Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN GAYA BAHASA CERPEN ASMORO DALAM KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG, SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA

AYU SEBUAH TINJAUAN STILISTIKA Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Sastra Dosen Pengampu Dra. Widowati, M.Hum

Isah Rahmawati 10 001102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2013

PROPOSAL PENELITIAN SASTRA

A. Judul Penelitian

: Penggunaan Gaya Bahasa Cerpen Asmoro dalam Kumpulan

Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet Karya Djenar Maesa Ayu Sebuah Tinjauan Stilistika B. Bidang Ilmu : Sastra

C. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekililingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, dan juga Tuhan. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan sastrawan atau pengarang terhadap kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab sebagai sebuah karya seni (Nurgiyantoro, 2007:3). Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Edgar Allan Poe (Jassin, 1961: 72), mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Cerpen adalah cerita yang pendek dibangun melalui berbagai unsur yakni unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik menuntut penceritaan serba ringkas, tidak sampai detil-detil khusus yang kurang penting yang bersifat memperpanjang cerita. Unsur-unsur sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa didalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (cerpen) hadir. Unsur intrinsik dalam sebuah cerpen adalah unsur yang secara

langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah cerpen yang sangat bagus. Kemudian, untuk menghasilkan cerpen yang bagus juga diperlukan pengolahan bahasa. Bahasa merupakan sarana atau media untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarang yang akan dituangkan dalam cerpen untuk menceritakan sebuah cerita. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara pengaranng dengan pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasan melalui karya sastra. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang baik indrawi maupun hakiki. Selanjutnya pengarang merespon aktif dan pasif serta menciptakan hasil secara kreatif. Pembaca sebagai penikmat karya sastra dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui gaya bahasa yang menarik. Menurut Nurgiyantoro (2002: 272) bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya: fungsi komunikatif. Bahasa dalam karya sastra merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian atau konvensi dan masyarakat. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra cenderung menyimpang dengan kaidah kebahasaan, bahkan menggunakan bahasa yang dianggap aneh atau khas. Hal inilah yang memebedakan pengarang satu dengan yang lainnya. Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah aspek dari estetika. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Zulfahnur, dkk (1996:9), bahwa sastra merupakan karya seni yang berunsur keindahan. Keindahan dalam karya seni sastra dibangun oleh seni kata, dan seni kata atau seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa. Terkait dengan pernyataan tersebut, maka membaca sebuah karya sastra atau buku akan menarik apabila informasi yang diungkapakan penulis disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik. Sebuah buku sastra atau bacaan yang mengandung nilai estetik memang dapat menbuat pembaca lebih besemangat dan tertarik untuk membacanya. Apalagi jika penulis menyajikannya dengan gaya bahasa unik dan menarik. Dewasa ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya cerpen sangat pesat. Dalam kancah kehidupan sastra dan seni peran Indonesia, nama Djenar Maesa Ayu bukanlah nama asing yang keberadaannya harus diakui. Perempuan yang sering disapa

Nai ini lahir di Jakarta pada hari minggu, 14 Januari 1973 merupakan warga negara Indonesia. Perempuan berzodiak capricon ini bersuami Edi Widjaya dan dikaruniai dua orang anak Banyu Bening dan Bidari Maharani. Anak dari pasangan Sjuman Djaya dan seorang sutradara Tutie Kirana ini adalah seorang penulis berbakat yang juga merambah dunia seni peran. Bakat seninya diwariskan dari kedua orang tuanya. Nai mengaku dulu ia tidak terlalu pandai menulis, tapi kemudian ketika Nai memulai kiprahnya di dunia kepenulisan, ia bertemu sejumlah sastrawan Indonesia yang dijadikan guru penulisnya, seperti Seno Gumira Ajidarma, Budi Darma, dan Sutardji Coulzum Bachri. (Webb, http//:biografi-djenarmaesaayu.com, diunduh pada tanggal 5 Oktober 2013) Cerita cerpen Asmoro dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu dijadikan sebagai objek penelitian dikarenakan alasan-alasan berikut. Pertama, penggunaan bahasa dalam cerpen Asmoro sangat menarik. Djenar sangat pandai menggunakan bahasa-bahasa yang imajinatif namun tetap memerhatikan kualitas cerita. Sehingga mampu membuat pembaca penasaran dan ingin terus menerus membaca. Akan tetapi cerpen Asmoro ini berbeda dengan yang lain karena lebih banyak menyuruh kita untuk berimajinasi lebih kuat, lebih tajam untuk berkhayal karena di dalamnya banyak mengandung majas (gaya bahasa) yang digunakan pengarang untuk melukiskan isi cerita. Kedua, permasalaan-permasalahan yang dihadirkan dalam novel ini sangat problematik dan menarik, yaitu menceritakan eksplorasi kisah percintaan antara Asmoro dan Adjani. Berawal dari peristiwa Asmoro sebagai seorang penulis yang mengurung diri di dalam kamar supaya mendapat inspirasi untuk menciptakan sebuah karya tulis. Disaat itu juga tiba-tiba muncul sesosok Adjani yang hadir dalam kehidupannya dengan penuh keabstrakan. Namun, saat itu juga Asmoro berhasil menciptakan karya menceritakan kisah sosok Adjani yang mempunyai sifat diluar nalar kehidupan manusia sesungguhnya. Bahkan di sana menjelaskan situasi yang bukan seperti manusia sebenarnya, banyak cerita yang menjelaskan dengan khayalan bukan kenyataan yang ada. Ketiga, Djenar Maesa Ayu termasuk pengarang yang cukup produktif. Sejak karya pertamanya dimuat di harian Kompas 2002 yaitu cerpen Lintah yang memaparkan banyak fakta bertema feminisme. Sampai tahun 2011, sudah ada 4 kumpulan cerpen dan 1 buah novel yang diterbitkan. Beberapa penghargaan pun sudah diperolehnya antara lain: (1) Piala Citra untuk Sutradara Terbaik dalam film Mereka Bilang saya Monyet, (2)

Sepuluh besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003 untuk bukunya Mereka Bilang, Saya Monyet (3) Cerpen Terbaik Kompas 2003 untuk cerpennya Waktu Nayla (4) Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan untuk cerpennya Menyusu Ayah (5) Lima besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2004 untuk kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu. Selain menulis, Djenar juga menggeluti bidang perfilman, yaitu sebagai pemain dan sutradara. Ia membintangi film Boneka dari Indiana (1990), Koper (2006), Anak-Anak Borobudur (2007), Cinta Setaman (2008), Dikejar Setan (2009), Melodi (2010), dan Purple Love (2011) dan menjadi sutradara film Mereka Bilang, Saya Monyet, Fenomena (TransTV, SAIA (2009) serta sutradara TV dan Silat Lidah dalam acara 2007). 2006) (AnTV,

(http://life.viva.co.id/news/read/316691-djenar-maesa-ayu, diunduh pada tanggal 19 Oktober 2013). Keempat, data yang digunakan sebagai dasar penelitian cerpen Asmoro tersedia dan terjangkau. Adapun data-data yang diperoleh ini antara lain berasal dari data pokok yaitu Cerpen Asmoro dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu dan data pendukung berasal dari buku-buku, skripsi, internet dan sumber informasi lainnya. Kelima, relevan dalam lembaga pendidikan terutama di kelas X1 semester 2 keterampilan mendengarkan standar kompetensi 13. Memahami pembacaan cerpen. Pada kompetensi dasar 13.2 Siswa dapat belajar tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen ini. Kelas X11 semester 1 keterampilan membaca standar kompetensi 7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen. Pada kompetensi dasar menjelaskan unsurunsur intrinsik cerpen. Dari alasan-alasan di atas mendorong peneliti untuk mengupas lebih mendalam gaya bahasa dalam cerpen Asmoro dengan menggunakan tinjauan stilistika. Gaya bahasa merupakan cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Stilistika merupakan kajian terhadap wujud perfomasi kebahasaan atau struktur lahir kebahasaan, khususnya terdapat dalam karya sastra. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditunjukkan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja (Chapman, dalam Nurgiyantoro 1995: 279), namun biasanya stilistika lebih sering

dikaitkan dengan bahasa sastra. Analisis stlistika biasanya dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia kesustraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya (Leech & Short, Wellek & Werren, dalam Nurgiyantoro 1995: 279).

D. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu. 2. Makna gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu. 3. Nilai-nilai pendidikan yang disampaikan oleh pengarang Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Asmoro. 4. Fungsi gaya bahasa dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu.

E. Batasan Masalah Cerpen Asmoro mampu menunjukkan keahlian pengarang Djenar Maesa Ayu dalam menulis, berpengetahuan luas, dan intelegensia yang tinggi. Djenar Maesa Ayu menuliskan kalimat di dalam cerpen yang mempunyai arti dan makna mendalam serta memberikan kesan bagi pembaca. Djenar Maesa Ayu menggunakan gaya bahasa perbandingan diantaranya metafora, personifikasi, simile, dan hiperbola dalam menulis cerpen Asmoro. Berdasarkan gambaran di atas penelitian ini hanya dibatasi pada gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Asmoro yaitu metafora, personifikasi, simile dan hiperbola. F. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat diketahui rumusan masalah yang terkait dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan oleh Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Asmoro? 2. Bagaimana makna gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu?

3. Bagaimana fungsi gaya bahasa dan cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu?

G. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Menyebutkan dan mendiskripsikan gaya bahasa yang digunakan oleh Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Asmoro. 2. Mendiskripsikan makna gaya bahasa dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu. 3. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi gaya bahasa dalam cerpen Asmoro karya Djenar Maesa Ayu.

H. Manfaat Penelitian Penelitian ilmiah ini harus memberikan manfaat. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang gaya bahasa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk selalu aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan penelitian. b. Bagi Pembaca Pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi cerpen Asmoro dan mengambill manfaatnya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan dengan memilih cerpen-cerpen yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi. c. Bagi Peneliti yang Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan bahaan pijakan lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai