Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filter Aktif
Filter Aktif adalah suatu perangkat elektronik yang dapat memperbaiki
kwalitas daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filter sistem tenaga listrik
biasanya terdiri dari Filter Aktif dan Filter Pasif. Menurut Izhar et al, pemakaian
Filter Aktif pada sistem tenaga listrik lebih fleksibel daripada Filter Pasif karena dari
segi penggunaan dan unjuk kerja (performance) Filter Aktif lebih ekonomis [9].
Untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh kwalitas daya pada
sistem tenaga tergantung pada koneksi Filter Aktif yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aplikasi filter aktif tergantung pada permasalahan kwalitas daya [1]
Koneksi Filter
Aktif
Sumber Permasalahan
Efek Beban terhadap Suplai
Arus Bolak Balik
Efek Suplai Arus Bolak-Balik
terhadap Beban
Shunt
- Memfilter Arus Harmonisa
- Kompensasi Arus Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Flicker Tegangan

-
Seri
- Memfilter Arus Harmonisa
- Kompensasi Arus Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Tegangan Flicker
- Tegangan tak seimbang
- Tegangan Sag/Swell
- Tegangan Tak Seimbang
- Distorsi Tegangan
- Tegangan Notching
- Tegangan Flicker
Seri Shunt
- Filter Arus Harmonisa
- Kompensasi Arus Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Tegangan Flicker
- Tegangan tak seimbang
- Tegangan Sag/Swell
- Tegangan Tak Seimbang
- Distorsi Tegangan
- Notching Tegangan
- Tegangan Flicker
8
Universitas Sumatera Utara
Filter Aktif biasanya menggunakan perangkat switching berupa pengatur
modulasi lebar pulsa tegangan atau arus yang disebut Pulse Witdh Modulation
Voltage Source Inverter (PWM VSI) atau Current Source Inverter (PWM CSI) yang
dihubungkan ke level sistem tegangan rendah dan juga tegangan tinggi tergantung
pada permasalahan kwalitas daya [10].
Menurut Akagi pada dasarnya Filter Aktif dalam sistem tenaga dibagi dalam 2
topologi yaitu topologi secara paralel disebut Shunt Active Filter dan secara seri
disebut Series Active Filter [11].
2.1.1 Filter Aktif Paralel (Shunt Active Filter)
Prinsip dasar Filter Aktif Paralel adalah memfilter arus harmonisa dengan
menghasilkan arus filter kompensasi (i
filter
) yang berbanding secara terbalik arus
harmonisa beban (i
beban
). Saat fasa arus Filter Aktif Shunt dan fasa arus beban
mempunyai fasa yang sama ataupun fasanya berlawanan pada frekwensi harmonisa
maka kedua fasa akan saling meniadakan sehingga jumlah vektor arus menjadi nol
pada suplai arus (i
suplai
9
) di Point of Common Coupling (PCC) sehingga arus suplai
mendekati sinusoidal [1],[12], seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1 [13] dan
Gambar 2.2 [1] merupakan topologi Filter Aktif Paralel (Shunt) dan bentuk
gelombangnya.
Universitas Sumatera Utara
Suplai
Beban Non
Linear
Filter Aktif
i
suplai
ibeban
i filter
PCC
L
f

Gambar 2.1 Topologi filter aktif paralel (Shunt) [13]
Filter Aktif Paralel terdiri dari inverter, output inverter dihubung dengan L
ataupun LC dipasang secara paralel dengan beban yang mengandung arus harmonisa
sehingga terjadi kompensasi arus.

Gambar 2.2 Bentuk gelombang setelah dipasang filter aktif paralel,
arus sumber, arus beban non linear dan arus kompensasi [1]
10
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Filter Aktif Seri (Series Active Filter)
Filter Aktif Seri banyak digunakan untuk memfilter harmonisa dan
memkompensasi distorsi tegangan seperti tegangan kedip, fliker tegangan dan
tegangan tidak seimbang pada level sistem tegangan tinggi dan tegangan rendah.
Filter aktif seri terdiri dari inverter dan keluaran (output) inverter dihubungkan
dengan filter L atau LC kemudian dikopling dengan transformator. Filter Aktif Seri
dihubungkan secara seri diantara suplai dengan beban seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.3 [13].
Suplai
Beban Non
Linear
Filter Aktif
i
suplai
Vload
V2
Vsuplai
Vfilter

Gambar 2.3 Topologi filter aktif seri (Series) [13]
Dalam memfilter arus harmonisa, inverter menghasilkan tegangan keluaran
(v
filter
) yang sebanding terhadap arus harmonisa sumber (i
suplai
). Pada tegangan
keluaran (v
2
11
) kopling transformator sisi sekunder sebanding terhadap rasio
transformator kopling. Pada dasarnya bentuk gelombang tegangan dan arus listrik
dalam sistem tenaga merupakan gelombang sinusoidal murni. Dengan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
beban listrik semakin kompleks terutama penggunaan beban listrik tak linear
sehingga menimbulkan terjadi perubahan distorsi bentuk gelombang tegangan dan
arus. Tegangan sisi sekunder (v
2
Unjuk kerja Filter Aktif Seri sangat efektif mengurangi harmonisa pada
impedansi beban rendah dibandingkan dengan impedansi beban tinggi [14].
) transformator kopling adalah sebanding terhadap
arus mengalir melalui transformator kopling atau disebut tahanan aktif pada
frekwensi harmonisa. Arus harmonisa pada sumber akan berkurang dengan naiknya
impedansi frekwensi harmonisa sumber yang disebabkan oleh tahanan aktif.
Seperti telah disebutkan di atas, menurut Tung et al [15], Filter Aktif Seri juga
digunakan untuk memfilter harmonisa tegangan dan kompensasi kedip tegangan.
Bentuk suplai gelombang tegangan setelah pemasangan filter aktif seri diperlihatkan
pada Gambar 2.4, di mana tegangan suplai mendekati tegangan gelombang sinusoidal
dan tegangan beban non linear mendekati bentuk gelombang square wave. Sedangkan
tegangan filter aktif seri mempunyai bentuk gelombang output kompensasinya
terdistorsi.


12
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Bentuk gelombang setelah dipasang filter aktif seri,
tegangan suplai, tegangan beban non linear dan tegangan
kompensasi [16]

2.1.3 Topologi Filter Aktif Seri
Pada penelitian merancang model Filter Aktif Seri dengan memakai inverter
VSI tiga fasa seperti diperlihatkan pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Rangkaian
Kontrol
Z
F
Vs
IGBT Power
Elektronik
Zs
PCC
I
NL
I
S
I
F
I
NL

Gambar 2.5 Topologi filter aktif seri satu garis
13
Universitas Sumatera Utara
2.2 Prinsip Inverter VSI 6 Pulsa
Definisi secara umum dari inverter adalah peralatan elektronika daya yang
berfungsi mengubah tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC). Tipe
inverter ada dua jenis yaitu inverter sumber tegangan (VSI) dan inverter sumber arus
(CSI). Inverter VSI seperti diperlihatkan pada Gambar 2.6 [17] dibawah ini.
a
n
Vs
Cd
1 3
4 2
+
-

Gambar 2.6 Inverter VSI (Voltage Source Inverter) [17]
Inverter CSI pada dc bus dilengkapi dengan Induktansi seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.7 [17].
a
n
Vs
1 3
4 2
+
-

Gambar 2.7 Inverter CSI (Current Source Inverter) [17]
Inverter 3 fasa dapat dibentuk dengan 3 kali inverter 1 fasa terdiri dari 6
semikonduktor dengan 2 tipe sinyal kontrol yang dapat dipakai yaitu konduksi 120
atau 180.
Dalam perancangan filter aktif seri ini digunakan inverter 3 fasa sumber
tegangan (VSI). Konfigurasi dasar inverter 3 fasa atau VSI 6 pulsa yang terhubung ke
14
Universitas Sumatera Utara
sumber tegangan AC melalui transformator kopling. Device elektronik VSI
menggunakan transistor IGBT. IGBT dianggap sebagai saklar yang berfungsi sebagai
inverter dan dioda anti paralel sebagai jalur untuk pemindahan energi dari sisi AC ke
DC untuk mengisi kapasitor. Proses penyaklaran (switching) yang tepat pada inverter
akan menghasilkan gelombang tegangan AC tiga fasa pada terminal tegangan
keluaran inverter (Vo).
Penyaklaran inverter dapat dilakukan pada konduksi 120 atau 180. Untuk
konduksi 180 ada 3 buah saklar yang menyala pada setiap waktu, penyaklaran
konduksi 180

lebih baik dan disukai daripada konduksi 120

Pada konduksi 180 ada 6 mode operasi dalam satu siklus dengan durasi
setiap mode 60 dan saklar dinomori dengan urutan penyaklarannya yaitu 123, 234,
345, 456, 561 dan 612 [17]. Pada saat peralihan cepat saklar bekerja, dan tegangan dc
pada kapasitor harus dijaga konstan. Metode konduksi 180 pada inverter 6 pulsa dan
bentuk gelombang keluarannya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8, 2.9 dan 2.10.
[17].
Tiap gate diaktifkan dengan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian
pembangkit pulsa PWM.
+
+
_
_
C1
C2
Q1
Q4
Q3
Q6
Q5
Q2
Vs/2
Vs/2
D1
D2
D3 D5
D6 D4
A B
C
0
Vs
+
_
Vo

Gambar 2.8 Rangkaian Inverter VSI 6 Pulsa 3 Fasa [17]
15
Universitas Sumatera Utara
0
t
t
t
t
t
t
t
t
t

2
2
2
/3

2/3
g
1
g
2
g
3
g
4
g
5
g
6
Vab
Vbc
Vca
0
0
0
0
0
0
Vs
Vs
Vs

Gambar 2.9 Inverter 6 Pulsa konduksi 180 [17]
t
t
t
0
0
0
2Vs/3
Vs/3
Vs/3
Vs/3
- 2Vs/3
- Vs/3
Van
Vbn
Vcn
2
3

2
2
3
3

Gambar 2.10 Bentuk gelombang keluaran fasa tegangan Inverter 6 Pulsa konduksi
180 [17]
16
Universitas Sumatera Utara
2.3 Teknik Modulasi Lebar Pulsa (PWM)
Kontrol tegangan keluaran VSI adalah dengan memanfaatkan penyaklaran
(switching) frekwensi tinggi menggunakan teknik modulasi lebar pulsa (PWM) pada
sumber tegangan dc yang dijaga konstan, kemudian diambil rata-rata dari bentuk
gelombang keluaran untuk mendapatkan komponen fundamental tegangan yang
diatur magnitudanya. Teknik PWM memberikan keuntungan di mana komponen
harmonisa urutan komponen rendah berkurang sehingga akan mengurangi jumlah
harmonisa dan memfilter harmonisa. Semakin tinggi rasio frekwensi switching
terhadap frekwensi fundamental maka semakin berkurang komponen harmonisa yang
muncul.
Ada beberapa teknik PWM yang sering digunakan sebagai berikut [17]:
1. Single Pulse Width Modulation.
2. Multiple Pulse Width Modulation.
3. Sinusoidal Pulse Width Modulation.
2.3.1 Single Pulse Width Modulation
Metode Single pulse width modulation hanya ada satu pulsa setiap setengah
siklus dan lebar pulsa variasi untuk mengatur tegangan keluaran inverter. Sinyal
gating dibangkitkan dengan membandingkan sinyal referensi segiempat (rectangular)
beramplitudo Ar terhadap sinyal segi-tiga pembawa (triangular carrier) beramplitudo
Ac. Frekwensi fundamnetal tegangan keluaran Vo. Rasio Ar terhadap Ac adalah
merupakan variabel pengaturan juga disebut indeks modulasi (M) yang diberikan
seperti pada Persamaan (2.1)[17] sebagai berikut:
17
Universitas Sumatera Utara
Ac
Ar
M = .......(2.1)
Dengan merubah nilai Ar dari nol hingga Ac, lebar pulsa dapat berubah dari
0 sampai 180 dan tegangan rms keluaran Vo bervariasi dari nol sampai Vs seperti
pada Persamaan (2.2) [17] yaitu:



Vs t d Vs Vo =
(

=

+

5 , 0
2 / ) (
2 / ) (
2
) (
2
2
.....(2.2)
Inverter satu fasa jembatan gelombang penuh yang terdiri dari dari 4 buah
transistor dengan sumber tegangan Vs seperti diperlihatkan pada Gambar
2.11[17],[18]. Gambar 2.12 [17],[18] adalah sinyal gating dan tegangan keluaran Vo.
Urutan penyaklaran transistor tersebut 12, 23, 34 dan 41. Komponen harmonisa yang
lebih dominan muncul urutan ketiga pada tegangan keluaran Vo dibandingkan
komponen urutan harmonisa lainnya.
+
+
_
_
C1
C2
Q1
Q4
Q3
Q2
Vs/2
Vs/2
D1 D3
D4
a b
0
Vs
+
_
D2
Load

Gambar 2.11 Inverter 1 fasa jembatan gelombang penuh [17][18]
18
Universitas Sumatera Utara
Vs
-Vs
Vo
g
1
g
4
0
0
0

2
2
2
t
t
t
t
e

A
c
A
r
2 2


2

2 2

+
Gate signal for Q
4
2 2


2

2 2

+
2
3

1

2
Carrier signal
Reference signal
A
r
A
c
Gate signal for transistor Q
1

Gambar 2.12 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Single Pulse Width
Modulation [17][18]

2.3.2 Multiple Pulse Width Modulation
Teknik multiple pulse witdh modulation dapat mengurangi kandungan
harmonisa dengan membangkit beberapa pulsa yang menggunakan setengah siklus
tegangan keluaran seperti diperlihatkan pada Gambar 2.13 [17]. Sinyal gating
dibangkitkan dengan membandingkan sinyal referensi segiempat (square)
beramplitudo Ar terhadap sinyal segitiga (triangular) pembawa beramplitudo Ac.
Frekwensi dari sinyal referensi menentukan frekwensi outputnya f
o
, dan sinyal
frekwensi pembawa (carrier) f
c
menentukan jumlah pulsa p selama setengah siklus.
Rasio Ar tehadap Ac merupakan variabel pengaturan disebut indeks modulasi M,
yang menentukan tegangan keluaran Vo.

