Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRAKATA
Alhamdulillah, La haula wala quwwata illa billah, Subhanakallah, La ilma lana illa ma allamtana Bahan kuliah ini disusun untuk adik-adik mahasiswa D-2 Teknik Pertambangan Unlam yang mengambil matakuliah Tambang Terbuka. Hal yang melatarbelakangi penyusunan bahan kuliah ini adalah mengingat sangat minimnya buku yang tersedia untuk disiplin ilmu Teknik Pertambangan, khususnya yang berbahasa Indonesia. Bahan kuliah ini sebagian besar berisi terjemahan buku Introductory Mining Engineering (Howart K Hartman, 1987). Akan tetapi, mengingat sasarannya adalah mahasiswa program diploma, bahasannya sengaja dibuat tidak terlalu detail. Namun untuk menambah wawasan mahasiswa, penyusun juga menelaah beberapa referensi lain sebagai bahan pembanding. Terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan bahan kuliah ini, terutama ananda Beryl dan mamanya. Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan bahan kuliah ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu, diharapkan masukan dan saran konstruktif agar dapat memperbaiki bahan kuliah ini di masa mendatang. Akhirnya, penyusun berharap agar bahan kuliah ini bermanfaat. Amin.
Februari 2005
DAFTAR ISI
Prakata Daftar Isi Silabus Matakuliah 1 1.1 1.2 2 2.1 2.2 3. 3.1 3.2 3.3 3.4 4 4.1 4.2. 4.3 4.4 5 6 7 8 8.1 8.2 Pengantar Kontribusi Pertambangan untuk Peradaban Manusia Pemilihan Metoda Penambangan Klasifikasi Metoda Penambangan dan Perbandingannya Klasifikasi Metoda Penambangan Perbandingan Tambang Terbuka Tambang Bawah Tanah Satuan Operasi Penambangan Pemboran dan Penetrasi Batuan Pemuatan dan Penggalian Operasi Tambahan Siklus dan Sistem Persiapan Tambang Terbuka Sifat dan Lingkup Tugas Rancangan dan Perencanaan Tambang Pemilihan Alat Cut-off Grade dan Nisbah Pengupasan Metode Ekstraksi Mekanik Metode Ekstraksi Aqueous Pengantar Kestabilan Lereng Sistem Penyaliran Sistem Penyaliran Langsung (konvensional) Sistem Penyaliran Tak Langsung (inkonvensional) 1 1 2 5 5 9 10 11 17 22 23 24 25 28 29 30 35 38 44 53 53 54
Prasyarat : Telah mengikuti matakuliah Pengantar Teknologi Mineral Uraian : 1. Pemahaman kontribusi industri pertambangan 2. Pemahaman sistem-sistem tambang terbuka 3. Pengenalan urutan kerja dan peralatan yang dioperasikan pada kegiatan pertambangan. 4. Pengertian Nisbah kupas (stripping Ratio) 5. Pengenalan aspek-aspek Tambang Terbuka meliputi lereng tambang dan penirisan / penyaliran tambang Pustaka : 1. Crawfrod, H., 1979, Open Pit Mine Planning and Design, SME-AIME, 1979 2. Hartman, H.L., 1987, Introductory Mining Engineering, John Wiley and Sons, New York 3. Irwandy Arief, Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan ITB, Bandung 4. Nurhakim, 2003, Bahan Kuliah Tambang Terbuka, Program Studi Teknik Pertambangan FT Unlam, Banjarbaru 5. Pfleider, 1972, Surface Mining, Seeley W. Mudd Series, AIME 6. Sudarto Notosiswoyo dan Partanto Projosumarto, 1982, Pengantar Analisis Kemantapan Lereng, Teknik Pertambangan ITB, Bandung 7. Buku lain yang terkait
I. PENGANTAR
1.1. KONTRIBUSI PERTAMBANGAN UNTUK PERADABAN Kegiatan pertambangan telah dimulai sejak keberadaan manusia di dunia ini. Demikian tuanya, sehingga pertambangan (yang dilakukan dengan maksud untuk memanfaatkan sumberdaya mineral yang terdapat di bumi demi kesejahteraan manusia) diyakini sebagai ikhtiar kedua yang dilakukan manusia, setelah kegiatan pertanian / agrikultur. Tidak dapat dipungkiri, bahwa acapkali era budaya (cultural ages of
regional development)
Disamping kontribusi positif di atas, industri pertambangan dapat pula mengakibatkan dampak negatif, antara lain : 1. Mengubah morfologi dan fisiologi daerah tersebut (tata guna lahan) 2. Berpeluang merusak lingkungan, karena a. Kesuburan tanah dapat berkurang / hilang b. Mengurangi vegetasi, sehingga dapat menimbulkan kegundulan hutan, longsor dan erosi
c. Flora dan fauna rusak, sehingga ekologi juga rusak d. Mencemari sungai e. Polusi suara dan udara (debu dan kebisingan) 3. Dapat menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya di wilayah setempat Untuk itu, sebelum memulai kegiatan pertambangan, terlebih dahulu harus dilakukan telaah untuk mendapatkan metoda penambangan yang sesuai, menguntungkan dan berwawasan lingkungan. 1.2. PEMILIHAN METODA PENAMBANGAN Pemilihan metoda penambangan didasarkan pada keuntungan terbesar yang akan diperoleh, (note : pada awalnya pemilihan metode penambangan di dasarkan pada letak endapan relatif terhadap permukaan dangkal atau dalam), serta mempunyai perolehan tambang yang terbaik dengan memperhatikan karakteristik unik di daerah yang akan ditambang (meliputi : alamiah, geologi, lingkungan, dll). (The cardinal rule or mine exploitation is to select a mining method that best matches the unique characteristics (natural, geologic, environmental, etc) ot the mineral deposit being mined, within the limits imposed by safety, technology, and economics, to yield the lowest cost and return the maximum profit.) Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik spasial dari endapan Faktor-faktor ini bisa jadi merupakan determinan terpenting, sebab sangat mempengaruhi dalam pemilihan suatu daerah akan ditambang dengan tambang terbuka atau bawah tanah, laju produksi, pemilihan metoda penanganan material dan lay-out tambang dari cebakan. a. Ukuran (dimensi : tebal dan penyebaran) b. Bentuk (tabular, lentikular, massiv, atau irregular) c. Attitude (inklinasi dan dip) d. Kedalaman (nilai : rata-rata dan ekstrim, nisbah pengupasan-SR)
2.
Kondisi Geologi dan Hidrogeologi Karakteristik geologi dari mineral dan batuan induknya sangat mempengaruhi pemilihan metoda penambangan, khususnya dalam pemilihan antara metoda selektif atau tidak. Hidrologi mempengaruhi sistem drainase dan pompa yang diperlukan. Sedangkan mineralogi mempengaruhi cara pengolahan mineral. a. Mineralogi dan petrografi (sulfida dan oksida) b. Komposisi kimia dan kualitas (bahan tambang primer dan produk samping by-product; untuk batubara : CV, TM, Ash, S) c. Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontiniu, intrusi) d. Bidang lemah (kekar, retakan, cleavage dalam endapan bijih / cleats dalam batubara) e. Keseragaman, alterasi, oksidasi, erosi (zona dan batas) f. Air tanah dan hidrologi
3.
Sifat-sifat Geoteknik (mekanika tanah dan batuan) untuk bijih dan batuan sekelilingnya. Sifat mekanis dari material endapan dan batuan sekitarnya merupakan faktor kunci dalam pemilihan peralatan pada tambang terbuka (pada tambang bawah tanah hal ini berpengaruh pula pada kelas metoda yang dipilih : unsupported, supported, atau caving) a. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastis, nisbah Poisson, dll) b. Perilaku elastik atau viskoelastik (flow, creep) c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi) d. Konsolidasi, kompaksi dan kompetensi e. Sifat-sifat fisik lainnya (bobot isi SG,
voids,
porositas,
permeabilitas, kandungan lengas - moisture content) 4. Konsiderasi Ekonomi Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan keuntungan a. Cadangan (tonase dan kadar / kualitas) b. Laju produksi (produksi per satuan waktu) c. Umur tambang
d. Produktivitas (produksi per satuan pekerja dan waktu, misal ton/karyawan-shift) e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok 5. Faktor Teknologi a. Perolehan tambang (mine recovery) b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih / batubara) c. Ke-fleksibelitas-an metode dengan perubahan kondisi d. Selektivitas metode untuk batubara dan waste e. Konsentrasi atau dispersi dari pekerjaan f. Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi 6. Faktor Lingkungan a. Kontrol bawah tanah b. Penurunan permukaan tanah (subsidence) c. Kontrol atmosfir (kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban, serta untuk tambang bawah tanah : ventilasi,) d. Kekuatan pekerja (pelatihan, recruitment, kondisi kesehatan dan keselamatan kerja, kehidupan dan pemukiman) Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan suatu endapan mineral tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling cocok di bawah suatu lingkungan yang aktual (Hamrin, 1982 dalam Hartman, 1987). Sering kali pengalaman memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi, pencapaian solusi optimal biasanya difasilitasi dengan menggunakan evaluasi kuantitatif dan kerekayasaan, mencakup teknik penelitian operasi (operation research), ditambah dengan komputerisasi pemrosesan data dan informasi. Evaluasi kerekayasaan dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu : Studi konseptual (conceptual study) Studi kerekayasaan (engineering study) Studi desain detail (detailed design study)
bahan galian, saat ini yang diperlukan suatu klasifikasi metoda penambangan yang mempunyai ciri (Hartman, 1987) : 1. Umum (dapat diaplikasikan pada tambang terbuka atau bawah tanah, untuk semua komoditi tambang, batubara atau non batubara). 2. Meliputi metoda yang sedang berjalan dan metoda baru (novel) yang sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan. 3. Mengenali perbedaan kelas metoda yang besar dan biaya relatif. Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah : - dapat diterima (acceptance): tradisional atau baru - lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah) - kelas dan sub kelas - metoda Klasifikasi metoda menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi metode penambangan
AKSEPTANSI / LOKAL KELAS Mekanis (Mechanical) Tambang Terbuka ( Surface Mining ) Aqueous TRADISIONAL Solution SUBKLAS --Placer METODE * Open Pit Mining Quarry * Open Cast Mining Auger Mining Hydraulicking Dredging Borehole Mining Leaching * Room & Pillar Mining * Stope & Pillar Mining Shrinkage Stoping * Sublevel Stoping Cut and Fill Stoping Stull Stopping Square Set Stoping * Longwall Mining Sublevel Caving * Block Caving Rapid Excavation Automation, Robotics Hydraulic Mining UG Gasification Underground Retorting Ocean Mining Nuclear Mining Extraterrestrial Mining KOMODITAS Metal, Nonmetal Nonmetal Coal, Nonmetal Coal Metal, Nonmetal Metal, Nonmetal Nonmetal Metal Coal, Nonmetal Metal, Nonmetal Metal, Nonmetal Metal, Nonmetal Metal Metal Metal Coal Metal Metal NonCoal (Hard rock) All Coal, Soft rock Coal Hydrocarbons Metal Noncoal Metal, Nonmetal
---
Supported Caving
-----
NOVEL
---
---
---
Catatan : Tanda * menunjukkan metode paling penting dan paling sering digunakan Sumber : Hartman, 1987
Sebelum Hartman mengemukakan pendapatnya, telah ada beberapa pembagian sistem penambangan menurut beberapa ahli, antara lain : Menurut Robert S Lewis Surface mining Placer mining Open cut mining Underground mining Stope Naturally Supported - Open stoping - Open stopes in small orebodies - Sub level stoping - Open stopes with pillar supports - Casual pillar - Room (or stope) and pillar (regular arrangement) Stopes articially supported - Shrinkage stoping - With pillar - Without pillar - With subsequent waste filling - Cut and fill stoping - Stulled stopes in narrow veins - Square set stoping Caved stopes - Caving (ore broken by induced caving) - Block caving - Sublevel caving - Top slicing Combination of supported and caved stopes Menurut L J Thomas Surface mining Alluvial mining Mineral sands mining General open pit mining Surface mining machinary Open cut mining of bedded deposit Open pit mining of massive deposit Abandoned pit Non-entry mining Underground mining (pembagian sama dengan Robert S Lewis)
Menurut K A Sweet Surface mining Placer mining - Panning and sluicing - Hydraulicking - Dredging Open pit - Single bench - Multiple bench - Strip mining - Quarry mining Glory hole Underground Metalliferous Self supported opening (natural) - Open stope mining - Isolated openings - Sublevel stoping - Longhole stoping - Pillared open stopes - Random pillars - Regular pillars Open Artificially supported stopes (supported openings) - Shrinkage stoping (broken ore) - Cut and fill (waste filled) - Square set stoping - Longwall mining Caving methods (Stress relief) - Caving (ore broken bay induces collapse) - Sub level caving - Block caving - Top Slicing Underground Coal Mines Drift mine Slop mine Shaft mine
2.2. PERBANDINGAN TAMBANG TERBUKA DAN BAWAH TANAH Keuntungan tambang terbuka antara lain : 1. Ongkos penambangan per ton atau per BCM bijih lebih murah karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan pencahayaan (illumination) 2. Kondisi kerjanya lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan sinar matahari 3. Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa, sehingga produksinya bisa lebih besar 4. Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik, karena : a. Adanya bidang bebas (free face) yang lebih banyak b. Gas-gas beracun yang dapat ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembus angin dengan cepat (tidak terakumulasi) 5. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat dilihat dengan jelas 6. relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin timbul terutama akibat kelongsoran, sedangkan pada tambang bawah tanah selain kelongsoran kebakaran dll 7. Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah Kerugian tambang terbuka antara lain : 1. Para pekerja akan langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan yang lebat atau suhu tinggi akan mengakibatkan efisiensi kerja menurun 2. Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan semakin banyak overburden harus dipindahkan 3. Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang jumlahnya cukup banyak 4. Alat-alat mekanis letaknya tersebar 5. Pencemaran lingkungan hidup relatif lebih besar juga disebabkan oleh adanya gas-gas beracun,
Jika operasi produksi cenderung untuk memisahkan dan bersiklus secara alamiah, sedangkan kecenderungan tambang yang modern adalah mengeliminasi atau mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam menambahkan kekontinuitasan. Sebagai contoh tanah dapat digali dengan suatu alat gali tanpa memerlukan pemboran dan peledakan. Jika penggemburan (loosening) diperlukan, kegiatan dapat dilengkapi penggaruan (ripping) tanpa peledakan sebelum pemuatan.
Siklus operasi pada tambang terbuka dibedakan terutama oleh skala peralatan. Pada tambang terbuka yang modern, misalnya lubang tembak dengan diameter beberapa inchi dilakukan dengan mesin bor putar atau tumbuk untuk penempatan bahan peledak jika batuan keras yang akan digali. 3.1 PEMBORAN DAN PENETRASI BATUAN
Rock Breakage
Pelepasan atau pembebasan batuan dari massa batuan induknya disebut pemecahan batuan (rock breakage). Hal ini dapat dilakukan menggunakan api, air bertekanan tinggi, tekanan, maupun bahan peledak. Pada umumnya, ada dua tipe operasi pemecahan batuan yang dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan, yaitu penetrasi batuan (rock penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan fragmentasi batuan (rock fragmentation). Dalam penetrasi batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor biasanya dilakukan secara mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik. Tujuan dari penetrasi batuan antara lain untuk : (1) Penempatan bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan lubang berukuran kecil (2) Membuat bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final. (3) Mengekstraksi produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan (batu dimensi). Berlawanan dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan untuk menggemburkan dan memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa batuan, secara konvensional dengan energi kimia, pada peledakan tetapi ditambah secara mekanik hidrolik dan aplikasi baru dari energi. Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada beberapa basis. Termasuk dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe dari power. Pembagian / skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah berdasarkan bentuk dari penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan untuk melakukan penetrasi. Klasifikasi ini bersifat umum, dapat NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 11
diaplikasikan pada seluruh jenis tambang dan mencakup seluruh bentuk penetrasi. Metoda dan konsep penetrasi batuan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Klasifikasi Metoda Penetrasi batuan BENTUK ENERGI
Praktikal Mechanical (Drilling)
METODA
Percussion Drop tool Hammer Rotary, drag-bit Blade Stone-set Sawing Rotary, roller bit Rotary-percussion Hammer Rotary Flame Plasma Hot Fluid Fusion Freezing Jet Erosion Bursting Cavitation Vibration Explosion Reaction Electric arc or Current Electric beam Electromagnetic induction Laser Fisi Fusi
MESIN
Churn atau Cable-tool drill Rock Drill, Channeler Auger atau Rotary drill, boring Diamond drill Wire-rope, chain atau rotary saw Rolling-cutter drill, boring Rock drill (independent rotation) Rolling-cutter drill (superimposed percussion) Jet piercer, jet channeler Plasma torch Rocket Subterrene (conceptual) Hydraulic jet, monitor, canon Pellet-impact atau abrasion drill Impossion drill Cavitating drill High-frequency transducer Shaped charge, capsule, projectile Rock softener, dissolution Electrofrac drill Electron gun Spark drill Electromagnetic radiation beam (conceptual) (conceptual)
Baru (Novel)
Termal
Fluid
Eksperimental
Sumber : Hartman, 1987 Pemboran (Drilling) Pemboran dapat dilakukan untuk bermacam-macam tujuan : penempatan bahan peledak; pemercontohan (merupakan metoda sampling utama dalam eksplorasi); dalam tahan developmen : penirisan, test fondasi dan lain-lain; dan dalam tahap eksplotasi untuk penempatan baut batuan & kabel batuan (dalam batubara pemboran lebih banyak dibuat untuk pemasangan baut batuan - bolting daripada untuk peledakan). Jika
dihubungkan dengan peledakan, penggunaan terbesar adalah sebagai pemboran produksi. Komponen Operasi dari Sistem Pemboran Ada 4 komponen fungsional utama. Fungsi ini dihubungkan dengan penggunaan energi oleh sistem pemboran di dalam melawan batuan dengan cara sebagai berikut : Mesin bor, sumber energi adalah penggerak utarna, mengkonversikan energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pnuematik, atau penggerak mesin combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem. Batang bor (rod) mengtransmisikan energi dari penggerak utama ke mata bor (bit). Mata bor (bit) adalah pengguna energi didalam sistem, menyerang batuan secara makanik untuk melakukan penetrasi. Sirkulasi fluida untuk membersihkan lubang bor, mengontrol debu, mendinginkan bit dan kadang-kadang mengstabilkan lubang bor. Ketiga komponen pertama adalah komponen fisik yang mengontrol proses penetrasi, sedangkan komponen ke empat adalah mendukung penetrasi melalui pengangkatan cuttings. Mekanisme penetrasi, dapat dikategorikan kedalam 2 golongan secara mekanik yaitu rotasi dan tumbukan (percussion) atau selanjutnya kombinasi keduanya. Gambaran dari aksi pemboran untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran. 1. Variabel operasi, mempengaruhi ke empat komponen sistem pemboran (drill, rod, bit dan fluid). Variabel dapat dikontrol pada umumnya dan mencakup dua kategori dari faktor-faktor kekuatan pemboran : (a) tenaga pemboran, energi semburan dan frekuensi, kecepatan putar, daya dorong dan rancangan batang bor dan (b) sifat-sifat fluida dan laju alirnya. 2. Faktor-faktor lubang bor, meliputi : ukuran, panjang, inklinasi lubang bor; tergantung pada persyaratan dari luar, jadi merupakan variabel bebas. Lubang bor di tambang terbuka pada umumnya 15 - 45 cm (618 inch). Sebagai perbandingan, untuk tambang bawah tanah 4-17,5 cm (1,5-7 in.). 3. Faktor-faktor batuan, faktor bebas yang terdiri dari : sifat-sifat batuan, kondisi geologi, keadaan tegangan yang bekerja pada lubang bor yang sering disebut sebagai drillability factors yang menentukan
yang sebenarnya (true engineering design) yang memerlukan suatu pertimbangan harga. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mendeterminasi dan menentukan spesifikasi kondisi-kondisi dimana alat bor akan digunakan, seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan (pekerja, lokasi, cuaca dan lain-lain) dengan konsiderasi keselamatan kerja. 2. Menetapkan tujuan untuk fase pemecahan batuan dari siklus operasi produksi ke dalam tonase, fragmentasi, throw, vibrasi dan lain-lain (mempertimbangkan batasan pemuatan dan pengangkutan, stabilitas kemiringan lereng, kapasitas crusher, kuota produksi, geometri pit, dll). 3. Atas dasar pada persyaratan peledakan, merancang pola lubang bor (ukuran dan kedalaman lubang ledak, kemiringan, burden dan spasi). 4. Menentukan faktor drillability untuk jenis batuan yang diantisipasi, mengindentifikasikan metoda pemboran yang mendekati kelayakan. 5. Men-spesifikasikan variabel operasi untuk tiap sistem dibawah pengamatan, meliputi : mesin bor, batang bor, mata bor dan sirkulasi fluida. 6. Memperhitungkan parameter unjuk kerja, termasuk ketersediaan alat, biaya dan perbandingan. Mengamati sumber tenaga dan memilih spesifikasi. Item biaya yang besar adalah mata bor, depresiasi alat bor, tenaga kerja, pemeliharaan, energi dan fluida. Umur bit dan biaya merupakan hal yang kritis namun sulit untuk diproyeksikan. 7. Memilih sistem pemboran yang memuaskan semua persyaratan biaya keseluruhan yang rendah dan memperhatikan keselamatan kerja. Tabel di bawah ini adalah salah satu contoh alat bantu untuk pemilihan alat bor.
Tabel 3.2 Aplikasi pemboran dan metoda penetrasi dari beberapa batuan yang berbeda
DRILLABILITY (KEMAMPUBORAN) & JENIS BATUAN 3 4 2 1 KERAS SANGAT KERAS SEDANG - KERAS LUNAK (Granit, Rijang) (Takonit, Kuarsit) (bt kapur, (Serpih, Batu kapur batu pasir terlapukkan, terlapukkan) Batubara X X X X X X X X X X X X X X
METODE PEMBORAN Hydraulic Jet Rotary, drag bit Rotary, roller bit Rotary Percussion Pecussion Therm. Jet Piercing
Sumber: Hartman, 1987 Pemotongan (Cutting) Jika pemotongan merupakan bagian integral dari siklus produksi, hal itu dilakukan dengan mesin yang dirancang sesuai dengan karakteristik batuan / mineral yang diinginkan. Pada saat ini, pemotongan (cutting) dilakukan pada dua aplikasi utama, yaitu : 1. Batubara dan mineral non-metal yang lebih lunak (tambang bawah tanah); jenisnya : Chain cutting machine, shortwall (fixed bar) atau universal (movable-bar). 2. Batuan dimensi (tambang terbuka) a. Channeling machine, percussion atau flame jet b. Saw, wire, atau rotary Tujuan dari kegiatan cutting adalah menghasilkan kerf yang dapat mengurangi atau mengeliminir peledakan. Aksi penetrasi dasar dalam pemotongan batuan atau batubara sama dengan pemboran. Penggalian Mekanik (Mechanical Excavating) Aplikasi penggalian secara mekanis pada tambang terbuka a.l.: 1. Penggaru (Ripper) Tanah yang sangat kompak, batubara, atau batuan yang lunak atau telah mengalami pelapukan. 2.
3.2. PEMUATAN DAN PENGGALIAN Penanganan Material (Material Handling) Semua satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau pemindahan tanah / batuan selama penambangan disebut penanganan material (material handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama adalah pemuatan dan transportasi, dan jika transportasi vertikal diperlukan, kerekan (hoisting) akan menjadi operasi opsi ketiga. Penanganan material pada tambang mekanisasi modern berpusat pada peralatan. Skala peralatan pada tambang terbuka semakin bertambah besar. Batas atas ukuran truk meningkat menjadi 300 ton, 170 m3 untuk
dragline, 140 m3 untuk shovel dan 8400 m3 untuk bucket wheel excavator.
Klasifikasi untuk peralatan tambang untuk penggalian-pernuatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.3. Klasifikasi peralatan penggalian dan pemuatan Tambang Terbuka OPERASI TAMBANG TERBUKA Siklus (Cyclic) KATEGORI / METODE Shovel MESIN (APLIKASI)
Dragline Dozer Scraper Peledakan (Blasting) Ekskavator Mekanis Excavator) Highwall Mining Dredging Loader Shaft Mucker Self-loading transport Slusher Continous Miner Boring Machine
Power Shovel, Front-end Loader, Hydraulic Excavator, Backhoe (penambangan bijih, pengupasan OB) Clawler, Walking (pengupasan OB) Rubber tired, crawler (blade) Rubber tired, crawler Explossives stripping (OB) (Mech. Bucket Wheel (BWE) (OB), cutting head (tanah, batubara) Auger, Hidghwall Miner (batubara) Bucket ladder, hydraulic (placer) Overhead, gathering arm, shovel, front-end Clamshell, Orange peel, Cactus grab Load-Haul-Dump (LHD) Rope-drawn Scrapper (bijih logam) Milling type, drum, ripper, borer, auger, plow, shearer (batubara & non-logam) Tunnel-Boring Machine (TBM), roadheader, raise borer, shaft borer (batuan lunak)
Kontiniu
Keuntungan dan kerugian dari berbagai alat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.4. Perbandingan antara fitur Shovel, Dragline dan BWE
Alat Keuntungan 1. Biaya modal per satuan volume lebih rendah atas kapasitas mangkuk, meskipun bila memperhitungkan panjang boom atau berat mesin gambaran kasar biaya-biaya modal adalah ekivalen 2. Penggalian lebih baik pada material keras dan hasil peledakan 3. Dapat memilah-milah dengan baik 1. 2. 3. Operasinya luas dan mudah digerakkan Kemampuan menggalinya besar Dapat menangani dan menimbun tanah penutup yang memiliki kestabilan rendah 4. Aman dari luncuran tumpukan tanah dan longsoran pit selama operasi normal 5. Prosentase perolehan batubara besar dan meminimkan kehancuran 6. Dapat menggali box-cut lebih dalam 7. Biaya perawatan rendah 8. Dapat memilah dengan baik 9. Tidak terpengaruh golongan lap. batubara 10. Dapat bergerak ke sebarang arah 1. 2. 3. Operasinya kontinu Interval jangkauannya panjang Dapat beroperasi pada dinding jenjang yang tinggi dan pada lapisan batubara Dapat dengan mudah menjangkau karakteristik tumpukan dan kestabilan buruk Dapat memperluas interval shovel dan dragline jika beroperasi secara tandem Dapat langsung menyediakan dataran untuk reklamasi Kerugian 1. Dapat terjadi kehancuran batubara pada perolehan yang kecil 2. Dimasuki oleh luncuran timbunan dan banjir pada pit 3. Tidak mudah menangani timbunan yang kestabilannya rendah 4. Tidak mudah menggali box-cut 5. Kemampuan / kedalaman penggalian berkurang bila dibandingkan dengan dragline dengan biaya yang sama 6. Sulit digerakkan 1. 2. 3. Memerlukan persiapan permukaan Tidak dapat menggali dengan baik, apabila hasil peledakan tidak baik Biaya modal per yard3 lebih besar, walaupun bila memperhitungkan panjang boom dan berat mesin diperhitungkan, biaya akan ekivalen
Shovel
Dragline
Tidak dapat menggali material keras Memerlukan sejumlah persiapan permukaan 3. Ketersediaan rendah 4. Membutuhkan kru dalam jumlah besar 4. 5. Biaya modal besar bila dibandingkan hasil BWE 6. Dapat dimasuki luncuran timbunan dan 5. banjir 7. Dapat menyebabkan kehancuran batubara 6. sehingga perolehan batubara kecil 8. Mobilitas rendah Sumber: Anon., 1976a (By permission from Bucyrus-Erie Co., S. Milwaukee, Wl.), dalam Hartman, 1987
1. 2.
Pemilihan Alat Secara garis besar, ada empat faktor yang pemilihan alat ekskavasi (Pfileider, 1973a, Martin et al, 1982 dalam Hartman, 1987), yaitu : 1. Faktor performansi (unjuk kerja) Faktor ini berhubungan langsung dengan produktifitas mesin, dan meliputi : kecepatan putar, tenaga yang tersedia, jarak penggalian, kapasitas bucket, kecepatan tempuh, dan reliabilitas. NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 19
2. Faktor desain Mencakup kecakapan pekerja, teknologi yang digunakan, jenis pengawasan dan tenaga (power) yang tersedia. 3. Faktor penunjang (Support) 4. Faktor biaya Pengangkutan Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan ditransport dengan haulage (pemindahan ke arah horizontal) dan hoisting (pemindahan vertikal). Klasifikasi metoda pengangkutan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 3.5 Klasifikasi metoda pengangkutan Tambang Terbuka
OPERASI TAMBANG TERBUKA Siklus (Cyclic) METODA Rail, Train Truk, Trailer Scrapper (ban karet) Front-end Loader Dozer Skip Aerial Tramway Belt Conveyor High-angle conveyor Hydraulic conveyor (pipeline) JARAK ANGKUT Tidak terbatas 0,3-8 km 0,2-5 mil 150-1500 m 500-5000 ft 300 m <1000 ft 150 m <500 ft 2400 m <8000 ft vert. 0,8-8 km 0,5-5 mil 0,3-16 km 0,2-10 mil 1,6 km <1 mil Tidak terbatas Tidak terbatas 150-1500 m 500-5000 ft 30-90 m 100-300 ft 90-600 m 300-2000 ft 2400 m <8000 ft vert. 0,3-8 km 0,2-5 mil Tidak terbatas Tidak terbatas GRADEABILITY (O) Rerata Maks. 2 3 8 12 12 15 8 12 15 20 Tidak terbatas 5 20 17 20 40 60 Tidak terbatas 2 3 8 12 25 30 8 12 Tidak terbatas 17 20 Tidak terbatas Tidak terbatas
Kontinius
Rail (Train) Truck, Shuttle Car Slusher (Scraper) LHD Skip, Cage Kontinius Conveyor (Belt, Chain and flight, monorail) Hydraulic Conveyor Pneumatic Conveyor Sumber : Hartman, 1987
Untuk alat angkut yang paling banyak digunakan (truk jungkit), dapat dijumpai 4 tahap : pemuatan, pengangkutan, penuangan dan kembali kosong (lihat Gambar).
Sumber : Martin, 1982 dalam Hartman, 1987 Gambar 3.1. Daerah kerja pengangkutan pada tambang terbuka Keuntungan dan kerugian beberapa alat angkut dirangkum pada tabel di bawah ini.
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Belt Conveyor (Ban berjalan) Sumber: Modifikasi dari Pfieider, 1973a, 1973b; Martin et al, 1982 dalam Hartman, 1987
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
3.3. OPERASI TAMBAHAN Operasi ini terdiri dari operasi-operasi yang mendukung tetapi tidak mempunyai kontribusi langsung dari penambangan. Klasifikasi operasi ini dapat dilhat pada Tabel berikut. Tabel 3.7. Klasifikasi Operasi Tambahan pada Pertambangan
FUNGSI Eksploitasi Kesehatan & Keselamatan Kerja Kontrol lingkungan Kontrol Tanah Suplai & distribusi tenaga Kontrol air dan banjir Pembuangan limbah Persediaan material Perawatan dan Perbaikan Pencahayaan Alat komunikasi Konstruksi Angkutan Karyawan Development Persiapan lokasi Pemindahan topsoil Reklamasi permukaan TAMBANG TERBUKA Pemantauan debu* Pengurangan kebisingan Pencegahan pembakaran spontan Pencegahan penyakit Proteksi air dan udara Pembuangan limbah* Stabilitas lereng Kontrol erosi tanah Distribusi tenaga / listrik Pemompaan , drainase Penyimpanan, penumpahan Penyimpanan, deliveri persediaan Fasilitas bengkel Lampu portabel Radio, telefon Jalan angkut, dll Truk karyawan, dll Pembersihan lahan, jalan, dll Pengupasan, penimbunan Penggantian alat-alat, penghijauan TAMBANG BAWAH TANAH Pemantauan debu & gas* Pengaturan ventilasi & udara* Pengurangan kebisingan Pencegahan penyakit Proteksi air tanah Kontrol subsidens Kontrol Roof Kontrol ambrukan Distribusi tenaga/listrik/udara terkompresi Pemompaan , drainase Back filling, hoist ke permukaan Penyimpanan, deliveri persediaan Fasilitas bengkel Lampu portabel dan stationery Radio, telefon Jalan angkut, dll Man cages, trips, cars, dll
3.4. SIKLUS DAN SISTEM Suatu bagan alir dari satu siklus operasi tipikal tambang terbuka dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pembuangan OB
Pembersihan permukaan batubara / bijih Penggaruan batubara / bijih Pemboran batubara / bijih Coal Augering Peledakan
Penggalian / Pemuatan Batubara / bijih Transport batubara / bijih (utk penyimpanan & proses) Pembuangan Parting Back filling (dari lokasi penyimpanan) Perataan bongkahan Pemindahan tanah pucuk Perataan permukaan akhir Penghijauan Pemantauan Aktifitas penunjang : - Drainase - Pergudangan - Jalan / akses - Pengawasan
Gambar 3.2. Siklus operasi tipikal tambang terbuka NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 23
menyingkap endapan mineral untuk siap ditambang. Proses yang termasuk disini adalah semua tahapan yang diperlukan untuk suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap, antara lain perencanaan, perancangan, konstruksi dan lain-lain. Persiapan tambang mengikuti pada umumnya studi kelayakan pada tahap I dan II yang dikembangkan sejauh mungkin dan informasi yang lebih baik tersedia selama tahapan beruntut dari proyek. Dari titik pandang fisik di pembukaan tambang, sifat utama persiapan adalah melengkapi jalan menuju ke endapan bijih yang memungkinkan para pekerja, peralatan, power, supplier, air dan udara dapat melaluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan persiapan tambang antara lain : 1. Faktor lokasi dan iklim 2. Faktor Geologi dan Alamiah a. Tanah dan topografi. b. Relasi spasial (ukuran, bentuk, attitude dan lain-lain) dari badan bijih termasuk kedalaman. c. Konsiderasi geologi, mineralogi, petrografi, struktur, genesa badan bijih, gradien temperatur batuan, kehadiran air clan lain-lain. d. Sifat mekanika batuan: kekuatan, modulus elastik, kekerasan, abrasiveness, dan lain-lain. e. Sifat-sifat kimia dan metalurgi (akibat penyimpanan, proses dan laihlain), 3. Faktor Sosial - Ekonomi - Politik - Lingkungan Sangat tergantung pada faktor luar. Faktor-faktor ini antara lain : a. b. c. Demografi clan keterampilan penduduk setempat. Finansial dan pemasaran. Kestabilan politik setempat.
d. e.
Tahapan Persiapan Tahapan ini dapat berlaku untuk persiapan di tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, yaitu : a. Adopsi dari laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan, subyek ke modifikasi sebagai kemajuan pengembangan. b. Konfirmasi dari metoda penambangan dan rencana pertambangan umum. c. Pengaturan finansial yang berdasarkan pada estimasi biaya yang telah dikonfirmasikan pada laporan studi kelayakan. d. Pengumpulan data tanah, termasuk Undang-undang Pertambangan dan Permukaan. e. Pengarsipan pernyataan dampak lingkungan, mendapatkan ijin penambangan (termasuk rencana reklamasi). f. Melengkapi jalan-jalan permukaan, transportasi, komunikasi, dan power
supply ke tambang.
g. Perencanaan dan konstruksi pabrik, termasuk fasilitas pendukung, pelayanan dan kontrol administrasi. h. Pendirian pabrik pengolahan mineral, jika diperlukan, dan penanganan bijih dan fasilitas perkapalan, penimbunan dan pembuangan waste. i. Pemilihan peralatan penambangan untuk persiapan dan eksplorasi. j. Konstruksi dari bukaan jalan utama ke badan bijih dan bukaan selanjutnya, pada tambang terbuka : pengupasan tanah lanjut (advanced
stripping).
k. Pengadaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan pelayanan pendukung (perumahan, transportasi, gudang yang diperlukan). 4.1. SIFAT DAN LINGKUP TUGAS Beberapa faktor pada persiapan tambang menerima beberapa perhatian khusus didalam tahap preparasi tambang terbuka. Dari faktor lokasi, iklim adalah faktor yang lebih kritis yang berhubungan dengan operasi NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 25
di permukaan. Di antara faktor geologi, lapangan, kedalaman dan karakteristik spasial dari endapan serta keberadaan air adalah sangat penting pada tambang terbuka. Pada faktor lingkungan, beberapa persyaratan anti polusi dan reklamasi sangat perlu diperhatikan. Mencatat tahapan pada persiapan tambang yang telah disebutkan di atas ada 3 tahapan penting dan unik pada tambang terbuka yaitu : 1. Inisiasi rencana reklamasi sebagai bagian dari pernyataan dampak lingkungan. 2. Penentuan tempat penimbunan tanah pucuk dan limbah. 3. Penentuan dari pengupasan tanah penutup lanjut untuk mendapatkan jalan ke endapan. Sebagai petunjuk, tabel di bawah ini menunjukkan diagram penjadwalan dari suatu tambang terbuka yang dirancang untuk produksi bijih "metal" 20.000 ton/hari. Tahap prospeksi selama 2,5 tahun. Tahap eksplorasi dan studi kelayakan sekitar 5,5 tahun. Tahap persiapan memerlukan lebih dari 3 tahun, dan dengan tahun tambahan untuk percobaan produksi untuk mencapai target produksi yang direncanakan. Jadi waktu total sekitar 12 tahun. Reklamasi, pembuangan
waste dan
pengupasan tanah penutup lanjut dijadwalkan pada tahap ke 3. Pada gambar di halaman berikutnya akan diperlihatkan denah dari suatu tambang batubara di Black Thunder.
