Anda di halaman 1dari 12

TERWUJUDNYA PERADILAN YANG INDEPENDEN DENGAN HAKIM PROFESIONAL YANG TIDAK MEMIHAK

Sebuah risalah ringkas, dimaksudkan untruk rujukan ceramah dan diskusi tentang Kriteria dan Pengertian Hakim Dalam Perspektif Filosofis, Sosiologis dan Yuridis ang diselenggarakan dalam rangka Seminar !asional bertema Problem Penga"asan Penegakan Hukum di #ndonesia diselenggarakan oleh Komisi Yudisial dan P$!%&'P$H!% di (akarta ) September *++, Soetandyo Wignjo oe!"oto Kepastian hukum && sebagaimana keadilan dan kemanfaatan hukum && adalah sesungguhn a sebuah doktrin- Doktrin kepastian hukum mengajarkan kepada setiap pelaksana dan penegak hukum untuk .demi terkendalikann a kepatuhan "arga agar ikut menjaga ketertiban dalam setiap aspek kehidupan/ menda agunakan hukum ang sama untuk kasus ang sama- #nilah doktrin kaum positi0is, ang dikenali pula sebagai doktrin the supreme state of (national) law ang mengajarkan dan me akini adan a status hukum ang mengatasi kekuaasaan dan otoritas lain, semisal otoritas politik- #nilah doktrin ang berkonsekuensi pada ajaran lebioh lanjut agar setiap ahli hukum, khususn a ang tengah bertugas sebagai hakim, tidak menggunakan rujukan&rujukan normatif lain selain ang terbilang norma hukum guna menghukumi sesuatu perkaraDo#t"in$Aja"an H%#%& K'a i# Ka%& Legi (Po iti)i Yang Se'a&a Ini Pada Da a"nya Ma i* Dian%t K%at(K%at Da'a& P"a#ti# Pe"adi'an di Indone ia Demikianlah menurut ajaran ini, bah"a demi kepastian dan jaminan akan kepatuhan, han a norma hukum ang telah diundangkan 1 ang disebut hukum nasional ang positif && itu sajalah ang boleh digunakan secara murni dan konsekuen untuk menghukumi sesuatu perkara2idaklah norma hukum ini boleh dicampuri berbagai pertimbangan ang merujuk ke sumber& sumber normatif lain, seperti misaln a norma moral, rasa keadilan, ideologi politik, ke akinan pribadi, atau apapun lainn a- Di akini orang, bah"a dengan dipatuhin a doktrin seperti itu secara murni dan konsekuen maka hukum .sebagai suatu institusi/ akan amat berda a untuk mengefektifkan berlakun a kaidah&kaidahn a guna menata kehidupan dan menegakkan tertib di dalamn a2ak pelak lagi, doktrin kepatuhan hukum ang memberikan arahan kepada para pelaksana hukum seperti terpapar di muka itu berkaitan erat dengan doktrin lain ang lebih bersifat falsafati, ialah doktrin positi0isme ang pada asasn a juga mengajarkan pemahaman hukum sebagai hukum murni- Doktrin positi0isme ini juga mengajarkan bah"a hukum itu harus memiliki sosok ang tidak berada di ranah ang meta uridis melainkan di ranah ang menampak dan terbaca tegas dan jelas dengan sifatn a ang objektif- 3leh sebab itu, setiap

norma ang terbilang hukum harus dirumuskan .karena itu juga mesti tertulis4/ secara eksplisit, cermat dan tepat, oleh pejabat dan5atau institusi ang berke"enangan untuk itu- 6aka, dari doktrin positi0isme inilah asal muasal pendapat bah"a setiap hukum .ius/ itu harus di"ujudkan dalam bentuk undang&undang .lege, lex/- Dari sinilah a"al mulan a mengapa doktrin positi0isme ini 1 ang oleh Hans Kelsen diperkenalkan sebagai 7ajaran hukum ang murni8 1 lalu dinamakan doktrin legismeDoktrin positi0isme ini pulalah ang mengajarkan agar setiap urusan hukum ditangani oleh ahlin a, dan dengan demikian hukum itu bukanlah lagi urusan orang a"am ang tak pernah belajar menangani permasalahan hokum- 9hli hukum ang terlatih dalam profesionalisme hukum itulah ang berke"enangan menda agunakan hukum dengan cara menjaga kemurnian hukum .dalam artin a sebagai undang&undang ang berkedudukan tertinggi/ agar hak dan ke"ajiban sebagaimana ditentukan di dalam aturan&aturan hukum5undang&undang itu dapat diketahui dengan pasti dan segala konsekuensin apun dapat diprediksikan pula dengan pastiPengacauan hukum dengan norma&norma lain ang bukan hukum dikha"atirkan han a akan mengganggu kepastian itu- Han a hukum ang telah dipositifkan tegas&tegas sebagai ius constitutum && alias hukum ang telah selesai dibentuk dan pun a bentuk ang positif && itu sajalah ang secara sah boleh menetapkan fakta perbuatan atau peristi"a hukum apa ang boleh din atakan akan mempun ai akibat hukum macam apa, dalam suatu hubungan sebab&akibat ang pastiFalsafah hukum beraliran positi0isme ang diimplementasi ke dalam ajaran hukum murni, berikut doktrin kepastian hukum ang amat dis aratkan dalam praktek itu, memba"a konsekuensi lebih lanjut dalam soal mengkonsepkan hukum dan fungsi hukum dalam mas arakat, nota bene mas arakat ang penuh konflik namun mendambakan ketertiban itu9rahan falsafati dan ajaran hukum murni dengan doktrin kepastian hukumn a itu . ang secara ringkas acap pula disebut paham legisme/ memodelkan hukum sebagai institusi sentral ang netral- Hukum adalah hasil kesepakatan "arga mas arakat, entah kesepakatan di ranah pri0at ang langsung antar&person .disebut :kontrak:/, entah pula kesepakatan di ranah publik antar& kelompok/, maka isi hukum tidaklah akan berat sebelah dan tidak sekali&kali akan mengesankan akan memihak kepentingan sepihak- Dalam pelaksanaann apun tidaklah isi hukum itu boleh ditafsirkan oleh seseorang ang memihak untuk menguntungkan satu pihak atas kerugian pihak ang lainPe"an Ha#i& Men%"%t Do#t"in Ka%& Legi (Po iti)i 2idak cuma di dalam soal mengartikan isi hukum, melainkan juga dalam perilakun a ang direpresentasikan dan dipersonifikasikan dalam sosok seseorang manusia terpilih ang disebut 7kadi8 && atau ang di #ndonesia lebih dikenal dengan sebutan :hakim: . ang arti harafiahn a sesungguhn a adalah 7ahli hukum8, ang oleh Snouck&Hurgronje dipakai untuk mengindonesiakan 7meester in de rechten/ && hukum itu mestilah tak memihak atau boleh berat sebelah- Hakim bukanlah pihak ang ikut bersepakat atau terlibat dalam kesepakatan .tatkala kontrak atau undang&undang dibuat/, serta pula tak ikut berperkara atau terlibat dalam perkara .tatkala perkara tengah ditangani pengadilan/- Hakim bukanlah pelaku dan pemihak dalam ih"al pembuatan hukum- Hakim adalah seseorang ang ahli dalam soal tatacara menemukan hukum, mengartikan maknan a dan kemudian men impulkann a untuk menghukumi perkara& perkara tertentu ;tanpa pandang bulu;-

6aka pula, hakim dengan keahliann a ang profesional tak akan menengok ke kanan atau ke kiri guna memilih pihak- 6enurut filsafat, ajaran atau doktrin legalisme ini hukum itu mesti lurus dan benar .recht moet recht zijn kata orang $elanda/, sedangkan sang hakim .de rechter dalam $ahasa $elanda/ karena itu juga mesti selalu berjalan lurus, lempang ke depan menuruti imperati0a substantif isi hukum, tanpa boleh ada niat culas untuk berpikiran bengkok untuk berkelok ke kepentingan ang di kanan atau ke kepentingan ang di kiri- 6aka hakim itu mestilah selalu siap untuk ;cuma; berperan sebagai && demikian kata 6ontes<uieu && la bouche qui prononce les paroles des lois .sebatas mulut ang membun ikan kata&kata undang&undang/ semata- Hakim bukanlah pembuat hukum berdasarkan kehendakn a ang subjektif, melainkan han a pekerja ang mencoba menemukan hukum ang ada, untuk men elesaikan perkara ang diajukan kepadan a- Prosedur kerja dan metode berpikirn a tak lain ialah penda agunaan silogisma deduksi, dan bukan emosi pemihakan, sine ira .tanpa kegalauan atau kegusaran/ untuk menerima pembuktian tentang 7apa duduk perkaran a8 .premis minor/, menemukan 7apa dasar hukumn a8 .premis ma or/, dan menarik simpulan .conclusio/ dari dua premis tersebut sebagai 7amar putusann a8Doktrin kepastian hukum sebagai anak ajaran legisme ang dibela oleh para pengikut madhab hukum murni ini && ang mengagungkan rasionalisme dalam kajian hukum dan praktik peradilan && adalah sesungguhn a ajaran ang berkembang dan didukung para penganut pada suatu era tatkala proses demokratisasi tengah berlangsung, dengan cita&cita bah"a kekuasaan negara harus bisa dibatasi dan dikontrol oleh hukum- !egara haruslah dikonstruksi sebagai :negara hukum: dan bukan :negara kekuasaan:- #nfrastruktur negara hukum tak pelak lagi adalah mas arakat "arga .civil society/, dan bukan mas arakat ang mengenal dikotomi ka"ula&=ustiDi tengah&tengah kehidupan mas arakat "arga ang demikian itu, tidaklah sekelompok orang elit akan mungkin dide"a&de"akan dan diistime"akan mengatasi ang lain, sedangkan ang lain dalam jumlah massal bolehlah diperkuda serta dipinggir&pinggirkan- Di tengah kehidupan mas arakat "arga, setiap manusia ang "arga itu harus diakui berkedudukan sama di hadapan hukum dan hakimKe %'itan Da'a& U+aya Me"ea'i a i Ide Do#t"in Legi &e di Indone ia 2etapi apa sesungguhn a ang terjadi dalam ken ataan> 9dakah dalam ken ataan di negeri&negeri berkembang ang baru saja lepas dari suasana kolonialisme dan feodalisme, sebagaimana dicontohkan dalam pengalaman #ndonesia, equality before the law itukah ang merupakan ken ataan sehari&hari> Dalam ken ataan, apa ang dicita&citakan bah"a setiap "arga negara berkedudukan sama di hadapan hukum dan kekuasaan itu tidak selaman a dapat direalisasi- 9pa ang telah diperikan di dalam cita&cita dan konsep normatif tidak selalu merupakan diskripsi apa ang dapat ditemui dalam pengalaman ang n ata&n ata di lapanganDalam ken ataan, manusia itu tidak selalu berkemampuan sama untuk memperoleh kedudukan ang sama- 6aka, sekalipun menurut konsep hukumn a setiap manusia "arga mas arakat dan "arga negara itu dianggap berkedudukan sama, namun dalam realitas kehidupan ang sudah bersifat serba kontraktual ini kesepakatan&kesepakatan ang terjadi antar&pihak tidaklah selalu dan selaman a mencerminkan perlindungan kepentingan ang berimbang6aka, di sini kerja hukum dan hakim, ang menurut doktrinn a dis aratkan dan diis aratkan netral dan tak boleh memihak itu, dalam ken ataann a sering berefek membiarkan .bertolak dari dalih ;harus netral;/ terjadin a berbagai kesenjangan ang memperlihatkan betapa ang satu memperoleh lebih, sedangkan ang lain && ang umumn a jumlahn a justru massal &&

