Anda di halaman 1dari 21

ASSESSMENT LITERACY (ASESMEN LITERASI)

MUTMAINNA EKAWATI

1200979

ASESMEN LITERASI
KRISIS DALAM PROFESI MENGAJAR
The National Commision on Teaching and Americas Future (NCTAF) 1. perlunya meningkatkan ketersediaan guru, penerimaan guru, pengembangan profesionalisme, dan pengaturan kinerja di sekolah-sekolah 2. meningkatkan fokus pada assesmen siswa

Literasi seringkali diartikan sebagai serangkaian keterampilan yang bermanfaat dan strategi yang dipelajari. Asesmen literasi harus didasarkan pada pemahaman literasi dan masyarakat saat ini. Literasi asesmen yang baik adalah asesmen yang membantu kita mengerti persoalan yang lebih besar, menyusun tujuan-tujuan penting, mengumpulkan berbagai macam fakta, dan mengikutsertakan dalam diskusi bagaimana membantu siswa menjadi pembaca, penulis, pendengar dan pembicara yang lebih baik

Jenis-Jenis Asesmen Literasi


1. Norm Referenced Test (acuan normatif) 2. Criterion Referenced Test (acuan patokan 3. Curriculum Based Assessment (asesmen berdasarkan kurikulum) 4. Performance Based assessment (asesmen kinerja)

A. Norm Referenced Test


Norm referenced test dirancang untuk memeriksa
kinerja individu dalam kaitannya dengan kinerja perwakilan kelompok (Connolly, 1873).
Karakteristik: 1. Digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. 2. Menggunakan kriteria yang bersifat relative. 3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).

Lanjutan......
4. Memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius. 5. Memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

Contoh

Pada pelajaran Biologi, siswa yang mendapat skor 80 di kelas B akan mendapat nilai A, sedangkan di kelas C siswa yang mendapat skor 65 akan mendapat nilai A juga. Mengapa bisa demikian? karena nilai yang didapat siswa hanya dihubungkan dengan norma kelompoknya. Pada kelas C, norma kelompoknya rendah, maka skor 65 saja sudah mendapat nilai A, dan pada kelas B 88 norma kelompoknya tinggi, maka skor 80 baru bisa mendapat nilai A.

B. Criterion Referenced Test


Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional. Jadi, tes acuan patokan terikat dengan tolok ukur untuk prestasi siswa

Karakteristik 1. Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas- belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran. 2. Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menhilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah. 3. Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar.

Menurut Dick dan Carey (2008), acuan patokan dapat dilakukan sebagai :

1. Tes prasyarat (entry behavior test) 2. Pre Test 3. Post Test

Contoh

untuk dapat diterima sebagai calon pramugari setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 170 cm. Berdasarkan kriteria tersebut, maka siapaun yang tidak memenuhi syarat akan dinyatakan gagal dan tidak diterima.

C. Curriculum Based Assessment


Assessment berdasarkan Kurikulum (CBA) adalah metode sistematis untuk menilai keterampilan dasar akademik siswa dalam membaca, matematika, ejaan dan ekspresi tertulis (Aldrich, 2001). Hasil dari asesmen ini nantinya akan membuat keputusan instruksional dan memonitor kemajuan siswa dalam bidang akademis tertentu. Pengukuran sering menggunakan "indikator" kinerja siswa dengan menggunakan bahan yang tersedia di kelas (Winograd, 1999).

Contoh

1. berapa banyak jumlah huruf yang dieja dengan benar dalam 3 menit. 2. Berapa banyak jumlah huruf yang ditulis dalam 3 menit

D. Performance Based Assessment

Performance based assessment merujuk pada jenisjenis tugas dan situasi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstasikan pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang mereka miliki dalam berbagai konteks.

Permasalahan yang sering muncul dalam merancang dan menggunakan performance assessment 1. Validitas a. Validitas logis Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Validitas konstruk jika suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.

Lanjutan...

b. Validitas empiris Validitas ramalan adalah suatu kondisi menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya meramalkan apa yang bakal terjadi pada mendatang. yang dapat untuk masa

Validitas bandingan (Concurrent Validity). Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.

Lanjutan...

2. Reliabilitas

Pertanyaan kunci tentang reliabilitas adalah sampai sejauh mana skor siswa dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya (true ability) dan bukan akibat dari kesalahan pengukuran.

3. Fairness perbandingan dalam penulisan, ketersediaan alat-alat yang diperlukan, dan kesempatan untuk belajar dan berlatih

Anda mungkin juga menyukai