Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Struktur Beton Bertulang
2.1.1. Pengertian dan Definisi Beton Bertulang
Beton bertulang adalah gabungan antara beton dan tulang baja. Beton merupakan
campuran antara semen, pasir, kerikil dan air yang setelah mengeras membentuk massa
padat. Sedangkan beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan tertentu untuk mendapatkan penampang yang berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Gambar 2.1. Kolom beton bertulang
( Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design )
6
2.1.2. Tipe Tipe Kolom
Secara umum kolom beton bertulang ada 3 macam menurut bentuknya yaitu :
a. Kolom berbentuk bujursangkar atau persegi panjang dengan tulangan
memanjang dan pengikat lateral terpisah (sengkang).
b. Kolom berbentuk lingkaran dengan tulangan melingkar dengan pengikat lateral
terus ( spiral ).
c. Kolom dengan bentuk tak tentu dengan tulangan mengikuti bentuk tak tertentu
tersebut.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Kolom persegi dengan tulangan sengkang; (b) kolom lingkaran dengan
tulangan melingkar ( Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design )
7
2.1.3. Tujuan Perencanaan Struktur Beton
Struktur harus memenuhi 4 (empat) kriteria utama yaitu :
1. Ketetapan
Pengaturan Ruang, bentang, ketinggian plafon, akses dan arus lalu lintas
harus memenuhi kebutuhan pemakai. Struktur harus sesuai dengan
lingkungan dan Estetika.
2. Ekonomi
Biaya total struktur tidak boleh malampaui anggaran dari pemilik.
3. Persyaratan struktur.
Hal ini meliputi 2 (dua) aspek utama :
a. Struktur harus cukup kuat sehingga dapat menerima semua beban dengan
aman.
b. Struktur tidak boleh melendut, terangkat, bergetar atau retak sehingga
menggangu fungsi dari bangunan tersebut.
4. Desain struktur harus sedemikian sehingga memerlukan pemeliharaan
minimum dam pemeliharaan tersebut dapat dilaksanakan secara sederhana.
(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) Kolom persegi dengan tulangan sengkang; (b) Kolom lingkaran
dengan tulangan spiral
8
2.1.4. Proses Desain
Proses desain adalah proses pengambilan keputusan yang berurutan dan
berulang, 3 tahap utamanya adalah :
1. Penentuan kebutuhan dan prioritas pemilik
Semua bangunan atau struktur lain dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pemilik atau
pemakai seharusnya terlibat pada penentuam fungsi estetika, anggaran yang
diperlukan, dan penyelesaian bangunan yang cepat.
2. Pengembangan Konsep Proyek
Berdasarkan kebutuhan dan prioritas pemilik dapat dikembangkan berbagai
kemungkinan anggaran. Rencana anggaran awal dapat menjadi pilihan terakhir
untuk memenuhi prioritas kebutuhan pemilik sesuai dengan anggaran yang tersedia.
Selama tahap ini dapat dipilih konsep seluruh struktur. Ukuran elemen struktur dapat
diestimasi dari hasil analisis besaran momen , gaya geser dan gaya aksial. Tahap
desain struktur ini adalah untuk memenuhi kriteria desain yang berhubungan dengan
ketepatan, ekonomi, dan pemeliharaan.
3. Perencanaan masing masing sistim
Setelah dipilih konsep struktur secara umum maka dapat direncanakan sistim,
struktur yang meliputi 3 (tiga) langkah utama, yaitu :
a. Analisis struktur untuk menghitung atau menentukan harga momen dan gaya
aksial dalam struktur.
b. Merancang ukuran tiap elemen sehingga dapat menahan gaya gaya tersebut.
c. Menyiapkan gambar kerja dan spesifikasi.
9
2.1.5 Diagram interaksi dari beban aksial momen lentur
2.1.6 Asumsi Perencanaan Kolom
Asumsi asumsi yang dipakai dalam perencanaan kolom adalah sebagai
berikut :
1. Regangan tekan beton maksimum = 0,003.
2. Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral.
3. Tegangan tarik dari beton diabaikan dan tidak ikut diperhitungkan.
4. Tegangan pada baja tulangan f
s
= .E
s
f
y.
P
n
(maks)
M
b
0 M
n
Tension Controls
Region
M(kNm)
P(kN)
P
0
Compresion
Controls
Region
P
b
Gambar 2.4 Diagram interaksi dari beban aksial dan momen lentur
10
2.1.7 Perhitungan Gaya Gaya Aksial dan Momen Lentur
Jika Kolom dibebani secara bertahap dari mulai nilai beban yang ringan sampai
beban batas aman, maka kolom mengalami keadaan lentur. Proses peningkatan beban
berakibat terjadinya kondisi tegangan dan regangan yang berbeda pada tahapan
pembebanan pola yang berbeda ini dinyatakan dalam sifat elastis dan plastis. Rasio /
perbandingan antara momen lentur M
n
terhadap beban aksial dinyatakan sebagai
eksentrisitas e, di mana :
n
n
P
M
e =
Terdapat tiga kondisi utama yang membedakan pola tegangan dan regangan yaitu
kondisi seimbang, kondisi beton retak dan kondisi tulangan leleh. Kondisi seimbang
adalah kondisi di mana beton dan tulangan bekerja di bawah batas aman, kondisi beton
retak adalah kondisi di mana beton retak karena nilai regangan pada serat beton sama
dengan atau melebihi regangan hancur beton yaitu 0,003. Kondisi tulangan leleh adalah
kondisi tulangan leleh karena regangan tulangan lebih kecil regangan batas tulangan
baja, bergantung pada luas tulangan baja.
Gambar 2.5 Penampang kolom dengan tulangan atas dan bawah
11
Dengan adanya momen, kolom akan melentur sehingga timbul tegangan tekan
dan tarik pada tepi tepi serat luar dalam arah momen kerjanya. Bergantung pada
besaran relative dari beban aksial dan momen lenturnya, maka kolom akan mengalami
keruntuhan dalam berbagai pola yaitu :
1. Keruntuhan Tarik ( Tension Failure )
Keruntuhan terjadi diawali dengan lelehnya tulangan pada sisi serat tarik.
2. Keruntuhan Tekan ( Compresion failure )
Keruntuhan tekan terjadi diawali dengan lelehnya beton pada sisi serat tekan.
3. Keruntuhan Seimbang ( Balance failure )
Keadaan di mana keruntuhan tekan dan tarik terjadi secara
simultan/bersamaan.
C
b
' = 0.003
Titik
seimbang
(a)
' = 0.003
C
b
C
b
' = 0.003
Titik
seimbang
Titik
seimbang
(b) (c)
Gambar 2.6 Diagram tegangan regangan (a) kondisi seimbang; (b) kondisi beton
retak; (c) kondisi tulangan leleh
12
Beban aksial nominal dinyatakan dengan P
n
dan beban aksial nominal dalam
keadaan seimbang dinyatakan dengan P
b
, maka 3 macam pola keruntuhan tersebut di
atas dapat ditulis sebagai berikut :
1. P
n
< P
b
----> Keruntuhan Tarik.
2. P
n
= P
b
----> Keruntuhan Seimbang
3. P
n
> P
b
----> Keruntuhan Tekan.
Jika suatu gaya normal bekerja pada suatu kolom pendek yang mempunyai
tulangan atas dan bawah, maka dapat dilihat berbagai kasus sehubungan dengan lokasi
gaya normal terhadap titik berat plastisnya :
1. Gaya Tekan Aksial (
0
P ) :
Adalah kasus di mana secara teoritis dianggap bekerja suatu gaya aksial yg besar
atau bertitik tangkap pada titik berat plastisnya, tidak ada momen lentur dan
(a)
(b)
Gambar 2.7 (a) kolom karena keruntuhan tekan; (b) kolom karena keruntuhan tarik
(sumber : pelajaran dari gempa dan tsunami )
13
eksentrisitas bekerja, e = o, M = 0. Dengan besar reduksi kekuatan untuk
0
P =
0,8.
Untuk mencari P
0
digunakan rumus :
( )
st . 0
A . . ' . 85 , 0
y st g c
f A A f P + =
0
P = Kuat beban aksial nominal ( N )'
g
A
= Luas Bruto Penampang kolom ( mm
2
)
'
c
f = Kuat Tekan Beton yang disyaratkan ( mpa )
st
A = Luas Total tulangan longitudinal ( mm
2
)
y
f
= Tegangan leleh tulangan yang disyaratkan ( mpa )
2. Gaya Aksial Nominal Maksimum yang Diizinkan Pn ( max ) :
Adalah kasus di mana gaya normal yang bekerja pada penampang mengandung
eksentrisitas minimum sesuai dengan Standar Tatacara yang berlaku yaitu
0,7.
0
P .
3. Kondisi Keadaan Seimbang ( P
b
, M
b
)
Pada kasus ini keadaan seimbang dicapai di mana regangan tekan beton
mencapai 0,003 dan regangan tarik tulangan mencapai
s
y
y
E
f
e = secara
bersamaan, dengan demikian keruntuhan beton terjadi bersamaan pada saat
tulangan mengalami pelelehan. Dengan reduksi kekuatan 0,7 untuk P
b
dan M
b.
Untuk mencarinya digunakan rumus :
- Kuat beban aksial
14
y s s s b c b
f A f A b a f P . ' . ' . . ' . 85 , 0 + =
'
s
f =
s
'.Es
b
a =
1.
C
b
1
= 0,85 0,008 ( '
c
f 30 )
y
b
f
d
C
+
=
600
. 600
( )
003 , 0 .
c
' c
'
b
b
s
d
=
b
P = Kuat beban aksial kondisi seimbang ( N )
b
a
= Tinggi balok tegangan tekan ( mm )
d = Jarak tulangan terluar ke serat tepi beton ( mm )
'
s
f
= Tegangan leleh tulangan yg terjadi ( mpa )
E
s
= modulus elastisitas besi (200.000 mpa)
d' = selimut ( mm )
b = lebar penampang ( m )
'
s
A = luas tulangan desak ( mm
2
)
s
A = luas tulangan tarik ( mm
2
)
- Momen Lentur
( ) ( ) y d f A d y f A
a
y a f M
y s s s
b
b c b
+
= . . ' . '
2
. . ' . 85 , 0
y
2
h
=
15
b
M = Momen Lentur pada saat seimbang ( Nm )
y = titik berat penampang ( mm )
h = panjang penampang ( mm )
4. Kondisi Lentur Murni
Adalah kasus di mana secara teoritis gaya normal yang bekerja P = 0 disertai
dengan momen lentur M
n.
Dengan reduksi kekuatan untuk M
n
adalah 0,7.
Untuk mencarinya digunakan rumus :
=
2
. .
a
d f A M
y s n
Karena gaya aksial yang bekerja sama dengan 0 maka untuk mencari a
digunakan rumus :
'.b . 85 , 0
.
c
y s
f
f A
a =
n
M = Momen Lentur Murni ( Nm )
Untuk penampang bujursangkar dan persegi panjang yang mempunyai tulangan
di empat sisinya seperti gambar 2.8
Gambar 2.8 (a) kolom dengan tulangan di semua sisi; (b) diagram tegangan - regangan
C
b
e
sc1
e
sc2
e
st3
e
st4
(a)
(b)
16
Menggunakan rumus :
( )
st . 0
A . . ' . 85 , 0
y st g c
f A A f P + =
= =
+ =
n
n
stn sn
n
n
scn sn b c b
f A f A b a f P
1 1
. ' . ' . . ' . 85 , 0
( ) ( ) y d f A d y f A
a
y a f M
st
n
n
stn sn sc
n
n
scn sn
b
b c b
+ +
=
= = 1 1
. ' . '
2
. . ' . 85 , 0
( ) ( ) y d f A d y f A
a
d f A M
st
n
n
stn sn sc
n
n
scn sn y s n
+ +
=
= = 1 1
. ' . '
2
. .