19
J umlah pulsa p untuk setengah siklus seperti
pada Persamaan (2.3) [17] adalah:
Universitas Sumatera Utara

2 2
f
m
fo
fc
p = = .... (2.3)
Di mana
fo
fc
mf = didefinisikan sebagai rasio frekwensi modulasi.
t
2

2

3

10
0
A
c
A
r
0
0
0
t
t
t

m
2

+ +
m
2
2
2

V
s
-V
s
g
1
g
4

+
m
Vo
fc
1
Carrier Signal
Refrence Signal
(a) Gate signal generation
(b) Gate signals

m
+
(c) Output Voltage

Gambar 2.13 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Multiple Pulse Width
Modulation 1 Fasa [17]

Bila dianggap lebar dari setiap pulsa maka tegangan rms keluaran Vo adalah:



p
Vs t d Vs
p
Vo
p
p
=
(

=

+

5 , 0
2 / ) / (
2 / ) / (
2
) (
2
2
.......(2.4)
20
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Sinusoidal PWM
Pada Sinusoidal PWM atau SPWM lebar pulsa sinyal gating dibangkitkan
dengan membandingkan sinyal referensi sinusoidal terhadap sinyal segitiga pembawa
frekwensi fc yang diperlihatkan pada Gambar 2.14 [17]. Teknik SPWM sangat banyak
dipergunakan pada aplikasi industri. Frekwensi sinyal referensi fr menentukan
frekwensi keluaran inverter fo, amplitudo sinyal referensi Ar menentukan indeks
modulasi (M) yang mempengaruhi tegangan rms keluaran Vo. J umlah pulsa untuk
setiap setengah siklus tergantung pada frekwensi pembawa fc.
Harmonisa dan komponennya yang muncul pada tegangan keluaran PWM
berada di sekitar penyaklaran inverter. Tegangan rms keluaran Vo dapat divariasikan
dengan merubah indeks modulasi (M). Bila
m
adalah lebar dari pulsa ke m, maka
Persamaan (2.4) dapat dikembangkan untuk mendapatkan tegangan rms keluaran Vo
yang diberikan seperti Persamaan (2.5) [17] yaitu:
5 , 0
2
1
|
|
.
|

\
|
=

=
p
m
m
Vs Vo


......(2.5)
21
Universitas Sumatera Utara
t
0
0
0
0
g
1
g
4
Ac
Vs
v
Reference
Signal
Vcr
Vr
-Vs
fc
1
t
t
t

2
2
2
2
t
0
Ac
v

2
m
m
Carrier Signal
Ar
Ac
Ar
M =
(a)
(b)
(c)
(d)
Vo

Gambar 2.14 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Sinusoidal PWM
1 Fasa [17]

2.4 Inverter Sinusoidal PWM 3 Fasa
Inverter 3 fasa dapat dipertimbangkan sebagai 3 gabungan dari 3 buah
inverter 1 fasa di mana tegangan keluaran (output) masing-masing inverter 1 fasa
bergeser 120. Pembangkitan sinyal gating inverter SPWM 3 fasa yang diperlihatkan
pada Gambar 2.15(a) [17]. Ada 3 sinyal referensi sinusoidal (Vra, Vrb, Vrc) yang
berbeda fasa 120. Sinyal pembawa dibandingkan dengan sinyal referensi (Vra, Vrb,
Vrc) untuk menghasilkan sinyal gating. Sinyal pembawa (Vcr) dibandingkan dengan
sinyal referensi fasa (Vra, Vrb, Vrc) menghasilkan sinyal gating berturutan g
1
,g
3
22
dan
Universitas Sumatera Utara
g
5
yang diperlihatkan pada Gambar 2.15(b) [17]. Tegangan keluaran sesaat Vab =
Vs(g
1
g
3
Vs M Vs
M
V
abrms
= = 612 , 0
2
3
2
) seperti diperlihatkan Gambar 2.15(c) [17]. Tegangan rms fasa - fasa
(Vab) keluaran (output) inverter adalah fungsi tegangan dc bus dan indeks modulasi
(M) diberikan seperti pada Persamaan (2.6) sebagai berikut [17],[18],[19]:
.... (2.6)
Daya output inverter:
Ipeak Vdc S =
2
3
. (2.7)
t
t
t
t
0
0
0
0
g
1
g
3
Ac
Vs
Vab
e
Vra
Vrb Vrc Ar
(a)
(b)
(c)
-Vs
Gambar 2.15 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter SPWM 3 Fasa [17]
23
Universitas Sumatera Utara
2.5 Harmonisa Sistem
Harmonisa adalah cacat gelombang yang disebabkan oleh interaksi antara
bentuk gelombang sinus sistem dengan komponen gelombang lain yaitu komponen
gelombang lain yang mempunyai frekwensi kelipatan bilangan dasar dari komponen
fundamentalnya. Bentuk gelombang harmonisa tersebut yang diperlihatkan pada
Gambar 2.16 [20] dibawah ini.

Gambar 2.16 Gelombang harmonisa dan komponennya [20]
Pada dasarnya bentuk gelombang tegangan dan arus listrik dalam sistem
tenaga merupakan gelombang sinusoidal murni. Dengan perkembangan beban listrik
semakin kompleks terutama penggunaan beban listrik tak linear sehingga menimbulkan
pada perubahan bentuk gelombang tegangan dan arus.
Untuk mengambarkan hubungan antara aliran daya pada frekwensi
fundamental dan aliran daya pada frekwensi harmonisa, dapat dilihat pada Gambar
2.17 [21] dan Gambar 2.18 [21]. Sistem mempunyai sumber tegangan dari generator
yang memberikan suplai daya tegangan sinusoidal murni, daya dialirkan melalui
24
Universitas Sumatera Utara
suatu jaringan listrik dengan impedansi R
s
+jX
s
. Beban sistem ini merupakan beban
konverter yang mengontrol beban R
L
th
Z
R
s
+jX
s
R
L
P
C1
P
L1
P
G1
P
S1
.

Gambar 2.17 Aliran daya [21]

th
Z
R
s
+jX
s
R
L
R
g
+
j
X
g
P
gh
P
sh
I
h
P
lh

Gambar 2.18 Aliran daya harmonisa [21]
Aliran daya pada sistem tenaga listrik arus bolak balik AC, terdiri dari aliran
daya fundamental dan aliran daya harmonisa. Konverter dianggap sebagai sumber
arus harmonisa. Selama tegangan generator sinusoidal murni maka generator hanya
menyuplai daya fundemental dan digambar sebagai impedansi pada frekwensi
harmonisa. Sebagian daya fundamental ditransformasikan dalam bentuk daya
harmonisa, adalah bentuk P
sh
(resistansi sistem) dan P
gh
(resistansi generator) dan
sebagian lagi mengalir kebeban yaitu P
lh
25
.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Total Distorsi Harmonisa
Pada sistem tenaga listrik untuk melihat kandungan distorsi harmonisa pada
komponen fundamentalnya diistilahkan dengan THD atau Total Harmonic Distortion
[2],[20].
Persentase Total Distorsi Harmonisa atau Total Harmonic Distortion (THD)
tegangan dan arus dirumuskan seperti pada Persamaan (2.8) dan Persamaan (2.9)
sebagai berikut [2],[20]:
% 100
1
2
2
=

V
V
THD
h
h
V

...... (2.8)
Di mana:
V
h
V
=Komponen harmonisa tegangan ke-h
1
% 100
1
2
2
=

I
I
THD
h
h
I
=Tegangan frekwensi fundamental (rms)
...... (2.9)
Di mana:
I
h
I
=Komponen harmonisa arus ke-h
1
Menurut Standar IEEE 519 1992, untuk total distorsi harmonisa atau cacat
gelombang sinusoidal diperlihatkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 sebagai berkut:
=Arus frekwensi fundamental (rms)


26
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Batas distorsi harmonisa arus untuk sistem tegangan 120 V sampai 69 kV[2]
Maximun Harmonic Current Distortion in Percent of I
L

I
SC
/I
Individual Harmonic Order (Odd Harmonic)
L

< 11 11 h 17 17 h 23 23 h 35 35 h THD
(%)
<20 4 2,0 1,5 0,6 0,3 5,0
20 - 50 7 3,5 2,5 1,0 0,5 8,0
50 - 100 10 4,5 4,0 1,5 0,7 12,0
100 - 1000 12 5,5 5,0 2,0 1,0 15,0
>1000 15 7,0 6,0 2,5 1,4 20,0


THD arus harmonisa urutan genap dibatasi 25% dari harmonisa urutan ganjil diatas,
Distorsi arus yang disebabkan sebuah penyearah setengah gelombang dc tidak
diizinkan atau tidak termasuk pada tabel diatas.
Semua peralatan tenaga dibatasi untuk besar distorsi arus tersebut tanpa
memperhatikan aktual Isc/I
L
dimana:
.
I
SC
I
: Maksimun arus short circuit PCC
L

: Maksimun arus permintaan beban (komponen frekwensi fundamental) di PCC



27
Universitas Sumatera Utara
Untuk standar pambatasan distorsi tegangan di PCC diperlihatkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Batas Distorsi Tegangan [2]
Bus Voltage at PCC Individual Voltage Distortion (%) THD (%)
69 kV and below 3,0 5,0
69,001 kV through 161 kV 1,5 2,5
161,001 kV and above 1,0 1,5


2.7 Resonansi
Efek distorsi gelombang sinusoidal pada sistem menyebabkan terjadinya
resonansi, yaitu adanya kapasitor pada jaringan sistem tegangan rendah yang
biasanya dipakai untuk memperbaiki power faktor dapat menimbulkan resonansi pada
sistem lokal yang diikuti dengan naiknya arus yang sangat besar yang merugikan
kapasitor itu sendiri. Resonansi pada sistem dibagi 2 yaitu resonansi paralel dan
resonansi seri [21].
Resonansi paralel menghasilkan impedansi yang tinggi pada frekwensi
resonansi. Sumber harmonisa dianggap sebagai arus yang menaikan tegangan
harmonisa dan arus harmonisa yang tinggi pada setiap lengan impedansi paralel.
2.7.1 Resonansi Paralel
Resonansi paralel dapat terjadi pada beberapa cara yang paling sederhana
mungkin ketika sebuah kapasitor dihubungkan pada busbar yang sama dengan
sumber harmonisa. Dengan asumsi bahwa sumber harmonisa bersifat induktif.
28
Universitas Sumatera Utara
Sebuah resonansi paralel dapat terjadi diantara sumber dan kapasitor dengan
frekwensi resonansi seperti diberikan pada Persamaan (2.10) [21] adalah:
C
S
S
S
f fp = ............... (2.10)
Di mana:
f = Frekwensi fundamental (Hz)
fp = Frekwensi resonansi paralel (Hz)
S
S
S
= Rating sumber Short Circuit (VAr)
C
Ls
PCC
C1
Sumber
harmonisa
= Rating kapasitor (VAr)

Gambar 2.19 Sistem resonansi paralel pada Point of Common Coupling (PCC)[21]
Resonansi paralel terjadi ketika sistem pada Gambar 2.19 [19], arus
harmonisa dari konsumen sebagai sumber pembangkit harmonisa pada sistem
bertemu dengan impedansi harmonisa yang tinggi pada busbar. Hal ini akan
menghasilkan sebuah resonansi antara induktasi sistem (Ls) dan kapasitansi sistem
lain atau kapasitansi beban (C
L
29
).
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan kondisi resonansi yang ada diperlukan pengukuran arus
harmonisa pada setiap beban konsumen dan suplai, bersama tegangan harmonisa pada
busbar. J ika aliran arus yang masuk ke sistem tenaga dari busbar adalah kecil ketika
tegangan harmonisa, menandakan resonansi antara induktansi sistem kapasitor dan
kapasitor beban telah terjadi.
2.7.2 Resonansi Seri
Pada resonansi seri yang diperlihatkan pada Gambar 2.20 [21], di mana pada
frekwensi yang lebih tinggi beban dapat diabaikan sebagai penekan impedansi
kapasitif. Pada kondisi frekwensi resonansi seri terjadi seperti diberikan pada
Persamaan (2.11) sebagai berikut [21]:
|
|
.
|

\
|
=
2
2
C
L
T C
T
S
S
Z S
S
f fs ...(2.11)

Di mana:
f = Frekwensi dasar (Hz)
fs = Frekwensi resonansi (Hz)
S
T
S
= Rating transformator (VA)
L
S
= Rating beban (VA)
C
Z
= Rating dari kapasitor bank (VAr)
T

=
Impedansi transformator dalam p.u
30
Universitas Sumatera Utara
Bus
Substation
Distribusi Sumber
harmonisa
Arus harmonisa
tinggi
Koreksi power
faktor dari
konsumen
Distorsi tegangan
tinggi
Ls


Gambar 2.20 Resonansi seri pada sistem distribusi [21]
Pada kondisi resonansi seri, arus kapasitor yang tinggi dapat mengalir untuk
tegangan harmonisa yang relatif kecil.
Bank kapasitor
S1 , VAr
B
e
b
a
n
R
e
s
i
s
t
i
f

(
S
1
,
V
A
)
Transformator
(S l , VA)

Gambar 2.21 Rangkaian resonansi seri [21]




31
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kompensasi distorsi tegangan
Untuk kompensasi distorsi tegangan maka dibentuk suatu persamaan seperti
pada Persamaan (2.12) sebagai berikut:
dt
dI
L r I V V
f
f f f c i
+ + = ........................................... (2.12)
Untuk arus inverter dan arus kapasitor filter seperti diberikan pada Persamaan (2.13)
dan (2.14) sebagai berikut:
l c f
I n I I + = ............................................................... (2.13)
dt
dV
C I
c
f c
= ............................................................ (2.14)
Berdasarkan Persamaan (2.12) maka dapat dibentuk suatu persamaan pengatur
tegangan V
SAF
(

|
.
|

\
|
+ =
dt
dI
L I r n V n V
l
t t c SAF
l
sebagai berikut [23]:
.................................. (2.15)
Untuk kompensasi distorsi tegangan rendah diberikan seperti Persamaan (2.16) yaitu:
3 1
V V V
SAF
+ = ........................................................... (2.16)
Keterangan:

i
V = Tegangan Output Inverter

c
V = Tegangan Kapasitor

f
I = Arus Filter

c
I = Arus Kapasitor

l
I = Arus Beban
32
Universitas Sumatera Utara

t
L ,
t
r =Leakage Induktansi dan Winding Resistansi Transformator Injeksi

f
L ,
f
r = Induktansi dan Resistansi Filter

f
C = Kapasitansi Filter
n : 1 = Rasio transformasi Transformator Injeksi

SAF
V = Tegangan Injeksi SAF (Filter Aktif Seri)

1
V = Tegangan Suplai

3
V = Tegangan Beban
Arus yang dihasilkan oleh masing-masing penyaklaran (switching) inverter
adalah arus maksimun filter LC (I
AF
NL F S
I I I + =
). Dengan menggunakan hukum arus kirchoff
pada sumber arus seperti pada Persamaan (2.17) sebagai berikut:
.......(2.17)
Dimana:
I
S
I
=Arus Sumber
F
I
=Arus Filter Aktif
NL

=Arus Beban Non Linear
2.9 Transformasi Park (abc ke dq)
Tranformasi Park secara matematik biasanya digunakan pada mesin sinkron 3
fasa yaitu untuk menyerderhanakan transformasi variabel tertentu dari sistem 3 fasa
abc ke sumbu dq0. Variabel tersebut biasanya berupa arus, tegangan atau fluks
linkage dalam bentuk variabel aktual kumparan stator. Kuantitas baru didapatkan dari
proyeksi variabel aktual pada ketiga sumbu sepanjang sumbu direct kumparan rotor
33
Universitas Sumatera Utara
yang disebut sumbu direct (d), dan sepanjang sumbu netral kumparan medan yang
disebut sumbu quadrature atau disebut sumbu stasioner. Untuk memudahkan
biasanya sumbu fasa a dianggap sebagai fasa referensi. Dan pergeseran sudut fasa
referensi disebut .
Park transformasi (dq) adalah untuk menyederhanakan transformasi semua kuantitas
stator dari sumbu abc diubah kedalam referensi variabel baru yang disebut rotor.
J ika kita mempunyai 3 variabel ia, ib dan ic maka kita perlu menggunakan 3 variabel
baru sehingga dengan transformasi Park menjadi 2 variabel baru yaitu variabel
komponen i
d
dan i
q
dan variabel komponen ketiganya atau i
0
i
adalah arus stationer
yang sebanding dengan arus urutan nol. Untuk ketiga phasa yang seimbang sumbu
nol biasanya dianggap nol. Dibawah ini persamaan persamaan untuk proyeksi
perkalian Transformasi Park:
d
=(2/3)[i
a
cos + i
b
cos( - 2/3) +i
c
i
cos ( + 2/3)] ................... (2.18)
q
=(2/3)[i
a
sin + i
b
sin( - 2/3) +i
c
Perkalian sistem 3 fasa abc dengan Transformasi Park sebagai berikut:
sin ( + 2/3)] ...................... (2.19)
Pi
abc
=i
dq0
Berikut transformasi i
................................................................ (2.20)
abc
ke i
dq0

menurut Cai, seperti diberikan pada
Persamaan (2.21)[24]:
(
(
(

(
(
(
(
(
(
(

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|

=
(
(
(

c
b
a
o
q
d
i
i
i
t t t
t t t
i
i
i

2 / 1 2 / 1 2 / 1
3
2
sin
3
2
sin sin
3
2
cos
3
2
cos cos
3
2


.... (2.21)
34
Universitas Sumatera Utara
Untuk transformasi invers dari bentuk i
dq0
ke i
abc

seperti diberikan pada Persamaan
(2.22) sebagai berikut [24]:
(
(
(

(
(
(
(
(
(
(

+ |
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
=
(
(
(

0
1 )
3
2
sin(
3
2
cos
1 )
3
2
sin(
3
2
cos
1 sin cos
i
i
i
t t
t t
t t
i
i
i
q
d
c
b
a


................................. (2.22)
Transformasi tegangan V
abc
ke V
dq0

seperti diberikan pada Persamaan (2.23)[24]:
( ) ( )
( ) ( )
(
(
(

(
(
(

+
+
=
(
(
(

c
b
a
o
q
d
v
v
v
t t t
t t t
v
v
v
2 / 1 2 / 1 2 / 1
120 cos 120 cos cos
120 sin 120 sin sin
3
2
0 0
0 0


.................... (2.23)
Transformasi invers V
dqo
ke bentuk V
abc

seperti diberikan pada Persamaan (2.24)[24]:
( ) ( )
( ) ( ) (
(
(

(
(
(

+ +
=
(
(
(

0
0 0
0 0
1 120 cos 120 sin
1 120 cos 120 sin
1 cos sin
v
v
v
t t
t t
t t
v
v
v
q
d
c
b
a



........ (2.24)
Dengan menggunakan transformasi Park atau abc ke dq ini diperlukan untuk sistem
kontrol untuk mendapat model kontrol sudut fasa dari sumber ke beban dalam
kondisi closed loop.

2.10 Filter Pasif
Untuk menentukan output filter dari inverter terlebih dulu filter pasif di tala
pada salah satu frekwensi biasanya pada frekwensi harmonisa ketiga atau harmonisa
35
Universitas Sumatera Utara
kelima untuk menentukan kwalitas dari filter (Q). Faktor kwalitas Q menentukan
ketajaman tuning ke salah satu nilai Q frekwensi rendah atau frekwensi yang tinggi.

C
L
R

Gambar 2.22 Rangkaian Single Tuned Filter

R
1
0
2
r

PB
Z
R 2

Gambar 2.23 Impedansi vs frekewensi Single Tuned Filter
Gambar 2.23 Filter Pass Band (PB) didefinisikan pembulatan frekwensi dari
reaktansi filter dengan tahanannya filter sudut impedansi 45 dan besarnya impedansi
R 2 . Hubungan faktor kwalitas dan Pass Band (PB) sebagai berikut:
PB
Q
o

= .......................................................................... (2.25)
Di mana
0
adalah frekwensi sudut penalaan rad/detik
36
Universitas Sumatera Utara
Tuning filter Q didefinisikan rasio induktansi atau kapasitansi terhadap frekwensi
resonansi.
R
Xo
Q = ......................................................................... (2.26)
Sedangkan frekwensi resonansi menggunakan Persamaan (2.26) dibawah ini:

LC
1
2
0
= .... (2.27)
dan untuk frekwensi resonansi sebagai berikut:

LC
r
f
2
1
= ....(2.28)
Di mana:

0 0
2 f =
L = Induktansi filter
C =Kapasitansi filter
f
r
Besar reaktansi kapasitor adalah:
=Frekwensi resonansi
C
C
Q
V
X
2
= ...................................................................... (2.29)
Di mana: Qc =Daya reaktif (kVar)
Kapasitansi dari kapasitor adalah:
C
X f
C
2
1
0

= .............................................................. (2.30)
Besar reaktansi Induktor adalah:
37
Universitas Sumatera Utara
L f X
L 0
= ....................................................................(2.31)
Besar tahanan induktor adalah:
Q
Xn
R = .......................................................................... (2.32)
Di mana: Q =faktor kwalitas X/R.
Faktor Tuning filter:
( )
C L


+ + =
2
1
..................................................... (2.33)
Di mana:


= Perubahan frekwensi
L

= Toleransi induktor
C
Order Tuning Filter:
= Toleransi kapasitor
+
=
1
hr
h
n
....................................................................... (2.34)
Di mana:
h
n
=
hr
Urutan harmonisa

=
=Deviasi relatif frekwensi
Resonansi harmonisa
Untuk menghitung variabel L dan C maka pertama dihitung kapasitas
kapasitor menggunakan Persamaan (2.35).
{ } ) tan(cos ) tan(cos
2
1
1
1
pf pf P Q
C

= ... ..................... (2.35)
38
Universitas Sumatera Utara
2.11 Tegangan Injeksi
Tegangan injeksi filter aktif yang dibangkitkan ke sistem saluran tegangan
rendah pada rangkaian filter aktif seri maka dapat dibuat diagram satu garis seperti
diperlihatkan Gambar 2.24 sebagai berikut:

Beban
Vsuplai Vload
V
SAF

VSI
P
L

Zs

Gambar 2.24 Diagram satu garis filter aktif seri koneksi ke sistem tegangan
Zs merupakan impedansi sistem dari sistem saluran tegangan.
jXs Rs Zs + = ...(2.36)
Kemudian,
V
L
+ZsI
L
= V
SAF
Saat terjadi distorsi tegangan pada V
+Vs
......(2.37)
L
maka tegangan fundamental terjadi
turun atau naik sehingga V
SAF
S L L SAF
V ZsI V V + =
akan menginjeksikan atau memperbaiki kekurangan
tegangan pada Vs suplai sehingga Vs suplai tidak terdistorsi.
......(2.38)
kemudian arus beban I
L
|
|
.
|

\
|
=
L
L
L
V
P
I
sebagai berikut:
......(2.39)
39
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Persamaan (2.39) tersebut V
L
Keterangan:
dianggap sebagai referensi tegangan
distorsi.
V
SAF
V
= Tegangan kompensasi filter aktif seri
1
V
= Tegangan suplai
L
I
= Tegangan beban
L
Maka daya filter aktif seri yang dihasilkan:
= Arus beban
=
SAF
S V
SAF
x I
L

...... (2.40)
2.12 Diagram satu garis sistem saluran tegangan rendah yang ditinjau
Setelah dilakukan studi literatur pada jaringan distribusi maka pertimbangan
penelitian ditinjau hanya pada jaringan tegangan rendah 380 V, data sekunder berupa
bentuk jaringan dan transformator distribusi 160 kVA 20/0.380 kV, impedansi short
circuit transformator distribusi, kabel saluran distribusi tegangan rendah. Beban ada 2
jenis dalam kondisi linear dan kondisi beban non linear digunakan dioda seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.25. Pada penelitian ini penempatan Filter Aktif Seri
diletakkan pada sisi sekunder transfomator distribusi. Penempatan Filter aktif tersebut
untuk mengisolir distorsi tegangan dan arus disebabkan oleh beban linear.
40
Universitas Sumatera Utara
160 kVA
380 V
Transformator
yang diamati
distorsi
Tegangan
akibat arus
harmonisa
Linear Non linear
Sumber
Tegangan
PCC
20 kV
Distorsi
Tegangan

Gambar 2.25 Sistem saluran tegangan rendah

2.13 Model Matlab/Simulink untuk sistem saluran tegangan rendah
dan beban non linear

Model simulasi jaringan saluran tegangan rendah dan beban non linear
mempergunakan Matlab/Simulink PSB. Gambar 2.26 memperlihatkan suatu model
sistem saluran tegangan rendah dengan menggunakan beban linear berupa resistor
dan beban dioda berupa jembatan gelombang penuh (fullwave) secara individual pada
masing - masing fasa sehingga membangkitkan arus harmonisa yang mengalir ke
tegangan suplai (V
1
) sehingga menyebabkan distorsinya tegangan suplai (V
1
41
) pada
bus 1.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.26 Model Matlab/Simulink PSB sistem saluran tegangan rendah beban
linear dan beban non linear
42
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai