sebagai berikut: supervision is a service
activity that exist to help teachers to their job better.
16
Definisi Kimbal lebih

13
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 19
14
Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan..., h. 31
15
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa, 1993), h. 264
16
Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina
Aksara, 1988), cet. 2, h. 40



mengutamakan pelayanan seorang guru yang dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Kemudian Soejipto dan Raflis Kosasi merumuskan definisi supervisi
secara sederhana, yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk
memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran.
17

Dari rumusan di atas pada dasarnnya mempunyai kesamaan secara
umum, bahwa kegiatan supervise ditunjukan untuk perbaikan pengajaran
melalui peningkatan kemampuan professional guru dalam melaksanakan
tugasnya. Sehingga penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa
supervisi/pengawasan merupakan suatu aktifitas untuk memperbaiki dan
meningkatkan professional guru sehingga mereka dapat mengatasi masalah
sendiri. Dengan demikian perlu adanya pembinaan yang berupa bimbingan
atau tuntunan oleh kepala sekolah terhadap para guru dan personalia sekolah
kearah peningkatan mutu belajar mengajar.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya dengan kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektivitas pembelajaran.
Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
supervisor/pengawas, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan.
Dalam kedudukannya sebagai supervisor/pengawas kepala sekolah
bertugas melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
membimbing para guru dalam menentukan bahan pelajaran yang dapat
meningkatkan potensi siswa, memilih metode yang akan digunakan dalam
proses belajar mengajar, mengadakan rapat dewan guru, dan mengadakan
kunjungan kelas. Supervisi/Pengawasan merupakan control agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan
dalam kegiatan supervise juga diperlukan yang sifatnya merupakan usaha

17
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( J akarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999 ), h. 233



membantu setiap personel terutama guru, agar selalu melaksanakan kegiatan
sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Menurut E. Mulyasa dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional,
pengawasan yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan
khususnya guru memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif
tetap berada di tangan tenaga kependidikan;
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan;
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
kepala sekolah;
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru;
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan
supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru
dari pada memberi saran dan pengarahan;
f. Supervisi sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik;
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan;
h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan dan memecahkan suatu masalah.
18


Adapun peranan kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan menurut
soetopo, yaitu :
a. Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau
persoalan-persoalan dalam kebutuhan murid serta membantu guru dalam
mengatasi persoalan.
b. Membantu guru dalam mengatasi kesukaran mengajar.
c. Memberi bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi.
d. Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar.
e. Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar.
f. Membantu guru mengerti makna media pendidikan.
g. Memberi pelayanan kepada guru agar dapat menggunakan seluruh
kemampuannya.
19



18
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-3, h. 112
19
Siti Aminah, Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Terhadap Kinerja Guru, dalam
Media Sekolah, Edisi 57 Tahun III, 1-15 April 2010, h. 6



Sedangkan secara umum menurut M. Ngalim Purwanto, kegiatan atau
usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan
fungsinya sebagai supervisor antara lain:
a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya;
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar mengajar;
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang sedang berlaku;
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lain;
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai dengan bidangnya masing-
masing;
f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan komite sekolah atau
POMG dan intansi-intansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
para siswa.
20


Marno Dalam buku Islam by Manajemen and Leadership
mengemukakan peran kepala sekolah dalam kaitannya sebagai supervisor,
yaitu:
a. Kemampuan menyusun program supervise pendidikan di lembaganya dan
dapat melaksanakan dengan baik, supervise akademik maupun supervise
klinis.
b. Kemampuan memanfaatkan hasil supervise untuk peningkatan kinerja
guru dan karyawan.
c. Kemampuan memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan.
21

Dengan demikian kepala sekolah mempunyai peran yang sentral,
keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan
kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas kelancaran dan
keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah, dalam hal ini

20
NgalimPurwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, h. 119
21
Marno, Islam by Manajemen and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007), h. 63



menjalan dengan efektif peran kepala sekolah kedudukannya sebagai
pengawas internal atau supervisor.

C. Disiplin Kerja Guru
1. Pengertian Disiplin Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti tata tertib, ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib.
22
Goods dalam Dictionary of
Education mengartikan disiplin sebagai berikut:
a. Proses pengarahan, atau pengendalian keinginan, dorongan atau
kepentingan guna mencapai maksud.
b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,
sekalipun menghadapi rintangan.
c. Pengendalian prilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau
hadiah.
d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
23

Dalam buku Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib
Sekolah 1998, yang disusun oleh D. Soemarmo merumuskan disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.
24

Sedangkan menurut H. Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia, menyatakan bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan persahaan atau
organisasi dan norma-norma yang berlaku.
Dalam bukunya Mental Hygiene for class room Feacher Benard, yang
dikutip oleh Piet A. Sahertian dijelaskan disiplin adalah factor yang esensial
dalam mengembangkan potensi individu dan menciptakan kehidupan yang
harmonis dan menimbulkan hasil dalam proses kelompok.
25


22
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 208
23
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka J aya, 1995), h. 182
24
D. Soemarmo, PedomanPelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib sekolah 1998,
(Jakarta: PT. Sekala Jalmakarya, 1997), h. 20
25
Piet Sahertian, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), h. 126



Dari definisi-definisi di atas secara singkat dapat dikatakan disiplin
adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur
serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran. Disiplin pada dasarnya
merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota
organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi, yang di dalamnya mencakup: (1) adanya tata tertib
atau ketentuan-ketentuan, (2) adanya kepatuhan para pengikut, dan (3) adanya
sanksi bagi pelanggar.
Dengan demikian disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dan teratur
yang dimiki guru dalam bekrja di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran.
Sehingga dalam mewujudkan disiplin kerja para guru harus mengarah pada
ketertiban dan pengendalian diri. Siswanto (1989), mengemukakan bahwa
disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai patuh dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima
sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya.
26

Menurut Ali Imron disiplin kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Disiplin berdasarkan konsep otoritarian, yaitu guru menurut pendapat
atasan tidak boleh membantah dan tidak boleh menyumbangkan
pikirannya.
b. Disiplin berdasarkan konsep permissive, yaitu guru diberi kebebasan
dalam kelas dan sekolah, aturan dilonggarkan dan tidak mengikat apabila
menurutnya itu baik.
c. Disiplin berdasarkan konsep tanggung jawab, yaitu guru diberi kebebasan
tetapi harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukanya.
27


Kedisiplinan bagi guru merupakan suatu keharusan untuk diterapkan
dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, dengan
adanya kedisiplinan pada guru selain akan melancarkan kegiatan proses

26
Ahkmad Sudrajat, Konsep Disiplin Kerja, http://akhmadsudrajatwordpress.com/
2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/, 25 November 2009, pukul. 13.30
27
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, h. 184



belajar mengajar, disiplin yang diterapkan guru menjadi contoh bagi murid-
muridnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan khusunya perananya
sebagai supervisor/pengawas internal, pengembangan tingkat disiplin kerja
guru akan lebih memudahkan kegiatan sekolah. Namun dalam kenyataanya
masih banyak hal yang perlu diperhatikan kepala sekolah untuk meningkatkan
tingkat disiplin kerja guru.
Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Ahmad barizi,
mengidentifikasi beberapa hal yang terkait dengan kinerja guru, diantaranya
adalah:
a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan
b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan
komunikasi demokarasi yang serasi antara pemimpin dan bawahan
c. Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam
kenyataan
d. Penghargaan terhadap need for achievement atau penghargaan terhadap
yang berpretasi
e. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik.
28



2. Prinsip-prinsip Disiplin Kerja
Dalam meningkatkan tingkat disiplin para guru dan personil lainya,
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
29

a. Pemimpin mempunyai prilaku positif
Pemimpin harus mampu menjadi panutan bagi bawahan dengan berprilaku
yang positif.
b. Penelitian yang cermat
Dalam melihat tindakan indisipliner pemimpin harus cermat dengan tidak
cepat mengambil keputusan


28
Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h.152
29
Http://Kmpk.Ugm.Ac.Id/Data/Spmkk/3c-Disiplin(Revpeb'03), diakses pada tanggal 25
November 2009, pukul. 13.30





c. Kesegeraan
Kepala sekolah harus peka terhadap pelanggaran yang terjadi dan sesegera
mungkin untuk mengambil suatu tindakan yang bijaksana.
d. Lindungi kerahasiaan (privacy)
Pelanggaran yang terjadi diselesaikan dengan hanya diketahui antara
kepala sekolah dengan guru yang melanggar, sehingga yang lain tidak
terpengaruh
e. Fokus pada masalah
Hal yang diperbaiki adalah kesalahan yang dilanggar, jadi pemimpin
sekolah fokus terhadap penekanan kesalahan yang dilakukan bukan pada
pribadinya.
f. Peraturan dijalankan secara konsisten
Peraturan diterapkan tanpa adanya pilih kasih, sehingga siapa pun yang
melakukan kesalaha harus dibina.
g. Fleksibel
Dalam Mengambil suatu keputusan harus dengan informasi yang lengkap,
telah dianalisa dan dipertimbangkan.
h. Mengandung nasehat
Memberikan pemahaman tentang tindakan/kesalahan yang dilakukan.
i. Tindakan konstruktif
Menguapayakan agar semua guru dan staf lainnya tidak mengulangi
kesalahan, sehingga tindakan indisipliner bisa diantisipasi.
j. Follow Up
Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas guru,
sehingga diharapkan tidak ada kesalahan yang terulangi lagi.

3. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Kerja Guru
Dari penejelasan sebelumnya supervisi pendidikan didefinisikan sebagai
proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses
pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan adanya pelaksanaan supervisi



oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap
professional guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting
dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu
berpengaruh pada prilaku dan aktivitas keseharian guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan
supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan
solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan kegiatan supervise ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil
supervisi antara lain :
30

a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.
Lingkungan dimana sekolah berada, apakah sekolah itu di kota besar, di kota
kecil, atau pelosok.
b. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah
guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
c. Tingkatan dan jenis sekolah.
Setiap jenjang sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP,
SMU atau SMK dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat
supervisi tertentu.


30
NgalimPurwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, h. 118




d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
Hal ini dilihat dari guru-guru bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat
kemampuannya, dan sebagainya.
e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.
Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting.
Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya
kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala
kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk
selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepala sekolah
sebagai supervisor sangat perlu memperhatiakan faktor faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan supervisi, hal ini untuk mengetahui bagamana
pelaksanaan supervisi yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
Selanjutnya dalam peningkatan disiplin kerja guru dapat juga dilakukan
dengan menerapkan langkah-langkah supervisi, hal ini diterapkan dalam
rangka membina disiplin kerja guru antara lain:
31

a. Merumuskan Standar
Standar tingkah laku disiplin haruslah dirumuskan oleh kepala sekolah
sebagai Pembina, demikian juga standar disiplin kerja. Dalam
merumuskan standar tersebut, sangat baik manakala guru diikutsertakan,
sehingga guru akan merasa memiliki terhadap ketentuan-ketentuan yang
dikenakan kepada dirinya.
b. Mengadakan Pengukuran
Langkah selanjutanya pengawasan terhadap didiplin kerja guru adalah
mengadakan pengukuran. Yang dimaksud pengukuran yaitu melihat secara
nyata perilaku disiplin guru, dalam pelaksanaanya bias menggunakan alat
ukur yang lazim dipakai berupa tes dan non tes.

31
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, h. 191



c. Membandingkan Hasil Pengukuran dengan Standar
Hasil pengukuran disiplin kerja guru kemudian dibandingkan dengan
standar. J ika berdasarkan pengukuran guru mempunyai perilaku disiplin
yang sama atau lebih tinggi dari yang distandarkan, maka dapat dilakukan
daur ulang dengan menetapkan standar baru yang lebih tinggi. Sebaliknya,
kurang dari standar dilakukan perbaikan.
d. Mengadakan Perbaikan
Perbaikan terhadap disiplin guru terutama dilakukan jika dalam
perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar yang telah
ditetapkan ditemukan minus. Kepala sekolah haruslah mengadakan
perbaikan meningkatkan disiplin berdasarkan kekurangan-kekurangan
yang ada.
Ada pun berbagai cara perbaikan dalam meningkatkan disiplin kerja
tersebut adalah sebagai berikut:
32

1. membuat guru punya rasa aman dan hidup layak
2. menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan
3. membuat guru merasa diikutsertakan
4. memperlakukan guru secara wajar
5. membuat guru merasa mampu
6. memberikan pengakuan dan penghargaan atas sumbangan yang ia berikan
7. membuat guru merasa diikutsertakan dalam membuat kebijakan sekolah
8. memberikan kesempatan kepada guru untuk mempertahankan self respect.











32
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, h. 195











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 April s/d 12 Mei 2010 dan
mengambil tempat di SMK Al - Hidayah Lestari Lebak Bulus, J akarta Selatan.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah
sebagai supervisor dan tingkat disiplin kerja guru di SMK Al-Hidayah Lestari,
Lebak Bulus J akarta Selatan.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif Analisis yaitu
dengan menjelaskan dan menjabarkan berbagai teori yang diperlukan dalam
penjabaran fakta-fakta yang ditemukan. Selain itu, penulis juga menggunakan
metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian dengan menggunakan
perhitungan statistik untuk mengungkapkan Bagaimana peran kepala sekolah
sebagai pengawas dalam meningkatkan disiplin kerja guru pada SMK Al -
Hidayah Lestari.