Untuk lingkaran diasumsikan perhitungan menggunakan perhitungan persegi
panjang dengan tulangan hanya di dua sisi yaitu atas dan bawah dengan asumsi :
- panjang persegi panjang = 0,8 x diameter lingkaran
- lebar persegi panjang = luas lingkaran / panjang persegi panjang
- d' =
2
)) selimut - lingkaran (diameter - panjang persegi (lebar
contoh :
lingkaran dengan diameter 20 cm dengan selimut 4 cm maka diasumsikan
Panjang persegi panjang = 0,8 x 20 cm
= 16 cm
Lebar persegi panjang =
( )
16
20 .
4
14 , 3
2
= 19,63 cm
d' =
( )
cm 63 , 3
2
4 20 63 , 19
=
17
Contoh Soal :
Diketahui suatu kolom bujursangkar 400 mm x 400 mm dengan 4 batangan tulangan
diameter 32 mm. Mutu beton '
c
f = 30 MPa dan baja
y
f
= 400 Mpa dibebani dengan
gaya tekan rencana Pu = 1500 Kn dan momen rencana Mu = 180 kN. Apakah kolom
tersebut mampu untuk menahan gaya dan momen rencana tersebut ?
Jawab :
d = 400 50 10 32/2 = 324 mm
A
s
= A
s
' = 0,01 x 400 x 324 = 1296 mm
2
A
s
= A
s
' = 2D - 32 = 1608 mm
2
b = 400 mm ; h = 400 mm; d' = 76 mm
*Titik P-M pada beban sentris
( )
st . 0
A . . ' . 85 , 0
y st g c
f A A f P + =
= (0,85 x 30 x ((160000-3216) + (3216 x 400)
= 5284392N= 5284 kN
P
0
maks = 0,8 x P
0
= 4227 kN
Batas maksimum yang diizinkan (P
a
) adalah 0,7 dari P
0
maks
P
a
= 0,7 .4227 = 2959 kN
*Titik P-M pada beban seimbang
y s s s b c b
f A f A b a f P . ' . ' . . ' . 85 , 0 + =
= 1629,859N dan dengan 0,7 maka
0,7 = 1141kN.
18
( ) ( ) y d f A d y f A
a
y a f M
y s s S
b
b c b
+
= . . ' . '
2
. . ' . 85 , 0
= 350,46 kNm dan dengan 0,7 maka
0,7 = 245 kNm.
*Titik P-M pada keadaan lentur murni
P
n
= 0
( )
2
. .
a
d f A M
y s n
=
= 1608 x 400 ( 324 (63,059/2))
= 188,12 kNm, dan dengan 0,7 untuk lentur murni,maka
M
un
= 132 kNm
* Titik P-M pada C = 295 mm > C
b
: keruntuhan tekan
s
'= 00222 , 0
295
76 295
. 003 , 0 =
f
s
' =
s
'. E
s
= 0,00222 x 200000 > 400 Mpa
f
s
' = f
y
= 400 Mpa
s
= 0029492 , 0
295
295 324
. 003 , 0 =
f
s
=
s
. E
s
= 0,00294 92 x 200000 = 58,983 Mpa
a
b
= 0,85 x 295 = 250,75 mm
y s s s b c b
f A f A b a f P . ' . ' . . ' . 85 , 0 + =
= 3106 kN dengan 0,7 , maka
P
b
= 2174 kN
( ) ( ) y d f A d y f A
a
y a f M
y s s S
b
b c b
+
= . . ' . '
2
. . ' . 85 , 0
19
= 282,38 kNm dengan 0,7 , maka
= 198 kNm
* Titik P-M pada C = 108 mm < C
b
: keruntuhan tarik
s
'=
4
10 8889 , 8
108
76 108
. 003 , 0
=
x
f
s
' =
s
'. E
s
=
4
10 8889 , 8
x x 200000 = 177,7778 Mpa
s
= 006 , 0
108
108 324
. 003 , 0 =
f
s
=
s
. E
s
= 0,006 x 200000 = 1200 Mpa > 400 Mpa
f
s
= f
y
= 400 Mpa
a
b
= 0,85 x 108 = 91,80 mm
y s s s b c b
f A f A b a f P . ' . ' . . ' . 85 , 0 + =
= 579 kN dengan 0,7 , maka
P
b
= 405 kN
( ) ( ) y d f A d y f A
a
y a f M
y s s S
b
b c b
+
= . . ' . '
2
. . ' . 85 , 0
= 259,50 kNm dengan 0,7 , maka
= 182 kNm
20
Grafiknya :
Gaya tekan rencana dan momen rencana masih masuk didalam grafik, jadi kolom
tersebut masih dapat menahan gaya dan momen tersebut.
2.2 Fungsi Parabola
2.2.1. Definisi Parabola
Parabola adalah himpunan titik titik P yang berjarak sama dari garis arah l tetap
(garis arah) dan fokus F yaitu, yang memenuhi hubungan
|PF| = |PL|
oleh karena parabola itu simetrik terhadap sumbunya, kita dapat menempatkan satu dari
sumbu koordinat misal sumbu x pada sumbu simetri kurva tersebut. Kita ambil fokus F
di sebelah kanan titik asal, misalnya di ( p , 0 ). Garis arah kita ambil di sebelah kirinya
dengan persamaan x = -p. Dengan demikian, puncak parabola ada di titik asal sistem
koordinat.
4227
132 245
1141
180
1500
M
(kNm)
P(Kn)
0
182
405
198
2174
2959
Gambar 2.9 Diagram Interaksi beban aksial dan momen lentur
21
dari syarat |PF|=|PL| dan rumus jarak, kita peroleh
2 2 2 2
) ( ) ( ) 0 ( ) ( y y p x y p x + + = +
setelah ruas kiri dan kanan dikuadratkan dan kemudian disederhanakan, kita peroleh
y
2
= 4px
2.2.2. Bentuk Umum Persamaan Parabola
Bentuk umum persamaan parabola adalah fungsi kuadrat yang ditulis dengan :
c bx ax y + + =
2
dengan a 0.
2.2.3. Sifat sifat Parabola
Parabola dengan persamaan c bx ax y + + =
2
; a 0 mempunyai sifat :
(i). Parabola terbuka keatas jika a>0 dan terbuka kebawah jika a < 0.
(ii). Parabola memotong sumbu y pada x = 0. Titik potong dengan sumbu y adalah
( ) c , 0 .
P(x,y)
F(p,0)
x = - p
L = (-p,y)
Gambar 2.10 Parabola
22
(iii). Jika D > 0 maka parabola memotong sumbu x di dua titik
Jika D = 0 maka parabola menyinggung sumbu x.
Jika D < 0 maka parabola tidak memotong dan tidak menyingung sumbu x.
Dengan D adalah diskriminan dan D = b
2
4ac.
Titik potong dan titik singgung dengan sumbu x diperoleh pada y = 0.
(iv). Parabola mempunyai sumbu simetri dengan persamaan
a
b
x
2
=
(v). Parabola mempunyai titik ekstrim yaitu
a
D
a
b
4
,
2
untuk a > 0 maka titik ekstrim adalah titik minimum dan untuk a < 0 maka titik ekstrim
adalah titik maksimum.
2.2.4. Menentukan Persamaan Parabola
Persamaan parabola dapat ditentukan jika diketahui tiga titik sembarang yang
dilalui parabola, atau titik potong dengan sumbu X dan satu titik sembarang yang dilalui
parabola.
(i). Jika diketahui tiga titik yang dilalui, maka persamaan parabola dapat dinyatakan
dengan c bx ax y + + =
2
.
(ii). Jika diketahui titik titik potong dengan sumbu X, misalnya( ) 0 ,
1
x dan ( ) 0 ,
2
x dan
satu titik yang dilalui maka persamaan parabola dapat dinyatakan
dengan ( )( )
2 1
x x x x a y = .
(iii). Jika diketahui titik ekstrim parabola misalnya ( )
e e
y x , dan satu titik yang dilalui
maka persamaan parabola dapat dinyatakan dengan ( )
2
e e
x x a y y =