memperoleh kurang- Pembagian hak dan ke"ajiban aantara buruh dan majikan, misaln a, acapkali tak memperlihatkan keseimbangan sebagaimana diharapkan- 2engok saja misaln a apa ang pernah terjadi di negeri ini selama ini, tatkala undang&undang perburuhan dibuat oleh anggota&anggota DP? ang amat didominasi oleh suara&suara konglomerat, dan5atau oleh para pejabat eksekutif ataupun legislati0e ang membuka diri pada lobi&lobi para in0estor, namun acapkali menutup diri darui tuntutan&tuntutan para buruh miskin . ang harus hidup sebatas standar %6?/@alhasil terjejas situasi seperti itu, dengan kontrol hukum ang didoktrinkan netral seperti itu, mas arakat ang ada akan gagal berkembang menjadi mas arakat "arga6as arakat tetap saja merupakan mas arakat ang berstratum&stratum, atau menjadi terstratum& stratum kembali- Di situ ang terlihat sebagai ken ataan han alah sejumlah "arga elit ang selalu memperoleh peluang mendahulu untuk kian memapankan diri, sedangkan sejumlah "arga ang lain kian terdiskriminasi oleh keadaan- Hukum dalam konsepn a sebagai hasil kesepakatan "arga && ang antar&"arga indi0idual .ialah kontrak/ ataupun lebih&lebih lagi ang antar&"arga sekelompok kepentingan dalam kehidupan nasional .ialah undang&undang/ ang lebih berkonsekeuensi jauh && tidak selaman a dapat memberikan perlindungan kepentingan secara berimbang- 6ereka ang berkedudukan lemah && secara ekonomik, politik, sosial ataupun buda a && akan selalu tertodong ke"ajiban hukum daripada terbela oleh hak&hakSementara itu mereka ang berada pada posisi diuntungkan selalu saja terkesan gampang memperoleh hak dan sumberda a institusional guna menegakkan hak&hakn aLegi &e, Ha#i& Pengan%t A'i"an Legi &e, dan Te"jadi Se"ta Te"te"% #annya Ke enjangan Ha# Anta"a Yang Ma+an dan Yang Ra-an Dapat dimengerti mengapa dalam keadaan seperti itu legisme dengan doktrin kepastian hukumn a akan lebih melindungi dan kian memapankan mereka ang memiliki kelebihan dana, informasi dan akses politik daripada mereka ang tak berkeadaan demikian- Dapat dimengerti pula mengapa kehendak untuk ;berhukum&hukum; dengan pilihan kuat untuk men elesaikan segala perkara konflik ke pengadilan, dan5atau dengan cara memperca akan kepada para pejabat administratif ang ber"enang membuat keputusan .atas dasar hukum in abstracto dan5atau diskresi&diskresi/, selalu saja lebih ban ak berasal dari mereka ang mapan dan ka a akses ituDengan struktur ang ban ak memberikan akses kepadan a, kelompok mapan ini tentu saja berpamrih untuk terlestarikann a status quo, dan hukum ang didoktrinkan netral dan berkepastian dapatlah dida agunakan untuk maksud itu6aka, dalam mas arakat ang penuh kesenjangan, hukum dengan doktrin kepastian hukum han a akan memastikan hak&hak mereka ang && dalam kehidupan ang belum sempurna ini && telah berhasil mapan dalam status sosial ang tinggi serta memiliki dana keka aan, informasi dan akses politik ang amat terka"al- 9kses politik kaum mapan ini pada gilirann a juga akan dapat kian dida agunakan untuk menambahkan hak&hak bagi dirin a dan untuk membebankan ke"ajiban&ke"ajiban kepada mereka ang dikucilkan di luar sistem- Salah& salah, asas rule of law dalam praktik tanpa dapat dielakkan lagi lalu menjadi tersimak sebagai the ruling by the ruler by (ab)using the lawDalam ken ataan seperti itu legalisme tak lagi tampil sebagai ide dan ideologi re0olusioner ang secara progresif akan mengilhami setiap upa a perubahan ke arah kehidupan ang lebih egalitarian- 9lih&alih begitu, legalisme serta merta akan bersosok konser0atif dengan kebijakan&kebijakann a ang kolot untuk mempertahankan kemapanan struktur demi

kelanggengan kepentingan para penguasa ang berhasil mengendalikan struktur demi kepentingann a sendiri ang relatif eksklusif dan penuh priveleges- Dalam ken ataan seperti itu hukum dan hakim akan kehilangan otonomin a- Hukum dan hakim akan terkooptasi ke dalam struktur kepentingan ang telah mapan dan berkedudukan kuat dalam ranah politik, dan secara cepat atau lambat akan mendapatkan dirin a berada dalam fungsin a ang justru represifPermasalahan tarik&ulur dalam pengangkatan Ketua 6ahkamah 9gung berikut penga"asan atas tindakan&tindakann a selama ini, misaln a, dapatlah dijelaskan dari ken ataan ang secara politik amat pragmatik ini .nota bene tidak dari perspektif doktrin akan kenetralan hukum/Ken ataan ini mencerminkan betapa besar kepentingan politik kelas mapan untuk secara berterusan hendak mempertahankan kemapanan status politik dan ekonomin a Pe"'%nya Men.a"i dan Mene&%#an Pa"adig&a /a"% $oleh disimpulkan bah"a legisme ang positi0istik, dengan ajaran hukum murni ang hendak menetralkan fungsi hukum, tern ata sangat disfungsional untuk diterapkan di negeri& negeri berkembang ang tengah membangun- Dalam perkembangan mereaksi ken ataan seperti itu tergugahlah ide&ide alternatif ang men arankan agar bukan doktrin positi0isme kaum liberal ortodoA penganut laissez-faire liberalism tentang kepastian hukum ang mestin a difungsikan di sini- 9kan gantin a, pernah diutarakan untuk mempertimbangkan doktrin utilitarianisme tentang kemanfaatan hukum untuk men elesaikan .bukan sekedar memutusi/ perkara- $ukan logika hukum para uris elit ang beroptik formalisme untuk mendahulukan berlakun a hukum perundang&undangan saja ang terutama harus berbicara di sini, akan tetapi terutama juga kearifan para pembuat hukum, baik ang duduk di badan&badan legislatif .sebagai pembuat undang&undang alias hukum in abstracto/ maupun ang duduk di kursi&kursi sidang pengadilan .sebagai hakim, pembuat hukum in concreto- $ukan positi0isme dan legisme ang diperlukan di sini, melainkan temuan paradigma baru, khususn a untuk kinerja kehakiman, seperti misaln a apa ang di 9merika, dirintis oleh ?oscoe Pound, disebut sociological jurisprudence, sampaipun apa ang kemudian dikategorikan oleh Phillippe !onet dan Philip SelBnick sebagai 7hukum responsif8 . ang amat diharapkan akan segera dapat dihadirkan, baik dalam proses& proses legislatif maupun dalam proses&proses udisial/6aka di sini bukan kehadiran good law ang sebenarn a pertama&tama diharapkan, melainkan kehadiran good man (tentu saja juga good woman/, khususn a di badan&badan pengadilan- #nilah manusia arif dan bijaksana ang tahu bagaimana menda akan hukum guna merespons kebutuhan mas arakat "arga, khususn a mereka ang masih terpuruk di dalam derita kesenjangan ang sungguh diskriminatif- Di tangan dan ditangani good (wo)man && baik ang duduk di kursi&kursi badan legislatif maupun di kursi&kursi badan pengadilan && itu maka hukum itu, in abstracto maupun in concreto, akan n ata terbilang ke dalam bilangan :hukum ang responsif: dengan fungsin a sebagai pelindung kebebasan dan hak&hak asasi manusia "arganegara, ang tak cuma hendak berkutat pada tafsir formal melainkan juga mengajuk ke kebenaran ang lebih bersifat materiil, ialah justice for all- Hukum responsif 1 baik dalam eksistensin a in abstracto .aturan&aturan umum/ maupun dalam eksistensin a in concreto 1 adalah antitesis :hukum ang represif:- Hukum represif adalah hukum ang fungsi utaman a adalah melegitimasi secara berterusan kekuasaan para pejabat negara ang disenarai secara enumeratif, ang tertafsir sebagai kekuasaan ang tak dibataskan secara jelas secara konstitusional-

Persoalann a sekarangC bagaimana membibit good (wo)man ang tak han a cerdas dan berintelektual tinggi akan tetapi juga berkeberanian moral ang terpuji- 'e"at proses pendidikan> $ukankah pendidikan itu adalah suatu front dalam suatu battle of the mind, ang && sekalipun hasil ketentuann a harus ditunggu dalam rentang "aktu ang agak panjang 1 bagimanapun juga merupakan suatu bagian dari suatu reformasi atau re0olusi ang paling berbuda a, dan ang oleh sebab itu pula && karena ;han a; berpeluru informasi pembangun sikap dan komitmen && juga paling tidak berdarah- ?ealistiskah proses jangka panjang ini untuk menghadapi masalah tiadan a tertib hukum ang sudah terlanjur demikian akut di negeri ini?ealistiskah harapan ini, sedang tak kurang dari pengakuan Dr 6uladi, salah seorang calon Ketua 6ahkamah 9gung pada "aktu ang lalu . ang nota bene beliau itu telah bertahun&tahun bergelut sebagai profesor di bidang pendidikan hukum4/ ang pernah mengatakan sebagai suatu excuse mengenai kekurangan dirin a, bah"a han a malaikat saja ang di negeri ini bisa mencapai taraf kesempurnaan untuk menjadi hakimMengont"o' Ke"ja dan Kine"ja Ha#i&0 Kont"o' P"o ed%"a'(Do#t"ina' 6en adari bah"a hakim adalah manusia biasa, dan bukan malaikat ang terbebas dari berbagai bentuk godaan nafsu, persoalan kontrol terhadap tindakan dan kegiatan kerja hakim lalu menjadi agenda utama dalam setiap upa a merealisasi ter"ujudn a negara hukum- Semula upa a ini dikerjakan 1 dengan mencontoh doktrin legisme Perancis tentang hakikat hakim ang tak lebih daripada une bouche qui pronounce les mots des lois. Sehubungan dengan doktrin ini, diindoktrinasikan pula pengakuan atas hukum perundang&undangan itu, termasuk undang& undang hukum acaran a, sebagai norma hukum ang mesti didudukkan pada statusn a ang tertinggi sebagai sumber hukum ang formal, mengatasi norma moral dan norma sosial macam apapun, ang selalu harus diingat oleh hakim ang memutus perkara- !orma lain macam apapun, ang dikualifikasi sebagai sumber hukum ang materiil, han a boleh digunakan sebagai bahan pertimbangan- Semua ini telah tercakup dalam doktrin the supreme state of law atau ang dalam bahasa $elanda dikatakan de hoogste rechtsstaat, asal tetap diingat saja bah"a dalam doktrin legisme ini ang diamksud dengan law atau recht ini selalu hukum .ius/ ang telah dibentuk .constitutum/ dalam "ujud undang&undang. 2atanan hukum seperti ini, secara realistic, sesungguhn a harus disadari terlebih dahulu sebagai tatanan ang pada dasarn a ter"ujud sebagai suatu hasil proses politik ang berujung pada proses&proses tarik&ukur kepentingan di badan&badan legislatif, ang ideologik maupun ang non&ideologik- Kalaupun "acana&"acana berlangsung dengan pilihan pern ataan& pern ataan ang bersifat normatif dan ideal, analisis&anaalisis kritis akan mampu mendedah berbagai agenda politik ang tersembun i, buatan mereka ang telah mapan&mapan- Ken ataan baan ak mengungkap betapa kaum elit ang mapan telah terlanjur demikian mapan, sehingga mampu mengontrol seluruh akses politik, baik di badan&badan legislatif dan eksekutif maupun ang udisial, guna mengefektifkan lobi&lobi mereka- 6aka, tanpa men adari ken ataan ang tidak memudahkan terjadin a proses&proses dekonstruksi struktur, tidaklah pembenahan struktural ang strategik dapat dilakukan- 6aka di sinilah barangkali kian mengedepann a saran, bah"a pembenahan ang paling realistik adalah pembenahan ang dilakukan dengan cara pendekatan struktural le"at proses&proses politik?ealitas politik haruslah dijadikan bagian dari pengefektifan kontrol terhadap kinerja sistem hukum nasional ang telah terlanjur terhegemoni paradigma lama tentang objektifitas hukum dan netralitas atau independensi hakim di badan&badan pengadilan- Hukum dan hakim

harus mulai dikonsepkan sebagai insan politik ang bisa bermain&main dengan berbagai putusann a, dalam kerangka tindakan kolutifn a dengan kepentingan politik ang diprakarsai para politisi, baik politisi ang berposisi di badan&badan legislatif maupun ang berada di badan& badan eksekutif- 2ak dapat dilepaskan dari hubungann a ang fungsional dengan dan5atau dalam suatu pranata politik, para pejabat hukum pun tidak mesti han a bisa dikontrol dari ranahn a sendiri, melainkan juga dari ranah di luar dirin a- #alah tekanan politik ang berasal dari orang&orang partai .khususn a ang tengah beroposisi/, atau dari "arga mas arakat ang berhasil mengorganisasi diri dalam bentuk organisasi&organisasi non&pemerintah . ang di #ndonesia di kenal dalam akronimn a 'S6 atau 3?!3P/, dan ang berfungsi sebagai bagian dari kelompok tekan .pressure group/P"o1e iona'i &e Dan Pe"annya Se!agai Aja"an Yang /e"1%ng i Se!agai Sa"ana Kont"o' De&i Te"-%j%dnya Te"ti! H%#%& Profesionalisme itu adalah suatu paham tentang adan a suatu akti0itas kerja ang harus didasari oleh keahlian ang amat tinggi sebagai hasil berlatihn a bertahun&tahun- 2etapi, lebih dari itu, menurut paham ini, seseorang profesional juga harus sanggup bekerja atas dasar adan a itikatn a ang mulia, sebagaimana din atakan le"at suatu ikrar atau sumpah di muka umum . ang di dalam bahasa #nggris disebut to profess/, untuk merealisassi moral kebajikan ang dijunjung tinggi oleh mas arakat- #krar inilah ang membedakan hidup seseorang professional dengan mereka ang bekerja demi nafkah dan penghasilan materiil- Dengan perkataan lain, seseorang profesional akan bekerja dengan keahlian tinggi, namun keahlian itu tak dimaksudkan untuk dijadikan komoditas pasar sebagai objek jual&beli Kegiatan kerja mereka ang professional adalah kerja perkhidmatan ang diniati demi kebajikan, dan bukan demi keka aan- 6aka, dari sebab itu, di dalam kerja&kerja profesional ini mereka ang telah diperca a berkhidmat dalam suatu profesi itu tidak akan sekali&kali boleh mengharapkan imbalan upah materiil untuk jasa&jasan a- Seorang ang menjalani hidup atas dasar moral profesionalisme itu tidak akan bekerja karena merasa didesak kebutuhan untuk memperoleh penghasilan, atau untuk membangun harta keka aan- 9lih&alih, ia bekerja karena pertama&tama terpanggil untuk berbuat kebajikan demi kesejateraan sesama manusia- 9kan ganti beroleh pendapatan ang berhakikat sebagai upah, seseorang profesional akan memperoleh pengakuan dan limpahan kehormatan . honor honoraria/, dan tidak akan boleh diperendah derajatn a && atau merendahkan martabat dirin a 1 sebatas menjadi orang upahan atau orang gajian belakaSeseorang profesional berkhidmat berdasarkan kaidah&kaidah etika ang terorganisasi sebagai bagian dari kepribadian indi0idualn a- 2ak urung, lebih lanjut dari sebatas oleh kontrol hati nuranin a sendiri, setiap pekerja profesional itu selalu diharapkan untuk bersedia secara rela dan ikhlas menundukkan diri pada kontrol organisasi atau korps sesaman a- Kontrol internal ini disusun, berdasarkan kesepakatan para seja"at seprofesi, dalam bentuk sebuah kode ang berisikan seperangkat norma etik- Kode ang disebut kode etik ini, dikembangkan dan difungsikan sebagai sarana kontrol internal di lingkungan kegiatan kerja para pekerja profesional itu, demi terjagan a mutu kemahiran teknis dan demi tertegakkann a perilaku etis para pekerja professional- Pada asasn a, kontrol atas keahlian dan perilaku etis kaum profesional tidak berasal dari luar, seperti misaln a kalau kontrol itu utaman a datang dari pemerintah atau negara, bersaranakan undang&undang, ang akan ditegakkan oleh aparat eksekutif dan5atau para pejabat di badan&badan udisial- 9pabila diketahui bah"a pada suatu ketika suatu profesi itu

mulai lebih terkesan bekerja di ba"ah kontrol ketentuan&ketentuan hukum perundang&undangan daripada di ba"ah kontrol kode etikn a sendiri, ang diefektifkan oleh suatu de"an kehormatan ang di bentuk khusus untuk menegakkan berlakun a kode etik profesi, maka itulah tanda& tandan a bah"a profesionalisme di kalangan para pekerja profesi itu telah mulai mengalami proses deprofesionalisasin aP"o1e i Ha#i& da'a& K"i i $agaimana sekarang haln a dengan profesionalisme di lingkungan profesi pemberian jasa la anan hukum, dan khususn a di kalangan mereka ang berkhidmat dalam kariern a sebagai hakim, khususn a lagi ang berkembang di #ndonesia- !ilai&nilai kebajikan apakah ang sebenarn a hendak direalisasi oleh para ahli hukum dan para hakim itu, dan adakah di kalangan para ahli di bidang hukum ini ada kontrol&kontrol etis ang sifatn a internal dan selalu diupa akan berlakun a secara efektif> 9taukah profesi hukum dan kehakiman itu kini ini sudah harus meleburkan diri dalam dunia kehidupan && baik ang sipil maupun ang bisnis 1 ang sesungguhn a sudah tampak berkembang kian dunia lugas, beretika survival of the fittest dalam kancah persaingan ang kian terbuka, dan karena itu tanpa keberatan apa&apa telah diakui sebagai sebuah lahan okupasi tempat orang&orang mencangkul upah dan berebut rejeki, daripada sebagai sebuah medan dedikasi ang disemangati pengabdian ang altruistik> 9dakah control& kontrol atas kegiatan kerja mereka ini sudah kian bersifat eksternal daripada internal, ang dengan demikian kian mencerminkan telah terjadin a proses deprofesionalisasi ang parah dan malah memalukan> 'ebih berat lagi manakala perkembangan situasi kehidupan negara modern kaum profesional di bidang hukum dan kehakiman ini juga kian terkesan lebih berkehendak untuk mela ani kepentingan pemerintah, sebagaimana dioperasikan oleh para administrator birokratSementara itu, kuat dugaan, bah"a birokrat&birokrat ang bekerja di struktur pemerintahan negeri&negeri berkembang itu tak jarang amat bermuatan kepentingan politik- Dalam perkembangan ini ban ak ahli hukum direkrut dan terkooptasi sebagai pega"ai&pega"ai setia ang beriodentitas sebagai abdi negara, dan tidak pertama&tama sebagai pela an khala ak umum .public servant/- Di negeri&negeri berkembang, seperti misaln a di #ndonesia, ban ak ahli hukum ang direkrut sebagai hakim atau jaksa dengan kedudukan sebagai pega"ai negeri dan berkarier pula sebagai pega"ai negeri ang abdi negara di ba"ah pa ung Korpri- Dalam ken ataan seperti itu, sering amat sulit bagi para ahli hukum ini untuk tetap bertindak sebagai seorang ang profesional ang bebas- 9lih&alih demikian, tekanan disiplin terhadapn a dalam kedudukann a sebagai pega"ai negeri 1 ang tak a al haru pertama&tama mendahulukan pengabdiann a kepada negara 1 men ebabkan ban ak dari para ahli hukum ini 1 termasuk ang bekerja dalam dunia peradilan && kehilangan identitasn a ang semula- $erken ataan seperti itu, mereka segera saja mengalami proses deprofesionalisasi, dan pada akhirn a terdegradasi untuk menjadi tak lebih daripada orang gajian belaka$agaimana pen elesaiann a> 6enghidupkan kembali profesionalisme di kalangan mereka> 6endisiplin mereka sebagai pega"ai negeri atas dasar ke"enangan&ke"enangan penga"asan atasan, ang nota bene adalah juga pega"ai negeri ang bereselon ang selalu takut terdegradasi, namun bukan soal degradasi moral berikut sosokn a sebagai !omo ethicus melainkan terdegradasi eselonn a> 9taukah mengembangkan kontrol institusional ang sifatn a lebih eksternal, ang di #ndonesia lebih dikenal sebagai organ&organ Komisi> +++++

KEPASTIAN HUKUM DAN KEKUASAAN PENGADILAN


Soetandyo Wignjo oe!"oto
Kepastian hukum && sebagaimana keadilan dan kemanfaatan hukum && adalah sesungguhn a sebuah doktrin- Doktrin kepastian hukum mengajarkan kepada setiap pelaksana dan penegak hukum untuk .demi terkendalikann a kepatuhan "arga agar ikut menjaga ketertiban dalam kehidupan/ menda agunakan hukum ang sama untuk kasus ang samaDoktrin ini mengajarkan agar setiap ahli hukum, khususn a ang tengah bertugas sebagai hakim, tidak menggunakan rujukan&rujukan normatif lain selain ang terbilang norma hukum guna menghukumi sesuatu perkara- Demi kepatuhan, han a norma hukum ang telah diundangkan sajalah ang secara murni dan konsekuen boleh dipakai untuk menghukumi sesuatu perkara- 2idaklah norma hukum ini boleh dicampuri pertimbangan&pertimbangan ang merujuk ke sumber&sumber normatif ang lainD seperti misaln a norma moral, rasa keadilan, ideologi politik, ke akinan pribadi, atau apapun lainn a- Di akini orang, bah"a dengan dipatuhin a doktrin seperti itu hukum .sebagai suatu institusi/ akan amat berda a untuk mengefektifkan berlakun a kaidah&kaidahn a guna menata kehidupan dan menegakkan tertib di dalamn a2ak pelak lagi, doktrin kepatuhan hukum ang mem&berikan arahan kepada para pelaksana hukum seperti terpapar di atas itu berkaitan erat dengan doktrin lain ang lebih bersifat falsafati, ialah doktrin positi0isme ang pada asasn a juga mengajarkan pemahaman hukum sebagai hukum murni- Doktrin positi0isme ini juga mengajarkan bah"a hukum itu harus memiliki sosok ang kasatmata dan sifat ang objektif- 3leh sebab itu, setiap norma ang terbilang hukum harus dirumuskan .karena itu juga mesti tertulis4/ secara eksplisit, cermat dan tepat, oleh pejabat dan5atau institusi ang berke"enangan untuk itu- 6aka, dari doktrin positi0isme inilah asal muasal pendapat bah"a setiap hukum .ius/ itu harus di"ujudkan dalam bentuk undang&undang .lege, lex/- Doktrin positi0isme ini pulalah ang mengajarkan agar setiap ahli hukum ang menda agunakan hukum berke"ajiban menjaga kemurnian hukum .dalam artin a sebagai undang&undang/ agar hak dan ke"ajiban sebagaimana ditentukan di dalam aturan&aturan hukum5undang&undang dapat diketahui dengan pasti dan segala konsekuensin apun dapat diprediksikan pula dengan pasti- Pengidentikkan hukum dengan norma&norma lain ang bukan hukum undang&undang dikha"atirkan han a akan mengganggu kepastian ituFalsafah hukum beraliran positi0isme ang diimplementasi ke dalam ajaran hukum murni, berikut doktrin kepastian hukum ang amat dis aratkan dalam praktek itu, memba"a konsekuensi lebih lanjut dalam soal mengkonsepkan hukum dan fungsi hukum dalam mas arakat, nota bene mas arakat ang penuh konflik namun mendambakan ketertiban itu9rahan falsafati dan ajaran hukum murni dengan doktrin kepastian hukumn a itu . ang secara ringkas acap pula disebut paham legalisme/ memodelkan hukum sebagai institusi sentral ang netral- Hukum adalah hasil kesepakatan "arga mas arakat, entah kesepakatan di ranah pri0at ang langsung antar&person .disebut :kontrak:/, entah pula kesepakatan di ranah publik antar& kelompok atau kesesatan/, maka isi hukum tidaklah akan berat sebelah dan tidak sekali&kali akan mengesankan akan memihak kepentingan sepihak- Dalam pelaksanaann apun tidaklah isi

hukum itu boleh ditafsirkan oleh seseorang ang memihak untuk menguntungkan satu pihak atas kerugian pihak ang lain2ak cuma dalam hal mengartikan isi hukum, dalam perilakun a && ang direpresentasikan dan dipersonifikasikan dalam sosok seseorang manusia terpilih ang disebut kadi && atau ang di #ndonesia lebih dikenal dengan sebutan :hakim: && pun hukum itu mestilah tak memihak atau boleh berat sebelah- Hakim bukanlah pihak ang ikut bersepakat atau terlibat dalam kesepakatan .tatkala kontrak atau undang&undang dibuat/, serta pula tak ikut berperkara atau terlibat dalam perkara .tatkala perkara tengah ditangani pengadilan/- Hakim bukanlah pelaku dan pemihak dalam ih"al pembuatan hukum- Hakim adalah seseorang ang ahli dalam soal tatacara menemukan hukum, mengartikan maknana a dan kemudian men impulkann a untuk menghukumi perkara&perkara tertentu ;tanpa pandang bulu;- Hakim dengan keahliann a ang profesional tak akan menengok ke kanan atau ke kiri guna memilih pihak- 6enurut filsafat, ajaran atau doktrin legalisme, hukum itu mesti lurus dan benar .recht moet recht Bijn kata orang $elanda/, sedangkan sang hakim .de rechter dalam $ahasa $elanda/ karena itu juga mesti selalu berjalan lurus, lempang ke depan menuruti imperati0a substantif isi hukum, tanpa boleh ada niat culas untuk berpikiran bengkok untuk berkelok ke kepentingan ang di kanan atau ke kepentingan ang di kiri- 6aka hakim itu mestilah selalu siap untuk ;cuma; berperan sebagai && demikian kata de 6ontes<uieu && la bouche <ui prononce les paroles des lois semataEEE Doktrin kepastian hukum sebagai anak ajaran legalisme dari madhab hukum murni && dan ang mengagungkan rasionalisme dalam kajian hukum dan praktik peradilan && itu adalah doktrin dan ajaran ang berkembang dan didukung para penganut pada suatu era tatkala proses demokratisasi tengah berlangsung, dengan cita&cita bah"a kekuasaan negara harus bisa dibatasi dan dikontrol oleh hukum- !egara haruslah dikonstruksi sebagai :negara hukum: dan bukan :negara kekuasaan:- #nfrastruktur negara hukum tak pelak lagi adalah mas arakat "arga .ci0il societ /, dan bukan mas arakat ang mengenal dikotomi ka"ula&=usti- Di tengah&tengah kehidupan mas arakat "arga ang demikian itu, tidaklah sekelompok orang elit akan mungkin dide"a&de"akan dan diistime"akan mengatasi ang lain, sedangkan ang lain dalam jumlah massal bolehlah diperkuda serta dipinggir&pinggirkan- Di tengah kehidupan mas arakat "arga, setiap manusia ang "arga itu haruslah, menurut doktrinn a, diakui berkedudukan sama di hadapan hukum dan hakim9kan tetapi, apa ang dicita&citakan demikian itu n ata kalau tidak selaman a dapat direalisasiD sedangkan apa ang telah diperikan di dalam konsep tidak selalu merupakan diskripsi apa ang dapat ditemui dalam pengalaman di lapangan- Dalam ken ataan, manusia itu n ata kalau tidak selalu berkemampuan sama untuk memperoleh kedudukan ang sama- 6aka, sekalipun menurut konsep hukumn a setiap manusia "arga mas arakat dan "arga negara itu dianggap berkedudukan sama, namun dalam realita kehidupan ang sudah bersifat serba kontraktual ini kesepakatan&kesepakatan ang terjadi antar&pihak tak selaman a mencerminkan perlindungan kepentingan ang berimbang- Kerja hukum dan hakim ang menurut doktrinn a dis aratkan netral, dan tak boleh memihak, namun dalam ken ataann apun sering berefek membiarkan .bertolak dari dalih ;harus netral;/ terjadin a berbagai kesenjangan ang memperlihatkan betapa ang satu akan memperoleh lebih, sedangkan ang lain && ang umumn a jumlahn a justru massal && memperoleh kurang@alhasil terjejas situasi seperti itu, dengan kontrol hukum ang didoktrinkan netral seperti itu, mas arakat ang ada gagal berkembang menjadi mas arakat "arga- 6as arakat

tetap saja merupakan mas arakat ang berstratum&stratum, atau menjadi terstratum&stratum kembali, dengan ken ataan bah"a sejumlah "arga selalu memperoleh peluang mendahulu untuk kian memapankan diri sedangkan sejumlah "arga ang lain kian terdiskriminasi oleh keadaanHukum dalam konsepn a sebagai hasil kesepakatan "arga && ang antar&"arga indi0idual .ialah kontrak/ ataupun lebih&lebih lagi ang antar&"arga sekelompok kepentingan dalam kehidupan nasional .ialah undang&undang/ ang lebih berkonsekeuensi jauh && tidak selaman a dapat memberikan perlindungan kepentingan secara berimbang- 6ereka ang berkedudukan lemah && secara ekonomik, politik, sosial ataupun buda a && akan selalu tertodong ke"ajiban hukum daripada terbela oleh hak&hak- Sementara itu mereka ang berada pada posisi diuntungkan selalu saja terkesan gampang memperoleh hak dan sumberda a institusional guna menegakkan hak&hakn aDapat dimengerti, mengapa dalam keadaan seperti itu, legisme .dengan doktrin kepastian hukumn a sekalaipun4/ akan lebih melindungi dan kian memapankan mereka ang memiliki kelebihan dana, informasi dan akses politik daripada mereka ang tak berkeadaan demikianDapat dimengerti pula mengapa kehendak untuk ;berhukum&hukum; dengan pilihan kuat untuk men elesaikan segala perkara konflik ke pengadilan, dan5atau dengan cara memperca akan kepada para pejabat administratif ang ber"enang membuat keputusan .atas dasar hukum in abstracto dan5atau diskresi&diskresi/, selalu saja lebih ban ak berasal dari mereka ang mapan dan ka a akses itu- Dengan struktur ang ban ak memberikan akses kepadan a, kelompok mapan ini tentu saja berpamrih untuk terlestarikann a status <uo, dan hukum ang didoktrinkan netral dan berkepastian dapatlah dida agunakan untuk maksud itu6aka, dalam mas arakat ang penuh kesenjangan, hukum dengan doktrin kepastian hukum han a akan memastikan hak&hak mereka ang && dalam kehidupan ang belum sempurna ini && telah berhasil mapan dalam status sosial ang tinggi serta memiliki dana keka aan, informasi dan akses politik ang amat terka"al- 9kses politik kaum mapan ini pada gilirann a juga akan dapat kian dida agunakan untuk menambahkan hak&hak bagi dirin a dan untuk membebankan ke"ajiban&ke"ajiban kepada mereka ang dikucilkan di luar sistem- Salah& salah, asas rule of law dalam praktik tanpa dapat dielakkan lagi lalu menjadi tersimak sebagai the ruling by the ruler by .ab/using the lawDalam ken ataan seperti itu legisme tak lagi tampil sebagai ide dan ideologi re0olusioner ang secara progresif akan mengilhami setiap upa a perubahan ke arah kehidupan ang lebih egalitarian- 9lih&alih begitu, legisme serta merta akan bersosok konser0atif dengan kebijakan& kebijakann a ang kolot untuk mempertahankan kemapanan struktur, demi kelanggengan kepentingan para penguasa ang berhasil mengendalikan struktur demi kepentingann a sendiri ang relatif eksklusif dan penuh pri0eleges- Dalam ken ataan sossiologik seperti itu pula hukum dan hakim akan kehilangan otonomin a- Hukum dan hakim akan terkooptasi ke dalam struktur kepentingan ang telah mapan, dan secara cepat atau lambat akan mendapatkan dirin a berada dalam fungsin a ang justru represif- 9pabila ken ataan seperti ini tidak segera dikoreksi untuk mengembalikann a ke asas&asas ang diajarkan dalam doktrin, maka marakn a mafia peradilan bukanlah berita bohong belaka$oleh disimpulkan bah"a legisme ang positi0istik, dengan ajaran hukum murni ang hendak menetralkan fungsi hukum, tern ata sangat disfungsional untuk diterapkan di negeri& negeri berkembang ang tengah membangun- Dalam perkembangan mereaksi ken ataan seperti itu tergugahlah ide&ide alternatif ang men arankan agar bukan doktrin positi0isme tentang kepastian hukum ang mestin a difungsikan di sini, melainkan doktrin utilitarianisme tentang kemanfaatan hukum untuk men elesaikan .bukan sekedar memutusi/ perkara- $ukan logika hukum para uris elit ang beroptik normatif saja ang terutama harus berbicara di sini, akan

tetapi terutama juga kearifan para pembuat hukum, baik ang duduk di badan&badan legislatif .sebagai pembuat undang&undang alias hukum in abstracto/ maupun ang duduk di kursi&kursi sidang pengadilan .sebagai hakim, pembuat hukum in concreto- $ukan positi0isme dan legisme ang diperlukan di sini, melainkan apa ang di 9merika Serikat dikenali sebagai aliran sociological jurisprudence, berikut perkembangann a ang dikenali sebagai ajaran functional jurisprudence6aka di sini bukan sebatas good law ang sebenarn a paling diharapkan, melainkan good man ang berkepribadian arif dan realistik dalam ih"al menafsirkan bun i undang& undang- - Dialah manusia arif dan bijaksana ang tahu bagaimana menda akan hukum guna merespons kebutuhan mas arakat "arga, khususn a mereka ang masih terpuruk di dalam derita kesenjangan ang sungguh diskriminatif- Di tangan dan ditangani good man, baik ang duduk di kursi&kursi badan legislatif maupun di kursi&kursi badan pengadilan, maka hukum itu .in abstracto maupun in concreto/, akan n ata terbilang ke dalam bilangan :hukum ang responsif: dengan fungsin a sebagai pelindung kebebasan dan hak&hak asasi manusia&manusia "arganegara, dan bukan lagi terbilang :hukum ang represif:, dengan fungsin a ang utama untuk melegitimasi secara berterusan kekuasaan negara ang tidak lagi tersenarai secara limitati0e melainkan secara enumeratifPersoalann a sekarangC bagaimana cara membibit good man ang tak han a cerdas dan berintelektual tinggi akan tetapi juga berkeberanian moral ang terpuji- Fara pendekatan apa ang mestin a digunakan di sini> Yang struktural le"at proses&proses politik demi terbenahin a sistem agar lebih kondusif bagi tumbuhkembangn a good persons> 9taukah ang indi0idual le"at pendidikan etika ang intens .etika politik untuk manusia legislatif dan etika profesi untuk mereka ang berkhidmat sebagai manusia udisial4/, ang akan diikuti oleh rekrutmen ang sungguh selektif dan terbuka> 9taukah kedua&duan a, kalaupun tidak akan sekaligus secara bersamaan tak pelak akan mendahulukan ang satu tanpa mengabaikan ang lain> 6anakala kaum mapan telah terlanjur demikian mapan sehingga boleh dikatakan mereka itu telah sanggup mengontrol seluruh akses politik, ang dengan demikian tak akan memungkinkan terjadin a proses&proses dekonstruksi struktur, maka ang masih dimungkinkan tinggallah pendekatan strategik ang nonstruktural, ialah ang in0idual le"at proses&proses pendidikan, khususn a ang nonformal dan informal- Pendidikan adalah suatu front dalam suatu battle of the mind, ang && sekalipun hasil ketentuann a harus ditunggu dalam rentang "aktu ang agak panjang, namun && merupakan suatu bagian dari suatu reformasi atau re0olusi ang paling berbuda a, dan ang oleh sebab itu pula && karena ;han a; berpeluru informasi pembangun sikap dan komitmen && juga paling tidak berdarah-

EEEEE

Anda mungkin juga menyukai