Penemuan
Mulai Produksi
Sumber : Hartman 1987 Gambar 4.1. Lay-out Tambang Batubara Terbuka Black Thunder NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 27
4.2. RANCANGAN DAN PERENCANAN TAMBANG Tugas utama dari desain kerekayasaan pada tahap persiapan tambang terbuka adalah perencanaan open pit. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perencanaan ini (Soderberg dan Rausch, 1968; Atkinson, 1983 dalam Hartman, 1987) yaitu: 1. Faktor alamiah dan geologi : kondisi geologi, jenis bijih, kondisi hidrologi, topografi, dan karakteristik metalurgi. 2. Faktor ekonomi : kadar bijih, tonase bijih, nisbah pengupasan, kadar rata-rata (terendah), biaya operasi, biaya investasi, keuntungan yang diinginkan, tingkat produksi, dan kondisi pemasaran. 3. Faktor teknologi : peralatan, pit slope, tinggi jenjang, kemiringan jalan, batas properti dan batas pit. Selain penentuan batas pit yang sangat penting, Mathilson (1982) menekankan kepentingan yang sama dan pengembangan suatu tahapan penambangan yang optimal dan penjadwalan produksi selama umur tambang. Oleh karena itu, dia membuat daftar obyektif dari perencanaan tambang dari titik pandang kelayakan sebagai berikut : 1. Menambang bijih sehingga didapatkan ongkos produksi minimum per satuan berat dari bijih (Penambangan next best ore dengan tahapan). 2. Menjaga viabilitas operasi (kecukupan ukuran lebar jenjang dan kesiapan jalan untuk peralatan). 3. Menjaga bijih yang terekspos untuk mengamankan kesalahan perhitungan atau kekurangan data eksplorasi. 4. Menunda pengupasan tanah penutup selama mungkin tanpa keserasian dengan peralatan, tenaga kerja clan jadwal produksi. 5. Mengikuti jadwal mulai yang logis dan dapat dicapai (untuk pelatihan, pembelian peralatan, logistik, dan lain-lain) yang meminimumkan resiko keterlambatan. 6. Memaksimumkan rancangan pit slope dan meminimumkan keruntuhan. NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 28
7. Menguji laju produksi yang ekonomis dan alternatif kadar rata-rata terendah. 8. Akhirnya, pencapaian tujuan mendapatkan metoda, peralatan dan jadwal yang sesuai untuk melaksanakan perencanaan sebelum memulai pembangunan / pengembangan. Perencanaan tambang dapat dikategorikan ke perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. 4.3. PEMILIHAN ALAT DAN SISTEM Pemilihan beberapa alat telah diterangkan sebelumnya. Di sini ditambahkan suatu petunjuk pemilihan alat untuk penanganan material seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Petunjuk pemilihan alat untuk penanganan material di tambang terbuka.
Dozer Front end Loader Produksi maksimum Laju produksi Umur pit Kedalaman pit Deposit Preparasi (jika perlu) Kompleksitas sistem Fleksibilitas operasi Kapasitas blending Penempatan selektif (pembuangan) Pengaruh cuaca basah Kebutuhan penjadwalan Ketersediaan sistem Peralatan pendukung Kemudahan memulai pekerjaan Investasi Sedang Sedang Pendek Sedang Tdk terkonsolidasi Garu Rendah Tinggi Tinggi Baik Besar Kecil Sedang Kecil Sederhana Kecil Dozer Scrapper Sedang Rendah Pendek Dangkal dan datar Tdk terkonsolidasi Garu Sedang Sedang Tinggi Sangat baik Besar Besar sedang Kecil Sederhana Kecil Dragline (direct casting) Tinggi Tinggi Panjang Sedang Terkonsolidasi Bor-Ledak Rendah Rendah Rendah Buruk Kecil Kecil Tinggi Sedang Moderat Sedang Excavator Truck Tinggi Sedang Sedang Dalam Terkonsolidasi Bor-Ledak Sedang Tinggi Sedang Baik Sedang Besar Sedang Sedang Sederhana Sedang Excavator Hopper Crusher Conveyor Tinggi Sedang Panjang Dalam Terkonsolidasi Bor-Ledak Tinggi Rendah Rendah Sedang Kecil Sedang Kecil Tinggi Rumit Tinggi Wheel Excavator Conveyor Tinggi Sedang Panjang Sedang Seragam sedikit boulder Bor-Ledak Tinggi Rendah Rendah Sedang Kecil Sedang Kecil Tinggi Rumit Tinggi
Sumber : Martin et.al, 1982 (ijin dari konsultan Martin, Inc. Golden, CO.) dalam Hartman, 1987
R=
b. Breakeven stripping ratio (BESR)
Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan digunakan, apakah tambang terbuka atau tambang dalam, maka digunakan konsep breakeven stripping ratio (BESR). 1) BESR(1) (Overall stripping ratio) yaitu perbandingan antara biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka.
BESR(1) =
A B =D C
BESR(2) =
dimana: E F G = = =
EF G
pendapatan /ton bijih (recoverable value / ton ore) ongkos produksi /ton bjih (production cost / ton ore) ongkos pengupasan tanah / ton waste (stripping cost / ton waste)
3) BESR(3) Biasanya keuntungan maksimum dimasukkan dalam pertimbangan BESR, sebagai berikut :
BESR(3) = E
dimana : H =
F+H G
Contoh penentuan BESR Contoh perhitungan BESR(2) untuk bijih tembaga kadar 0,80%, 0,75 %, dan 0,60 % Cu dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya. Dari tabel tersebut terlihat bahwa apabila harga logam Cu = $ 0,25 / lb, bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai BESR = 2,5 : 1 bijih Cu (ore) dengan kadar 0,70 % mempunyai BESR = 1,5 : 1 bijih Cu (ore) dengan kadar 0,60 % mempunyai BESR = 0,6 : 1
Demikian pula dengan harga logam Cu yang lain ($0,30/lb Cu dan % 0,35 /Lb Cu) Tabel 4.3. Contoh perhitungan Break Even Stripping Ratio BESR(2) Kadar bijih, %Cu Smelter recovery, % Recovery Cu/ton Ore, lb Ongkos Produksi Penambangan Milling Dpr. & Gen. Cost Treatment Ongkos Produksi total Ongkos Pengupasan Ongkos Pengupaan /ton waste Recovery Value Harga jual per ton bijih 1. Untuk $0,25 / lb Cu BESR 2. Untuk $0,25 / lb Cu BESR 3. Untuk $0,25 / lb Cu BESR 0,80 81,80 14,10 $ 0,45 $ 1,25 $ 0,85 $ 2,55 $ 0,40 $ 3,53 2,5 : 1 $ 4,23 4,2 : 1 $ 4,94 6,0 : 1 0,70 83,02 12,20 $ 0,45 $ 1,25 $ 0,76 $ 2,46 $ 0,40 $ 3,05 1,5 : 1 $ 4,23 3,0 : 1 $ 4,27 4,5 : 1 0,60 85,80 10,30 $ 0,45 $ 1,25 $ 0,65 $ 2,35 $ 0,40 $ 2,58 0,6 : 1 $ 3,09 1,8 : 1 $ 3,61 3,2 : 1
Setelah masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan berbagai harga logam Cu, kemudian dibuat grafik BESR Vs Kadar Cu.
Grafik 4.1. Contoh Grafik BESR(2) Dari grafik BESR(2) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR sangat dipengaruhi oleh - kadar logam dari bijih yang akan ditambang - harga logam di pasaran Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya jika harga turun, maka jumlah cadangan akan berkurang. Equivalent Yardage Menyatakan berapa ongkos pemindahan lapisan penutup per satuan unit volume tanah tertutup ($/m3, $/yd3). Besaran ini diterima dan menjadi standar pada berbagai tambang dan distrik di AS. Konsep ini berguna untuk menghitung maximum allowable stripping ratio dan pit limit. Beberapa standar yang dipakai : - Lake Superior iron ranges (loaded and hauled) Glacial till - Eastern US Coal fields (cast) Tanah atau batuan lepas Quartz monzonite porphyry $ 0.13 - 0.391 /m3 $ 0.65 - 1.311 M3 - Western US porphyry copper district (blasted, loaded, hauled) $ 0.33 - 0.651 / m3
Equivalent
yardage
rating,
e,
adalah
perbandingan
ongkos
pengupasan suatu material terhadap ongkos pengupasan rata-rata standar pada e = 1 untuk $ 0,26/ m3. Harga e pada berbagai material ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3
mining, tetapi berbeda pada satu hal yaitu : tanah penutup tidak dibuang ke
daerah pembuangan tetapi diangkut langsung ke daerah yang berbatasan dan telah ditambang. Penambangan material disini terdiri dari penggalian dan pengangkutan (= casting), yang pada umumnya dikombinasikan oleh suatu alat saja. Beberapa petunjuk praktis dari ukuran jenjang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Ukuran jenjang berbagai endapan Tinggi jenjang Ft m Tembaga 40 60 12 18 Bijih besi 30 45 9 14 Non logam 40 100 12 30 Batubara 50 75 15 23 Sumber : HARTMAN, 1987 Endapan Lebar jenjang ft m 125 24 38 100 18 30 150 18 45 100 15 30 Kemiringan lereng 50 60 60 70 50 60 60 70
80 60 60 50
Kuari hampir sama dengan open pit, tetapi jenjangnya pendek dan hampir vertikal. Meskipun kuari selama ini diterapkan untuk bahan galian logam, namun lebih disukai bila membatasi kuari untuk operasi batu berdimensi. Jadi batu gamping yang di-crusher dihasilkan oleh open pit mine sedangkan batu gamping berdimensi dihasilkan oleh kuari.
solution
mining.
Placer
mining
menggunakan
air
untuk
menggali,
5. 6.
Pada Dapat
umumnya, mematuhi
gradient
alamiah
dan
rendah
sudah yang
memungkinkan transportasi hidrolik dari mineral. peraturan-peraturan lingkungan berhubungan dengan air dan pembuangan waste.
Gambar 6.1 Metoda hydraulicking, Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5 - 15 m, tetapi dapat mencapai 60 m (MORRISON clan RUSSELL, 1973). Salah satu rancangan monitor dapat dilihat sebagai berikut Diameter nozzle Tekanan head Kecepatan alir volume Kecepatan waterjet Pasir Kerikil (gravel) Boulders : 40 - 150 mm : 30 - 140 atau 300 - 1400 Wa : 30 - 250 Ildetik : 0. 15 m/detik 1.5 m/detik 3.0 m/detik
Dredging
adalah
mesin
tambang
menerus
yang
ditemukan
pertamakali. Dredging adalah penggalian bawah air dari endapan placer. Dredges dapat dikiasifikasikan sebagai berikut (TURNER, 1975) 1. Mekanik 1. Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder). 2. Bucket-wheel suction (buckets discharge in suction pipeline). 3. Dripper (showel, grapple, or dragfine mounted on barge). 2. Hidraulik 1. Suction (open intake suction line) 2. Cutter head (excavation by rotating cutter on suction line).
Solution Mining : Borehole Extraction. Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal, maka daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat.
Solution mining adalah salah satu metoda ekstraksi aqueous dimana mineral
diperoleh biasanya di tempat dengan dilarutkan, dicairkan, diluluhkan atau
Leaching adalah ekstraksi kimia dari metal atau mineral dari ikatan
suatu cadangan bijih sebaik dari material yang telah digali dan ditambang (SCHLITT, 1982). Proses pada dasarnya adalah kimiawi tetapi dapat juga proses bakteri (beberapa bakteri beraksi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi pada leaching suffida). Jika ekstraksi dilakukan di tempat mineral tersebut maka dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan di tempat penimbunan disebut leaching timbunan (heap leaching) yang dan termasuk kategori metoda penambangan sekunder.
tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk metoda open pit sekitar US $ 5,00 - US $ 6,80 / ton sedangkan leaching insitu sekitar US $ 3,60 - US $ 4,40/ton. Aplikasi dari leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari uranium, dengan emas dan perak dengan leaching timbunan. Studi percobaan mengindikasikan bahwa banyak logam seperti mangan, emasperak, alumunium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat utama untuk leaching insitu (Porter et.al, 1982). Leaching insitu dari lignite juga sedang diteliti (Sadler dan Huang, 1981).
pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam membentuk kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifatsifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dapat dilakukan analisis kelakuan tanah atau batuan tersebut jika digali atau diganggu. Setelah itu, bisa ditentukan geometri lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain yang dapat membantu lereng tersebut menjadi stabil dan mantap. Dalam menentukan kstabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gayagaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut : Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan : F > 1,0 F = 1,0 longsor F < 1,0 : lereng tidak mantap Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain : Penyebaran batuan Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 45 : lereng dalam keadaan mantap : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk
batuan berbeda dengan batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil analisis. Misalnya : kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari lempung atau campurannya. Struktur geologi Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses pelapukan. Morfologi Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng di daerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi, menentukan arah aliran air permukaan maupun air tanah dan proses pelapukan batuan. Iklim Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan segarnya. Tingkat pelapukan Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan, maka kekuatan batuan akan menurun. Hasil kerja manusia Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya, suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 46
pohon pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi. Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser (shear strees) dan menurunnya kekuatan geser (shear
strenght).
Adapun faktor yang dapat menaikkan tegangan geser adalah Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia. Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air rembesan, dan penumpukan. Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya. Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng. Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai, pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan terowongan, berkurangnya/hancurnya material di bagian dasar. Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan. Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah : Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng. Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan lempung berposi menjadi linak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi, pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen batuan Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandunga air dan tekanan air pori.
Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat di tebing / lereng.
Geometri Jenjang (Bench Dimension) Sebelum mengetahui beberapa pendapat mengenai dimensi jenjang, perlu diketahui istilah pada jenjang seperti terlihat di bawah ini.
Dalam
penentuan
gometri
jenjang,
beberapa
hal
yang
dipertimbangkan, antara lain : o Sasaran produksi harian dan tahunan o Ukuran alat mekanis yang digunakan o Sesuai dengan ultimate pit slope o Sesuai dengan kriteria slope stability Beberapa pihak yang mengeluarkan pendapat mengenai dimensi jenjang, antara lain : Head Quarter of US Army (Pits and Quarry Technical Bulletin No 5-352) Lewis (Elements of Mining) L. Shevyakov (Mining of Mineral Deposits)
Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining) Popov (The Working of Mineral Deposit) Young (Elements of Mining) E. P. Pfeider (Surface Mining) Head Quarter of US Army (Pits and Quarry Technical Bulletin No 5-352)
Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb
dimana : Wmin Y Wt Ls G Wb : Lebar jenjang minimum (m) : Lebar yang disediakan untuk pengeboran (m) : Lebar yang disediakan untuk alat-alat (m) : Panjang power shovel tanpa boom (m) : Radius lantai kerja yang terpotong oleh shovel (m) : Lebar untuk broken material (m)
Lewis (Elements of Mining) Tinggi jenjang sebagai berikut : o Untuk hidraulicking yang baik adalah 20 ft dan maksimum 60 ft o Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft 80 ft, tetapi ada yang sampai 130 m o Untuk Open-cut antara 12 ft 75 ft; yang baik 30 ft. Sedangkan untuk tambang bijih dapat mencapai 225 ft. Lebar jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah operasi power shovel serta untuk peledakan. Lebarnya antara 20 ft 75 ft, umumnya 50 ft dan idealnya 30 ft. L. Shevyakov (Mining of Mineral Deposits) Lebar jenjang tergantung pada metode penggalian dan kekerasan bahan galian yang ditambang. o Untuk Material Lunak
dimana : B Ro L L1 L2 : Lebar jenjang (m) : Digging radius dari alat muat (m) : Jarak antara sisi jenjang dengan rel (3 4 m) : Lebar lori (1,75 3,00 m) : Jarak untuk menjaga agar tidak longsor (m)
B = N + L + L1 + L2
dimana : B N : Lebar jenjang (m) : Lebar yang dibutuhkan untuk broken material (m) Disini tidak disediakan lebar untuk alat gali / muat, karena dianggap alat muat bekerja disamping broken material Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining) o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)
B = 2R + C + C 1 + L
dimana : B R C L : Lebar jenjang (m) : Digging radius dari alat muat (m) : Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis tengah rel (m) : lebar yang disediakan untuk faktor keamanan, biasanya sebesar dump-truck (m) o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)
B = a + C + C1 + L + A
dimana : B a A : Lebar jenjang (m) : Lebar untuk broken material (m) : Lebar pemotongan pertama (m)
i)
Kemiringan jenjang tergantung pada kandung air pada bahan galian; bila relatif kering biasanya memungkinkan kemiringan jenjang yang besar.
ii) Umumnya tinggi jenjang berkisar antara 12 15 m dengan kemiringan : - untuk batuan beku - untuk batuan sedimen - untuk batuan ledge dan pasir kering - untuk batuan yang argilaceous b. Lebar jenjang Lebar jenjang antara 40 60 m, biasanya juga dibuat antara 80 100 m jika memakai multi row bore-hole. Lebar minimum untuk batuan keras : : 70o 80o : 50o 60o : 40o 50o : 35o 45o
Vr = A + C + C 1 + L + B
dimana : Vr A C C1 B L : Lebar jenjang minimum (m) : Lebar untuk broken material (m) : Jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel (m) : Setengah lebar lori (m) : Lebar endapan yang diledakkan (6 12 m) : Lebar yang disediakan untuk menjamin ekstraksi endapan pada jenjang di bawahnya Young (Elements of Mining) o Tinggi jenjang - untuk tambang bijih besi - untuk tambang bijih tembaga - untuk limestone o Lebar jenjang o Kemiringan jenjang E. P. Pfeider (Surface Mining) : 20 40 ft : 30 - 70 ft : s.d. 200 ft : 50 250 ft : 45o 65o
L = Lm + SF x
dimana : L Lm SF x : Tinggi jenjang (m) : Maximum cutting height dari alat-muat (m) : Swell Factor (m) = 0,33 untuk cara corner cut = 0,50 untuk cara box cut
8.1 SISTEM PENYALIRAN LANGSUNG (KONVENSIONAL) Adalah sistem penyaliran dengan cara mengeluarkan (memompa) air yang sudah masuk ke dalam tambang. Sistem ini dapat dibagi dua lagi, menjadi : Penyaliran dengan terowongan (tunnel) atau terowongan buntu (adit) Cara penyaliran ini hanya bisa diterapkan pada tambang yang terletak di daerah pegunungan atau berbentuk bukit. Air yang masuk ke dalam tambang dikeluarkan dengan cara mengalirkan air dari dasar tambang melalui terowongan keluar tambang.
Penyaliran dengan sumuran (sump) Cara penyaliran ini sangat umum diterapkan di tambang terbuka. Air yang masuk ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran yang biasanya dibuat di dasar tambang dan dari sumuran tersebut air dipompa keluar tambang. NHK-8401@min.eng.unlam.Bjb2002-2004 Bahan Kuliah Tambang Terbuka - 53
8.2. SISTEM PENYALIRAN TAK LANGSUNG (INKONVENSIONAL) Adalah sistem penyaliran dengan cara mencegah masuknya air ke dalam tambang. Adapun cara yang dapat dilakukan pada preventive drainage
system ini adalah dengan membuat beberapa lubang bor di bagian luar
daerah penambangan atau di jenjang-jenjang, kemudian daeri lubanglubang tersebut air dipompa keluar tambang. Penyaliran tak langsung ini dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, antara lain : Siemens methods Ke dalam lubang bor dimasukkan casing yang bertujuan agar air mudah masuk kedalam pipa. Kerugian cara in adalah banyak pipa yang digunakan dan kedalaman lubang bor harus melebihi tinggi bench. Jadi biaya akan lebih besar karena disamping biaya pipa juga biaya pemboran.
Small pipe with vacuum pump Lubang bor dibuat dengan diameter 6 8 inch, lubang tidak diberi casing, tetapi dimasukkan dengan pipa berdiameter 2 2,5 inch. Pasir dimasukkan sebagai saringan sehingga yang masuk adalah material yang larut dalam air. Melalui small pipe ini lubang bor dibuat vakum dengan menggunakan pompa.
Deep well pump method Digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas tendah dan bench yang tinggi. Lubang bor dibuat dengan diameter 6 inch, kemudian dipasang casing. Pompa dimasukkan ke dalam lubang bor (submercible pump) yang digerakkan dengan listrik. Pompa ini ada yang otomatis, jika tercelup ke dalam air, maka mesin pompa akan hidup dengan sendirinya.
Electro osmosis method Merupakan cara terbaru dan biasanya digunakan pada daerah yang mempunyai permeabilitas sangat kecil. Lubang bor dibuat dengan diameter 3 5 inch dan 1 3 inch, kemudian masukkan casing pipe. Prinsip yang digunakan adalah prinsip elektrolisa. H+ akan mengalir menuju katoda sehingga terjadi netralisasli H+ dengan OH- dan membentuk H2O (air). Kemudian air yang telah terkumpul ini dipompa keluar, dimana sebelumnya tidak terdapat air.
Hubungan antara permeabilitas dengan cara penyaliran dapat dilihat pada tabel berikut :
*) **)