C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
33
Sampel dalam penelitian ini adalah
Guru di SMK Al - Hidayah Lestari berjumlah 25 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian, maka
penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain:
1. Metode angket yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun
suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal
dalam satu bidang
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis
terhadap segala yang tampak pada objek penelitian, observasi ini
dilakukan guna mendapatkan informasi tambahan dari hasil wawancara
dan angket.
3. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab yang di kerjakan secara sistematis
berdasarkan pada tujuan penelitian
.
Adapun penafsiran dari data-data prosentase yang diperoleh, yaitu:
a) Sangat efektif, apabila prosentase berada pada interval 76 100
b) Efektif, apabila prosentase berada pada interval 56 75
c) Kurang efektif, apabila prosentase berada pada interval 40 55
d) Tidak efektif, apabila Prosentase berada di bawah interval 40




33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 130




Tabel 3.0
Kisi kisi Instrumen Angket Guru
No Apek Indikator No. Item
1 Peran Kepala sekolah
Sebagai Supervisor
1. Pelaksanaan Tugas
Pengawasan
2. Supervisi Partisipatif
3. Kepemimpinan dalam
supervisi
4. Hubungan Pemimpin
dengan anggota
2, 4, 5, 8, 14, 18,
20
1, 3, 9, 12
6, 7, 10, 11, 15,
16, 19
13, 17
2 Disiplin Kerja Guru 1. Disiplin waktu/kehadiran
2. Tugas dan Tanggung
J awab Guru (pendidik)

21, 22, 23, 25

24, 26, 27, 28
Jumlah 28 Item


Tabel 3.1
Kisi kisi Wawancara Kepala Sekolah
No Aspek Indikator Item
1 Sarana prasarana 1. Kondisi atau Kelayakan 1
2 Fungsi kepala sekolah
sebagai
Supervisor/pengawas
internal dalam
meningkatkan disiplin
kerja guru
1. Kinerja guru
2. Kedisiplinan guru
3. Tugas supervisi

2, 8
3, 4, 7, 10
5, 6, 9
Jumlah 10 Item





E. Teknik pengolahan data dan analisa data
Analisa data adalah tehnik yang di gunakan untuk memperoleh jawaban
dan kesimpulan sehubungan dengan mencari prosentase setiap jawaban yang di
pilih rsponden setelah data di edit, klasifikasikan, dan di tabulasikan terlebih
dahulu kemudian diberi skor untuk mencari nilai rata-rata prosentase. Dengan
menggunakan teknik deskriptif Analisis, yaitu menggambarkan objek penelitian
apa adanya, kemudian di analisis. Tehnik analisanya dengan menggunakan
statistik prosentase dengan rumus :
P =F x 100 %
N
Keterangan:
P =Angka prosentase
F =Frekuensi yang di cari prosentsenya
N =Jumlah seluruh sampel

































BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
1. Sejarah Berdirinya Sekolah
SMK Al-Hidayah Lestari adalah SMK di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari yang berlokasi di jalan Kana Lestari
Blok K/1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, berdasarkan akta notaries Raden
Soeryo Wongsowijoyo. Didirikan pada tahun 1993 dan disahkan sesuai
dengan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Repulik Indonesia (RI)
nomor keputusan 017/101.A1/1/95 tentang persetujuan penyelenggaraan
sekolah swasta. Proses kegiatan belajar mengajar pertama kali dimulai pada
tahun ajaran 1993/1994 dengan membuka tiga jurusan atau program keahlian
yaitu akuntansi, sekertaris, dan manajemen bisnis (penjualan). Pada tahun
1997 SMK Al-Hidayah mulai terakreditasi, dengan Akreditasi B pada tahun
2008 dan Akreditasi A pada tahun 2009. SMK Al-Hidayah Lestari telah
meluluskan XIV sampai tahun 2010 dengan tingkat penerimaan siswa naik
turun setiap tahunnya.

2. Data Sekolah
Nama : SMK Al-Hidayah Lestari
Nomor Data Sekolah : 34201630704



Nomor Statistik Sekolah : 4301040075
Nomor SK Pendiri : No. 27 Tanggal 18 Maret 1986
Alamat Sekolah : J l. Kana Lestari Blok K/1 No. 01
Kelurahan : Lebak Bulus
Kecamatan : Cilandak
Kotamadya : J akarta Selatan
Provinsi : DKI J akarta
Telpon/fax : (021) 7661343
Status Sekolah : Diakui
Waktu pelaksanaan PMB : Pagi (shif pagi)
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah
Tahun Pendirian Sekolah : 19 Juli 1993
Status Pemilikan Gedung : Milik Sendiri
Tahun Akreditasi : 1997
Luas Tanah : 2500 M
2

Luas Bangunan :1750 M
2
Kepala sekolah : Parhana, SE

3. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari
a. Visi Sekolah
SMK Al-hidayah Lestari mempunyai visi menciptakan sumber daya
manusia yang islami, terampil dan handal serta berwawasan global. Langkah-
langkah yang ditempuh untuk mewujudkan visi yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
1) Sumber daya yang Islami
a. Semua metode pengajaran bernuansa islami yang dapat memperhalus
budi pekerti semua pelajar
b. Mengaktifkan kegiatan rohis
c. melaksanakan kegiatan-kegatan keagamaan
2) Trampil dan Handal
a. Memperbanyak jam praktek komputer dan bidang studi produktif



b. Melaksanakan ujian nasional
c. Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil)
d. Ujian nasional bahasa inggris
e. Ujian nasional mengetik
3) Berwawasan
a. Mengikutsertakan siswa dalam pelaksanaan ujian kendali
b. Ujian kompetensi
c. Studi komperatif
d. Ujian nasional produktif

b. Misi Sekolah
Misi SMK Al-Hidayah lestari yaitu menciptakan kepribadian muslim
yang berakhlak mulia, yang berguna bagi bangsa dan negara. Dalam
pelaksanaanya untuk mewujudkan pencapaian misi tersebut dilakukan upaya,
antara lain:
1) Memotivasi SDM yang religius dan berwawasan
2) Membentuk SDM yang memiliki kualifikasi unggul
3) Membentuk SDM yang memiliki keterampilan standar
4) Menciptakan SDM yang akuntabilitas

4. Tenaga Pengajar dan TU SMK Al-Hidayah Lestari

Tabel 4.0
Tenaga Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari
No Nama Guru Ijazah terakhir,
Jurusan
Bidang Studi
1 Parhanah, SE S1 Manajemen Ekonomi
2 Drs. fachrudin S1 Pendidikan Bahasa Inggris
3 H. Moch. Amin, S. Ag S1 Dakwah Bahasa Arab
4 Drs. Basrin Malau S1 Pendidikan Koperasi
5 Drs. Umum Lingga S1 Pendidikan Kewirausahaan
6 Muhyi Choirudin D3 Ilmu Al-quran Agama Islam
7 Wardah Hayati, S. Pd S1 Pendidikan Bhs. Indonesia



8 Nurlina, S. Pd S1 Pendidikan Akuntansi
9 H. A. Syakir, S. Ag S1 Pendidikan Agama Islam
10 Dra. Ety Purwaningsih S1 Pendidikan Bhs. Indonesia
11 Tarmudi, S. Pd S1 Pendidikan K3, Kolega
12 Rini Suharwanti, S. Pd S1 Pendidikan Ppkn/Sejarah IPS
13 Anton H, S. Pd S1 Pendidikan Produktif Penjualan
14 Dede Sofyan, S. Pd S1 Pendidikan Penjaskes
15 Zakiyah, S. Pd S1 Pendidikan Matematika
16 Abd. Ghofur, S. Pd S1 Pendidikan Produktif Sekertaris
17 Mansur, SE S1 Manajemen Produktif Akuntansi
18 Dadang, S. Amd D3 Komputer Komputer
19 Budi Santoso, S. Pd S1 Pendidikan Bahasa Inggris
20 Nurlaela, S. Pd S1 Sastra J epang Bahasa J epang
21 Siti Komariah, SE S1 Akuntansi Seni Budaya
22 Muafifah, S. Pd S1 Pendidikan IPA
23 Faizal faiz, A. Md D3 Komputer Typing Tutor
24 Lia Marantika, S. Pd S1 Pendidikan Bahasa Inggris
25 Mediastuti, S. Pd S1 Pendidikan Matematika
26 Fadilah, SH S1 Hukum BK
27 Drs. A. Saefuddin S1 Pendidikan Bahasa Arab
28 Dra. Hj. Hazamih S1 Pendidikan Bahasa Indonesia

Tenaga pengajar di SMK Al-Hidayah sebagian besar berjenjang strata
satu dengan jumlah 25 orang, sisanya bependidikan diplomat III. Namun
dengan adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh kepala sekolah sebagai
upaya peningkatan kompetensi, guru yang masih diplomat III didorong
untuk melanjutkan ke tingkat starta satu.
Dengan latar belakang pendidikan strata satu, diharapakan kompetensi
yang dimilik akan membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara baik
dan efektif. Data tabel 4.0 di atas menunjukan jumlah tenaga pengajar
dengan jenjang pendidikan dan bidang studi keahliaanya.
Sedangkan tenaga tata usaha di SMK Al-Hidayah Lesatri hanya
berjumlah 4 orang yang terdiri dari kepala TU dengan jenjang pendidikan
diplomat III perbankan, bendahara dengan jenjang pendidikan Strata satu,
dan staf TU yang terdiri 2 orang dengan jenjang pendidikan SMA. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.




Tabel 4.1
Tenaga Tata Usaha
11 Nama Ijazah, Jurusan Jabatan
1 Lukman Hakim D3 Perbankan Kepala Tu
2 Faesal, SE S1 Akuntansi Bendahara
3 Qaidar Firman SMA IPS Staf TU
4 Syarifuddin SMEA Staf TU

5. Jumlah Siswa SMK Al-Hidayah Lestari
Jumlah siswa yang masuk di SMK Al-Hidayah Lestari setiap tahunnya
mengalami naik turun, namun sejak tahun ajaran 2008/2009 penerimaan
siswa cendrung meningkat. Ditahun ajaran 2009/2010 ini SMK Al-Hidayah
meluluskan 165 siswa yang terdiri dari tiga program studi yaitu akuntansi,
perkantoran dan penjualan.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa SMK Al-Hidayah
Siswa
Kelas Program
L P
Jumlah
Akuntansi 22 21 43
Adm. Perkantoran 4 40 44 Kelas 1
Penjualan (2 Kelas) 49 39 88
Akuntansi 13 22 35
Sekertaris 4 34 38 Kelas II
Penjualan 18 16 34
Kelas III Akuntansi 22 25 47
Perkantoran (2 Kelas) 40 44 84
Penjualan 19 15 34
Jumlah 447

6. Keadaan Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari secara
keseluruhan dalam kondisi baik, karena adanya perawatan dari pihak
yayasan sebagai pengelola bangunan. Di tahun ajaran 2009/2010 SMK Al-
Hidayah Lestari telah membangun dua ruang belajar, sehingga ruang kelas
yang tadinya berjumlah 10 lokal bertambah menjadi 12 lokal. Untuk lebih
jelasnya data sarana prasarana dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.



Tabel 4.3
Sarana Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari
No Bangunan Jumlah Kondisi
1 Ruang Belajar/Kelas 12 Ruang Baik
2 Laboratorium Komputer 1 Ruang Baik
3 Laboratorium Adm. dan Kesekretariatan 1 Ruang Baik
4 Laboratorium Akuntansi 1 Ruang Baik
5 Laboratorium Penjualan/Koperasi 1 Ruang Baik
6 Perpustakaan 1 Ruang Baik
7 Ruang Seni Siswa 1 Ruang Baik
8 Kantor Osis 1 Ruang Baik
9 Kantor Kepsek 1 Ruang Baik
10 Kantor Wakepsek, TU dan Guru 1 Ruang Baik
11 Lapangan Olah Raga 1 Lapangan Baik
12 Aula Pertemuan dan Musholah 1 Aula Baik

7. Kegiatan Kesiswaan/Ekstrakurikuler
Pihak sekolah sangat mendukung berjalannya Kegiatan
ekstrakurikuler, selain sebagai pengembangan bakat dan keterampilan bagi
siswa, kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi daya tarik bagi calon siswa
baru yang akan masuk di SMK Al-Hidayah Lestari. Dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler di berikan waktu khusus yaitu setiap hari sabtu.
Tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat jenis kegiatan ekstrakurikuler dan
jumlah pesertanya.

Tabel 4.4
KEGIATAN KESISWAAN / EKSTRA KURIKULER

Jumlah Hari Waktu Tempat
NO Jenis Kegiatan
Peserta Kegi atan Kegiatan Kegi atan
1 Rohis 28 Siswa Sabtu 09.00
Sekolah /
Mushola
2 Basket 36 Siswa Sabtu 09.00
Lapangan
Sekolah
3 Sepak Bola 37 Siswa Sabtu 09.00
Lapangan
Lebak Bulus
4 Volley Ball 34 Siswa Sabtu 09.00
Lapangan
Sekolah
5 Paskibra 33 Siswa Sabtu 09.00 Lapangan



sekolah
6 Seni Musik 27 Siswa Sabtu 09.00 Studio Sekolah
7 Marawis 32 Siswa Sabtu 09.00
Musholla /
Majlis ta'lim
8 Mading 20 Siswa Sabtu 09.00 Gedung SMK
9 Creative Club 41 siswa Sabtu 09.00 Gedung SMK

8. Kurikulum SMK Al-Hidayah Lestari
SMK Al-Hidayah Lestari menerapkan kurikulum sesuai dengan
kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah dan berusaha mencapai tujuan
pendidikan nasional dalam mencerdaskan bangsa. Sejalan perkembangan
kurikulum yang ditetapkan pemerintah, SMK Al-Hidayah telah menggunakan
kurikulum 1994, Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Saat ini SMK Al-Hidayah menerapkan
kurikulum tingkat saruan pendidikan, secara umum pelaksanaannya cukup
baik.
Dalam mengembangkan kurikulum SMK Al-Hiayah Lestari menerapkan
standar pencapaian kompetensi sesuai dengan kejuruan yaitu:
1. Program Studi Sekretaris
a. menyelesaikan pekerjaan kesekretariatan dengan cepat dan tepat
b. mampu membuat surat kesekretariatan surat bisnis berbahasa
Indonesia dan asing
c. menerapkan prinsip dan teknik pengetahuan warkat
d. mampu menerima steno dan menulis kembali berbahasa Asing
e. mampu menerapkan kesekretarisan baik di instansi pemerintah
maupun swasta
2. Program Studi Akuntansi
a. mencatat transaksi keuangan sesuai dengan proses akuntansi
b. mengerjakan akuntasi keuangan dan pos neraca
c. Mencatat transaksi dan menyusun laporanharga pokok produksi dalam
perusahaan industri.




9. Struktur Organisasi
Dalam pelaksanan kegiatan organisasi perlu adanya struktur, dalam
struktur SMK Al-Hidayah Lestari, kepala sekolah melakukan koordinasi
dengan ketua yayasan setiap melakukan kebijakan. Sedangkan Kepala sekolah
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah di bantu oleh dua wakil kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan. Susunan organisasi SMK Al-Hidayah lestari dapat dilihat
dari gambar 1 di bawah ini.

Gambar. I
Struktur Organisasi SMK Al-Hidayah Lestari

















Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Kepala Sekolah
Wakasek
Komite Sekolah
Pembina Osis BP/BK Wali Kelas Guru Pelajaran
Tata Usaha Perpus
Siswa
PJ. Lab.
Ketua Yayasan



B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang dikumpulkan melalui angket diolah ke dalam
distribusi frekuensi prosentase. Untuk memudahkan dalam menganalisis setiap
jawaban item soal dibuatkan tabulasi dan kemudian dihitung nilai prosentasenya.
Item soal yang ditabulasikan terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek peran kepala
sekolah sebagai supervisor dan disiplin kerja guru.
1. Aspek Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Pada tabel. 4.5 di bawah ini menunjukan kepala sekolah dalam
mengikutsertakan guru untuk kegiatan supervisi, terdapat 60% guru yang
menjawab selalu diikutsertakan, 4 % menjawab sering, sebanyak 32% menjawab
kadang-kadang, dan 4 % guru tidak pernah dilibatkan. Ini berarti dalam
melakukan kegiatan supervisi kepala sekolah melibatkan guru tetapi ada guru
yang tidak pernah diikutsertakan.

Tabel 4.5
Mengikutsertakan Guru dalam Kegiatan Supervisi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 1 4
Kadang-kadang 8 32

1
Tidak Pernah 1 4
Jumlah 25 100 %


Data tabel. 4.6 di bawah ini menunjukan tingkat pengawasan kepala
sekolah terhadap kehadiran guru di sekolah dengan melihat daftar absensi guru,
dengan tabulasi sebagai berikut:








Tabel 4.6
Memeriksa Daftar Hadir Guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 8 32
Kadang-kadang 2 8

2
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100 %

Dengan melihat data di atas kepala sekolah dalam hal memeriksa daftar
hadir guru, sebanyak 60% (15 guru) yang menjawab selalu memeriksa, 32% (8
guru) yang menjawab sering, 8% (2 guru) menjawab kadang-kadang dan 0 %
menjawab tidak pernah. Dari data ini menunjukan bahwa sebagian besar guru
menyatakan kepala sekolah selalu memeriksa daftar hadir.
Tabel 4.7 di bawah ini menunjukan jawaban guru mengenai rapat yang
diadakan kepala sekolah untuk kegiatan supervisi, sebanyak 11 guru (44 %)
menjawab kepala sekolah tidak mengadakan rapat, 5 guru (20%) menjawab
kadang-kadang, dan 7 guru (28%) sering serta 2 guru (8%) yang mengatakan
kepala sekolah selalu mengadakan rapat dengan guru. Ini berarti bahwa sebagian
besar guru menyatakan untuk kegiatan supervisi kepala sekolah tidak mengadakan
rapat terlebih dahulu dengan para guru.

Tabel 4.7
Tidak Mengadakan Rapat dengan Guru untuk Kegiatan Supervisi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 2 8
Sering 7 28
Kadang-kadang 5 20

3
Tidak Pernah 11 44
Jumlah 25 100%






Tabel 4.8
Mengadakan Orientasi Kerja Guru Baru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 13 52
Sering 5 20
Kadang-kadang 6 24

4
Tidak Pernah 1 4
Jumlah 25 100%

Dengan melihat tabel 4.8 di atas, kepala sekolah dalam hal memberikan
orientasi kerja bagi guru baru menunjukan sebanyak 15 guru (52%) menjawab
selalu, 5 guru (20%) menjawab sering, 6 guru (24%) menjawab kadang-kadang
dan 1 guru (4%) menyatakan kepala sekolah tidak melakukan orientasi kerja bagi
guru baru. Berdasarkan data ini bahwa kepala sekolah cukup baik dalam
mengadakan orientasi kerja bagi guru baru.
Berdasarkan tabel 4.9 di bawah ini menunjukan kepala sekolah dalam
mengadakan pengawasan terhadap tugas yang diberikan kepada guru, terdapat 14
guru (56%) yang menjawab selalu, 6 guru (24%) menjawab sering dan 5 guru
(20%) yang menjawab kadang-kadang kepala sekolah melakukan pengawasan
serta 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti kepala sekolah selalu melakukan
pengawasan kepada para guru.

Tabel 4.9
Pengawasan terhadap Tugas yang diberikan kepada Guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 14 56
Sering 6 24
Kadang-kadang 5 20

5
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%





Tabel 4.10
Memberi bimbingan secara kontinu kepada guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 1 44
Sering 7 28
Kadang-kadang 6 24

6
Tidak Pernah 11 44
Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.10 di atas diketahui sebanyak 11 guru (44%) menjawab
kepala sekoah tidak memberikan bimbingan secara kontinu kepada guru, 6 guru
(24%) mengatakan kadang-kadang dan 7 guru (28%) menjawab sering, sedangkan
1 guru (4%) menjawab kepala sekolah selalu melakukan bimbingan terhadap
guru. Data ini menunjukan prosentasen kepala sekolah tidak memberikan
bimbingan kepada guru, namun terdapat juga guru yang menyatakan selalu
mendapatkan bimbingan
Pada tabel 4.11 di bawah ini menunjukan kepala sekolah memberi
bantuan pada saat guru mengalami kesulitan, sebanyak 12 guru (48%) menjawab
selalu, 7 guru (28%) menjawab sering, dan 6 guru (24%) menjawab kadang-
kadang, 0% yang menjawab tidak pernah. Data ini menjelaskan bahwa kepala
sekolah dalam hal memberikan bantuan kepada guru masuk dalam kategori cukup.

Tabel. 4.11
Memberi bantuan pada saat guru mengalami kesulitan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 12 48
Sering 7 28
Kadang-kadang 6 24

7
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%





Tabel. 4.12
Mengadakan supervisi kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 3 12
Sering 16 64
Kadang-kadang 2 8

8
Tidak Pernah 4 16
Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukan kepala sekolah dalam
melakukan supervisi kelas pada saat guru mengajar, sebanyak 3 guru (12%)
menjawab selalu, 16 guru (64%) menjawab sering dan 2 guru (8%) menyatakan
kadang-kadang serta ada guru yang mengatakan kepala sekolah tidak pernah
melakukan supevisi kelas sebanyak 4 guru (16%). Ini berarti kegiatan supervisi
kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah kurang, sehingga pengawasan dalam
kegiatan belajar mengajar tidak terlalu menjadi fokus perhatian.

Tabel 4.13
Mengikutsertakan guru membuat program kerja sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 6 24
Kadang-kadang 4 16

9
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Dari tabel. 4.13 menunjukan kepala sekolah dalam membuat program
kerja sekolah, sebanyak 60% guru mengatakan selalu diikutsertakan, dan
sebanyak 24% guru menjawab sering, serta 16% guru menjawab kadang-kadang
dilibatkan oleh kepala sekolah, 0% yang menjawab tidak pernah. Sehingga dapat
disimpulkan dalam membuat program kerja kepala sekolah tidak semuanya
melibatkan guru, masih ada guru yang merasa belum dilibatkan.



Tabel 4.14
Guru diikutsertakan Upgrading
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 9 36
Sering 7 28
Kadang-kadang 8 32

10
Tidak Pernah 1 4
Jumlah 25 100%

Selanjutnya tabel 4.14 dalam hal pelatihan guru, menunjukan hasil
jawaban sebanyak 9 guru (36%) menjawab selalu diikutsertakan dalam pelatihan,
7 guru (28%) menjawab sering dan kadang-kadang guru diikutsertakan sebanyak
8 guru (32%), serta ada 1 guru (4%) yang menjawab merasa tidak diikutsertakan
dalam pelatihan kependidikan oleh kepala sekolah. Hal ini berarti bahwa kepala
sekolah belum mendorong pengembangan kemampuan semua guru, karena masih
adanya guru yang belum ikut pelatihan.
Kemudian tabel 4.15 menunjukan upaya kepala sekolah untuk
meningkatkan potensi guru, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab bahwa
kepala sekolah selalu berupaya meningkatkan potensi guru, 4 guru (16%) yang
mengatakan sering serta 6 guru (24%) yang menjawab kadang-kadang. Dari data
ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru menyatakan bahwa kepala
sekolah selalu meningkatkan potensi guru.

Tabel 4.15
Berusaha meningkatkan potensi guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 4 16
Kadang-kadang 6 24

11
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%




Pada tabel 4.16 di bawah ini diketahui sebanyak 15 guru (60%) yang
mengatakan kepala sekolah selalu mengadakan rapat evaluasi, 6 guru (24%) yang
menjawab sering dan 2 (8%) menjawab kadang-kadang, serta 2 guru (8%) yang
mengatakan tidak pernah kepala sekolah mengadakan rapat evaluasi dengan guru.
Ini berarti meskipun sebagian besar guru menyatakan selalu, namun masih yang
menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.16
Mengadakan rapat evaluasi dengan guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 6 24
Kadang-kadang 2 8

12
Tidak Pernah 2 8
Jumlah 25 100%


Tabel 4.17
Baik hubungan antara kepala sekolah dengan guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 20 80
Sering 3 12
Kadang-kadang 2 8

13
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel. 4.17 menunjukan hubungan antara kepala sekolah
dengan bawahan (guru), sebanyak 20 guru (80%) yang menjawab selalu baik, 3
guru (12%) sering dan 2 guru (8%) kadang-kadang baik hubungannya dengan
kepala sekolah. Dari data ini dapat di tarik kesimpulan secara umum hubungan
antara kepala sekolah dengan bawahan khususnya guru sangat baik.





Tabel 4.18
Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 6 24
Kadang-kadang 4 16

14
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Tabel 4.18 di atas menunjukan peran kepala sekolah dalam menjelaskan
tugas yang harus dikerjakan guru, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab selalu
memberikan penjelasan, 6 guru (24%) yang menjawab sering serta 4 guru (16%)
yang menjawab kadang-kadang kepala dan 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti
secara umum kepala sekolah dalam memberikan penjelasan tugas kepada guru.

Tabel 4.19
Mewajibkan guru membuat persiapan mengajar (RPP)
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 7 28
Kadang-kadang 3 12

15
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukan kepala sekoah mewajibkan
guru membuat persiapan mengajar, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab
selalu mewajibkan, 7 guru (28%) sering dan 3 guru (12%) yang menjawab
kadang-kadang diwajibkan membuat persiapan mengajar serta 0% jawaban tidak
pernah. Ini berarti bahwa kepala sekolah selalu mewajibkan kepada para guru
untuk membuat persiapan mengajar.






Tabel 4.20
Menyediakan media untuk guru dalam mengajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 10 40
Sering 7 28
Kadang-kadang 8 32

16
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Selanjutnya tabel 4.20 di atas menjelaskan kepala sekolah dalam
menyediakan media untuk membantu guru dalam mengajar, sebanyak 10 guru
(40%) yang menjawab selalu, 8 guru (32%) yang menjawab kadang-kadang dan 7
guru (28%) mengatakan sering menyediakan media. Sehingga dapat disimpulkan
kepala sekolah selalu membantu guru dalam menyediakan media pembelajaran
untuk memudahkan para guru dalam mengajar.
Kemudian tabel 4.21 di bawah ini menunjukan komunikasi yang baik
dengan guru dalam pelaksanaan program kerja, dari data ini sebanyak 19 guru
(76%) yang menjawab selalu, 4 guru (16%) yang menjawab sering dan 2 guru
(8%) yang mengatakan kadang-kadang kepala sekolah menjalin komunikasi yang
baik. Sehingga dari data ini dapat ditarik kesimpulan peran kepala sekolah masuk
dalam kategori baik dalam menjalin komunikasi dengan guru dalam pelaksanaan
program kerja.

Tabel 4.21
Menjalin komunikasi yang baik dengan guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 19 76
Sering 4 16
Kadang-kadang 2 8

17
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%




Berdasarkan tabel 4.22 di bawah ini menunjukan tugas kepala sekolah
sebagai supervisor dalam mengevaluasi dan memperbaiki program yang telah
dilaksanakan, sebanyak 14 guru (56%) yang mengatakan kepala selalu
mengevaluasi dan memperbaiki, 5 guru (20%) yang menjawab sering dan 6 guru
(24%) yang mengatakan kadang-kadang. Hal ini berarti selalu berusaha
mengevaluasi dan memperbaiki program sekolah.

Tabel 4.22
Mengevaluasi dan memperbaiki program
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 14 56
Sering 5 20
Kadang-kadang 6 24

18
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%


Tabel 4.23
Memberi Hadiah pada guru berprestasi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 14 56
Sering 9 36
Kadang-kadang 2 8

19
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Pada tabel 4.23 di atas menunjukan bahwa kepala sekolah secara umum
selalu dalam memberikan hadiah bagi guru yang berprestasi, hal ini ditunjukan
dengan banyaknya reponden yang menjawab selalu 56% (14 guru), menjawab
sering 36% (9 guru) dan 8 % (2 reponden guru) yang menjawab kadang-kadang,
serta 0% jawaban tidak pernah. Hal ini pun diperkuat dengan jawaban hasil
wawancara dengan kepala sekolah, bahwa pihak sekolah selalu memberikan
hadiah dan sertifikat pada setiap semester bagi guru yang berprestasi..



Tabel 4.24
Memeriksa secara periodik hasil belajar siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 3 12
Sering 8 32
Kadang-kadang 4 16

20
Tidak Pernah 10 40
Jumlah 25 100%

Pada tabel 4.24 di atas diketahui bahwa sebanyak 3 responden guru
(12%) yang menjawab bahwa kepala sekolah selalu memeriksa secara periodik
hasil belajar siswa, 8 guru (32%) yang menjawab sering, dan 4 guru (16%) yang
mengatakan kadang-kadang, serta terdapat 10 guru (40%) yang menyatakan
bahwa kepala sekolah tidak pernah memeriksa hasil belajar. Dengan demikian
dapat disimpulkan sebagian besar responden mengatakan kepala sekolah tidak
memeriksa secara periodik hasil prestasi belajar siswa, akan tetapi masih ada guru
yang menyatakan selalu.

2. Aspek Disiplin Kerja Guru
Berdasarkan tabel 4.25 di bawah ini menunjukan bahwa guru yang selalu
datang tepat waktu sebanyak 44 % (11 guru), dan 44 % (11 guru) yang menjawab
sering serta 12% (3 guru) yang menyatakan kadang-kadang datang tepat waktu.
Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kedisiplinan guru datang
kesekolah selalu tepat waktu sebanding dengan guru yang menyatakan sering
tepat waktu.
Tabel 4.25
Guru datang tepat waktu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 11 44
Sering 11 44
Kadang-kadang 3 12

21
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%



Tabel 4.26
Guru memberitahukan jika tidak hadir di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 20 80
Sering 3 12
Kadang-kadang 2 8

22
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Selanjutnya dari tabel 4.26 di atas menyatakan bahwa jika tidak hadir di
sekolah memberitahukan. J umlah guru yang menjawab selalu sebanyak 20 guru
(80%), terdapat 3 guru (12%) yang menyatakan sering dan 2 guru (8%) yang
mengatakan kadang-kadang serta 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti sebagian
besar guru jika tidak hadir memberitahukan terlebih dahulu ke sekolah.
Kemudian pada tabel 4.27 di bawah ini guru yang tidak hadir pada jam
pelajaran memberikan tugas pada siswa, sebanyak 16 guru (64%) yang menjawab
selalu memberikan tugas siswa pada saat tidak bisa hadir di sekolah, 8 guru (32%)
yang menyatakan sering dan 1 guru (4%) yang menyatakan kadang-kadang
memberikan tugas. Dengan demikian guru yang tidak hadir ke sekolah lebih
banyak memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di kelas.

Tabel 4.27
Guru memberikan tugas jika tidak hadir di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 16 64
Sering 8 32
Kadang-kadang 1 4

23
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%







Berdasarkan tabel 4.28 di bawah ini menunjukan bahwa tingkat
kesadaran guru untuk mengisi daftar hadir masuk kategori baik, hal ini ditunjukan
dengan nilai prosentase responden sebanyak 19 guru (76%) yang menjawab
selalu, dan 6 guru (24%) yang menyatakan sering. Dengan demikian secara umum
guru masih memperhatikan daftar absensi untuk selalu mengisinya.

Tabel 4.28
Mengisi absen setiap hadir di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 19 76
Sering 6 24
Kadang-kadang - -

24
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%


Tabel 4.29
Meninggalkan sekolah setelah jam kerja habis
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 15 60
Sering 4 16
Kadang-kadang 5 20

25
Tidak Pernah 1 4
Jumlah 25 100%

Pada tabel 4.29 di atas diketahui bahwa tidak semua guru meninggalkan
sekolah setelah jam kerja habis, terlihat dari hasil jawaban responden sebanyak 15
guru (60%) ysng menyatakan selalu meninggalkan sekolah setelah jam kerja
habis, 5 guru (20%) yang menyatakan terkadang dan 4 guru (16%) menyatakan
sering, serta ada 1 guru (4%) yang menyatakan tidak pernah pulang setelah jam
kerja habis. Sehingga dapat disimpulkan sebagian besar guru pulang setelah jam
kerja habis.




Tabel 4.30
Tidak Membuat persiapan mengajar sebelum proses belajar mengajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 11 44
Sering 9 36
Kadang-kadang 5 20

26
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%

Selanjutnya tabel 4.30 di atas diketahui guru yang membuat persiapan
mengajar sebelum proses belajar mengajar, sebanyak 11 guru (44%) yang
menyatakan selalu membuat persiapan mengajar, 9 guru (36%) menyatakan sering
dan yang menjawab kadang-kadang membuat persiapan mengajar 5 guru (20%)
serta 0% jawaban tidak pernah. Data ini menunjukan tingkat ketaatan guru untuk
selalu membuat persiapan mengajar cukup baik.
Kemudian berdasarkan tabel 4.31 di bawah ini diketahui guru dalam
mencatat hasil prestasi belajar siswa, menjawab selalu 17 guru (68%),
menyatakan sering 6 guru (24%) dan menyatakan kadang-kadang dalam mencatat
hasil prestasi belajar siswa sebanyak 2 guru (8%), 0% jawaban tidak pernah. Hal
ini menunjukan bahwa dalam mencatat hasil belajar siswa guru selalu
mencatatnya.

Tabel 4.31
Mencatat hasil prestasi belajar siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 17 68
Sering 6 24
Kadang-kadang 2 8

27
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%






Berdasarkan tabel 4.32 di bawah ini diketahui guru mengabsen
kehadiran siswa setiap pertemuan, sebanyak 16 guru (64%) yang menyatakan
selalu mengabsen kehadiran siswa, 7 guru (28%) yang menyatakan sering dan
guru yang kadang-kadang mengabsen siswa sebanyak 2 guru (8%). Hal ini
menunjukan sebagian besar guru menganggap penting absensi sebagai aspek
disiplin siswa dalam belajar di sekolah.

Tabel 4.32
Mengabsen kehadiran siswa setiap pertemuan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 16 64
Sering 7 28
Kadang-kadang 2 8

28
Tidak Pernah - -
Jumlah 25 100%


C. Data Hasil Wawancara
Wawancara dengan kepala SMK Al-Hidayah Lestari untuk mengetahui
kegiatan supervisi dan disiplin kerja guru, hasil dari wawancara tersebut antara
lain:
1. Bagaimana kondisi sarana prasarana dalam menunjang kegaitan belajar
mengajar di SMK Al-Hidayah Lestari?
Baik, sarana dan prasarana yang selama ini sudah ada dilakukan perawatan
secara kontinu agar terjaga dan saat ini telah ada penambahan dengan
membangun kembali dua lokal kelas, penambahan unit komputer,
penerapan AC untuk ruang guru
2. Bagamana kinerja guru di SMK Al-Hiayah Lestari?
Saat ini Kinerja guru masih belum merata, ada yang kompeten dan ada
pula yang tidak kompeten, namun tetap pada prinsip sekolah akan
mendorong peningkatan kompetensi guru.




3. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin kerja guru?
Dengan memberikan reward dan pengawasan, reward diharapkan para
guru terdorong untuk terus meningkatkan kinerjanya dan pengawasan
sebagai upaya pengendalian agar guru menjalankan tugas dengan baik.
4. Bagaimana pembinaan yang Ibu lakukan untuk meningkatkan disiplin
kerja guru?
Sebelum guru masuk terlebih dahulu ada proses seleksi, dalam proses ini
terlebih dahulu diberi tahu bahwa sekolah mengendepankan disiplin kerja,
namun apabila masih ada guru yang belum disiplin baik dalam waktu
maupun melaksanakan tugas, sekolah memberikan pengarahan dan
pengembangan dengan mengikutsertakan dalam pelatihan kependidikan.
5. Adakah hambatan dalam upaya peningkatan disiplin kerja guru?
Ada, tingkat kesadaran dalam berdisiplin masih perlu pengawasan. Masih
banyaknya guru-guru yang mengajar di sekolah lain sehingga hal ini
berpengaruh terhadap disiplinnya.
6. Bagaimana kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Ibu?
Diberi jadwal untuk supervisi, seminggu dua kali untuk mengawasi semua
komponen yang ada di sekolah, dengan tujuan agar kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan baik, sebenarnya pada dasarnya ketika saya ada
di sekolah secara otomotis saya melakukan supervisi.
7. Bagaimana kegiatan supervisi dilakukan apabila Ibu tidak ada di sekolah?
Diwakilkan kepada yang berwenang, biasanya yang saya berikan
wewenang wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan dan guru bimbingan konseling.
8. Apa yang Ibu lakukan bagi guru yang tidak disiplin?
Diberi peringatan dan sanksi, peringatan yang diberikan dengan teguran
dan dengan surat peringatan.
9. Apa yang Ibu berikan untuk guru yang berprestasi?
Pihak sekolah selalu membeerikan hadiah/reward kepada guru-guru yang
berprestasi, hal ini dilakukan biasanya setiap akhir semester.



10. Apakah Ibu sering mengadakan evaluasi terhadap proses kegiatan belajar
mengajar?
Tentu, saya sering mengadakan evaluasi agar proses kegaitan belajar
mengajar berjalan dengan baik selain itu untuk mengontrol pencapaian
belajar dan mengetahui kendala yang dihadapi para guru dalam mengajar.
Apabila menemukan kendalan secepatnya dilakukan perbaikan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah data ditabulasikan dan dianalisis setiap item soal, selanjutnya
diberi skor untuk mencari nilai prosentase rata-rata keseluruhan sehingga dapat
menarik suatu kesimpulan sesuai dengan data angket yang diperoleh. Angket
diberikan kepada responden guru yang berjumlah 25 orang dengan 28 item
pertanyaan yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek peran kepala sekolah sebagai
supervisor dan aspek disiplin kerja guru.
Untuk mendapatkan nilai prosentase dalam menentukan kategorinya,
digunakan perhitungan dengan rumus:
P =NS x 100%
NH
Nilai skor (NS) merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari
hasil penelitian
Nilai harapan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil mengalikan
jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
Untuk lebih jelas dalam perhitungan rumus di atas diuraikan kedalam tabel 4.33
sebagai berikut:










Tabel. 4.33
Deskripasi Data Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Guru
Aspek Indikator Sk
or
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
NS/NH x
100%
Kategori
Nilai
Peran
Kepala
Sekolah
Sebagai
Supervisor
1) Pelaksanaan
Tugas
Pengawasan
2) Supervisi
Partisipatif
3) Kepemimpinan
dalam
supervisi
4) Hubungan
kepala sekolah
dengan
anggota

55
8


33
2


57
0


18
7
7x4=28

4x4=16

7x4=28

2x4=8
558:25=
22,32

332:25=
13,28

570:25=
22,80

187:25=
7,48
22,32 x
100%
28
=79,71%
13,28 x
100%
16
=83%
22,80 x
100%
28
=81,43%
7,48 x 100%
8
=93,5%
Sangat
efektif

Sangat
efektif

Sangat
efektif

Sangat
efektif
Disiplin
kerja guru
1. Disiplin waktu /
kehadiran
2. Tugas dan
tanggung jawab guru
23
1


32
5
4x4=16

4x4=16
231:25=
9,24

325:25=
13

9,24 x 100%
16
=57,75 %
13 x 100
16
=81,25%
Efektif


Sangat
efektif

Rata-rata
22
03
112 88,12 88,12 x
100%
112
=78,68%
Sangat
efektif



Dari data prosentase di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peran
kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja masuk
kategori sangat efektif. Aspek kepala sekolah sebagai supervisior dengan nilai
prosentase 82,35% dan prosentase disiplin kerja guru 69,5 %. Hal ini menunjukan
peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat efektif dengan nilai rata-rata hasil
prosentasi keseluruhan 78,68%.












































BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil yang diperoleh,
penulis dapat mengangambil suatu kesimpulan, bahwa kepala sekolah sebagai
supervisor mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menggerakan
seluruh sumber daya yang ada di sekolah, melahirkan etos kerja dan
produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Sesuai dengan data yang
diperoleh dari hasil penelitian pada SMK Al-Hidayah Lestari bahwa peran
kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatakan disiplin kerja guru
sangat efektif dengan nilai prosentase 78,68 %, ini berarti bahwa kegiatan
supervisi sangat penting dilaksanakan terkait peningkatan pribadi dan profesi
guru untuk lebih disiplin.
Kedisiplinan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar khususnya disiplin kerja bagi guru, dari
data hasil penelitian tingkat disiplin guru di SMK AL-Hidayah Lestari masuk
dalam kategori efektif dengan nilai prosentase 69.5 %, ini berarti bahwa belum
semuanya guru mengedepankan disiplin kerja, dan tingkat kedisiplinan masih
tergantung pada pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Hal ini



menunjukan bahwa bagi guru yang tidak disiplin masih memerlukan
pengawasan dan pembinaan dari sekolah sesuai dengan fungsinya kepala
sekolah sebagai supervisor.

B. Saran saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMK Al-Hidayah
Lestari, terkait peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatakan
disiplin kerja, ada beberapa yang penulis ajukan sebagai saran untuk kepala
sekolah dan guru, diantaranya:
1. Dalam upaya meningkatkan disiplin kerja guru kepala sekolah sebagai
supervisor/pengawas internal harus lebih meningkatkan intensitas
pengawasannya. Pada saat adanya supervisi dari kepala sekolah
kedisiplinan guru terlihat, namun pada saat kepala sekolah tidak ada guru
terlihat mengabaikan waktu dan tugas.
2. Perlunya sikap ketegasan dari kepala sekolah dalam menyikapi guru yang
sering tidak disiplin, karena dengan tidak adanya sikap ketegasan guru
sering kali mengulangi tindakanya yang tidak disiplin.
3. Mengadakan Pembinaan dan pengetahuan tugas serta tanggung jawab
profesi guru sehingga diharapkan meningkatkan kesadaran guru untuk
mengedepankan prilaku disiplin kerja.
4. Guru sebagai tenaga pendidik seharusnya menjadi contoh teladan pada
anak didiknya, untuk itu kewajiban bagi guru untuk berdisiplin dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.














DAFTAR PUSTAKA




Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, J akarta:
Rineka Cipta, 2006

Barizi, Ahmad, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009

Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, J akaarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2000

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 1988.

Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman
Penulisan Skripsi, J akarta, 2007

Gunawan, Ary. H, Administrasi Sekolah, J akarta: Rineka Cipta, 1996

Hasibuan, H. Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, J akarta: Bumi
Aksara, 2005

http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/513/.pdf?sequence=4, 19
Mei 2010, pukul 14.00

Imron, Ali, Pembinaan Guru Di Indonesia, J akarta: Pustaka J aya, 1995

Marno, Islam By Manajement and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2007

Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006

Mulyasa, E, Manajemen berbasis Kompetensi, J akarta: Rosda, 2002

Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, J akarta: Bumi Aksara,
1992




Partanto, A Pius dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Imiah Populer, Surabaya:
Arkola, 1994

Purwanto, M. Ngalim, Aministrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005

Sahertian, Piet A, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah,
Surabaya: Usaha Nasional, 1994

Sahertian, Piet A, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, J akarta:
Rineka Cipta, 2008

Siti Aminah, Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Terhadap Kinerja Guru, dalam
Media Sekolah, Edisi 57 Tahun III, 1-15 April 2010

Soemarmo, D, PedomanPelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib sekolah
1998, J akarta: PT. Sekala Jalmakarya, 1997

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, J akarta: Bina Aksara, 1988

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999

Sudrajat, Akhmad, Konsep Disiplin Kerja, dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/, 25
November 2009, pukul. 13.30

Http://Kmpk.Ugm.Ac.Id/Data/Spmkk/3c-Disiplin(Revpeb'03), 25 November
2009, pukul. 13.30

Sutisna, Oteng, Aministrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional, Bandug: Angkasa, 1993

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, J akarta: Raja Grafindo Persada, 2007

Anda mungkin juga menyukai