Anda di halaman 1dari 21

Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif.

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang barang yang telah disita.

PENAGIHAN PAJAK PASIF Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih. Jika dalam jangka 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.

PENAGIHAN PAJAK AKTIF Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, di mana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

TAHAPAN PENAGIHAN PAJAK Tahapan penagihan pajak antara lain sebagai berikut: 1. Surat Teguran Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 (tujuh) hari dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya).

2. Surat Paksa Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat teguran maka anda akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh juru sita pajak negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp25.000 (dua puluh lima ribu rupiah), utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.

Kelompok 5

Page 1

3. Surat Sita Apabila utang pajak Anda belum juga dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang barang Wajib Pajak, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah).

4. Lelang Dalam waktu empat belas hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 1. Pengertian Umum

Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

2.

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan juru sita pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang undang dan peraturan daerah.

3.

Juru sita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

4.

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

5.

Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

6.

Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

Kelompok 5

Page 2

7. 8.

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat untuk melaksanakan penyitaan.

9.

Objek Sita adalah barang penanggung pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak.

10. Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita. 11. Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta kekayaan milik penanggung pajak yang tersimpan pada bank dengan tujuan agar terhadap harta kekayaan dimaksud tidak terdapat perubahan apa pun, selain penambahan jumlah atau nilai. 12. Penyitaan adalah tindakan juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang undangan. 13. Hari adalah hari kalender. 14. Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 15. Pengadilan negeri adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tindakan penagihan pajak dilaksanakan. 16. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. 17. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. 18. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau pembeli. a. Kantor lelang adalah kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara lelang. b. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang atau kuasanya dalam bentuk yang tentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan lelang. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.
Kelompok 5 Page 3

d. Gugatan atau sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. e. Kepala daerah adalah Geburnur, Bupati atau walikota f. Pemerintah daerah adalah pemerintah daerah yang wilayah hukumnya meliputi tempat tindakan penagihan pajak dilaksanakan.

PEJABAT DAN JURU SITA PAJAK Pejabat

Menteri Keuangan mempunyai wewenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat. Sedangkan untuk penagihan pajak daerah yang mempunyai wewenang adalah Kepala daerah. Pejabat yang melakukan penagihan pajak yang berwenang melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengangkat dan memberhentikan juru sita pajak. 2. Menerbitkan: a. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis; b. Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus; c. Surat paksa; d. Surat perintah melaksanakan penyitaan; e. Surat perintah penyanderaan; f. Surat pencabutan sita; g. Pengumuman lelang; h. Surat penentuan harga limit i. Pembatalan lelang; j. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

Juru Sita Pajak

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diangkat menjadi juru sita pajak adalah sebagai berikut : a. Berijazah serendah-rendahnya SMU atau yang setingkat dengan itu. b. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/golongan II/a. c. Berbadan sehat. d. Lulus pendidikan dan pelatihan juru sita pajak. e. Jujur,bertanggungjawab, dan penuh pengabdian.

1. Tugas juru sita pajak, antara lain sebagai berikut : a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus.
Kelompok 5 Page 4

b. Memberitahukan surat. c. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan. d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. 2. Juru sita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal juru sita pajak dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak. 3. Dalam melaksanakan penyitaan, juru sita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan, atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. 4. Dalam melaksanakan tugasnya, juru sita pajak dapat meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertanahan nasional, dikrektorat jenderal perhubungan laut, pengadilan negeri, bank dan pihak lain. 5. Juru sita pajak menjalankan tugas di wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan keputusan mentari atau keputusan kepala daerah.

Juru sita pajak diberhentikan apabila:

1. Meninggal dunia; 2. Pensiun; 3. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya; 4. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas; 5. Melakukan perbuatan tercela; 6. Melanggar sumpah atau janji juru sita pajak; 7. Sakit jasmani atau rohani terus-menerus.

DASAR PENAGIHAN PAJAK PAJAK PUSAT o Pajak pusat antara lain sebagai berikut : 1. Pajak penghasilan (PPh) 2. Pajak penambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPh dan PPnBM) 3. Pajak bumi dan bangunan (PBB) 4. Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) 5. Bea masuk 6. Cukai
Kelompok 5 Page 5

PAJAK DAERAH

o Pajak Daerah Provinsi antara lain sebagai berikut : 1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaran di atas air 2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah dan air permukaan o Pajak daerah kabupaten/kota antara lain sebagai berikut : 1. Pajak hotel 2. Pajak restoran 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame 5. Pajak penerangan jalan 6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C 7. Pajak parkir

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS Juru sita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus yang diterbitkan oleh pejabat hal-hal seperti berikut ini : 1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu. 2. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia. 3. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya. 4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara. 5. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama wajib pajak, atau nama wajib pajak dan penanggung pajak; 2. Besar utang pajak; 3. Perintah untuk membayar; 4. Saat pelunasan pajak.
Kelompok 5 Page 6

Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan oleh pejabat:

1. Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran; 2. Tanpa didahului surat teguran; 3. Sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak surat teguran diterbitkan; 4. Sebelum penerbitan surat paksa.

SURAT PAKSA Surat paksa berkepala kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat:

1. Nama wajib pajak, atau nama wajib pajak dan penanggung pajak; 2. Dasar penagihan; 3. Besarnya utang pajak; 4. Perintah surat pembayaran. Surat paksa diterbitkan apabila terjadi hal-hal seperti berikut :

1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya. 2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus. 3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA Surat paksa diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada penanggung pajak. Pemberitahuan ini dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama juru sita pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa. Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh juru sita pajak kepada : 1. Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan. 2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat di jumpai. 3. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi. 4. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.
Kelompok 5 Page 7

Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh juru sita pajak kepada: 1. Pengurus kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat

kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan. 2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana di maksud pada nomor 1. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat paksa diberitahukan kepada, Hakim Pengawas atau Balai Harta Peninggalan, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator. Jika tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa disampaikan melalui pemerintah daerah setempat. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa dimaksud. Jika tidak dapat dilaksanakan, Surat paksa disampaikan melalui pemerintah daerah setempat. Dalam hal Wajib Pajak atau penanggung pajak tidak dapat diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat kedudukannya, penyampaian Surat Paksa dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman kantor pejabat yang menerbitkannya, mengumumkan melalui media massa, atau cara lain yang ditetapkan dengan keputusan menteri atau keputusan kepala daerah. 1. Dalam hal Surat Paksa harus dilaksanakan di luar wilayah kerja pejabat, pejabat dimaksud meminta bantuan kepada pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa, kecuali ditetapkan lain dengan keputusan menteri. 2. Pejabat yang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membantu dan

memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada pejabat yang meminta bantuan. 3. Dalam hal penanggung pajak atau pihak pihak yang dimaksud dalam pasal 11 dan Pasal 12 menolak untuk menerima Surat Paksa, juru sita pajak meninggalkan Surat Paksa dimaksud dan mencatatnya dalam Berita Acara bahwa penanggung pajak tidak mau menerima Surat Paksa, dan Surat Paksa dianggap telah diberitahukan. Dalam hal terjadi keadaan di luar kekuasaan pejabat atau sebab lain, Surat Paksa pengganti dapat diterbitkan oleh pejabat karena jabatan. Surat Paksa pengganti sebagaimana dimaksud mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan Surat Paksa. Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis, dan Surat Paksa yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan. Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterima permohonan harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana
Kelompok 5 Page 8

dimaksud pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan penanggung pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda untuk sementara waktu. Pejabat karena jabatan dapat membetulkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, dan Surat Paksa yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh pejabat. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa. Sedangkan ketentuan penagihan bea masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor dengan Surat Paksa diatur dalam keputusan menteri keuangan tersendiri.

PENYITAAN Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat melaksanakan penyitaan, juru sita pajak harus : 1. Memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak; 2. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; 3. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan. Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk indonesia, dikenal oleh juru sita, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan juru sita membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh juru sita, penanggung pajak, dan saksi. Dalam hal penanggung pajak adalah badan acara maka Berita Acara Pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan. Penyitaan dapat dilakukan meskipun penanggung pajak tidak hadir asalkan salah seorang saksi dari pemda, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh penanggung pajak dan saksi- saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap sah jika penanggung pajak menolak untuk menandatangani. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita ditempelkan pada barang yang disita ditempel segel sita. Selain itu, Salinan Berita Acara Pelaksanaaan Sita disampaikan kepada : 1. Penanggung pajak; 2. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar; 3. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar; 4. Pemerintah daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar. 5. Dirjen Perhubungan Laut, untuk kapal. Pengajuan keberatan tidak menunda pelaksanaan sita. . 2 24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Dalam

Kelompok 5

Page 9

OBJEK SITA Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penannggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannnya berada di tangan pihak lain atau di jaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa : 1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; 2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu. Penyitaan terhadap penanggung pajak badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh juru sita pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. 1. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata, dan sejenisnya dilaksanakan sebagai berikut. a. Membuat perincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan. 2. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dilaksanakan sebagai berikut. a. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat perinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. b. Membuat Berita Acara Pelaksaaan Sita.

c. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada penanggung pajak atau menitipkannya pada bank. 3. Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut. a. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. b. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada pejabat dan penanggung pajak.

Kelompok 5

Page 10

c. Juru sita pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada juru sita pajak. d. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank yang di maksud. e. Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksaaan Sita, dan menyampaikan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada penanggung pajak dan bank yang bersangkutan. f. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. g. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran. 4. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut. a. Pemblokiran Rekening Efek pada kustodian dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuknya kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dengan menyebutkan nama pemegang Rekening atau nomor Pemegang Rekening sebagai penanggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan. b. Berdasarkan permintaan Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuknya sebagaimana

dimaksud pada huruf a , Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dapat menyampaikan perintah tertulis kepada Kustodian untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak. c. Berdasarkan perintah tertulis dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Kustodian melakukan pemblokiran. d. Dalam hal permintaan tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang Rekening Efek pada Kustodian, maka permintaan tertulis dari Direktur Jendral Pajak harus memuat nama pejabat yang berwenang mendapat keterangan tersebut. e. Kustodian yang melakukan pemblokiran dan memberikan keterangan tentang Rekening Efek Pemegang Rekening membuat Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan. f. Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan tersebut disampaikan kepada Direktur Jendral Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Pemegang Rekening sebagai penanggung pajak, selambat lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pemblokiran dan pemberian keterangan tersebut dilakukan.
Kelompok 5 Page 11

g. Juru sita pajak melaksanakan penyitaan atas efek dan / atau dana dalam rekening efek pada kustodian segera setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan. h. Juru sita pajak yang melakukan penyitaan harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak, dan saksi saksi. i. Dalam hal penanggung pajak tidak hadir, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh juru sita pajak dan saksi saksi. j. Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada penanggung pajak, dan salinannya disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Kustodian. k. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada Kustodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. l. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran. m. Efek yang diperdagangkan di bursa yang telah disita, dijual di bursa melalui Perantara Perdagangan Efek Anggota Bursa atas permintaan pejabat. 5. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut. a. Melakukan inventarisasi dan membuat perincian tentang jenis, jumlah, dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari Surat Berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita c. Membuat Berita Acara Pengalihan Hak Surat Berharga atas nama dari penanggung pajak kepada pejabat. 6. Penyitaan terhadap piutang dilaksanakan sebagai berikut. a. Melakukan inventarisasi dan membuat perincian tentang jenis dan jumlah piutang yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita c. Membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari penanggung pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada penanggung pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang. 7. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya dilaksanakan sebagai berikut.

Kelompok 5

Page 12

a. Melakukan inventarisasi dan membuat perincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita. c. Membuat akte Persetujuan Pengalihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari penanggung kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan kepada penanggung pajak. Barang yang telah disita dititipkan kepada penanggung pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan juru sita pajak barang sitaan tersebut perlu disimpan di kantor pejabat atau ditempat lain. Dalam hal penyitaan tidak dihadiri oleh penanggung pajak, barang yang telah disita dititipkan kepada aparat Pemerintah Daerah setempat yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita. Tempat lain yang dapat digunakn sebagi tempat penitipan barang yang telah disita adalah Kantor Pegadaian, bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

PENGECUALIAN OBJEK SITA Barang bergerak milik penanggung pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah sebagai berikut. 1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. 2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah. 3. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara. 4. Buku buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan. 5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) 6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Barang yang telah disita dititipkan kepada penanggung pajak, kecuali apabila menurut juru sita pajak barang dimaksud perlu disimpan di kantor pejabat atau di tempat lain.

Kelompok 5

Page 13

PENYITAAN TAMBAHAN Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila: 1. Nilai barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak; 2. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. PENCABUTAN SITA Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan pengadilan pajak atau ditetapkan lain dengan keputusan menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

HAK MENDAHULU Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: 1. Biaya perkara yang semata mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun barang tidak bergerak; 2. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; 3. Biaya perkara yang semata mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

Terhadap barang sitaan penanggung pajak dilarang : 1. Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan,

menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita. 2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk pelunasan utang tertentu; 3. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita atau segel sita yang telah ditempel pada barang sitaan.

LELANG Apabila utang pajak dan / atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang. Pengecualian penjualan lelang dilakukan terhadap objek sita berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan barang sitaan mudah rusak atau cepat busuk.

Kelompok 5

Page 14

Prosedur Lelang

Prosedur lelang antara lain sebagai berikut : 1. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang melalui media massa. 2. Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan. 3. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu)kali dan untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dia) kali. 4. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa. 5. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan. 6. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani asli Risalah Lelang. 7. Pejabat dan juru sita pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat. 8. Pejabat dan juru sita pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang undangan. 9. Perubahan besarnya nilai barang yang tidak harus diumumkan melalui media massa.

Pelaksanaan Lelang

Ketentuan ketentuan dalam pelaksanaan lelang adalah sebagai berikut. 1. Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan keberatan. 2. Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh penanggung pajak. 3. Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan, atau putusan badan peradilan pajak, atau objek lelang musnah.

Hasil Lelang

Hal-hal yang berkaitan dengan hasil lelang adalah sebagai berikut: 1. Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.

Kelompok 5

Page 15

2. Dalam hal penjualan secara lelang, biaya penagihan pajak ditambah 1% ( satu persen) dari pokok lelang Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. 3. Sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak segera setelah pelaksanaan lelang. 4. Hak penanggung pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada pembeli dan kepadanya diberikan risalah lelang yang merupakan bukti autentik sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak dan biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan dipindah bukukuan. Dengan ketentuanketenntuan berikut. 1. Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap pemberitahuan Surat paksa dan Rp100.000 (seratus ribu rupiah) untuk setiap pelaksanaan Surat perintah Melaksanakan penyitaan. 2. Besarnya tambahan biaya penagihan pajak yang dibayar oleh penanggung pajak dalam hal barang yang telah dijual adalah : a. Secara lelang, adalah 1% (satu persen) dari pokok lelang b. Tidak secara lelang,adalah 1% (satu persen) dari hasil penjualan. 3. Biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak merupakan penerimaan Negara Bukan pajak. 4. Tata cara pengelolaan dan penggunaan biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN Pencegahan

Hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan adalah sebagai berikut: 1. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi pajak. 2. Pencegahan dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh menteri atas permintaan pejabat atau atasan pejabat yang bersangkutan. 3. Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya: a. Identitas penanggung pajak yang dikenakan pencegahan; b. Alasan untuk melakukan pencegahan;

Kelompok 5

Page 16

c. Jangka waktu pencegahan, paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan. 4. Keputusan pencegahan disampaikan kepada penanggung pajak yang dikenakan pencegahan, Menteri Kehakiman, pejabat yang memohon pencegahan, atasan pejabat yang bersangkutan, dan kepala daerah setempat. 5. Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai penanggung Wajib Pajak badan atau ahli waris. 6. Pencegahan terhadap penanggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Penyanderaan

Hal-hal yang berkaitan dengan penyanderaan adalah sebagai berikut: 1. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. 2. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) dan diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak. 3. Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi. 4. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada Gubernur untuk penagihan pajak daerah. 5. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya; a. Identitas penanggung pajak uang disandera; b. Jumlah utang pajak yang belum dilunasi; c. Tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan; d. Uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak. 6. Masa penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamnya 6 (enam) bulan. 7. Surat Perintah Penyanderaan memuat sekurang-kurangnya; a. Identitas penanggung pajak; b. Alasan penyanderaan; c. Izin penyanderaan;
Kelompok 5 Page 17

d. Lamanya penyanderaan; e. Tempat penyanderaan 8. Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagai tempat penyanderaan dengan syarat-syarat; a. Tertutup dan terasing dari masyarakat; b. Mempunyai fasilitas terbatas; c. Mempunyai system pengamanan dan pengawasan yang memadai. 9. Sebelum tempat penyanderaan dibentuk, penanggung pajak yang disandera dititipkan di rumah tahanan Negara dan terpisah dari tahanan lainnya. 10. Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, atau sedang nengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti Pemilihan Umum. 11. Juru sita pajak harus menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan. 12. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan juru sita pajak melalui pejabat atau atasan pejabat dapat meminta bantuan kepada kepolisian atau kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemukan tersebut, 13. Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat Surat Perintah Penyanderaan diterima oleh penanggung pajak yang bersangkutan. 14. Penyanderaan dilaksanakan oleh juru sita pajak disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh juru sita pajak dan dapat dipercaya. 15. Dalam melaksanakan penyanderaan juru sita pajak dapat meminta bantuan kepolisian atau kejaksaan. 16. Juru sita pajak membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat penanggung pajak ditempatkan ditempat penyanderaan, dan Berita Acara Penyanderaan ditandatangani oleh juru sita pajak, kepala tempat penyanderaan dan saksi-saksi. 17. Berita Acara Penyanderaan paling sedikit memuat; a. Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan; b. Izin tertulis Menteri Keuangan atau Gubernur; c. Identitas juru sita pajak; d. Identitas penanggung pajak yang disandera; e. Tempat penyanderaan; f. Lamanya penyanderaan; g. Identitas saksi penyanderaan; 18. Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan, penanggung pajak yang disandera, dan Bupati atau Walikota.
Kelompok 5 Page 18

19. Penanggung pajak yang disandera dilepas; a. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas; b. Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan itu telah terpenuhi; c. Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi.

GUGATAN Hal-hal yang berkaitan dengan gugatan antara lain : 1. Gugatan penanggung pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah,Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat diajuka kepada pengadilan pajak. 2. Dalam hal gugatan penanggung pajak dikabulkan, penanggung pajak dapat memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat; 3. Besarnya ganti rugi paling banyak Rp5.000.000 (lima juta rupiah). 4. Perubahan besrnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. 5. Gugatan penanggung pajak diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang dilaksanakan.

SANGGAHAN Hal-hal yang berkaitan dengan sanggahan adalah sebagai berikut : 1. Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri. 2. Pengadilan negeri yang menerima surat sanggahan memberitahukan secara tertulis kepada pejabat. 3. Pejabat menangguhkan pelaksanaan penagihan pajak hanya terhadap barang yang disanggah kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan. 4. Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.

PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN Hal-hal yang berkaitan dengan pembetulan dan penggantian adalah sebagai berikut: 1. Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang, dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.

Kelompok 5

Page 19

2. Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterima permohonan harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. 3. Apabila dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan penanggung pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda untuk sementara waktu. 4. Pejabat karena jabatan dapat membetulkan surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang, dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan. 5. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh pejabat. 6. Dalam hal permohonan ditolak, tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan sesuai jangka waktu semula LAIN-LAIN 1. Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak, wajib pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang. Pejabat mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dalam bentuk uang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Penagihan pajak tidak dilaksanakan apabila telah daluwarsaa sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan daerah. 3. Pengajuan keberatan atau permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 4. Pengajuan gugatan tidak menunda pelaksanaan penagihan pajak. 5. Pengajuan gugatan tidak menunda pelaksanaan penagihan pajak.

KETENTUAN PIDANA Ketentuan-ketentuan pidana antara lain sebagai berikut. 1. Penanggung pajak yang memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6(enam) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000 (dua belas juta rupiah). 2. Apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai UU PPSP Pasal 25 ayat (3) huruf b,c,d,e) tidak melaksanakan kewajibannya, dipidana dengan pidana-pidana

Kelompok 5

Page 20

paling singkat 1 (satu) minggu dan paling lama 4 (empat) bulan 2 (dua) minggu dan denda paling sedikit Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang, atau dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh juru sita pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) minggu dan paling lama 4 (empat) bulan 2 (dua) minggu dan denda paling sedikit Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

DALUWARSA TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK Berdasarkan Pasal 22 UU KUP, hak untuk melakukan Penagihan Pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan. Penagihan pajak dapat dilakukan setelah melampui waktu 10 (sepuluh) tahun dengan syaratsyarat sebagai berikut. 1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa. Kadaluarsa dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. 2. Adanya pengakuan utang dari Wajib Pajak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan sebagai berikut. a. Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Untuk ini daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima b. Adanya permohonan keberatan. Untuk ini daluwarsa penagihan pembayaran utang pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima. Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajakya. Untuk ini daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajak tersebut.

Kelompok 5

Page 21

Anda mungkin juga menyukai