Peran Dunia Pendidikan Dalam Upaya Pengendalian Masalah Perubahan Iklim Global

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Peran Dunia Pendidikan Dalam Upaya Pengendalian Masalah Perubahan Iklim Global

Dunia sains dan teknologi dalam perkembangannya telah banyak membantu memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas manusia. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan membawa manusia menuju peradaban baru dengan segala kemudahan yang ditawarkan. Namun Sayangnya perkembangan ini masih menyisahkan dampak buruk bagi lingkungan, salah satunya adalah emisi CO2 dari hasil pembakaran kendaraan bermotor. Tak bisa dipungkiri bahwa, kebutuhan transportasi saat ini telah menjadi kebutuhan pokok setiap individu. Hal ini didukung dengan pesatnya kenaikan jumlah kendaraan bermotor terutama di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia seiring dengan meningkatnya kepadatan populasi dari tahun-ketahun. Tercatat pada tahun 2011 jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 85.601.351 dan rata-rata meningkat 811% setiap tahunnya. Sedangkan emisi karbon dioksida (CO2) dari kendaraan bermotor rata-rata 258 gram per kilometer. Gas CO2 merupakan gas penyebab efek rumah kaca, yang menahan panas dari gelombang infrared terperangkap dipermukaan bumi. Hal ini menyebabkan kenaikan suhu ratarata 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Dampak dari hal ini mengakibatkan iklim yang tidak stabil, peningkatan permukaan air laut akibat pelelehan es di kutub, gangguan ekologis, dan munculnya penyakit-penyakit dari daerah tropis karena meningkatnya suhu global. Sudah selayaknya hal ini menjadi perhatian dunia dan juga menjadi tanggung jawab bersama dalam melakukan upaya pengendalian untuk mereduksi potensi merugikan yang mungkin muncul. Salah satu langkah solutif yang telah dikembangkan dalam dunia pendidikan adalah konsep kampus educopolis dan sekolah adiwiyata. Kampus educopolis merupakan sebuah konsep pendidikan yang menitikberatkan pada kondisi lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan sinergi interdisiplin dan tanggap terhadap isu ekologis. Misalnya dengan melakukan penanaman pohon-pohon penghijauan, pembangunan pedestrian, dan penyediaan sepeda kampus. Sekolah adiwiyata sendiri merupakan konsep pendidikan yang berwawasan lingkungan dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Keduanya adalah program terobosan cerdas yang saat ini belum menjadi trend dalam dunia pendidikan kita. Akibatnya walaupun program ini tetap berjalan, kendaraan bermotor dilingkungan kampus dan sekolah tidak berkurang justru bertambah. Adanya regulasi tanpa pengawasan yang baik dalam sistem birokrasi juga mengambil andil dalam tidak tercapainya harapan manis dari program ini. Ditambah lagi nilai-nilai positif

dari program ini baru sebatas fisik saja namun belumlah merasuk kedalam sanubari setiap individu. Tentu saja ini mengundang sebuah pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi ? Dalam praktiknya, apa yang telah dibawa oleh program tersebut belum memberikan suatu alasan khusus mengapa seorang individu harus melakukan hal tersebut. Ada indikasi inkonsistensi yang ditunjukkan pelaksana program yang mana pelaksanaan kebijakan tidak sama rata. Juga trend yang berkembang di masyarakat saat ini adalah kebiasaan hidup praktis. Kesan mewah bila menggunakan kendaraan bermotor dan minimnya infrastruktur yang mendukung program membuat individu menjadi berat dalam melaksanakan apalagi untuk meresapi nilai nilai dari program tersebut. Perlunya dukungan infrastruktur seperti trotoar ber-atap untuk pejalan kaki, jalur khusus pesepeda yang diperluas, penyediaan spot-spot air minum juga sosialisasi mengenai nilai-nilai inti dari program tersebut menjadi penting. Ditambah lagi perlunya mewujudkan ikon baru yang bisa menjadi contoh baik agar tercipta trend baru dalam masyarakat seperti, mengekspos dan memberikan penghargaan bagi tokoh yang konsisten tidak menggunakan kendaraan pribadi atau selalu bersepeda ke tempat kerja atau kampus, ditunjuknya dan diadakannya kompetisi duta kampus educopolis dan duta sekolah wiyata, serta gencarnya penanaman nilai-nilai program melalui sosialisasi juga perbaikan dalam system birokrasi dan konsistensi regulasi akan membuat keberhasilan program ini tampak nyata dan menjadi karakter bagi individu maupun instansi yang melakukannya. Tentunya dengan dukungan serius dari pemerintah demi mewujudkan cita-cita bersama ini. Dengan tercapainya program-program ini, setidaknya sudah memotivasi sekitar 5% penduduk Indonesia yang berstatus mahasiswa dan jutaan anak usia sekolah terhadap kepedulian lingkungan yang otomatis akan berdampak social ke arah yang lebih baik. Juga akan mengurangi jumlah emisi CO2 yang tidak sedikit. Apabila nilai-nilai ini bisa teresapi kedalam diri setiap individu, maka bukan hal yang mustahil bila pemegang kebijakan Negara dimasa mendatang nantinya akan dipimpin oleh individu yang peduli terhadap lingkungan yang menciptakan regulasi umum dan berlaku diseluruh wilayah NKRI. Maka seluruh masyarakatpun akan terbiasa hidup dengan budaya peduli lingkungan dan permasalahan perubahan iklim dapat dikendalikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai