Anda di halaman 1dari 4

Ungakapan lambat seperti sirup gula di bulan Januari ditujukan pada fisis lain dari cairan yang disebut

visikositas. Visikositas (viscosity) adalah ukuran hambatan suatu fluida untuk mengalir. Makin besar visikositas, makin lambat aliran cairan. Viskositas cairan biasanya turun dengan meningkatnya suhu; jadi sirup gula panas mengalir lebih cepat daripada sirup gula dingin. Air memiliki viskositas lebih besdar dibandingkan kebanyakan cairan karena kemampuannya untuk membentuk ikatan hydrogen (Chang, 2005). Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep konsep Inti. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Kitosan merupakan suatu senyawa polimer yang diproduksi dalam jumlah besar di alam, yaitu terdapat pada limbah udang dan kepiting yang cukup banyak terdapat di Indonesia. Kitosan bersifat sebagai polimer kationik yang tidak larut dalam air, dan larutan alkali dengan pH di atas 6,5. Kitosan mudah larut dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat, dan asam sitrat. Kelarutan kitosan dalam larutan asam serta viskositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat degradasi polimer (Julianti et al, 2012).

Julianti, Salmi, Harry Agusnar, dan Zul Alfian, 2012, PEMBUATAN KITOSAN

OLIGOMER MELALUI METODE DEGRADASI OKSIDATIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP VISKOSITAS DAN BERAT MOLEKUL,
Jurnal Saintia Kimia Vol. 1, No. 1, Sumatera utara, Universitas Sumatera Utara. Kitosan merupakan biopolimer alam yang bersifat polielektrolit kationik serta merupakan koagulan dan flokulan yang baik yang berpotensi tinggi untuk penyerapan logam dan mudah terbiodegredasi serta tidak beracun (Agusnar, 2003). Agusnar, Harry, 2003, ANALISA

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM BERAT, Jurnal Sins Kimia
Volume : 7, Nomor : 1, Medan, Universitas Sumatera Utara.

Kitosan adalah jenis polimer alam yang mempunyai rantai linier dan mempunyai rumus umum {C6H11NO4}n atau disebut sebagai (1-4)-2-Amino-2-Deoksi-- DGlukosa (Alfian, 2003). Alfian, Zul, 2003, STUDY

PERBANDINGAN PENGGUNAAN KITOSAN SEBAGAI ADSORBEN DALAM ANALISIS LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DENGAN METODE PELARUTAN DAN PERENDAMAN, Jurnal Sins Kimia Volume : 7, Nomor : 1, Sumatera utara, Universitas Sumatera Utara.
Karakterisasi kitosan meliputi: uji kelarutan dengan asam asetat 2%. Uji kelarutan merupakan uji awal yang dilakukan untuk mengetahui terbentuknya kitosan (jika larut dalam asam asetat 2% disebut kitosan, sebaliknya jika tidak larut masih berupa kitin), penentuan derajat

deasetilasi (DD) metode baseline dengan spektrofotometer IR dan penentuan Berat Molekul Rata-rata (BM) kitosan menggunakan metode viskometri. Kitin mempunyai struktur yang sangat rapat dan kristalin, bersifat hidrofobik dan tidak larut dalam beberapa pelarut organik. Proses transformasi kitin ke kitosan (deasetilasi) dilakukan untuk meningkatkan reaktivitas kimia dari kitin Semakin besar derajat deasetilasi dari kitosan maka semakin besar kelarutannya dalam asam asetat encer (2%). Penentuan berat molekul rata-rata kitosan hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan viscometer Ostwald. Hasil penentuan berat molekul rata-rata kitosan dari kulit udang yaitu 322.242,72 Dalton (Wafiroh et al, 2010).

Wafiroh, Siti, Tokok Adiarto, Elok Triyustiah Agustin, 2010, PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EDIBLE FILM DARI KOMPOSIT KITOSAN-PATI GARUT (Maranta arundinaceaeL) DENGAN PEMLASTIS ASAM LAURAT, Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 13 No. 1 Juni 2010, Surabaya, Universitas Airlangga.

Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan massa molekul suatu polimer berdasarkan pengamatan viskositas larutan polimer yang bergantung pada konsentrasi dan ukuran molekul. Penentuan massa molekul (Mv) polimer dilakukan secara metode viskometri dengan menggunakan viskometer Ostwald (Handayani et al, 2010 ).
Handayani, Nurrahmi, Buchari, Deana Wahyuningrum, Muhamad Ali Zulfikar, 2010,

Sintesis dan

Karakterisasi Poli(eter-sulfon) dan Poli(eter-sulfon) ternitrasi sebagai Material Membran untuk Imobilisasi Lipase, Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), Bandung,
Institut Teknologi Bandung.

Khitosan adalah poli 2-Amino-2-Deoksi--D-Glukosa, merupakan turunan dari khitin, poli--Nasetil-D-glukosamin, yang merupakan suatu amino polisakarida alami paling berlimpah di alam, merupakan biopolimer yang terdapat pada bahan pendukung (kulit cangkang) binatang moluska, krustakhea, dan insekta. Khitosan didapatkan melalui proses deasetilasi dari khitin, dimana gugus asetil pada khitin, oleh hydrogen diubah menjadi gugus amin dengan penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi. Kitosan mempunyai kelarutan yang baik dalam asam asam organik encer, sedangkan kitin tidak larut dalam air dan kebanyakan pelarut organik, larut dalam heksafloroaseton, heksafloro isopropanol dan dimetilasetamid yang mengandung 5% LiCl. Terkait dengan kelarutan tersebut, kitosan menjadi lebih menarik dan mempunyai aplikasi yang lebih luas daripada kitin (Herwanto dan Eko, 2006).
Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006: 9 24

Adsorpsi Ion Logam Pb(II) Pada Membran Selulosa-Khitosan Terikat Silang*


Bimbing Herwanto dan Eko Santoso**
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia, , Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih 60111

Kelarutan kitosan dalam asam asetat berhubungan erat dengan derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan. Kelarutan kitosan dalam asam asetat menandakan bahwa semakin banyak gugus

asetil yang terpotong dan tergantikan dengan gugus amina pada proses deasetilasi. Kelarutan kitosan disebabkan oleh adanya H pada amina yang memudahkan interaksi dengan air melalui ikatan hidrogen. Adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan memudahkan kelarutan kitin dan kitosan karena adanya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari keduanya. Ketidaklarutan kitosan lebih disebabkan karena sedikitnya gugus amina yang dihasilkan pada proses deasetilasi sehingga adanya H pada amina tidak cukup mampu membentuk ikatan hydrogen Kitosan diproduksi melalui urutan proses yaitu ekstraksi kitin dilanjutkan deasetilasi. Kitosan dapat diaplikasikan pada bidang farmasi, pangan, dan industri lainnya berdasarkan nilai derajat deasetilasinya (Arifin, 2012).

Konversi, Volume 1 No.1, Oktober 2012 1

PEMANFAATAN TEKNOLOGI SONIKASI TAK LANGSUNG DALAM RANGKA PRODUKSI KITOSAN


Zainal Arifin* Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda

Anda mungkin juga menyukai