Anda di halaman 1dari 20

ASKEP LUKA BAKAR

Nama : GUSTI YAWATI Tingkat : II B

Dosen :Ns. MUH HASAN BASRI,S.Kep

1. Pengertian Luka Bakar. Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). 2. Etiologi. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid)

Luka Bakar Termal. Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Luka Bakar Kimia. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka Bakar Elektrik. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Luka Bakar Radiasi. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.

3. Fase Luka Bakar a. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. b. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: Proses inflamasi dan infeksi. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

4. Diagnosa Keperawatan. Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderita luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah : 1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler. 2. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.

3. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak. 4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar. 5. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

5. Patofisiologi. 1. Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.

2. Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian : o Derajat Satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari.

o Derajat Dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. o Derajat Tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).

3. Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. 4. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem.

5. Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. A. Efek Patofisiologi Luka Bakar. 1. Pada Kulit. Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. 2. Sistem kardiovaskuler. Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.

B. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar. 1) Perubahan : Pergeseran cairan ekstraseluler. Tingkatan Hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama): 1. Mekanisme vaskuler ke interstitial. 2. Dampak dari Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar. Tingkatan Diuretik (12 jam 18/24 jam pertama): 1. Mekanisme interstitial ke Vaskuler. 2. Dampak dari hemodilusi.

2) Perubahan : Fungsi renal. Tingkatan Hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama): 1. Mekanisme aliran darah renal. 2. Dampak dari oliguri. 1. 2. Tingkatan Diuretik (12 jam 18/24 jam pertama): Mekanisme peningkatan. Dampak dari diuresis.

3) Perubahan : Eritrosit.

1. 2.
1. 2.

Tingkatan Hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama): Mekanisme terjadi karena panas,pecah menjadi fragil. Dampak dari luka bakar termal.
Tingkatan Diuretik (12 jam 18/24 jam pertama): Mekanisme tidak terjadi pada hari2 pertama. Dampak dari hemokonsentrasi.

4) Perubahan : respon stres. 1. 2. 1. 2. Tingkatan Hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama): Mekanisme terjadi karena trauma,peningkatan. Dampak dari aliran darah renal berkurang. Tingkatan Diuretik (12 jam 18/24 jam pertama): Mekanisme terjadi sifat cidera berlangsung lama. Dampak dari stres karena luka.

5) Perubahan : kadar protein. 1. 2. 1. 2. Tingkatan Hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama): Mekanisme kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas. Dampak dari hipoproteinemia. Tingkatan Diuretik (12 jam 18/24 jam pertama): Mekanisme kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme. Dampak dari hipoproteinemia.

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengkajian. Aktivitas dan istirahat. Sirkulasi. Integritas ego. Eliminasi. Makanan/cairan. Neorosensori. Nyeri/kenyamanan. Pernafasan. Keamanan. Prioritas Yang Di Lakukan Dalam Keperawatan. Mempertahankan potensi jalan napas/ fungsi pernapasan. Memperbaiki stabilitas hemodinamik/ volume sirkulasi. Menghilangkan nyeri. Mencegah komplikasi. Member dukungan emosi pada pasien/ orang terdekat. Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan.

C. 1. 2. 3. 4. 5.

Tujuan Pemulangan. Homeostasis tercapai. Nyeri terkontrol/ menurun. Komplikasi di cegah/ minimal. Menerma situasi secara realitas. Kondisi/ prognosis dan program terapi di pahami.

D. Diagnosa keperawatan. 1. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan pertahanan penurunan atau interupsi aliran darah arteri atau vena. 2. Resikop tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertambahan primer tidak adekuat kerusakan perlindungan kulit.

3. 4.

Kerusakan actual intekgritas kulit berhubungan dengan trauma permukaan kulit. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan dan pembentukan udeme.

5.
E. 1.

Perubahan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan.


Rencana Tindakan/Intervensi. Resikop tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertambahan primer tidak adekuat kerusakan perlindungan kulit. Criteria hasil : Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam. Intervensi : Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi Rasionalisasi : Tergantung tife/ luasnya luka dan pilihan pengobatan.

2. 3.

Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan dan pembentukan udeme. Criteria hasil : Nyeri berkurang / terkontrol, menunjukan ekpresi wajah/ postur tubuh rileks serta berpartisipasi dalam aktivitas tidur/ istirahat dengan tepat. Intervensi : Tutup luka segera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka. Rasionalisasi : Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada ujung saraf. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya nafsu makan. Criteria hasil : Menunjukan pemasukan nutrisi adakuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic dengan melihat berat badan. Intervensi : Askultasi bising usus,perhatikan aktif/ tidak ada bunyi. Rasionalisasi : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya nafsu makan.

4.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial. Criteria hasil : Menunjukan bunyi napas jelas, frekuensi pernapasan dalan rentang normal, bebas dispnea/ sianosis. Intervensi : Ambil riwayat cedera,dan parhatikan adanya riwayat merokok. Rasinalisasi : Penyebab, lama terpejan, terjadi dalam ruang tertutup atau terbuka mengidentifikasi cedera inhalasi, kondisi sebelumnya dapat meningkatkan komplikasi pernapasan.
Kerusakan actual intekgritas kulit berhubungan dengan trauma permukaan kulit. Criteria hasil : Menunjukan regenerasi jaringan. Intervensi : Kaji/ catat ukuran, warna, kadalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi di dekitar tubuh. Rasinalisasi : Memberikan imformasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft.

5.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai