Anda di halaman 1dari 18

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 PROFIL PERIKANAN DESTRUKTIF DI KABUPATEN NIAS SELATAN Hasan Sitorus dan Juli Ritha Tarigan

ABSTRACT
The aim of the research is to study the profile of destructive fishin at South !ias "istrict# The study is focused on usin $om$ and poisons for fishin %hich have hi h impact on the fish ha$itate de radation and depletion a&uatic resources# This information is very important for local overnment in arran e the policy to overcome ille al fishin in South !ias "istrict# 'ased on the field research( composition of destructive fishin activities are 1) fish $om$in 7)#1* +( 2) fish poisonin 22#1, + ( and )) electrical fishin ,#70 + -ishin $y usin $om$ and poison %ere dominated $y out site fishermen( %hile fishin $y electrical current all practiced $y local fishermen# The $om$ materials and poisons %ere $ou ht from Si$ol a and .edan throu h ille al mar/et# -re&uency of fish $om$in three times in a %ee/ and it %as usually happened in the afternoon( %hile fish poisonin almost every day in the mornin at 0ulau 0ini and 0ulau .arit# The destructive fishin had si nificant impact on the coral reef de radation in this re ion( $ecause the life coral reef coverin less than )0 +# ------------Key words 1 destructive fishin ( $om$( poison( coral reef( South !ias "istrict#

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Dahuri (2005), salah satu faktor penyebab deplesi sumberdaya perikanan laut adalah kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sifatnya destruktif. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan ini pada dasarnya merupakan kegiatan penangkapan ikan yang tidak legal. Penggunaan bom, racun, pukat harimau, dan alat tangkap lainnya yang tidak selektif, menyebabkan terancamnya kelestarian sumberdaya hayati laut, akibat kerusakan habitat biota laut dan kematian sumberdaya ikan. erumbu karang sebagai salah satu sumberdaya hayati laut memimiliki peranan penting dalam sistem ekologi perairan pesisir dan laut. !erusakan terumbu karang menyebabkan terganggunya spa%nin round, nursery round dan feedin round bagi berbagai "enis ikan dan udang yang bernilai ekonomis. De#asa ini, sumberdaya terumbu karang yang ada di !abupaten $ias %elatan telah mengalami kerusakan. Menurut &'( & (200)) terdapat *.+2, hektar terumbu karang di !abupaten $ias %elatan dan sebagian besar berada di ka#asan Pulau- Pulau .atu. !erusakan terumbu karang ini telah mencapai +2 /, dan hanya sekitar 5 / yang masih dalam kondisi sangat baik. Penyebab utama kerusakan terumbu karang di $ias %elatan adalah akibat kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan peledak, racun dan pukat harimau untuk penangkapan ikan (ille al fisihin ). %elain itu, penambangan karang

1 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 sebagai bahan bangunan, pengambilan bunga karang sebagai sou2enir, dan tektonik bumi merupakan faktor yang mempercepat degradasi terumbu karang. 3ntuk mencegah semakin buruknya kondisi terumbu karang di !abupaten $ias %elatan dan untuk melindungi terumbu karang yang masih eksis, maka diperlukan suatu kebi"akan dan strategi perlindungan terumbu karang. 4gar kebi"akan terarah dan efektif, maka sangat dibutuhkan data dasar (profil) perikanan destruktif di !abupaten $ias %elatan. Profil perikanan destruktif ini mencakup "enis dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yang merusak habitat dan sumberdaya hayati, #ilayah operasi penangkapan ilegal ( ille al fishin round), pangkalan kapal penangkap ilegal, tempat-tempat pendaratan ikan hasil ilegal, proses hukum akti2itas perikanan destruktif dan sistem penga#asan dan pengendalian destruktif fishing di !abupaten $ias %elatan. 1.2. Tujuan u"uan dari studi ini adalah untuk menyusunan profil perikanan destruktif (destructive fishin ) di !abupaten $ias %elatan, khususnya penggunaan bom dan racun sianida. 1. . !an"aat (nformasi profil perikanan destruktif ini dapat digunakan sebagai dasar penetapan kebi"akan bagi Pemerintah Daerah dalam upaya perlindungan sumberdaya hayati perairan laut, khususnya sumberdaya terumbu karang di !abupaten $ias %elatan. 1.#. Keluaran $Output% ersusunnya dokumen Profil Perikanan Destruktif di !abupaten $ias %elatan berdasarkan hasil penelitian lapangan dan data sekunder dari berbagai instansi terkait. II. !ETODOLO&I PENELITIAN 2.1. L'ka() *an +aktu Pelak(anaan !egiatan Penyusunan Profil Perikanan Destruktif di !abupaten $ias %elatan dilaksanakan di #ilayah &oremap (( yang meliputi * #ilayah kecamatan, yakni !ecamatan eluk Dalam, !ecamatan Pulau-Pulau .atu, dan !ecamatan 5ibala. !egiatan ini dilaksanakan mulai bulan 4gustus 6 $opember 200,. 2.2. Ba,an *an !et'*e Pelak(anaan .ahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan studi ini adalah 7 1) 4 ! untuk pencatatan data, 2) !uesioner untuk * kelompok sasaran (nelayan pelaku, nelayan pelaku tidak langsung, nelayan informan), *) Peta laut, dan data statistik $ias %elatan 8) Perahu untuk transportasi sur2ey dan camera

2 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 Metode pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut 7 %ur2ey di enam desa untuk mengetahui kondisi umum akti2itas perikanan laut oleh masyarakat lokal. 2) Penyebaran kuesioner dan tanya "a#ab secara mendalam ( depth intervie%) dengan masyarakat lokal untuk mengetahui akti2itas perikanan destruktif dan faktor-faktor pendorong ter"adinya perikanan destruktif (Metode P'4) khususnya penggunaan bom dan racun untuk penangkapan ikan. *) Pengambilan data proses hukum di Pos 4ngkatan 9aut, Polisi Perairan, Polsek ello, dan eluk Dalam. 8) 4nalisis data untuk penyusunan profil perikanan destruktif !abupaten $ias %elatan. 1) 2. . Para-eter .ang D)a-at) Dalam studi Perikanan Destruktif di !abupaten $ias %elatan, beberapa parameter yang diamati adalah 7 1) :enis alat tangkap dan bahan 2) Material dan sumber bahan *) Pelaku dan mata rantai pelaku 8) Pasar dan "alur distribusi bahan dan produk ikan illegal 5) 9okasi 6lokasi terkait dengan kegiatan perikanan destruktif. )) ;rganisme target +) Dampak kegiatan ,) (ntensitas dan frekuensi kegiatan <) Prosedur penangkapan dan proses hukum. 2.#. !ater) Kue()'ner 3ntuk mencapai sasaran studi, maka materi kuesioner di arahkan untuk aspek-aspek berikut ini 7 sumber bahan bom dan racun, ukuran kapal yang biasa digunakan, kemampuan "ela"ah, lokasi penangkapan ikan, biaya pembelian dan pengoperasian bom dan racun, "enis hasil tangkapan yang dominan, sistem pembagian hasil, "alur pemasaran ikan, dan penghasilan dari pelaku, serta dampak kerusakan yang ditimbulkan, 2./. Re(0'n*en :umlah responden dalam studi ini sebanyak *0 orang setiap desa untuk nelayan bukan pelaku perikanan destruktif, dan pelaku atau mantan pelaku diupayakan minimal 2 orang setiap desa di lokasi &oremap ((. :umlah total responden 1,0 orang untuk ) desa, dan pelaku atau mantan pelaku yang berhasil di#a#ancarai hanya < orang. Disamping itu, "uga diambil data sekunder dari instansi terkait, seperti Polsek ello, Polair ello, Pos $( 49 ello dan eluk Dalam, untuk mengetahui proses "ustisi illegal fishing.

* 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 2.1. Ta,a0an Pen.u(unan Pr'")l De(trukt)" F)(,)ng %tudi Profil Perikanan Destruktif (PD) di !abupaten $ias %elatan ini dia#ali dengan penyusunan rencana studi (proposal teknis), yang meliputi aspek metodologi, tenaga ahli, dan tenaga lapangan. !emudian dilan"utkan dengan penyusunan kuesioner oleh para tenaga ahli, briefing dengan sur2eyor dan enumerator, dan pengambilan data lapangan. 3ntuk melengkapi data dari nelayan local baik pelaku maupun bukan pelaku (informan), "uga diambil data-data dari Polsek Pulau-Pulau .atu, Polair ello, Dan Pos $( 49 eluk Dalam dan ello. %eluruh data yang diperoleh dikompilasi dan di2erifikasi untuk men"amin agar data yang diperoleh memiliki 2aliditas yang tinggi. %etelah dianalisis, dilan"utkan dengan penyusunan buku profil perikanan destruktif di !abupaten $ias %elatan (lihat =ambar 1).

8 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17

Perencaan Studi Perikanan Destruktif Nias Selatan Penyusunan Tenaga Ahli dan Enumerator

Penyusunan Kuesioner

Survey dan Pengumpulan Data Lokasi dan Responden (nstansi erkait (Polair, $( 49)

Kompilasi Data

(D4!

erifikasi Data

>4

Analisis dan Pelaporan

Data Entry !Data "ase#

"uku Profil Perikanan Destruktif Ka$upaten Nias Selatan

=ambar 1. .agan 4lir Penyusunan Destruktif ?ishing !abupaten $ias %elatan

5 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 III. PROFIL PESISIR NIAS SELATAN .1. K'n*)() &e'gra")( !abupaten $ias %elatan yang beribukota di eluk Dalam merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari !abupaten $ias, berdasarkan 33 $o.< ahun 200*. %tatus otonom diperoleh pada 25 ?ebruari 200*. %ebagian besar Pulau $ias dengan beberapa pulau kecil di sekitarnya masuk ke dalam !abupaten $ias, sedangkan sebagian kecil pulau $ias di bagian selatan beserta pulau-pulau di sekitarnya masuk ke dalam #ilayah !abupaten $ias %elatan. !abupaten $ias %elatan secara geografis berada di #ilayah Pantai .arat %umatera pada posisi 0.<8o 93 - 0,,)o 9% dan <+,0)o . - <<,0*o . dengan ketinggian 0 6 ,00 m di atas permukaan laut. Daerah ini di sebelah 3tara berbatasan dengan !abupaten $ias, sebelah %elatan dengan Pulau-Pulau Menta#ai Propinsi %umatera .arat, sebelah imur dengan !abupaten Mandailing $atal dan Pulau-Pulau Mursala !abupaten apanuli engah, dan sebelah .arat berbatasan dengan %amudera (ndonesia. 9uas #ilayah kabupaten ini mencapai 1.,25,2 km 2, terdiri dari 108 buah pulau dan yang dihuni 21 pulau. Dari seluruh gugusan pulau itu, ada empat pulau besar, yakni Pulau anah .ala (*<,)+ km 2), Pulau anah Masa (*2,1) km 2), Pulau ello (1, km2), dan Pulau Pini (28,*) km 2). .erdasarkan #ilayah administratif, daerah ini terdiri dari < kecamatan, yakni !ecamatan Pulau-Pulau .atu, !ecamatan Pulau-Pulau .atu imur, !ecamatan 5ibala, !ecamatan eluk Dalam, !ecamatan 4mandraya, !ecamatan 9ahusa, !ecamatan =omo, !ecamatan 9olomatua dan !ecamatan 9olo#a@u dan memiliki 212 desa. Dari seluruh kecamatan yang ada, ada 2 kecamatan yang tidak memiliki #ilayah pesisir, yakni !ecamatan =omo dan !ecamatan 9olomatua. Dari + kecamatan yang memiliki #ilayah pesisir, * kecamatan ditetapkan men"adi lokasi kegiatan &;'AM4P ((, yakni 7 !ecamatan 5ibala (Desa Duru dan u#aso), !ecamatan Pulau-Pulau .atu (Desa %ifitu A#ali, 5ayo dan 9uaha (dano Pono) dan !ecamatan eluk Dalam (Desa .otohilitano). .2. K'n*)() Ikl)Dari segi iklim, daerah ini termasuk iklim tropis basah yakni daerah yang memiliki curah hu"an tinggi (*.0++,1 mmBtahun) dan dipengaruhi %amudera (ndonesia. Musim hu"an sangat dipengaruhi angin Mounson imur dan angin Mounson .arat. Musim kemarau umunya ter"adi pada bulan :uni sampai 4gustus, sedangkan musim hu"an ter"adi pada bulan %eptember sampai Maret yang sering disertai badai besar di laut. . . K'n*)() B)'")()k Pe()()r a. K'n*)() O(ean'gra")( Perairan laut di !abupaten $ias %elatan merupakan %amudera (ndonesia, yang dicirikan dengan gelombang laut yang besar, perairan dalam, dan dasar curam, kecepatan arus lambat sampai sedang, dan kisaran pasang surut yang relatif

) 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 rendah. $amun di sekitar pesisir pulau-pulau kecil seperti di !ecamatan PulauPulau .atu dan !ecamatan 5ibala, "uga ditemukan dasar pantai yang landai, dan perairan dangkal dan "ernih. 2. Kual)ta( Pera)ran Laut %ecara umum, kualitas perairan laut di * #ilayah kecamatan (Pulau-Pulau .atu, 5ibala dan eluk dalam) masih cukup baik dan mendukung sistem kehidupan akuatik. %alinitas berkisar antara 2< 6 ** ppt, kecerahan 10 - 15 m, kadar nitrat sedang (0,)2 ppm) kecuali di sekitar pemukiman di pulau-pulau kecil, dan oksigen terlarut berkisar antara ),8 6 +,) ppm. 3. Teru-2u Karang Akosistem terumbu karang di !abupaten $ias %elatan dengan luas *.+2, hektar, sebagian besar tersebar di ka#asan !ecamatan Pulau-Pulau .atu. !a#asan terumbu karang tersebut men"adi lokasi utama penangkapan ikan ekonomis bagi masyarakat nelayan. 4kibat lemahnya penga#asan, di daerah ini banyak ter"adi kegiatan penangka-pan ikan yang tidak ramah lingkungan, baik oleh nelayan lokal maupun nelayan asing. Penggunaan bom, racun dan pukat harimau telah menyebabkan kerusakan terumbu karang sampai pada tahap yang mengkha#atirkan. .erdasarkan hasil foto ba#ah air, kerusakan terumbu karang di !ecamatan 5ibala telah mencapai +* /, di !ecamatan Pulau-Pulau .atu +) / dan !ecamatan eluk Dalam ,8 /. erumbu karang yang masih baik hanya terdapat pada ka#asan perairan pada kedalaman lebih dari 15 meter. !erusakan terumbu karang ini secara nyata telah berdampak terhadap penurunan hasil tangkapan nelayan dalam beberapa tahun terakhir ini. (mplikasi dari keadaan ini, terumbu karang semakin banyak mengalami tekanan oleh masyarakat lokal dengan cara-cara yang tidak bi"aksana untuk memenuhi kebutuhan hidup. ;leh sebab itu, untuk mengurangi kerusakan yang lebih parah, perlu segera ditetapkan daerah konser2asi laut (marine mana ement area), yang didukung peraturan desa dan daerah, dan pengembangan mata pencaharian alternatif. Pantai di Pulau-Pulau .atu dan5ibala umumnya berpasir putih bersih, sedang di eluk Dalam berpasir putih agak kecoklatan. Calaupun pada beberapa lokasi di P. P. .atu yang dekat dengan pemukiman penduduk ataupun yang pantainya ditumbuhi semak belukar atau mangro2e perairannya sedikit agak keruh, tapi kondisinya relatif masih lebih "ernih dibandingkan dengan dengan perairan yang berada di sekitar eluk Dalam. .erdasarkan pengamatan di lapangan, tingkat sedimentasi yang agak tinggi di"umpai pada stasiun-stasiun yang berada di eluk Dalam. 'ataan terumbu bagian atas (reef flat2reef top) umumnya landai dan mendatar antara 50-150 m dari daratan. Dasar perairannya dipenuhi oleh karang mati yang telah ditumbuhi alga ( "345"ead 3oral %ith al ae), pecahan karang mati (656u$$le), ataupun pasir (S5Sand). Calaupun tidak banyak di"umpai

+ 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 lamun (sea rass), pada beberapa lokasi seperti di Pulau .alogia, Pulau %ipika, dan Pulau Pono, lamun dari marga 7nhalus di"umpai di rataan terumbu bagian atas. Pada bagian lereng terumbu (reef slope), sudut kemiringan semakin bertambah #alaupun kemiringannya tidak terlalu curam, yaitu sekitar 10-*0 o. Dasar perairannya "uga banyak di"umpai pecahan karang mati, pasir ataupun bongkahan karang mati yang telah ditumbuhi oleh alga. !arang tumbuh dalam ukuran kecil dan umumnya tidak mengelompok dalam satu tempat, melainkan terpisah6pisah. !arang 4cropora relati2e "arang di"umpai, dan kalau pun di"umpai umumnya berukuran kecil, diameternya kurang dari 20 cm. Pada beberapa lokasi, karang kelompok $on-4cropora dari marga 8ydrophora terlihat agak dominan dibanding marga lainnya #alaupun persentase tutupannya "uga tidak besar. .erdasarkan pengamatan 2isual di lapangan, di Pulau-Pulau .atu dan 5ibala banyak di"umpai kerusakan karang yang mungkin disebabkan oleh penangkapan ikan menggunakan bom dan racun (potas) , selain karena faktor alami. 5asil pengamatan terumbu karang yang dilakukan dengan menggunakan metode transek memperlihatkan bah#a persentase tutupan karang hidup seluruhnya di ba#ah 50 /. Di Pulau-Pulau .atu, rata-rata tutupan karang 2*,82 /, 5ibala 25, 1) dan eluk Dalam ,,28 / untuk 4cropora dan non 4cropora. *. !angr'4e Di !abupaten $ias %elatan, hutan mangro2e hanya ditemukan pada beberapa pulau sa"a, dan luasnya sekitar )00 hektar. Di !ecamatan Pulau-Pulau .atu, mangro2e ditemukan di sekitar Pulau ello, Pulau Pono dan Pulau anah Masa,, di !ecamatan 5ibala di sekitar eluk Duru dan pantai Pulau 5ibala dekat alur muara sungai dengan luas sekitar 10* hektar, dan di !ecamatan eluk Dalam sekitar 1,0 hektar. .#. K'n*)() S'()al Ek'n'-) a. Ke0en*u*ukan :umlah penduduk !abupaten $ias %elatan berdasarkan .P% (200)) mencapai 2+5.500 "i#a ()1.2+) !epala !eluarga), dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 151 "i#aBkm 2. 9a"u pertambahan penduduk mencapai 1,5 /Btahun. !epadatan penduduk tertinggi terdapat di !ecamatan =omo (*1+ "i#aBkm2), dan terendah di !ecamatan 9ahusa (,, "i#aBkm 2). :umlah penduduk di tiga kecamatan yang men"adi #ilayah pengelolaan &oremap ((, yakni !ecamatan 5ibala mencapai <.*+8 "i#a (1.,+5 !epala !eluarga) dengan tingkat kepadatan 1+* "i#aBkm2, !ecamatan Pulau-Pulau .atu sebanyak 1+.8)5 "i#a (8.*)) !epala !eluarga) dengan tingkat kepadatan 188 "i#aBkm 2, dan !ecamatan eluk Dalam +).+50 "i#a dengan tingkat kepadatan 15+ "i#aBkm 2. %edangkan "umlah penduduk di desa-desa lokasi &;'AM4P (( adalah 7 Desa Duru 508 "i#a, u#aso )2* "i#a, %ifitu A#ali ,01 "i#a, 5ayo 2,8 "i#a, 9uaha (dano Pono 25* "i#a, dan Desa .otohilitano *.22) "i#a.

, 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 2. Pen*)*)kan ingkat pendidikan masyarakat pesisir di !abupaten $ias %elatan masih relatif rendah, karena )8,)+ / dari populasi yang ada hanya tamat %D dan %9 P. .erdasarkan obser2asi lapangan di #ilayah pesisir, banyak gedung sekolah dasar yang tidak layak fisik, "umlah guru yang tidak memadai, dan sarana proses bela"ar menga"ar yang minim. .erdasarkan data .P% (200)), "umlah %D $egeri dan (npres di daerah ini telah mencapai 20* buah, %D %#asta 18 buah, dengan "umlah guru sebanyak 1.1<+ orang. Di !ecamatan 5ibala, "umlah %D sebanyak 10 buah, !ecamatan Pulau-Pulau .atu 2+ buah, dan !ecamatan eluk Dalam 5* buah. >ang men"adi masalah adalah tidak tercapainya standar rasio "umlah unit %D dengan "umlah penduduk usia sekolah, dan rasio "umlah guru dengan murid di suatu desa, sehingga mutu pendidikan relatif rendah. .ahkan di desa tertentu tidak terdapat guru P$%, sehingga tenaga penga"ar yang ada hanya berstatus guru bantu. 3. !ata Pen3a,ar)an %ebagian besar penduduk !abupaten $ias %elatan beker"a di sektor pertanian (usaha tani, perkebunan, perikanan, peternakan), sedangkan yang lainnya beker"a di sektor industri, pari#isata, dan "asa lainnya. !husus bagi masyarakat pesisir yang ada di enam kecamatan yang memiliki perairan pesisir dan laut, umumnya kehidupan mereka tergantung dari hasil laut. Penangkapan ikan umumnya menggunakan teknologi tradisional, seperti ukuran kapal yang kecil, sehingga daerah penangkapan ikan hanya berkisar di perairan pantai. Menurut .P% (200)), "umlah nelayan yang menggunakan kapal motor di !ecamatan 5ibala hanya ), orang, pada hal "umlah nelayan mencapai ,0< orang, di !ecamatan Pulau-Pulau .atu sebanyak <* orang dengan "umlah nelayan 1.))* orang, dan di !ecamatan eluk Dalam 2, orang dengan "umlah nelayan )+* orang. Dari data tersebut tergambar, sangat banyak nelayan yang hanya menggunakan alat tangkap perahu tanpa motor (sampan), sehingga produksi ikan relatif rendah. Produksi perikanan laut dari !ecamatan 5ibala hanya mencapai *.)+<,, ton, Pulau-Pulau .atu ).2*<,2 ton, dan !ecamatan eluk Dalam )<1,5 ton pada tahun 200). .erdasarkan sur2ey lapangan (%eptember, 200,), rata-rata tingkat pendapatan nelayan berkisar antara 'p *00.000 6 'p 500.000Bbulan. Dengan tingkat pendapatan yang demikian, menyebabkan masyarakat pesisir kekurangan modal untuk pengembangan usaha, tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan biaya pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dan timbulnya dorongan untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir secara tidak bi"aksana akibat tekanan ekonomi atau kebutuhan hidup. ;leh sebab itu, rusaknya terumbu karang di daerah ini sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi keluarga. Dengan demikian, diperlukan upaya pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat nelayan, yang sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya terumbu karang.

< 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 *. Per,u2ungan Cilayah !abupaten $ias %elatan yang berada di daratan Pulau $ias, sebagian besar dapat di"angkau dengan sarana perhubungan darat. 4rtinya, pasarana angkutan darat telah cukup memadai di daerah ini, baik antar kota kecamatan, antara ibukota kecamatan dengan kabupaten, dan antar ibukota kabupaten ($isel dan $ias). %edangkan perhubungan laut, terutama digunakan untuk #ilayah !ecamatan 5ibala dan Pulau-Pulau .atu dengan menggunakan sarana kapal penumpang dan kapal barang antar pulau (!apal Perintis) menu"u ibukota kecamatan, ibukota kabupaten ( eluk Dalam), %ibolga dan Padang secara reguler. Demikian halnya sarana transportasi udara, sudah ada di daerah ini, yakni .andara 9asonde di !ecamatan Pulau-Pulau .atu. Pemanfaatan sarana perhubungan udara ini masih belum optimal, karena "adual penerbangan hanya dua kali per minggu. Diharapkan bandara ini dapat dikembangkan, sehingga mampu berfungsi untuk pengangkutan barang (cargo) untuk produk perikanan secara cepat ke negara tetangga, sehingga !abupaten $ias %elatan dapat dibangun berbasis sumberdaya perikanan dan kelautan. Di sisi lain, desa-desa yang letaknya di daerah terisolir, masalah transportasi sangat berperan penting dalam pengembangan desa-desa pesisir tersebut. !esulitan sarana transportasi untuk pengangkutan faktor produksi dan hasil produksi masyarakat nelayan dari pulau terisolir seperti Pulau anah .ala di !ecamatan 5ibala, Pulau Pini di !ecamatan Pulau-Pulau .atu imur, Pulau %imuk di !ecamatan Pulau-Pulau .atu, menyebabkan kehidupan ekonomi mereka lambat berkembang, sehingga banyak nelayan berada dalam kemiskinan I5. PROFIL PERIKANAN DESTRUKTIF #.1. 6en)( Alat Tangka0 *an Ba,an .erdasarkan hasil sur2ey di lokasi &oremap (( !abupaten $ias %elatan dan daerah-daerah lain yang terkait dengan kegiatan perikanan destruktif seperti Pulau Pini dan Pulau Marit, diperoleh informasi dari responden bah#a alat tangkap dan bahan yang digunakan dalam kegiatan perikanan destruktif di $ias %elatan adalah +*,1) / menggunakan bom, 22,18 / menggunakan racun (potas), dan 8,+0 / menggunakan strum 4&&3 untuk menangkap lobster dan timun laut. Dari #a#ancara dengan masyarakat nelayan di desa-desa lokasi &oremap ((, nelayan pemakai bom sebagaian besar (,8,2,/) berasal dari luar $ias %elatan, dan hanya 15,+2 / dilakukan oleh nelayan lokal, yang umumnya berpangkalan di Pulau Pini, !ecamatan Pulau-Pulau .atu imur, dan Pulau Marit !ecamatan Pulau-Pulau .atu. %edangkan pengguna racun (potas) )8,1, / dilakukan nelayan luar, dan *),,2 / dilakukan oleh nelayan lokal. Di seluruh desa-desa lokasi &oremap (( !abupaten $ias %elatan, kegiatan destruktif fishing ini tidak ada lagi dilakukan nelayan desa tersebut setelah dibentuknya Pokmas !onser2asi dan dibelakukannya Perdes untuk perlindungan terumbu karang khususnya di lokasi DP9 dan perairan sekitar desa. $elayan lokal

10 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 yang masih sering menggunakan bom adalah nelayan yang berasal dari Pulau Pini dan Pulau Marit, di luar lokasi program &oremap ((. #.2. !ater)al *an Su-2er !ater)al $elayan pelaku yang berhasil di#a#ancarai di !ecamatan Pulau-Pulau .atu dan !ecamatan 5ibala, tidak dapat men"elaskan bahan-bahan pembuatan bom ikan dan biayanya secara detail. Di"elaskan bah#a nelayan hanya sebagai karya#an suatu unit usaha penangkapan ikan dari %ibolga dan tidak ikut merakit bom. Mereka hanya sebagai pelaku di lapangan, dan hanya mengetahui bah#a bahan utama pembuatan bom itu dari fosfor, pupuk kalium klorida dan urea, dan menggunakan tali sumbu pada botol. .ahan-bahan itu diperoleh di %ibolga dan sudah ada rantai niaga dengan pedagang bahan kimia di Medan secara gelap. Melihat fakta yang demikian, berarti sudah ada "alur khusus pedagang di %ibolga dan Medan, yang sulit dideteksi oleh aparat kepolisian. Calaupun iDin pen"ualan bahan-bahan kimia di %ibolga dan Medan sudah cukup ketat oleh instansi terkait, namun bahan-bahan ini selalu sa"a dapat diperoleh pelaku illegal fishing. ;leh sebab itu ada kecurigaan sebagian pihak, kegiatan ini dibacking oleh pihak tertentu yang memperoleh keuntungan dari kegiatan illegal tersebut. Demikian halnya dengan penggunaan racun untuk pembiusan ikan, "enis bahan kimia itu tidak mereka ketahui namanya, hanya mereka tahu namanya Potas. $elayan pelakuBpengguna potas ini ada yang berstatus sebagai karya#an suatu usaha perikanan di %ibolga, dan ada "uga sebagai nelayan lokal di $ias %elatan. Dari informan nelayan lokal, bahan potas ini diperoleh dari nelayan %ibolga dan dibeli di tengah laut seharga 'p 150.000 per botol (500 ml), dan mereka siap membeli hasil tangkapan ikan nelayan lokal. (kan yang kena racun ini mempunyai ciri #arna tubuh memucat dan mata merah. .erbeda halnya dengan penggunaan setrum listrik 4&&3 untuk menangkap udang karang dan timun laut, seluruhnya dilakukan oleh nelayan lokal. Penggunaan listrik ini bertu"uan menyentak agar lobster dan timun laut keluar dari sarangnya, serta melemah-kannya, sehingga mudah ditangkap. Penggunaan listrik ini diperkirakan dapat memati-kan lar2a ikan dan anemone laut di sekitar terumbu karang. #. . Pelaku *an !ata Ranta) Pelaku Dari #a#ancara dengan nelayan di desa-desa pesisir di $ias %elatan, pelaku umumnya tidak dikenal ber"umlah * 6 5 orang, ukuran kapal E 5 = , dan biasanya beraksi sekitar sore hari antara pukul 1) 6 1+ ketika angin mulai kencang dan ombak mulai besar. Dalam kondisi seperti itu, nelayan tradisional sudah pulang ke rumah masing-masing dan kondisi laut sepi, sehingga pelaku lebih leluasa melakukan pemboman. Calaupun sudah ombak besar, karena kapal yang digunakan umumnya lebih dari 5 = maka kondisi laut tersebut tidak menghalangi mereka untuk melakukan aksi pengeboman. Dan kapal-kapal ini memiliki kapal induk (,0 6 120 = ) yang bermanu2er di tengah laut, dan memiliki peralatan komunikasi yang modern. ;leh sebab itu, usaha perikanan destruktif ini dimiliki

11 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 pemodal besar atau pengusaha perikanan dengan armada penangkapan ikan yang mampu men"ela"ahi perairan oseanis pantai barat %umatera. 5al yang menarik, ternyata pelaku dari luar daerah tersebut mempunyai hubungan dengan pelaku lokal, karena sering kapal mereka bersandar di Pulau Pini dan Pulau Marit untuk membeli ikan dari nelayan tradisional. Dengan cara seperti itu, mereka tersamar sebagai penangkap ikan legal. %elain itu, nelayan illegal ini "uga pergi ke daerah Pulau .anyak (4ceh %ingkil), sebelah utara Pulau $ias untuk melakukan kegiatan yang sama.
Pengusaha Perikanan %ibolga !apal (kan .esar (,0 6 120 = )

Di tengah laut

!apal !ecil dan $elayan Pelaku

$elayan radisional (legal)

?ishing =round $ias %elatan

$elayan 9okal PD (Pulau Pini dan Pulau Marit)

Pasar (kan elloB5ibalaB eluk Dalam

=ambar 2. Mata 'antai Pelaku Perikanan Destruktif di !abupaten $ias %elatan #.#. Pa(ar *an 6alur Pe-a(aran 5asil tangkapan ikan oleh nelayan lokal pengguna bom, umumnya di"ual di tengah laut kepada nelayan luar tersebut, dan mereka tidak pernah men"ualnya di !ota ello atau 5ibala. .erdasarkan hasil pengamatan di pasar pen"ualan ikan di Pulau ello, 5ibala dan eluk Dalam, tidak ada di"umpai ikan-ikan dengan ciri-ciri hasil pemboman. ;leh sebab itu, dapat dipastikan ikan-ikan hasil tangkapan melalui pemboman di"ual di tengah laut dan kemudian diangkut ke pangkalan pendaratan ikan luar $ias %elatan. Menurut nelayan lokal yang dulu pernah terlibat kegiatan illegal ini, harga ikan yang mereka "ual di tengah laut mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan hasil tangkapan legal dengan "enis ikan yang sama, karena tubuh ikan sebagian sudah rusak. 4da dugaan, bah#a ikan-ikan tersebut sebagian men"adi bahan baku pabrik tepung ikan, dan sebagian lagi di"ual

12 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 ke daerah-daerah yang "auh dari #ilayah pesisir. ;leh sebab itu, dapat dinyatakan bah#a rantai tata niaga ikan hasil destruktif fishing ini relatif pendek. Di $ias %elatan, tidak ada di"umpai pedagang pengumpul ikan hasil kegiatan destruktif fishing, dan nelayan lokal pelaku kegiatan ini langsung berhubungan dengan nelayan luar di tengah laut, dan biasanya tranksi ini dilakukan di #ilayah perairan Pulau Pini dan Pulau Marit, dengan "arak sekitar *0 6 80 mil laut dari Pulau ello. 3mumnya nelayan lokal dan nelayan luar dapat dengan mudah berkomunikasi dengan menggunan telepon seluler. .erdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa kepala desa di PulauPulau .atu dan 5ibala, sebelum ada kegiatan &;'AM4P, ikan-ikan hasil pemboman dengan ciri perut atau mata pecah masih ada di"ual di pasar ello, dan Pasar 5ibala. etapi setelah program &;'AM4P masuk di $ias %elatan, tidak pernah lagi ditemukan ikan seperti itu di pasar ikan lokal. Diduga hal ini disebabkan adanya kegiatan penyadaran masyarakat, sosialisasi undang-undang perikanan, peningkatan M&% oleh aparat keamanan laut, dan implementasi Peraturan Desa . #./. L'ka()7L'ka() Terka)t !elanggengan akti2itas Perikanan Destruktif (PD) di $ias %elatan terkait dengan 2 lokasi utama di daerah ini, yakni Pulau Pini dan Pulau Marit. Dapat dipastikan ada komponen dalam yang mendukung atau terlibat di dalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil #a#ancara mendalam dengan nelayan lokal, diperoleh informasi tentang proses terbentuknya hubungan nelayan luar dan nelayan lokal pelaku PD. Di"elaskan ada beberapa orang nelayan asal $ias %elatan yang men"adi karya#an pengusaha perikanan tangkap di %ibolga. Melalui mereka inilah terbentuk "alur dan hubungan PD dengan nelayan lokal di beberapa desa di Pulau Marit dan Pulau Pini. $elayan ini direkrut di %ibolga men"adi karya#an suatu perusahaan dengan ga"i bulanan. 3mumnya peker"aan mereka sebelumnya sebagai tukang becak di %ibolga, dan sebagai nelayan tradisional di tempat asalnya $ias %elatan. Mereka hi"rah dari $ias %elatan ke %ibolga untuk mencari peker"aaan yang lebih baik. Dari segi posisi geografis, Pulau Pini sebagai salah satu pulau terbesar di $ias %elatan merupakan pintu masuk dan keluar kapal dari %ibolga ke Pulau-Pulau .atu ( ello). %elain itu, pulau ini cukup "auh dari pusat pemerintahan kecamatan di ello (#aktu tempuh 8 "am) sehingga Pulau Pini men"adi tempat yang cocok bagi persinggahan kapal-kapal ikan PD, dan men"alankan kegiatan PD baik "enis pemboman maupun penggunaan racun. %etelah dimekarkannya !ecamatan PulauPulau .atu men"adi 2 kecamatan, yakni !ecamatan Pulau-Pulau .atu imur dengan ibukota Pini, diharapkan kegiatan D? ini semakin berkurang. Demikian halnya dengan Pulau Marit, lokasi yang cukup "auh dari ello, penduduk relatif sedikit, pendapatan sangat rendah (F 'p *00.000Bbulan), dan tingkat pendidikan sangat rendah (F %D <2,1) /) sangat mendukung berkembangnya PD ini. Masyarakat yang demikian mudah dipengaruhi pihak lain

1* 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 untuk memperoleh uang dengan cepat dengan "alan pintas yang merusak sumberdaya alam dan lingkungan.

9eteran an 1

5 lo/asi pem$oman dan peracunan

=ambar *. Peta 9okasi Perikanan Destruktif di !abupaten $ias %elatan

#.1. Organ)(-e Target


!egiatan destruktif fishing (pemboman dan pembiusan) di $ias %elatan umumnya ditu"ukan untuk ikan-ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis penting, dan ikan-ikan karang yang harganya mahal seperti kerapu dan ekor kuning. :enis"enis ikan yang men"adi sasaran PD adalah yang sifatnya bergerombol ( schoolin ) seperti ikan tongkol (7uthynnus sp), kembung (6astrelli er sp), layang ("ecapterus sp), dan ikan karang (coral fish) yang mempunyai ukuran komersial. (kan-ikan kecil yang tidak bernilai ekonomis dibuang ke laut, sehingga sangat merusak sumberdaya. !arena kegiatan D? ditu"ukan pada ikan yang bergerombol, maka sekali melakukan pemboman dapat diperoleh hasil tangkapan 0,5 - 1,2 ton ikan, sedangkan pembiusan kurang dari 0,8 ton. ;leh sebab itu, dari segi bisnis perikanan, kegiatan D? ini akan efisien, karena dipastikan memperoleh ikan dalam 2olume besar dan #aktu relatif singkat.

18 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 #.8. Inten()ta( Keg)atan ?rekuensi penggunaan bom untuk penangkapan ikan di $ias %elatan ratarata * kali dalam 1 minggu, yang berarti fishing tripnya sekitar 2 hari sekali melaut. Caktu pengeboman biasanya sore hari antara pukul 15 6 1+ C(.. Caktu sore hari merupakan #aktu yang cocok bagi pengguna bom, karena biasanya sore hari laut sudah sepi karena nelayan tradisional sudah kembali ke desa, akibat angin dan ombak sudah besar. %edangkan penggunaan racun khusunya di #ilayah perairan Pulau Pini dan Pulau Marit ter"adi setiap hari dengan #aktu antara "am , 6 10 pagi. Penggunaan racun di pagi hari lebih efektif, karena ikan sedang mencari makanan atau kondisi lapar, sehingga lebih mudah terbius. $elayan pengguna racun ini selalu memperhatikan kekuatan dan arah arus laut, karena racun diharapkan cepat menyebar pada media air tempat ikan pelagis bergerombol. .ila perairan dangkal seperti di daerah karang, ikan-ikan demersalpun "uga ikut terbius racun tersebut, dan mematikan terumbu karang. #.9. Da-0ak De(trukt)" F)(,)ng .erdasarkan hasil sur2ey lapangan, dan data-data penelitian 9(P( serta &'( & daerah, kegiatan pemboman ini sudah menghancurkan terumbu karang di $ias %elatan. .erdasarkan data yang diperoleh dari &'( & (200+), tutupan karang hidup di $ias %elatan rata-rata F *0 /, yang berarti tingkat kerusakan terumbu karang sudah mencapai le2el tinggi. !arang yang rusak karena pemboman ikan ditandai dengan pecahan karang yang kecil-kecil dan tersebar di dasar perairan. Penggunaan racun dalam penangkapan ikan "uga merusak karang, dengan cirri-ciri #arna karang men"adi memutih. Dari hasil #a#ancara dengan nelayan di Pulau Pini, penggunaan racun sebanyak * kali di lokasi yang sama dipastikan akan mematikan karang dan sudah terlihat "elas perubahan #arna karang setelah * minggu. !ematian karang akibat racun banyak ditemukan di sekitar perairan Pulau Pini, Pulau Marit, dan di beberapa pulau di !ecamatan 5ibala. .erdasarkan konsep stabilitas ekosistem, Mann (2000) menyatakan kerusakan terumbu karang ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan berbagai "enis ikan, karena habitat terumbu karang merupakan tempat memi"ah (spa%nin round), tempat pembersaran lar2a ikan (nursery round), dan tempat mencari makan (feedin round) berbagai "enis ikan dan udang di perairan laut. 4da dugaan, penurunan hasil tangkapan nelayan untuk "enis ikan-ikan karang dari tahun ke tahun di $ias %elatan, diduga kuat berkaitan dengan kerusakan ekosistem terumbu karang di daerah ini. $amun hal ini perlu penelitian lebih dalam dengan analisis kuantitatif. #.:. Pr'(e( Huku- De(trukt)" F)(,)ng .erdasarkan data yang diperoleh di Polsek !ecamatan Pulau-Pulau .atu, nelayan yang tertangkap aparat karena memba#a bom mengalami penurunan se"ak tahun 2008 sampai sekarang, sedangkan nelayan pengguna racun belum pernah ada yang ditangkap. Pada tahun 2008 ada 8 kasus, tahun 2005 sebanyak * kasus, tahun 200) sebanyak * kasus, dan tahun 200+ hanya 1 kasus, dengan pelakuBtersangka

15 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 nelayan luar dan nelayan lokal. %angat disayangkan, semua kasus ini lenyap tanpa penyelesaian hukum yang "elas, dan pelaku dibebaskan. 5. KESI!PULAN .erdasarkan hasil studi destruktif fishing di !abupaten $ias %elatan, diperoleh beberapa kesimpulan, yakni 7 1) !egiatan perikanan destruktif terdiri dari +*,1) / melakukan pemboman, 22,18 / menggunakan racun (potas), dan 8,+0 / menggunakan strum 4&&3 untuk menangkap lobster dan timun laut. 2) $elayan pemakai bom ,8,2,/ berasal dari luar $ias %elatan, dan hanya 15,+2 / dilakukan oleh nelayan lokal yang berlokasi di Pulau Pini dan Pulau Marit. *) Penggunaan racun (potas) cukup banyak dilakukan nelayan lokal yang mencapai *),,2 /, dan oleh nelayan luar )8,1, /. 8) .ahan dan material untuk pembuatan bom dan racun ikan diperoleh dari %ibolga dengan memiliki "aringan dengan pedagang di Medan. 5) ;rganisme target perikanan destruktif adalah "enis-"enis ikan pelagis dan ikan karang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. )) (ntensitas pemboman sebanyak 2 kali dalam 1 minggu, sedangkan penggunaan racun setiap hari di daerah Pulau Pini dan Pulau Marit. +) Dampak negatif destruktif fishing di $ias %elatan sangat signifikan terhadap kerusakan terumbu karang, karena persentase tutupan karang hidup di daerah ini kurang dari *0 /. ,) Proses "ustisi pengguna bom ikan mengalami penurunan se"ak tahun 2008 hingga sekarang, dan tidak diketahui apakah penurunan kasus tersebut sebagai dampak positif kegiatan M&% oleh aparat penegak hukum di laut. <) !egiatan perikanan destruktif di desa-desa lokasi &oremap (( mulai tahun 200+ tidak ada lagi, yang berkaitan erat dengan peningkatan kesadaran masyarakat, sosialisasi undang-undang perikanan dan sanksi illegal fishing, pembentukan lembaga penga#as tingkat desa, dan implementasi peraturan desa. DAFTAR PUSTAKA .engen, D.=. 2002. 4nalisis 7/osistem 0esisir, P!%P9 (P., .ogor. .P% !abupaten $ias %elatan. 200). 9ecamatan 0ulau-0ulau 'atu "alam 4n /a. &esar, :.5. 1<++. 0opulation 7colo y of 3oral 6eef. 4cademic Press, $e# >ork. &'( &. 200+. .ontorin 9esehatan Terum$u 9aran . Dinas Perikanan dan !elautan !abupaten $ias %elatan, eluk Dalam. Dahuri, '., :. 'ais, %.P. =inting, M.:. %itepu. 1<<). 0en elolaan Sum$erdaya :ilayah 0esisir dan ;autan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, :akarta.

1) 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17 5odgson, :. 1<<,. "e radation of 3oral 6eef 3ommunities. Alse2ier %cientific Publishing &ompany, 4msterdam. Mann, !.5. 2000. 7colo y of 3oastal :aters. Massachusetts .lack#ell %cientific, (nc.,

Pusat !a"ian %umberdaya Pesisir dan 9autan. 1<<,. 0enyusunan 9onsep 0en elolaan Sum$erdaya 0esisir dan ;autan yan 'era/ar pada .asyara/at. !er"asama Direktorat :enderal Pembangunan daerah Departemen Dalam $egeri dengan Pusat !a"ian %umberdaya Pesisir dan 9autan (nstitut Pertanian .ogor. %itorus, 5. 2005. 0en elolaan Terum$u 9aran 'er$asis .asyara/at . Makalah Dalam Pelatihan Pengelolaan erumbu !arang .agi Petugas eknis 9apangan. Dinas Perikanan dan !elautan, Propinsi %umatera 3tara. %upriharyono. 2002. 0elestarian dan 0en elolaan Sum$erdaya 4lam di :ilayah 0esisir Tropis. P . =ramedia, :akarta.

1+ 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

VISI (2009) 17 (1) 1 - 17

.(;D4 4 PA$39(% Penulis dilahirkan di 9aepanginuman-Dairi, tanggal 2) Maret 1<)8. %etelah tamat dari %M4 $egeri %idikalang, tahun 1<,2 penulis melan"utkan pendidikan di (P. .ogor dan tamat 1<,). ahun 1<,< lulus dari Program Pascasar"ana (P. bidang keahlian Pengelolaan %umberdaya 4lam dan 9ingkungan, dan tahun 2005 memperoleh gelar Doktor dari %P% (P. bidang keahlian Pengelolaan %umberdaya Pesisir dan 9autan. ahun 1<,+ men"adi dosen tetap di 35$, tahun 1<<0 6 1<<8 sebagai %ekretaris merangkap !epala Pusat Penelitian %umberdaya 4lam dan 9ingkungan 35$. ahun 200) 6 200, men"adi 'egional 4d2isor of &oral 'eef 'ehabilitation and Management Program (&;'AM4P-4D.) di !abupaten $ias %elatan, dan tahun 200, men"adi !etua 9embaga Penelitian 35$. %elama men"adi staf penga"ar di 35$, menulis buku Dasar-Dasar (lmu 9ingkungan, (lmu 4lamiah Dasar, dan Pedoman Penulisan %kripsi. 4ktif menulis di berbagai media massa, dan sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan seminar dan lokakarya.

1, 0000000000000
(%%$ 0,5* - 020*

Anda mungkin juga menyukai