Anda di halaman 1dari 0

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme Sosial
Pandangan bahwa siswa membangun pengetahuan sendiri berdasar
pengalaman dikenal dengan istilah konstruktivisme (Rochmad, 2006). Inti
dari konstruktivisme adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
dan maknanya dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri baik secara
individu maupun sosial. Vygotsky (Adinegara, 2010) menyatakan bahwa
peserta didik dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan
lingkungan sosial. Menurut Setiawati (2008), teori Vigotsky mengacu
pada perkembangan mental yang luas seperti berpikir, bahasa, dan proses
pertimbangan. Vygosky percaya bahwa proses perkembangan kognitif
tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Melalui kerja
sama dengan orang yang lebih matang, anak-anak datang untuk
beraktifitas dan berpikir tentang arti kebudayaan mereka. Menurut
Vygotsky (Sadiman, 2010), perkembangan anak tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan sosiokultural. Dia juga percaya bahwa perkembangan
memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem
matematika, dan strategi memori.
Bakhtin (Rochmad, 2006) menyatakan bahwa, kebenaran tidak
ditemukan di dalam benak siswa secara individu, tetapi muncul dari
11



sekelompok orang yang sedang mencari kebenaran melalui suatu proses
interaksi dialogis. Kebenaran yang dimaksudkan adalah kebenaran yang
dikonstruksi secara sosial dan merupakan hasil kesepakatan dari partisipasi
bersama dalam suatu kegiatan sosial.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky (Rochmad, 2006)
mengemukakan empat prinsip, yaitu:
1. Pembelajaran sosial (social leaning). Merupakan pendekatan
pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.
Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama
dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap;
2. ZPD. Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan
baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa
tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan
masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya
(peer);
3. Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh
kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli,
orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;
4. Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang
kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan
secukupnya dalam memecahkannya.


12



B. Scaffolding dan Zone of Proximal Development (ZPD)
Scaffolding dan ZPD merupakan ciri khas dari teori belajar yang
dikembangkan oleh Vygotsky dan teori belajar tersebut adalah teori
belajar konstruktivisme sosial. Slavin (Rochmad, 2006) menyatakan
bahwa pendekatan pembelajaran Vigotsky menekankan pada scaffolding.
Scaffolding merupakan pengembangan teori belajar konstruktivisme
modern dan scaffolding pertamakali disebut sebagai istilah dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini (Vygotsky Dalam
Isabella, 2007). Scaffolding merupakan proses yang digunakan untuk
menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya (Isabella,
2007). Wood et al. (Rochmad, 2006) menyatakan bahwa scaffolding
adalah suatu taktik untuk membantu anak dalam meningkatkan ZPD nya
yang dilakukan oleh orang lebih dewasa dengan memberi saran dan
petunjuk di tingkat berbeda. Dalam interaksi sosial dikelas, ketika terjadi
saling tukar pendapat antar siswa dalam memecahkan suatu masalah,
siswa yang lebih pandai memberi bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan berupa petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah tersebut,
maka terjadi scaffolding, siswa yang mengalami kesulitan tersebut
terbantu oleh teman yang lebih pandai. Ketika guru membantu secukupnya
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, maka terjadi
pula scaffolding. Dengan demikian, scaffolding berarti suatu upaya untuk
membimbing seseorang dalam upayanya mencapai keberhasilan.
13



Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang
yang lebih tinggi menjadi optimum. Dalam penjelasan lain, scaffolding,
berarti memberikan bantuan kepada seorang individu selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri.
Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri (Isabella, 2007). Scaffolding banyak
digunakan dalam proses pemecahan masalah. Vygotsky (Gasong, 2001)
mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya
memecahkan permasalahan, yaitu:
1. siswa mencapai keberhasilan dengan baik,
2. siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan,
3. siswa gagal meraih keberhasilan.
Scaffolding berkaitan erat dengan ZPD. Menurut Vygotsky (Isabella,
2007), ZPD adalah suatu jarak antara keterampilan yang sudah dimiliki
oleh anak dengan keterampilan baru yang diperoleh dengan bantuan dari
orang dewasa (adult/care giver/parents/teacher) atau orang yang terlebih
dahulu menguasai keterampilan tersebut (knowledgeable person/
peer/siblings). Jadi ZPD adalah jurang antara apa yang diketahui dan apa
yang belum diketahui oleh pelajar. Forman dan McPhail (Rochmad, 2006)
menyatakan bahwa, tutor oleh teman yang lebih pandai paling efektif
14



dalam meningkatkan perkembangan ZPD. Konsep ZPD Vigotsky berdasar
pada ide bahwa perkembangan pengetahuan siswa ditentukan oleh
keduanya yaitu apa yang dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan apa yang
dilakukan oleh siswa ketika mendapat bantuan orang yang lebih dewasa
atau teman sebaya yang lebih kompeten.
C. Peer Tutoring
Tutor sebaya atau peer tutoring merupakan salah satu strategi
pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini
merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling
menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja
bersama. Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar
dari pengalamannya. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta
didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk
mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan
cara yang bermakna (Wicaksono, 2009). Khusna (2009) pun sependapat
dengan pernyataan tersebut, bahwa peer tutoring merupakan susatu
strategi yang bertujuan untuk mempelajari pengetahuan dan keahlian dasar
yang materi-materinya dapat diajarkan kepada siswa secara efektif.
Peer tutoring adalah suatu bentuk cooperative learning (Griffin dan
Griffin dalam Kester et al., 2008). Menurut Arikunto (Setiyaningsih,
2006) tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang
ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan
terhadap kawan sekelas. Sedangkan menurut Golding et al. (2006) peer
15



tutoring adalah suatu proses yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
guru, dalam membantu satu atau beberapa siswa yang setingkat untuk
belajar tentang keterampilan atau konsep. Djamarah dan Zain
(Setiyaningsih, 2007) mengistilahkan tutor sebaya karena yang menjadi
tutor adalah siswa yang mempunyai usia yang hampir sama atau sebaya.
Istilah ini digunakan untuk membedakan tutor serumah, yaitu
pengajaran yang dilakukan oleh orang tua, kakak, atau anggota keluarga
yang lain yang bertempat tinggal serumah dengan siswa tersebut.
Menurut Al-Farisi (Setiyaningsih, 2007) teknik peer tutoring
dilakukan dengan cara memperdayakan kemampuan siswa yang memiliki
daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi atau latihan
kepada teman-temannya yang belum paham. Menurut Ahmadi dan
Supriyono (Setiyaningsih, 2007), tutor sebaya adalah siswa yang sebaya
yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami
kesulitan belajar. Menurut Arikunto (Setiyaningsih, 2007), metode tutor
sebaya dipilih karena kebanyakan siswa lebih mudah menerima bantuan
atau pengajaran dari teman-temannya dari pada menerima bantuan atau
pengajaran dari gurunya, meskipun guru sudah memilih metode mengajar
yang lebih sesuai bagi siswa-siswanya. Siswa-siswa tersebut tidak
mempunyai rasa enggan atau rendah diri untuk bertanya atau meminta
bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman-teman yang
sudah akrab.
16



Alasan menggunakan peer tutoring adalah keefektifannya dalam
mengerjakan latihan. Siswa merasa mampu dalam mengajarkan
kesesamanya dan yang lebih muda (Cohen et al. dalam Roscoe, 2008).
Alasan lainnya adalah bahwa tutor juga mendapat keuntungan akademis
dari pengalaman belajarnya (Annis et al. dalam Roscoe, 2008).
Tutor sebaya dilakukan oleh siswa yang mempunyai lebih tentang
materi yang dipelajari, dapat membantu siswa yang kurang mengerti.
Sehingga siswa tersebut tidak merasa malu atau rendah diri untuk
bertanya.
Peer tutoring terdiri dari tutor dan tutee. Tutor bertugas untuk
memberikan pengajaran pada tutee. Atas dasar tugas tutor tersebut, maka
siswa yang menjadi tutor harus terlebih dahulu menguasai materi yang
akan disampaikan. Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut (Setiyaningsih, 2007):
1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang
dipelajari;
2. Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
3. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada
materi ajar yang belum dikuasai;
4. Menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat
tatap muka di kelas maupun di luar kelas secara rutin dan insidental
untuk memecahkan masalah yang dihadapi;
17



5. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru
pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Menurut Zain (Setiyaningsih, 2007) tutor perlu menguasai secara
terampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni:
1. Membuka dan menutup tutorial;
2. Bertanya lanjut;
3. Memberi penguatan;
4. Mengadakan variasi;
5. Menjelaskan;
6. Memimpin diskusi kelompok kecil;
7. Mengelola kelas;
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Soekarwati (Setiyaningsih, 2007) menjelaskan bahwa, tutor ini
ditunjuk oleh guru dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan.
2. Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut.
3. Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung
situasi tutoring.
4. Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pengajaran dengan
metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut akan lebih
mempunyai kepercayaan diri.
18



Sedangkan menurut Setiyaningsih (2007) seorang tutor hendaknya
memiliki kriteria:
1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik;
4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama;
5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya
sebagai yang terbaik;
6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan
7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Menurut Fantuzzo et al. (Kester et al., 2008), peer tutoring memiliki
pengaruh yang menguntungkan, yaitu memberikan timbal balik sosial
kepada pelajar. Produktifitas akademik memuncak ketika performa
anggota kelompok tersebut nyata dan dapat terukur pada seluruh anggota
kelompok (Slavin dalam Kester et al., 2008). Selain itu, pelajar yang
menggunakan peer tutoring lebih terpenuhi kehidupan akademiknya,
mereka lebih termotivasi secara intrinsik dan lebih tertarik dengan
lingkungan belajarnya, mereka merasa lebih positif dalam pengalaman
belajarnya dan tidak terlalu memikirkan tugasnya (Fantuzzo et al. dalam
Kester et al., 2008).
Interaksi sebaya meningkatkan penghargaan pada diri sendiri (self-
esteem) dan komitmen pada pekerjaan sebaik rasa memiliki (Anderson et
19



al. dalam Kester et al., 2008). Peer tutoring juga dapat meningkatkan
belajar atau kontruksi pengetahuan (Fantuzzo et al. dalam Kester et al.,
2008). Tutor ternyata memiliki keuntungan lain dibandingkan dengan
tutee, karena mereka memiliki aktifitas lain, yaitu persiapan untuk
mengajar (Fantuzzo et al. dalam Kester et al., 2008). Menurut Kulik &
Kulik (Kunch et al., 2007), peer tutoring akan berjalan baik ketika siswa
yang memiliki kemampuan berbeda dapat bekerja sama. Siswa yang
menjadi tutor memiliki keuntungan lebih, yaitu mereka tidak hanya dapat
mengembangkan tingkah laku positif pada materi yang diajarkan, akan
tetapi mereka juga dapat lebih paham akan apa yang mereka ajarkannya
itu. Menurut Zain (Setyaningsih, 2008), metode tutor sebaya memiliki
beberapa kebaikan dan kelemahan. Beberapa manfaat atau kebaikannya
antara lain:
1. Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan terhadap gurunya.
2. Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring ini akan mempunyai
akibat memeperkuat konsep yang sedang dibahas, dengan
memberitahukan kepada siswa lain maka seolah-olah ia menelaah serta
menghafalkan kembali.
3. Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring merupakan
kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam
mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.
20



4. Mempercepat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
Sedangkan Kelemahan atau kesulitan metode tutor sebaya menurut
Zain (Setiyaningsih, 2007) dapat disebutkan antara lain:
1. Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena hanya
berhadapan dengan kawannya sehingga hasilnya kurang memuaskan.
2. Ada beberapa anak yang masih malu bertanya karena takut rahasianya
diketahui oleh kawannya.
3. Pada kelas-kelas tertentu metode ini sukar dilaksanakan karena
perbedaan kelamin antar tutor dengan siswa yang diberi materi
pelajaran.
4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi
seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.
5. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo belajarnya dapat
mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya.
D. Prinsip-prinsip Peer Tutoring
Menurut Setiyaningsih (2007) beberapa prinsip dasar tutorial yang
sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif,
dan tidak terjebak pada situasi pembelajaran biasa, adalah:
1. Interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif,
yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan
21



keterampilan learning how to learn atau think how to think
(mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. Tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan
langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. Tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian
(understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan
pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. Tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi
semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee
untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber
belajar dan pengalaman lapangan.
5. Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat
terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran
(brainstroming) tutee.
6. Tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antar
tutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual,
psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antar tutee.
7. Segala keputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses
dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok
memberikan sumbang pikirannya.
8. Tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan
mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
22



9. Tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap
kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee
atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee.
(Anda yakin demikian, mengapa, apaalasannya?).
10. Tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan
untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau
putus asa.
11. Tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan
mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam
(indepth understanding).
12. Tutor perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah
interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi
skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika
kelompok.
13. Tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan
selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan
tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila
proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus
dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain
aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi
ajar yang disajikan.
23



E. Hasil Belajar
Menurut Anni (Soma, 2009), hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku
yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan
pembelajaran di dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan
adanya pengamatan kinerja (performance) pembelajar sebelum dan setelah
pembelajaran berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah
terjadi. Bloom (Soma, 2009) mengusulkan 3 taksonomi, namun dalam
penelitian ini hanya satu ranah belajar yang digunakan, yaitu ranah
kognitif.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Dalam penelitian ini, ranah kognitif hanya dibatasi empat kategori
berdasarkan Bloom (Widodo, 2006), yaitu:
1. Menghafal (C1): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang
paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat
bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya
selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan
24



sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat.
2. Memahami (C2): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru
dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka
pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori
memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying),
meringkas (summarizing), menarikinferensi (inferring),
membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
3. Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur
guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun
tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
4. Menganalisis (Analyzing): menguraikan suatu permasalahan atau
obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan
antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam
proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan
25



(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan
tersirat (attributting).
Ranah kognitif yang dijabarkan tersebut dapat dipadukan dengan
dimensi pengetahuan yang mencakup pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pada
penelitian ini, dimensi pengetahuan yang digunakan hanyalah dua macam,
yaitu:
1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge): pengetahuan yang
berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur
dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan
faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua
macam pengetahaun faktual, yaitu pengetahuan tentang terminology
(knowledge of terminology) dan pengetahuan tentang bagian detail
dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element).
2. Pengetahuan konseptual: pengetahuan yang menunjukkan saling
keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar
dan semuanya berfungsi bersamasama. Pengetahuan konseptual
mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit
maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu
pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan
sruktur.

26



F. Sistem Reproduksi Manusia
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah memiliki kemampuan untuk
bereproduksi. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
mempertahankan generasinya dengan cara menghasilkan keturunan
(Kimbal, 2000).
Sistem reproduksi manusia dibedakan atas sistem reproduksi pria dan
wanita. Pria dan wanita memiliki ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri
kelamin primer adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan
untuk menghasilkan gamet, sedangkan ciri kelamin sekunder adalah ciri
yang tampak dari luar sehingga kita mampu membedakan antara pria dan
wanita. Ciri kelamin sekunder pada pria dipengaruhi oleh hormon
testosteron yang menyebabkan tumbuhnya jakun, suara yang membesar,
tumbuh kumis, dan janggut. Sedangkan pada wanita, pengaruh hormon
estrogen dan progesteron menyebabkan bentuk pada pinggul, tumbuhnya
lemak yang banyak pada payudara, dan bersuara tinggi. Setiap individu
mempunyai organ reproduksi yang tampak dari luar (organ genitalia
interna) dan yang berada di dalam (organ genitalia eksterna) (syamsuri et
al., 2007).
a. Sistem Reproduksi pada Pria
Organ genitalia eksterna pada pria adalah penis dan skrotum,
sedangkan organ genitalia interna pada pria adalah testis, epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethra
27



(syamsuri et al., 2007). Kurnadi (2008) menyatakan bahwa system
reproduksi pria terdiri dari:

Gambar 2.1. Sistem reproduksi pada pria
(mdconsult.com)
1. Penis
Penis terdiri dari jaringan otot pembuluh darah dan saraf. Di dalam
penis terdapar urethra yang merupakan tempat keluarnya sperma dan urin.
Fungsi dari penis adalah untuk menyalurkan sperma ke dalam vagina.
2. Skrotum
Suatu kantung berisi dua testes (jamak: testis) yang menggantung di
bagian bawah perut. Skrotum berfungsi untuk melindungi testis dari
lingkungan luar. Jika suhu di luar terlalu dingin, skrotum akan mengerut
sehingga testis tetap hangat, sedangkan jika lingkungan luar terlalu panas,
skrotum akan mengembang. Mengembangnya skrotum disebabkan oleh
otot dartos, sedangkan mengerutnya skrotum disebabkan oleh otot
cremaster.
3. Testis
28



Testis (tunggal: testes) merupakan organ berbentuk bulat oval yang
berada di dalam skrotum. Di dalam testis terdapat saluran yang bergulung-
gulung yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus berfungsi
sebagai tempat untuk memproduksi sperma. Proses pembentukan sperma
terjadi pada jaringan epitel tubulus seminiferus (Syamsuri et al., 2007). Di
dalam epitel ini terdapat spermatogonium, sel sertoli yang berfungsi untuk
memberi makan sperma, dan sel leydig yang berfungsi menghasilkan
hormon testosteron.
4. Epididymis
Epididymis merupakan suatu organ berbentuk koma yang melekat pada
samping belakang testis. Fungsi Epididymis adalah sebagai tempat
penyimpanan dan pematangan spermatozoa. Umur spermatozoa di dalam
Epididymis kurang lebih 1 bulan.
5. Vas deferens
Saluran epididymis berlanjut menjadi vas deferens. Vas deferens
berfungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sampai berbulan-
bulan dan mendorong sperma menuju ductus ejakulatorius dan urethra.
6. Vesica seminalis
Vesica seminalis merupakan suatu kelenjar yang berfungsi untuk
mensekresikan cairan yang mengandung nutrisi berupa fruktosa dan
vitamin.
7. Kelenjar prostat
29



Kelenjar selain vesika seminalis adalah prostat yang berfungsi sebagai
pensekresi cairan yang mengandung garam alkalis.

8. Kelenjar bulbourethra (cowper)
Cowper adalah kelenjar yang juga mensekresikan lendir alakalis.
b. Sistem Reproduksi pada Wanita
Menurut Kurnadi (2008) organ genitalia eksterna pada wanita adalah
vulva dan kelenjar payudara. Vulva terdiri dari;
1. Mons pubis yang berupa jaringan lunak, agak menonjol dan berambut.
2. Labia mayor yang homolog dengan skrotum dan merupakan alat
kopulasi.
3. Labia minor merupakan lipatan kulit kecil sedalam labia mayor,
berfungsi sebagai alat kopulasi.
4. Klitoris terletak di depan labia minor dan merupakan alat untuk
kopulasi.
5. Lubang vagina merupakan saluran pendek yang berfungsi sebagai
tempat masuknya sperma. Di kanan dan kirinya terdapat kelenjar
bartholin yang fungsinya homolog dengan kelenjar bulbourethra pada
pria.
6. Kelenjar payudara merupakan organ genital yang berfungsi untuk
mengeluarkan air susu.

30




Gambar 2.2. Sistem reproduksi pada wanita
(goldgamat.com)


Menurut Kurnadi (2008) organ genitalia interna pada wanita terdiri
dari;
1. Ovarium. Organ ini berfungsi sebagai alat penghasil ovum. Di
dalam ovarim terdapat folikel-folikel berisi calon ovum. Folikel
tersebut diantaranya adalah folikel primer, folikel sekunder, folikel
De Graaf, corpus luteum, dan corpus albicans.
2. Tuba Falopii. Tuba falopii merupakan dua saluran yang berfungsi
untuk mentransfer ovum dari ovarium menuju uterus. Di ujung
tuba falopii terdapat tonjolan-tonjolan seperti jari yang disebut
fimbriae. Fimbriae berfungsi untuk menangkap ovum dari
ovarium.
31



3. Uterus. Uterus atau rahim adalah suatu organ berbentuk seperti
bola lampu terbalik dan terletak diantara kandung kemih dan usus
besar. Di dalamnya terdapat rongga yang dilapisi dinding yang
disebut kandung kemih dan usus besar. Di dalamnya terdapat
rongga yang dilapisi dinding yang disebut endometrium. Fungsi
rahim adalah tempat terjadinya menstruasi dan tempat
berkembangnya embrio.
c. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu proses dalam menghasilkan
spermatozoa. Dalam tubulus seminiferus terdapat sel induk sperma atau
spermatogonium. FSH (Folicle Stimulating hormone) merangsang
spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis. Spermatogenesis
dimulai dari pembelahan Spermatogonium yang membelah secara mitosis
menjadi dua sel diploid (2n). salah satu sel tersebut terus membelah
menjadi spermatogonium baru, sedangkan satu sel yang lainnya menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer membelah secaara meiosis (tahap
I) menjadi dua sel spermatosit sekunder (n). Spermatosit sekunder
membelah secara meiosis (tahap dua). Masing-masing spermatosit
sekunder menghasilkan dua spermatid. Melalui proses spermiogenesis,
spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa yang memiliki ekor
(Syamsuri et al., 2007).

32




Gambar 2.3. Spermatogenesis
(bio1152.nicerweb.com)



d. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan ovum yang terjadi di dalam
ovarium. Di dalam ovum terdapat sel-sel pembungkus yang berisi calon-
calon ovum yang disebut folikel. Folikel-folikel ini terdiri dari Folikel
primordial yang berisi oosit primer berkembang menjadi folikel primer.
Folikel primer berkembang lagi menjadi folikel sekunder dan akhirnya
menjadi folikel matang yang siap melepaskan ovum (ovulasi).
33



Perkembangan folikel primordial menjadi folikel De Graaf dipicu oleh
FSH (Syamsuri et al., 2007). Perkembangan folikel diikuti dengan proses
pembentukan ovum. Prosesnya adalah sebagai berikut:
1) Oogonium membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer (2n)
2) Oosit primer membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan dua sel
yang berbeda ukuran. Sel yang berukuran besar disebut oosit
sekunder (n), sedangkan sel berukuran kecil disebut badan polar I.
3) Oosit sekunder membelah secara meiosis (tahap II). Namun terhenti
ditengah pembelahan ini, lalu oosit sekunder ini dikeluarkan
(ovulasi). Jika terjadi pembuahan, pembelahan meiosis tahap II
dilanjutkan. Oosit sekunder membelah menjadi ootid dan badan polar
II. Badan polar I membelah menjadi dua sel badan polar.

Gambar 2.4. Oogenesis
(bio1152.nicerweb.com)
34



e. Ovulasi dan Menstruasi
FSH merangsang folikel primordial menjadi folikel primer,
berkembang lagi menjadi folikel sekunder dan akhirnya menjadi folikel
matang (folikel De Graaf). Folikel De Graaf mensekresikan hormon
estrogen. Estrogen merangsang hipofisis untuk menghasilkan LH
(Leutinizing Hormone). Akibat adanya LH, Folikel De Graaf ini akhirnya
pecah dan mengeluarkan ovum menuju fimbriae. Proses ini disebut
ovulasi. Jika ovum yang dilepaskan tidak dibuahi, maka ovum akan terus
bergerak melalui tuba falopii menuju rahim tanpa melakukan pembelahan
lebih lanjut dan implantasi di dinding endometrium. Sementara itu folikel
De Graaf berubah menjadi badan kuning (corpus luteum). Korpus luteum
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Karena ovum tidak
dibuahi, hormon estrogen dan progesteron akan menurun, corpus luteum
berdegenerasi menjadi corpus albicans, dinding endometrium menipis,
dan ovum akan luruh. Maka terjadilah menstruasi (Kurnadi, 2008).

