Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development GoalsMDGs) merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional yang hendak dicapai pada tahun 2015. Tujuan tersebut yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102/100 000 Kelahiran Hidup (KH) dan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) 23/1000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2010). Namun, hingga saat ini kondisi derajat kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi pada setiap kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), pada tahun 2007 AKI sebesar 228 per 100 000 KH dan AKB sebesar 32 per 1000 KH, sedangkan tahun 2010 AKI sebesar 208 per 100 000 KH dan AKB sebesar 26 per 1000 KH (Susenas, 2010). Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun, tetapi bila di bandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2015, yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit tercapai. AKI juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun di Provinsi Sumatera Barat. Namun, penurunan tersebut tidak menunjukkan angka yang memuaskan. AKI pada tahun 2007 sebesar 229 per 100 000 KH, tahun 2008

sebesar 225 per 100 000 KH, tahun 2009 sebesar 209 per 100 000 KH dan tahun 2010 sebesar 206 per 100 000 KH (Dinkes Sumbar, 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa penurunan AKI di Sumatera Barat masih jauh dari harapan. Masalah kesehatan ibu dan bayi merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya AKI dan AKB serta lambatnya penurunan angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan KIA tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para pelaksana pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar dan tingkat pelayanan rujukan (Depkes RI, 2002). Karena tanpa kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan KIA tersebut, pencapaian tujuan penurunan AKI dan AKB akan sulit dicapai. Berdasarkan laporan perkembangan pencapaian MDGs Indonesia tahun 2007 bahwa penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (30%), partus lama (5%), komplikasi aborsi (8%), dan infeksi (12%). Resiko kematian ibu semakin besar dengan adanya anemia, kekurangan energi kronik (KEK), dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, serta HIV/AIDS. Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi dan keadaan resiko tinggi kehamilan dapat dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan kehamilan sedini mungkin, serta pengelolaan program KIA

khususnya pelayanan Antenatal Care (ANC) yang dapat menjangkau semua ibu secara terarah dan merata (Depkes RI, 2009). Oleh karena itu, pelayanan kesehatan yang berkualitas dan tenaga kesehatan yang professional sangat menentukan keberhasilan upaya pencegahan tingginya angka kematian. Secara kuantitas, tujuan nasional tentang pencapaian penurunan AKI dan AKB tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh organisasi yang mempunyai kemampuan dan kinerja yang berkualitas dan dapat dihandalkan, salah satunya adalah kinerja bidan. Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran yang cukup besar dalam mendeteksi resiko kematian pada ibu maternal terutama pada pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil. Tugas dan wewenang bidan dalam pengelolaan program KIA dapat dilihat pada cakupan kunjungan ibu hamil yang pertama pada trimester I (K1), kunjungan Ibu hamil yang ke empat pada trimester III (K4), deteksi resiko tinggi oleh tenaga kesehatan yang merupakan indikator pelayanan ANC (Depkes RI, 2012). Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan sesuai dengan buku pedoman pelayanan antenatal (Depkes RI, 2009). Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat

dilihat dari cakupan K1 dan K4 (Depkes RI, 2009). Pelayanan antenatal dapat mengidentifikasi faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas dan riwayat obstetric yang buruk pada ibu hamil. Disamping itu dapat memberikan pertolongan pertama terhadap penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan seperti hipertensi, perdarahan selama kehamilan, Pertolongan pertama ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kondisi-kondisi yang tidak diinginkan. Sehingga sebelum hal buruk terjadi, ibu hamil dapat dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Karena dengan rujukan yang efektif, angka kematian dapat ditekan sampai 80% (Depkes RI, 2009). Jadi, keterlambatan rujukan pada kondisi buruk ibu hamil dapat memperbesar resiko kematian. Pemerataan penempatan bidan di desa-desa juga sangat berperan dalam menurunkan AKI dan AKB. Oleh karena itu, pemerintah mengatur masalah penempatan ini dengan sebuah Keputusan Presiden No : 23 Tahun 1994 tentang penempatan bidan di desa dan surat edaran No : 435/MENKES/E/IV/2004 tentang pengangkatan bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT). Kebijakan pemerintah tersebut merupakan kebijakan guna pemerataan pelayanan kesehatan yang berdampak pada penurunan AKI dan AKB, sebagai elemen utama dalam indikator status derajat kesehatan (Depkes RI, 2004). Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja seseorang akan dapat diukur dengan menggunakan standar kerja suatu

kelompok kerja atau organisasi. Hal ini sejalan dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa, kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan (Mangkunegara, 2005). Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karateristik pribadi, motivasi, pendapatan dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi, dan pengembangan karir (Ilyas, 2001). Selanjutnya, Gibson (1996) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu individu, organisasi dan psikologi. Faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor psikologi meliputi persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Sedangkan faktor organisasi meliputi sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Jadi, baik atau buruknya kinerja seseorang dalam bekerja bisa saja dipengaruhi oleh salah satu atau beberapa faktor di atas. Seperti dijelaskan sebelumnya, pelayanan KIA yang baik dipengaruhi oleh kinerja bidan. Kinerja bidan secara kuantitas dapat diukur berdasarkan pencapaian program-program KIA dengan mengacu kepada Standar Pelayanan Minimum (SPM), sedangkan secara kualitas kinerja bidan dalam pelayanan antenatal dapat diukur berdasarkan Standar Pelayanan Antenatal. Pelayanan antenatal dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa pelayanan kepada ibu hamil. Salah satunya adalah pelaksanaan dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar pelayanan antenatal, yang

mengakibatkan perhatian dan tuntutan terhadap kualitas layanan semakin tinggi (Depkes RI, 2004). Standar pelayanan antenatal memberikan wewenang dan perlindungan bagi pelaksana pelayanan antenatal dalam tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi (Depkes RI, 2005). Sedangkan sebagai indikator kelengkapan layanan dan gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan yang sesuai standar antenatal, serta paling sedikit empat kali kunjungan, digunakan cakupan K4. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana pelayanan kesehatan antenatal pada ibu hamil telah dilaksanakan. (Depkes RI 2004). Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan ANC diharapkan selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Meningkatnya pendidikan serta kesadaran masyarakat akan kebutuhan kesehatan menyebabkan makin meningkatnya tuntutan dan harapan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang bermutu (Broto, 1997). Pelayanan kesehatan yang bermutu dibuktikan dengan adanya kesesuaian pelayanan dengan standar pelayanan yang seharusnya, serta kepuasan penerima layanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Azwar (1996), bahwa mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak tata cara penyelenggarannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan, serta dipihak lain dapat menimbulkan kepuasan pada penerima layanan.

Kinerja bidan di beberapa daerah di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini terlihat dari beberapa penelitian berikut, yaitu hasil penelitan yang dilakukan oleh Umar (2007) di kabupaten Batang Hari Jambi, menunjukan bahwa kinerja bidan dalam pelayanan ANC kurang yaitu (50,6%). Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Asnin (2001) di Kabupaten Bungo Tebo menunjukkan bahwa kinerja petugas puskesmas pembantu dalam pelayanan kesehatan kurang yaitu (52,1%) dan penelitian yang dilakukan Hayanti (2003) di Kabupaten Lampung Barat menyatakan bahwa kinerja bidan di desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan neonatal kurang (73,4%). Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman sampai saat ini belum mempunyai data secara kualitas yang dapat menjelaskan tentang kinerja bidan dalam pelayanan antenatal yang sesuai standar, tetapi secara kuantitas dapat dilihat dari hasil kegiatan program KIA dalam pelayanan antenatal.

Berdasarkan SPM tahun 2010 pencapaian cakupan K1 94 % (SPM 98%), cakupan K4 84% (SPM 95%), persalinan oleh tenaga kesehatan 73,9% (SPM 90%), ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 65,4% (SPM 100%), cakupan kunjungan neonatus 80% (SPM 90%), sedangkan AKI 179 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 17 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010). Dampak pelayanan antenatal bagi kesehatan ibu dan bayi mempunyai daya ungkit yang besar terhadap derajat kesehatan. Memberikan pelayanan antenatal yang bermutu dan sesuai standar merupakan hal yang sangat

penting, karena proses pelayanan akan mempengaruhi kualitas hasil pelayanan. Berdasarkan uraian di atas, yang menggambarkan kondisi yang kurang memuaskan tentang pelayanan kesehatan ibu, bayi dan perinatal, serta belum tercapainya cakupan pelayanan KIA sesuai target nasional berdasarkan SPM, dan belum adanya data yang menjelaskan tentang kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman. Maka dirasa perlu untuk mengetahui apa saja yang melatar belakangi belum optimalnya kinerja bidan dalam pelayanan ANC berdasarkan standar pelayanan atenatal di Kabupaten Padang Pariaman. Hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan ANC di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2011.

B. Rumusan Masalah Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman sampai saat ini belum mempunyai data secara kualitas yang dapat menjelaskan tentang kinerja bidan dalam pelayanan antenatal berdasarkan standar pelayanan kebidanan. Sedangkan data secara kuantitas sudah dapat diketahui dari laporan kegiatan pelayanan KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 yaitu cakupan K1 94 % (SPM 95%) dan cakupan K4 84 % (SPM 95%), (Dinkes Padang Pariaman, 2010).

Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi umur bidan di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. b. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan bidan di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. c. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. d. Diketahuinya distribusi frekuensi status perkawinan bidan di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. e. Diketahuinya distribusi frekuensi pelatihan bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. f. Diketahuinya distribusi frekuensi lama kerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. g. Diketahuinya distribusi frekuensi motivasi bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013.

h. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. i. Diketahuinya distribusi frekuensi kepemimpinan bidan dalam

pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. j. Diketahuinya distribusi frekuensi imbalan bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. k. Diketahuinya distribusi frekuensi sarana bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. l. Diketahuinya distribusi frekuensi supervisi bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. m. Diketahuinya distribusi frekuensi kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. n. Diketahuinya hubungan umur dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. o. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. p. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. q. Diketahuinya hubungan status perkawinan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. r. Diketahuinya hubungan pelatihan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013.

10

s. Diketahuinya hubungan lama kerja dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. t. Diketahuinya hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. u. Diketahuinya hubungan sikap dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. v. Diketahuinya hubungan kepemimpinan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. w. Diketahinya hubungan imbalan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. x. Diketahuinya hubungan sarana dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. y. Diketahuinya hubungan supervisi dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013. z. Diketahuinya faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian 1. Mamfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang ilmu kesehatan masyarakat khususnya

11

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. 2. Mamfaat metodologik Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat menilai kinerja bidan dan dapat dipakai sebagai bahan penelitian lanjutan dengan metode yang sesuai dalam ruang lingkup yang lebih luas. 3. Mamfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar kebijakan dalam perencanaan yang tepat guna dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.

12

Anda mungkin juga menyukai