Asma adalah gangguan peradangan kronis pada jalan nafas yang berhubungan obstruksi aliran udara yang reversibel.
Dikarakterisasi:Inflamasi saluran pernafasan, spasmus reversibel otot polos bronkus & bronkiolus
Prevalensi
Terjadi pada individu yg secara agresif memberikan respon terhadap iritan dari udara, berkaitan dgn riwayat alergi keluarga (faktor genetik) Kejadian Asma hampir meningkat diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Kirakira sembilan juta anak Amerika Serikat dibawah 18 tahun menderita asma dan empat juta mangalami sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap tahun. Penelitian menunjukkan bahwa hanya 50%-nya telah diagnosis, dengan beberapa statistik yanng menyatakan bahwa jutaan anak penderita asma telah mengalami salah diagnosis dan dinyatakan mengalami bronkitis berulang atau pneumonia.
Alergen asma: serbuk sari, debu, bulu binatang, bagian serangga, makanan, obat, dll Latihan fisik Asma nokturnal Kondisi iklim Lingkungan Pekerjaan Faktor fisiologis Gangguan saluran respiratori
Konsep terkini patogenesis asma yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi kronik yang khas, melibatkan dinding saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran napas. Hiperreaktivitas ini merupakan predisposisi terjadinya penyempitan saluran respiratorik sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang. Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah aktivasi eosinofil, sel mast, makrofag, dan sl limfosit T pada mukosa dan lumen saluran respirtorik.
Tanda patofisiologi asma berupa : Pengurangan diameter saluran pernapasan yang dihasilkan oleh kontraksi otot polos
Klasifikasi
Gejala
Gejala kurang dari 1x/minggu
-Gejala
Gejala malam
dua kali sebulan
Asma intermitten
Asma persisten ringan
lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x /hari -Serangan dapat mengganggu aktifitas tidur -Setiap hari -Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari -aktifitas &tidur terganggu -menggunakan obat setiap hari -Berkelanjutan -Aktifitas fisik terbatas -Serangan sering
60 80 %
sering
60 %
Derajat serangan
Parameter klinis, fungsi paru, laboratorium
Sesak (breathless):
Ringan
Sedang
Berat
Berbicara Bayi : Tangis pendek dan lemah Kesulitan menetek/makan Lebih suka duduk
Posisi Kesadaran
Biasanya terganggu
Bicara
Sianosis
Kalimat
Penggal kalimat
Kata - kata
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Nyata
Denyut nadi
Bradikardia
Sa O2
> 95 %
91 95 %
90 %
>80 %
> 60 mmHg
< 60 mmHg
Pa CO2
< 45 mmHg
> 45 mmHg
PEF : Peak Expiratory Flow FEV : Force Expiratory Volume SaO2 : saturation oxygen (hemoglobin)
Penyebab
Asma alergik (ekstrinsik) Merupakan tipe yang paling umum dan terjadi pada penderita yang memiliki alergi terhadap substansi alergen yang terdapat dalam udara yang terhisap. Asma ini dibedakan lagi menjadi : Asma ekstrinsik atopik, yaitu terjadi pada penderita yang hypersensitif (alergi reaksi cepat, tipe I) yang melibatkan antibodi IgE. Asma ekstrinsik non atopik, yaitu terjadi pada penderita yang memilki reaksi alergi tertunda (tipe III), melibatkan antibodi yang berpresipitasi (selain IgE). Asma non alergi Asma yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi Seperti asma yang diinduksi oleh kegiatan olahraga, asma yang berkaitan dengan penyakit bronkopulmonar.
Organ
Asma bronkhial
adalah serangan gangguan pernafasan dan terjadi kesulitan ekspirasi karena penyempitan spastik bronkhus dan pembengkakan mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental dari kelenjar bronkhus.
asma
adalah serangan gangguan pernafasan pada penderita penyakit jantung akibat tidak berfungsinya bilik kiri jantung dan bendungan paru paru yang disebabkannya.
Trias dispne, Batuk, Wheezing (ciri khas utama), Dada terasa sesak, Penderita tampak mengalami kesulitan bernapas secara bermakna, Bernapas cepat, dangkal, dan terengah engah,
Gejala (Lanjutan)
Meningkatnya kerja pernapasan yang ditunjukkan oleh retraksi dada dan juga nasal faring (pada kondisi yang lebih buruk),
Evaluasi laboratorium eosinofilia pada darah dan sputum terjadi pada asma Skin pricks test digunakan untuk faktor ekstrinsik tes faal paru berfungsi u/ menilai tingkat penyumbatan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas rontgen toraks didapat gambaran paru akibat gangguan ekspirasi sehingga banyak udara tertinggal dan volume udara bertambah di paru sehingga jantung terlihat menggantung Penentuan gas dan pH arterial
Sasaran utama:
Sasaran utama:
Pencegahan asma : Agonis- adrenergik , kromolin, antiinflamasi, vasodilator - adrenergik. Pengobatan asma: Bronkodilator, antiinflamasi
Respon Baik PEF > 80%. Tidak terjadi mengi atau nafas pendek. Respon terhadap agonis 2 bertahan sampai 4 jam. Boleh diteruskan dengan agonis 2 tiap 3-4 jam selama 24-48 jam. Pada pasien dengan inhalasi kortikosteroid, berikan dosis ganda selama 7-10 hari.
Respon tidak lengkap PEF 50-80%. Terjadi mengi dan nafas pendek yang bertahan/terusmenerus. Berikan kortikosteroid secara oral. Lanjutkan dengan agonis 2
Respon jelek PEF < 50%. Ditandai dengan mengi dan nafas yang pendek. Berikan kortikosteroid secara oral. Lanjutkan dengan pemberian agonis 2 secepatnya Jika tidak ada respon, hubungi dokter dan unit gawat darurat atau panggil ambulans.
Hubungi dokter secepatnya (pada hari itu juga) untuk instruksi selanjutnya.
PEFv atau PEF > 50% Inhalasikan agonis 2 dengan inhaler dosis terukur atau nebulasi, lebih dari 3 dosis pada jam pertama. Berikan oksigen untuk meningkatkan kejenuhan oksigen lebih dari 90% Berikan kortikosteroid oralsistemik jika tidak ada respon segera.
PEFv atau PEF < 50% Inhalasikan agonis 2 dosis tinggi dan antikolinergik melalai nebulasi setiap 20 menit atau secara terus menerus selama 1 jam. Berikan oksigen untuk meningkatkan kejenuhan oksigen lebih dari 90% Berikan kortikosteroid secara oral-sistemik
Penanganan untuk nafas yang tertahan (susah nafas/sesak nafas) Intubasi dan ventilasi mekanik dengan 100% oksigen. Nebulasi dengan agonis 2 dan antikolinergik. Berikan kortikosteroid secara intravena.
Pemeriksaan lanjutan gejala, pemeriksaan fisik, PEF, kejenuhan oksigen, dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan.
Tingkat sedang PEFv atau PEF 50-80%. Pemeriksaan fisik: gejala biasa. Inhalasikan agonis 2 kerja pendek setiap 60 menit. Berikan kortikosteroid sistemik. Lanjutkan pengobatan 1-3 hari,catat perkembangan.
Tingkat parah PEFv atau PEF < 50%. Pemeriksaan fisik: gejala parah pada saat istirahat, ketegangan otot, retraksi otot dada. Sejarah: pasien resiko tinggi. Tidak ada perkembangan setelah pengobatan awal. Inhalasikan agonis 2 kerja pendek, tiap jam atau terusmenerus + inhalasi antikolinergik. Berikan oksigen. Berikan kortikosteroid sistemik
Respon baik PEFv atau PEF > dari 70% Respon bertahan selama 60 menit sesudah pengobatan terakhir. Lanjutkan pengobatan 1-3 hari,catat perkembangan.
Respon tidak lengkap PEFv atau PEF >50% tapi <70%. Gejala lemah sampai sedang
Respon jelek PEFv atau PEF <50% PCO2 > atau = 42 mmHg. Pemeriksaan fisik: gejala parah, mengantuk, kebingungan,
Diizinkan pulang Lanjutkan pengobatan dengan inhalasi agonis 2 Lanjutkan dengan kortikosteroid oral sistemik. Pendidikan pasien : Pemantauan penggunaan obat; rencana tindakan yg akan diambil; tindakan medis lanjut.
Perawatan di RS Inhalasikan agonis 2 + inhalasikan antikolinergik. Beri kortikosteroid sistemik (secara oral atau intravena) Beri oksigen. Monitor nilai PEFv, PEF, dan oksigen. Terdapat peningkatan
Masuk ke perawatan intensif Inhalasikan agonis 2 tiap jam atau terus-menerus + inhalasi kortikosteroid. Beri kortikosteroid intravena. Beri Oksigen. Intubasi yang mungkin dilakukan dan ventilasi mekanik.
Diizinkan pulang Lanjutkan pengobatan dengan inhalasi agonis 2 Lanjutkan dengan kortikosteroid oral-sistemik. Pendidikan pasien : Pemantauan penggunaan obat; rencana tindakan yg akan diambil; tindakan medis lanjut.
Meminimalkan pengunaan obat baik frekuensi maupun kuantitasnya Meminimalkan efek samping obat Mencegah timbulnya serangan asma yang bertambah berat Mempertahankan tingkat aktivitas normal Tidak ada kunjungan ke unit darurat Tidak ada gejala nokturnal Menjaga nilai PEF normal dan PEFv<20%