Gambar 2.5. Siklus menstruasi
(medicaljournals89.blogspot.com/2...-31.html)
35





Gambar 2.6. Perkembangan folikel
(maricopa.edu)

Hari pertama sampai ketiga setelah selesai siklus menstruasi
merupakan saat terjadinya pembentukan folikel primer. Hari kelima
sampai keenam merupakan saat terjadinya pembentukan folikel sekunder.
Hari ketujuh sampai ketiga belas merupakan proses pembentukan folikel
De Graaf dan hari keempat belas adalah saat terjadinya ovulasi. Hari
kelima belas sampai kedua puluh empat adalah saat terbentuknya korpus
luteum. Hari kedua puluh lima sampai kedua puluh delapan merupakan
saat terbentuknya korpus albikans. Dan pada hari - 28 merupakan awal
menstruasi (Kurnadi, 2008).
f. Fetilisasi, Kehamilan, dan Perkembangan Embrio
Jika ada sperma yang membuahi ovum saat dilepaskan dari ovarium,
maka inti sperma (n) dan inti ovum (n) akan melebur menjadi zigot (2n).
36



Selama bergerak menuju uterus, zigot membelah berkali-kali mulai dari
dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Tahap ini disebut tahap
pembelahan. Saat zigot mencapai 32 sel dan membentuk bola seperti buah
arbei, tahap ini disebut morulla. Morulla akan terus membelah menjadi
blastula. Dan pada tahap blastula ini terjadi implantasi (penempelan) pada
dinding rahim (endometrium). Setelah implantasi, blastula berkembang
menjadi gastrula yang sel-selnya sudah membentuk lapisan-lapisan
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm). Setelah itu terjadi proses
organogenesis (pembentukan organ) pada embrio (Kimbal, 2000).


Gambar 2.7. Perkembangan embrio
(sabiosciences.com)
Menururt Syamsuri et al. (2007) di sekeliling embrio terdapat
membran atau selaput embrio yang di dalamnya terdapat cairan dan
embrio berkembang dalam cairan tersebut. Pada embrio, terdapat beberapa
membran embrio, yaitu:
37



1) Allantois yang berfungsi yang berfungsi utuk menampung sisa
metabolism, pernafasan, dan nutrisi janin
2) Amninon yang berisi cairan amnion (air ketuban) dan berfungsi untuk
melindungi janin dari tekanan dan benturan
3) Plasenta merupakan bagian dari chorion yang menghadap ke janin.
Plasenta berperan sebagai saluran untuk pertukaran gas, memasukkan
makanan, dan saluran untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari
tubuh janin
4) Yolk sac. Sering juga disebut kantung kuning telur. Kuning telur
merupakan persediaan makanan bagi embrio, namun pada manusia
kantung ini tidak berfungsi.

Gambar 2.8. Janin
(creationofman.net)


g. Melahirkan
Setelah 9 bulan 10 hari, corpus luteum akan berdegenerasi menjadi
corpus albicans. Sementara itu, plasenta menggantikan corpus luteum
untuk menghasilkan estrogen dan progesteron. Semakin tua usia
kandungan, kandungan estrogen makin banyak, sedangkan progesteron
38



makin sedikit. Fungsi lain dari estrogen adalah merangsang uterus untuk
berkontraksi, sedangkan estrogen mencegah uterus untuk berkontraksi.
Jika prosgesteron sedikit, maka kontraksi uterus akan terus berlangsung,
ditambah lagi dengan hormon oksitosin yang membantu kontraksi uterus
sehingga janin terdorong ke arah cervix. Hormon relaksin akan akan
membantu melemaskan otot-otot cervix agar janin mudah melewatinya
(Kurnadi, 2008).
Setelah melahirkan, hormon prolaktin akan merangsang kelenjar
payudara untuk menghasilkan ASI. Segera setelah melahirkan, bayi yang
dibiarkan merangkak di atas tubuh ibunya untuk mencari puting susu yang
merupakan proses inisiasi dan berguna untuk mengaktifkan otak bayi. ASI
pertama sangat baik untuk dikonsumsi bayi karena mengandung colostrum
(Syamsuri et al., 2007). Colostrum merupakan cairan keruh keputih-
putihan, sedikit mengandung lemak namun banyak mengandung protein
berupa antibodi yang dapat membantu pertahanan bayi terhadap infeksi
saluran pencernaan dan pernafasan (Kurnadi, 2008).
h. Kontrasepsi
Di Indonesia terdapat program keluarga berencana (KB) yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengaturan
kehamilan. Untuk pengaturan kehamilan ini digunakan cara kontrasepsi
(Syamsuri et al., 2007). Secara umum, terdapat macam-macam cara dan
alat kontrasepi, diantaranya;
39



1. Vasektomi, dengan cara memotong atau mengikat saluran vas deferens
pada pria, sehingga sperma tidak akan keluar.
2. Tubektomi, dengan cara memotong atau mengikat tuba falopii agar sel
telur tidak keluar.
3. Kondom, yaitu alat yang dipasang pada alat kelamin pria yang
berfungsi untuk menahan sperma.
4. IUD (Intra Uterine Device) yang dipasang pada rahim wanita untuk
mencegah embrio menempel pada dinding rahim.









Gambar 2.9. IUD
(sabiosciences.com)

5. Diafragma yang menutupi uterus agar sperma tidak masuk pada
uterus.
6. Pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progesteron.
7. Susuk/implant, diletakkan dibawah kulit lengan. Susuk ini
mengeluarkan hormon untuk mencegah terjadinya ovulasi.
i. Kesehatan Reproduksi
Beberapa jenis PMS (penyakit menular seksual) dan HIV sangat
berpengaruh pada kesehatan reproduksi seseorang (Syamsuri et al., 2007).
PMS dapat menyebabkan infeksi pada alat kelamin yang harus ditanggapi
40



secara serius. Jika tidak, akan menyebabkan sakit berkepanjangan bahkan
kematian. Beberapa PMS diantaranya adalah;
1. Gonorhoea
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. 2-10 hari
Setelah bakteri ini masuk ke dalam tubuh, penderitaakan merasakan
nyeri, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelaminnya. Pada pria
muncul rasa sakit saat kencing, keluar nanah kuning kehijauan dan
bengkak pada ujung penis. Pada wanita, penderita mengeluarkan
keputihan kental berwarna kekuningan.
2. Sifilis
Bakteri penyebabnya adalah Treponema pallidum. Setelah 13 minggu
terjangkit, timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang disertai rasa
pusing dan nyeri tulang seperti gejala flu yang akan hilang dengan
sendirinya. Setelah 5-10 tahun, penyakit ini akan menyerang susunan
saraf otak, pembuluh darah dan jantung, dan akhirnya penderita
mengalami keterbelakangan mental.
3. Herpes genital
Penyebabnya adalah virus Herpes simplex. Setelah 4-7 hari, penderita
mengalami bintil-bintil berair pada alat kelamin, bintil pecah, namun
dapat kambuh lagi dan dapat terjadi seumur hidup.
4. Kandidiasis Vagina
41



Penyakit ini merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Gejalanya berupa keputihan yang menggumpal
disertai rasa gatal, panas, dan kemerahan pada daerah kelamin.
5. HIV (Human Immunodeficiency Virus) / AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome)
Penyakit ini adalah kumpulan dari gejala akibat menurunnya
kekebalan tubuh. Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat bertahan dari
penyakit-penyakit lain yang menyerangnya. Seseorang dapat tertular
HIV karena:
1) Berganti-ganti pasangan untuk berhubungan seksual
2) Berhubungan seks dengan penderita AIDS
3) Pemakaian jarum suntik secara sembarangan
4) Ibu hamil menularkan HIV pada bayinya
Saran agar tidak tertular HIV adalah:
1) Tidak berganti-ganti pasangan suntik berhubungan seksual
2) Hindari hubungan seks di luar nikah
3) Hindari transfusi darah yang tak jelas asalnya
4) Tidak menggunakan narkoba, terutama yang menggunakan jarum
suntik

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen0 halaman
    Daftar Pustaka
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen0 halaman
    Daftar Isi
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen0 halaman
    Bab V
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen0 halaman
    Bab IV
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen0 halaman
    Bab III
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen0 halaman
    Bab I
    Dandy Ardhi Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Limbah Pabrik Kertas
    Limbah Pabrik Kertas
    Dokumen18 halaman
    Limbah Pabrik Kertas
    annisa-ayuningtyas-4075
    Belum ada peringkat
  • Bentuk Dan Sudut PahaT
    Bentuk Dan Sudut PahaT
    Dokumen4 halaman
    Bentuk Dan Sudut PahaT
    Dandy Ardhi Hamzah
    100% (1)