Anda di halaman 1dari 5

BAB V ASPEK KEUANGAN

Manajemen

keuangan adalah

suatu

kegiatan

perencanaan,

penganggaran,

pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Perencanaan dan pengendalian adalah dua hal yang paling penting untuk suksesnya suatu bisnis. Data keuangan menyediakan cara untuk mengukur rencana strategis sehingga perubahan-perubahan dalam rencana dapat diketahui. Karena itu, analisa data keuangan dan manajemen sangat penting untuk menjalankan bisnis yang sukses. Fungsi manajemen keuangan diantaranya : Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu. Penganggaran Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan. Pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan. Penyimpanan Keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut. Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan. Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan. Pendukung aspek keuangan Dalam perencanaan penjualan dan penyusunan anggaran biaya, sebaiknya biaya diklasifikasikan berdasarkan perilaku biayanya terhadap volume kegiatan (penjualan atau produksi) yaitu menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dilakukan agar mempermudah menghitung titik impas/ Break Even Point (BEP).

Biaya Tetap, merupakan biaya yang secara totalitas tetap walaupun volume kegiatan berubah, sampai batas kapasitas tertentu atau biaya yang secara rata-rata berbanding terbalik dengan volume kegiatan, artinya semakin banyak output yang dihasilkan, maka biaya tetap rata-ratanya akan semakin menurun. Sedangkan, Biaya Variabel merupakan biaya yang secara totalitas akan berubah mengikuti perubahan volume kegiatan, output naik, maka biaya juga akan naik secara proporsional atau biaya yang secara rata-rata akan tetap (konstan). Dari biaya tetap dan biaya variabel, maka dapat dihitung Analisis Titik Impas. Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP), merupakan alat analisis sederhana yang sering digunakan untuk menyusun perencanaan penjualan/pelayanan. Dengan demikian setiap unit usaha mempunyai beban biaya tetap yang harus ditutup dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel yang disebut sebagai contribution margin. Berapa penjualan harus dilakukan agar biaya tetap dapat ditutup dengan contribution margin atau biaya tetap sama dengan contribution margin, dalam kondisi seperti inilah titik impas akan tercapai. Bila unit usaha telah mentargetkan laba/hasil usaha unit tertentu misal 15%, berapa penjualan/pelayanan harus dilakukan, artinya besarnya penjualan harus dilakukan, harus menghasilkan kontribusi margin yang dapat menutup biaya tetap juga masih ada surplus berupa laba 15% tersebut. Dalam aspek ini disajikan: 1. Total biaya proyek 2. Kebutuhan modal kerja dalam satu tahun 3. Rugi atau laba dan proyeksinya selama 3 tahun 4. Arus kas dan proyeksinya selama 3 tahun 5. Neraca dan proyeksinya selama 3 tahun Perangkat-perangkat laporan keuangan tersebut diatas disusun dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Tingkat suku bunga, baik untuk kredit investasi maupun kredit modal kerja sebesar 20% 2. Pajak sebesar 15% untuk semua tingkat pendapatan 3. Laju inflasi 0% 4. Semua transaksi dilakukan secara khas 5. Tidak ada persediaan, semua habis terpakai terjual

Kebutuhan Modal Kerja (Dalam Rp.000,-)

Keterangan Biaya kegiatan operasi 1. Gaji Pimpinan 2. Gaji Karyawan Administrasi 3. Alat Tulis Kantor 4. Sewa listrik, telepon, air dan kantor 5. Sewa gedung / tanah 6. Gaji kepala bagian pemasaran 7. Biaya transportasi / sewa kendaraan 8. Promosi 9. Gaji kepala bagian produksi 10. Bahan baku dan penolong 11. Upah tenaga kerja langsung 12. Biaya umum pabrik 13. Biaya pemeliharaan gedung, mesin dan alat-alat 14. Biaya operasi kendaraan 15. Lain-lain Kebutuhan moodal kerja (1 tahun) Kebutuhan modal kerja (3 bulan) = x Rp.

Kebutuhan Pertahun

Rp. 60.000.000,Rp. 33.600.000,Rp. 3.245.000,Rp. 2.400.000,Rp. 10.000.000,Rp. 33.600.000,Rp. 14.400.000,Rp. 1.500.000,Rp. 33.600.000,Rp. 211.949.980,Rp. 20.736.000,Rp. 900.000,Rp. 1.000.000,Rp. 426.930.000,Rp. 142. 310.000,-

TOTAL BIAYA PROYEK MASA KONSTRUKSI (Dalam Rp. 000-) SUMBER DANA KETERANGAN TOTAL MODAL SENDIRI A. INVESTASI AWAL 1. Bangunan 2. Mesin dan peralatan 3. Investasi kantor 4. Kendaraan Sub total B. BIAYA PRA OPERASI 1. Penyusunan Rencana Usaha 2. Perijinan 3. Biaya Perjalanan 4. Produksi Percobaan Sub Total BIAYA INVESTASI (A+B) C. MODAL KERJA TOTAL BIAYA PROYEK (A+B+C) 38645000 21500000 7750000 38645000 2500000 2500000 5000000 150000 3000000 150000 2000000 100000 100000 14400000 30895000 5000000 15750000 9400000 15145000 3245000 1500000 1745000 Rp.10.000.000 3250000 8000000 1250000 2000000 2000000 PINJAMAN

PROYEKSI NERACA (Dalam Rp)

KETERANGAN HARTA A. HARTA LANCAR 1. Kas 2. Piutang 3. Persediaan TOTAL HARTA LANCAR B. HARTA TETAP 1. Tanah 2. Bangunan 3. Mesin/ Peralatan 4. Inventaris Kantor 5. Kendaraan TOTAL HARTA TETAP Akumulasi penyusutan NILAI BUKU HARTA

Periode Pra Operasi

Periode Operasi Tahun I Tahun II Tahun III

Anda mungkin juga menyukai