Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

APPENDISITIS AKUT
STASE ILMU BEDAH RSUD CIANJUR

Pembimbing : dr. Maya Sofa Sp. B

DISUSUN OLEH GHINI MERIZA 2009730081

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

2013 IDENTITAS PASIEN 1

Nama Umur

: :

Ny. Yuyu 54 tahun Perempuan

Jenis kelamin : Alamat Pekerjaan Tgl MRS No RM : : : :

ibu rumah tangga kamis, 29 mei 2013 588785

ANAMNESA Keluhan Utama Nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari lalu Riwayat Penyakit Sekarang Os mengaku nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari lalu. Nyeri awalnya dirasakan di bagian ulu hati lalu menjalar ke perut kiri bawah dan kanan bawah lalu menetap sampai saat ini. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terus menerus selama 3 hari terakhir. Os mengeluh demam, mual tapi tidak muntah, pusing (+), pusing dirasakan hilang timbul. Os merasa perutnya terasa kembung dan perih. Os juga mengeluh tidak bisa BAB selama sakit. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. riwayat magh (+) sering kambuh dalam 1 bulan terakhir. Riwayat hipertensi (+). Riwayat diabetes melitus disangkal. R. Menstruasi : os mengaku sudah menopause sejak 4 tahun terakhir. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada yang sakit seperti ini dikeluarga pasien Hipertensi dalam keluarga disangkal. Diabetes mellitus dalam keluarga disangkal. Riwayat Pengobatan Pasien mengaku sudah berobat sebelumnya sekitar 3 hari sebelum keluhan nyeri perut terasa menetap. Setelah minum obat pasien merasa keluhan berkurang tetapi 3 hari kemudian keluhan dirasakan kembali. Riwayat Psikososial

Os mengaku sering terlambat makan. Os juga sering mengkonsumsi makanan pedas. Riwayat meminum jamu-jamuan (-).

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran Tanda vital TD HR RR : 130/80 mmHg : 80x/menit : 20x/menit : compos mentis GCS 15

Suhu : 37,5o C Status Generalis Kepala : normochepal Mata : - Diameter Pupil : 3 mm/3 mm Refleks pupil Konjungtiva Sklera THT Leher : : dalam batas normal pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-) : +/+, isokor : anemis -/: ikterik -/-

Thorax : Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus sama simetris dekstra sinistra. Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rh (-/-), Wh (-/-), stridor (-/-) , BJ I dan II murni regular, Murmur (-), gallops (-) Abdomen : (status lokalis) Ekstremitas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-) Status Lokalis 3

a/r abdomen inspeksi : cembung, asites (-), luka bekas jahitan (-) auskultasi : bising usus (+) palpasi : supel, defans muskuler (-), nyeri tekan quadran abdomen kanan bawah (+),

massa (-), rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), blumberg sign (+), nyeri epigastrium (+) Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

RESUME Ny. Y 54 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah 3 hari yang lalu. Os mengaku nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari lalu. Nyeri awalnya dirasakan di bagian ulu hati lalu menjalar ke perut kiri bawah dan kanan bawah lalu menetap sampai saat ini. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terus menerus selama 3 hari terakhir. Os mengeluh demam, mual tapi tidak muntah, pusing (+), pusing dirasakan hilang timbul. Os juga mengeluh tidak bisa BAB selama sakit. Riwayat gastritis (+). Riwayat hipertensi (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37.5o C. Status generalis dalam batas normal. Status lokalis a/r abdomen auskultasi bising usus (+). Palpasi abdomen supel, nyeri tekan quadran abdomen kanan bawah (+), blumberg sign (+), nyeri epigastrium (+)

DIAGNOSIS DIFFERENTIAL Appendisitis akut Peritonitis e.c appendisitis perforasi Gastroenteritis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan HEMATOLOGI Hematologi Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

13,0 *41,0 4,95

13,5-17,5 42-52 4,7-5,1

g/L % 10 /L

Leukosit Trombosit MCV MCH MCHC RDW-SD PDW MPV Differential LYM % MXD % NEU % Absolut LYM # MXD # NEU # KIMIA KLINIK Glukosa Darah GDP Fungsi hati AST(SGOT) ALT(SGPT) Fungsi ginjal Ureum Kreatinin Elektrolit Natrium (Na) Kalium (K) Calcium ion IMUNOSEROLOGI Hepatitis marker HbsAg

*14,7 *560 62,8 27,5 33,2 *44,6 0,4 6,0

4,8-10,8 150-450 60-94 27-31 33-37 10-15 9-14 8-12

10 /L 10 /L /L Pg % fL fL fL

*9,1 5,7 *85,2

26-36 0-11 40-70

% % %

1,3 0,8 *12,0

1,00-1,43 0-1,2 1,8-7,6

10 /L 10 /L 10 /L

*60

70-110

Mg%

19 11

<40 <42

U/L U/L

30,5 0,7

10-50 0-1,0

Mg% Mg%

144,0 3,84 *0,99

125-148 3,50-5,30 1,15-1,29

mEq/L mEq/L Mmol/L

Non reaktif

Non reaktif

Index

ANALISA KASUS Identitas : Ny. yuyu, 54 tahun Anamnesis : nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terus menerus. Nyeri juga dirasakan di ulu hati, pasien demam (+), pusing (+), , mual (+). Pasien tidak BAB sejak sakit. Pemeriksaan Fisik : TD 130/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37.5o C . Status generalis dalam batas normal. Status lokalis a/r abdomen auskultasi bising usus (+).Palpasi abdomen supel, nyeri tekan quadran abdomen kanan bawah (+), massa (-), rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), blumberg sign (+), nyeri epigastrium (+)

Maka dari analisa kasus diatas ditegakkan diagnosis WD : Appendisitis akut

Penatalaksanaan Pembedahan : appendiktomi Instruksi setelah operasi Puasa sampai sadar penuh Cefixime Ketorolac ..

APPENDISITIS
6

ANATOMI

Embriologi appendiks berasal dari mid gut. appendiks pertama muncul pada minggu ke-8 kehamilan sebagai outpouching dari sekum dan secara bertahap berputar ke lokasi yang lebih medial sebagai berputaran usus dan sekum, appendiks menjadi tetap di kuadran kanan bawah. Appendiks berbentuk seperti tabung, panjang 3 15 cm, diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di sekum, pangkal lumen sempit, distal lebar. Struktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler) dan serosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan elastic membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe, antara mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.

FISIOLOGI

Selama bertahun-tahun, appendiks dipandang sebagai organ sisa tanpa fungsi yang tidak diketahui. Sekarang telah diakui bahwa appendiks merupakan organ imunologi yang secara aktif berpartisipasi dalam sekresi imunoglobulin, terutama imunoglobulin A. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Jaringan limfoid 7

pertama muncul pada appendiks sekitar 2 minggu setelah kelahiran. Jumlah kenaikan jaringan limfoid seluruhnya pada usia pubertas, dan tetap stabil untuk dekade berikutnya, kemudian mulai menurun dengan bertambahnya usia. Setelah usia 60 tahun, hampir tidak ada jaringan limfoid masih dalam usus buntu, dan penghapusan lengkap dari lumen appendiks.
SEJARAH

Operasi appendisitis pertama dilakukan oleh Claudius Amyand, seorang ahli bedah di St George's Hospital di London. Appendiks tidak diidentifikasi sebagai organ yang mampu menyebabkan penyakit sampai abad kesembilan belas. Pada 1839, sebuah buku yang ditulis oleh Bright dan Addison berjudul Elemen Praktis Kedokteran menggambarkan gejala appendisitis dan mengidentifikasi penyebab utama dari proses peradangan dari quadrant kanan bawah. Reginald Fitz, seorang profesor patologi anatomi di Harvard, diberikan penghargaan dengan coining appendisitis. Terapi bedah awal untuk appendisitis terutama dirancang untuk drainase abses kuadran kanan bawah yang terjadi sekunder untuk appendiks perforasi. Perawatan bedah pertama untuk appendisitis atau perityphlitis tanpa abses dilakukan oleh Hancock pada tahun 1848. Dia menorehkan peritoneum dan dikeringkan kuadran kanan bawah tanpa mengangkat appendiks. Kontributor terbesar untuk kemajuan dalam pengobatan appendisitis adalah Charles McBurney. Pada tahun 1889, ia menerbitkan landmark paper di New York State Medical Journal menggambarkan indikasi untuk laparotomi awal untuk pengobatan appendisitis. Hal ini dalam makalah ini bahwa ia menggambarkan titik McBurney sebagai berikut: "tenderness maksimal, ketika kita memeriksa dengan ujung jari pada orang dewasa, satu setengah sampai dua inci di dalam proses spinosus anterior kanan ilium pada garis ditarik ke umbilikus McBurney. Perlakuan bedah usus buntu merupakan salah satu kemajuan besar kesehatan masyarakat dari 150 tahun terakhir. Appendektomi untuk appendisitis adalah operasi darurat yang paling umum dilakukan di dunia. appendisitis adalah penyakit kaum muda, dengan 40% kasus terjadi pada pasien antara usia 10 dan 29 years.11 Pada tahun 1886, Fitz melaporkan angka kematian terkait appendisitis untuk minimal 67% tanpa therapy bedah. Saat ini, tingkat kematian untuk appendisitis akut dengan pengobatan dilaporkan <1%.

EPIDEMIOLOGI

Appendisitis akut adalah salah satu penyakit bedah terbanyak. Insiden paling sering terjadi pada usia dekade kedua dan ketiga. Insiden puncaknya pada awal dewasa (pubertas) 8

dan insiden juga banyak terjadi pada orangtua. Frekuensi angka kejadian tertinggi pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan. Rasio wanita : laki-laki sekitar 2:1 bertahap bergeser setelah usia 25 tahun menuju rasio 1:1. Appendektomi adalah prosedur bedah yang paling sering dilakukan. Risiko Lifetime appendektomi adalah antara 7% dan 12%.

ETIOLOGI

-Obstruksi Penyebab obtruksi lumen adalah lymphoid hyperplasia, facalith, foreign objects, stricture (neoplasma), dan parasit. -Infeksi Bakteri Common Organisms Seen in Patients with Acute Appendicitis Aerobic and Facultative Gram-negative bacilli Escherichia coli Pseudomonas aeruginosa Klebsiella species Gram-positive cocci Streptococcus anginosus Other Streptococcus species Enterococcus species
PATOGENESIS

Anaerobic Gram-negative bacilli Bacteroides fragilis Other Bacteroides species Fusobacterium species Gram-positive cocci Peptostreptococcus species Gram-positive bacilli Clostridium species

Appendiks obstruksi Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering pada appendisitis. Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling sering pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith adalah penyebab paling sering (35%). Tekanan Intraluminal Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen appendiks menyebabkan sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks menipis karna terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena.

Nekrosis dan Perforasi Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala Nyeri abdomen diffus di epigastrium atas atau regio umbilicalis kemudian terlokalisasi di kuadran kanan bawah (RLQ) Mual Muntah Anoreksia Konstipasi atau diare Tanda Direct rebound tenderness (Mc.Burneys point) Rovsings sign Nyeri di kuadran kanan bawah ketika tekanan palpatory diberikan pada kuadran kiri bawah dan juga menunjukkan tempat iritasi peritoneal. Iliopsoas sign Iliopsoas sign positif apabila pelvis nyeri ketika paha kanan di ekstensikan. Obturator sign Obturator sign positif jika hipogastrikus nyeri pada peregangan m. obturatorius internus dan ini menunjukkan iritasi di panggul. Pemeriksaan ini dilakukan dengan gerakan rotasi internal pasif dari paha kanan tertekuk dengan posisi pasien terlentang. Dunphy sign 10

Dunphy sign positif jika nyeri abdomen bertambah ketika pasien batuk. Alvarado Scale for the Diagnosis of Appendicitis Manifestations Symptoms Migration of pain Anorexia Nausea and/or vomiting Signs Right lower quadrant tenderness Rebound Elevated temperature Laboratory values Leukocytosis Left shift in leukocyte count Value 1 1 1 2 1 1 2 1 Total points 10 Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita apendisitis. Pasien ini dapat langsung diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi. Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien ini sebaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen ataupun CT scan. Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini tidak perlu untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap dilakukan follow up pada pasien ini.

DIAGNOSIS

Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan evaluasi klinis, meskipun tes laboratorium dan prosedur pencitraan dapat membantu. Manifestasi Klinis. Apendisitis biasanya dimulai dengan progresif,

ketidaknyamanan midabdominal persisten yang disebabkan oleh obstruksi dan distensi appendiks, merangsang saraf aferen visceral otonom (tingkat T8-T10). Anorexia dan demam ringan (<38,5 C). Distensi appendiks menyebabkan kongesti vena yang dapat menyebabkan rangsangsan gerak peristaltik usus, menyebabkan sensasi kram yang segera diikuti dengan mual dan muntah. Gejala termasuk anoreksia (90%), mual dan muntah (70%), dan diare (10%). Setelah peradangan meluas secara transmural ke peritoneum parietal, serat-serat nyeri 11

somatik dirangsang dan rasa sakit terlokalisasi di RLQ. Iritasi peritoneal dikaitkan dengan nyeri pada gerakan, demam ringan, dan tachycardia. Timbulnya gejala biasanya kurang dari 24 jam untuk apendisitis akut. Bila appendiks retrocecal atau di belakang ileum, maka dapat dipisahkan dari peritoneum perut anterior dan tanda-tanda lokalisasi perut bisa tidak ada. Iritasi struktur berdekatan dapat menyebabkan diare, frekuensi kencing, pyuria, atau hematuria mikroskopis tergantung pada lokasi. Bila appendisitis terletak di panggul, mungkin mensimulasikan gastroenteritis akut, dengan rasa sakit menyebar, mual, muntah, dan diare. Diagnosis mungkin dicurigai jika pemeriksaan rektal digital menghasilkan rasa sakit. Pemeriksaan Fisik Assessing the patient's abdomen. Pemeriksaan dimulai dengan memeriksa perut pasien di daerah lain dari tenderness yang dicurigai. Lokasi appendisitis adalah variabel. Namun, biasanya ditemukan di tingkat vertebral S1, lateral linea tepat pada titik McBurney (dua pertiga jarak dari umbilikus ke spina iliaka anterosuperior). Rovsing tanda mengindikasikan iritasi peritoneal. Tenderness kanan-bawah-kuadran langsung dinilain. Tingkat ketahanan otot untuk palpasi sama dengan beratnya proses inflamasi. Hyperesthesia cutaneous sering ada di atas regio tenderness maksimal. Iliopsoas menyiratkan tanda appendisitis retrocecal. Sebuah appendisitis panggul dapat menghasilkan tanda obturatorius positif. Rectal Examination dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan tenderness lokal atau massa peradangan di daerah pararectal. Hal ini paling berguna untuk presentasi atipikal sugestif dari appendisitis panggul atau retrocecal. Pada wanita, Pemeriksaan panggul dilakukan untuk menilai tenderness gerak rahim dan rasa sakit atau massa pada adnexal. Massa teraba di RLQ menunjukkan abses periappendiceal atau phlegmon.

DIAGNOSIS DIFFERENTIAL

Diferensial diagnosis apendisitis akut tergantung pada empat faktor utama yaitu lokasi anatomi dimana terjadinya peradangan appendiks, tahap proses (sederhana atau perforasi), umur pasien dan jenis kelamin. Gastrointestinal Disease 12

Gastroenteritis ditandai dengan mual dan emesis sebelum timbulnya sakit perut, bersama dengan malaise umum, demam tinggi, diare, dan kurang lokal sakit perut dan nyeri. Meskipun diare adalah salah satu tanda-tanda kardinal radang lambung, dapat terjadi pada pasien dengan usus buntu. Selain itu, jumlah WBC seringkali normal pada pasien dengan gastroenteritis. Mesenterika Limfadenitis biasanya terjadi pada pasien lebih muda dari 20 tahun dan nyeri RLQ, sakit perut tapi tanpa tenderness rebound atau kekakuan otot. Nodal histologi dan biakan yang diperoleh pada operasi dapat mengidentifikasi etiologi, terutama Yersinia dan Shigella spesies dan Mycobacterium tuberculosis. Mesenterika limfadenitis diketahui terkait dengan infeksi saluran pernapasan atas. Meckel Diverticulitis hadir dengan gejala dan tanda-tanda tidak bisa dibedakan dari appendisitis, tapi khas terjadi pada bayi. Ulkus Peptikum, Diverticulitis, dan Kolesistitis dapat menyajikan gambar klinis yang mirip dengan appendisistis. Typhlitis, ditandai dengan peradangan pada dinding sekum atau ileum terminal, dikelola nonoperatively. Hal ini paling sering terlihat pada pasien imunosupresi menjalani kemoterapi untuk leukemia dan pada pasien HIV-positif. Sebelum operasi sulit untuk membedakan antara typhlitis appendisitis. Urologic diseases Pielonefritis menyebabkan demam tinggi, kaku, nyeri costovertebral, dan tenderness. Diagnosa dikonfirmasi oleh urinalisis dengan cultur. Kolik saluran kemih. Passage batu ginjal menyebabkan nyeri panggul menjalar ke selangkangan tapi tenderness lokal sedikit. Hematuria menunjukkan diagnosis yang dikonfirmasi oleh pyelography intravena atau CT noncontrast. foto polos sering menunjukkan batu ginjal. Gynecologic diseases Pelvic inflammatory disease dapat hadir dengan gejala dan tanda-tanda tidak bisa dibedakan dari appendisitis akut, tetapi sering dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor. Tenderness gerak serviks dan keputihan seperti susu memperkuat diagnosis PID. Pada pasien dengan PID, rasa sakit biasanya bilateral, dengan intens menjaga pada pemeriksaan perut dan panggul. USG transvaginal dapat digunakan untuk memvisualisasikan ovarium dan untuk mengidentifikasi abses Tubo-ovarium.

13

Kehamilan ektopik. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien wanita usia subur dengan keluhan perut. Kista ovarium terbaik terdeteksi oleh USG transvaginal atau transabdominal. Torsi ovarium. Peradangan mengelilingi ovarium iskemik sering dapat teraba pada pemeriksaan panggul bimanual. Pasien-pasien ini dapat mengalami demam, leukositosis, dan nyeri RLQ konsisten dengan appendisitis. Sebuah viskus twisted, bagaimanapun, berbeda karena memproduksi tiba-tiba, rasa sakit akut dengan emesis sering dan berlanjut simultan. torsi ovarium dapat dibuktikan dengan Doppler USG

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Complete blood cell count. Jumlah leukosit yang lebih dari 10.000 sel / uL, dengan dominasi sel polymorphonuclear (> 75%), membawa sensitivitas 77% dan spesifisitas 63% untuk appendisitis (Radiology 2004; 230:472). Jumlah leukosit dan proporsi bentuk mature meningkat jika ada perforasi appendiks. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah leukosit dan diferensial lebih sering normal daripada pada orang dewasa muda. Wanita hamil biasanya memiliki jumlah WBC yang tinggi dapat mencapai 15.000 hingga 20.000 selama proses kehamilan. Complete Blood Count (CBC) Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan polymorphonuclear (PMN) predominan Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3 pikirkan adanya perforasi dengan atau tanpa abses Serum elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin serum diperoleh untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelainan elektrolit yang disebabkan oleh dehidrasi sekunder untuk muntah atau asupan oral yang buruk. Urinalysis . urinalysis abnormal pada 25% sampai 40% dari pasien appendisitis. Pyuria, albuminuria, dan hematuria sering terjadi. Jumlah bakteri yang banyak dapat dipikirkan ISK sebagai penyebab sakit perut. Urine menunjukkan lebih dari 20 leukosit per bidang daya tinggi atau lebih dari 30 sel darah merah per bidang daya tinggi menunjukkan ISK. Hematuria yang signifikan harus dipikirkan pertimbangan urolithiasis. WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika adanya iritasi VU atau ureter karena inflamasi appendiks Bakteriuria 14

Evaluasi Radiologi Diagnosis appendisitis biasanya dapat dibuat tanpa evaluasi radiologis pada kasus yang kompleks. X-ray jarang membantu dalam mendiagnosis appendisitis. Pada sebuah studi menunjukkan bahwa appendicolith atas hanya 1,14% dari sinar-x dilakukan pada pasien dengan pembedahan terbukti appendisitis. Temuan lain radiologis yang sugestif termasuk sekum menggelembung dengan tingkat kecil-usus yang berdekatan udara-cairan, kehilangan bayangan psoas kanan, scoliosis ke kanan, dan gas dalam lumen apendiks. Sebuah apendiks perforasi jarang menyebabkan pneumoperitoneum. USG sangat berguna pada wanita usia subur dan pada anak-anak karena penyebab lain dari keluhan perut dapat didemonstrasikan. Temuan terkait dengan appendisitis akut termasuk appendiks diameter lebih besar dari 6 mm, kurangnya kompresibilitas luminal, dan kehadiran sebuah appendicolith. Appendiks diperbesar dilihat pada USG memiliki sensitivitas 86% dan spesifisitas 81%. appendiks berlubang lebih sulit untuk didiagnosis dan ditandai oleh hilangnya submucosa echogenic dan kehadiran koleksi cairan loculated periappendiceal atau panggul. Pada wanita, patologi ovarium mungkin diidentifikasi atau dikecualikan. Kualitas dan ketepatan sangat bergantung pada operator. CT scan, awalnya direkomendasikan hanya dalam kasus-kasus klinis yang kompleks atau diagnosa tidak pasti, merupakan tes yang paling umum digunakan dalam diagnostik radiografi. Hal CT scan lebih unggul dalam mendiagnosis appendisitis dengan sensitivitas 94% dan spesifisitas 95%. Pada CT scan dapat ditemukan distensi, appendiks berdinding tebal dengan lapisan inflamasi sekitar lemak, phlegmon pericecal atau abses, appendicolith, atau udara RLQ bebas intra-abdomen yang merupakan sinyal perforasi. CT scan sangat berguna dalam membedakan antara abses periappendiceal dan phlegmon. MRI merupakan alternatif ketika satu kebutuhan pencitraan cross-sectional untuk menghindari radiasi pengion. Hal ini terutama berguna pada pasien hamil yang apendiks tidak divisualisasikan. Imaging Abdominal X Ray (AXR) terlihat Appendicolith/fecalith CT scan abdominal (+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm, penebalan appendix (+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix, dilatasi tuba fallopi, insipissated stool, overlying fat

15

(-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix, retrocecal ceacum, appendix besar, perforasi (appendix compressible). Diagnostik Laparoskopi Laparoskopi diagnostik sangat berguna untuk mengevaluasi wanita berovulasi dengan tegas untuk pemeriksaan appendisitis. Pada subkelompok ini, sepertiga perempuan terbukti memiliki patologi ginekologi primer. appendiks ini juga bisa dihapus melalui pendekatan laparoskopi. Oleh karena itu, beberapa ahli bedah menganjurkan pendekatan laparoskopi awal pada semua wanita berovulasi yang diduga appendisitis.

PENATALAKSANAAN

Preoperative Isotonik pengganti cairan intravena harus dimulai untuk mencapai output kemih cepat dan untuk memperbaiki kelainan elektrolit. Suction nasogastrik sangat membantu, terutama pada pasien dengan peritonitis. Suhu yang tinggi ditatalaksana dengan acetaminophen dan selimut pendingin. Anestesi tidak boleh diinduksi pada pasien dengan suhu yang lebih tinggi dari 39C. Antibiotik Antibiotik profilaksis umumnya efektif dalam pencegahan komplikasi infeksi pascabedah (luka infeksi, abses intra-abdomen). Preoperative inisiasi lebih disukai, meskipun beberapa menyarankan bahwa hal itu dapat ditunda. Untuk appendisitis akut, cakupan biasanya terdiri dari sefalosporin generasi kedua. Pada pasien dengan appendisitis nonperforated akut, dosis tunggal antibiotik cukup. Terapi Antibiotik dalam apendisitis perforasi atau gangren harus dilanjutkan selama 3 sampai 5 hari. Appendectomy Dengan beberapa pengecualian, pengobatan appendisitis adalah appendektomy. Pasien dengan peritonitis difus atau diagnosis dipertanyakan harus dieksplorasi melalui insisi garis tengah. Mortalitas setelah appendektomi tinggi pada pasien usia lanjut. Pada kebanyakan pasien, irisan melintang memberikan penampilan terbaik kosmetik dan memungkinkan kemudahan perpanjangan secara medial untuk eksposur yang lebih besar. Lapisan otot transversus abdominis dan lapisan otot obliqus abdominis eksternal dan internal dapat dibagi dalam arah seratnya. Setelah masuk ke rongga peritoneal, didapatkan cairan purulent untuk gram stain dan cultur. Setelah sekum diidentifikasi, taenia anterior dapat diikuti ke dasar appendiks. appendiks dengan lembut dilepaskan dari luka dan 16

sekitarnya dengan hati-hati pada setiap perlekatan yang mengganggu. Jika appendiks normal pada inspeksi (5% sampai 20% dari eksplorasi), tersebut akan dihapus dan diagnosis alternatif yang sesuai akan dipikirkan. Sekum, kolon sigmoid, dan ileum secara hati-hati diperiksa untuk perubahan indikasi divertikular (termasuk divertikulum Meckel), infeksi, iskemik, atau penyakit inflamasi usus (misalnya, penyakit Crohn). Bukti limfadenopati mesenterika dicari. Pada wanita, ovarium dan saluran tuba diperiksa untuk bukti PID, pecah kista folikel, kehamilan ektopik, atau patologi lainnya. cairan peritoneal empedu menunjukkan ulkus peptikum atau perforasi kandung empedu. Laparoskopi Appendektomi Laparoskopi appendektomi merupakan alternatif untuk pendekatan terbuka. Hal ini paling berguna ketika diagnosis tidak pasti atau bila ukuran pasien akan memerlukan sayatan besar. Walaupun studi terbaru menunjukkan bahwa panjang pasca operasi mungkin tinggal sedikit singkat sebagian besar pasien yang menjalani appendektomi rutin dapat dengan aman keluar dari rumah sakit pada hari pertama pasca operasi. Terlepas dari pilihan pendekatan, perhatian harus dilakukan untuk memastikan ligasi aman ujung appendiks.

KOMPLIKASI APENDISITIS AKUT

Perforasi Perforasi disertai dengan nyeri hebat dan demam. Hal ini biasa dalam waktu 12 jam pertama dari appendisitis tetapi hadir dalam 50% pasien apendisitis lebih muda dari 10 tahun dan lebih tua dari 50 tahun. Konsekuensi akut perforasi termasuk demam, takikardia, peritonitis umum, dan pembentukan abses. Pengobatan appendisitis, irigasi peritoneal, dan antibiotik spektrum luas intravena selama beberapa hari. Selama kehamilan, perforasi secara substansial meningkatkan risiko kematian ibu dari diabaikan sampai 4%. Angka kematian janin naik dari 0% menjadi 1,5% pada appendisitis uncompicated untuk 20% hingga 35% dalam pengaturan perforasi. Risiko Infeksi Luka Pascaoperasi Resiko infeksi luka pascaoperasi dapat dikurangi dengan antibiotik intravena yang sesuai diberikan sebelum sayatan kulit. Kejadian luka infeksi meningkat dari 3% pada kasus apendisitis nonperforated menjadi 4,7% pada pasien dengan usus buntu yang berlubang atau gangren. penutupan primer tidak dianjurkan dalam pengaturan perforasi (Bedah 2000; 127:136). luka infeksi dikelola dengan membuka, pengeringan, dan

17

pengemasan luka untuk memungkinkan penyembuha. Antibiotik intravena yang ditunjukkan untuk selulitis atau sepsis sistemik. Intra-abdominal dan abses panggul Abses Intra-abdominal dan panggul terjadi paling sering dengan perforasi apendiks. Pascaoperasi abses intra-abdomen dan pelvis yang paling baik ditangani dengan drainase dengan panduan CT-atau USG perkutan. Jika abses tidak bisa diakses atau resisten terhadap drainase perkutan, drainase operasi diindikasikan. Terapi antibiotik dapat menutupi tetapi tidak signifikan untuk mengobati atau mencegah abses. Komplikasi Lain Pyelephlebitis adalah thrombosis septik vein portal disebabkan oleh Escherichia coli dengan gejala klinis demam tinggi, sakit kuning, dan akhirnya abses hati. CT scan menunjukkan thrombus dan gas di vena portal. perlakuan Prompt (operasi atau percutaneous) dari infeksi primer sangat penting, bersama dengan antibiotik spektrum luas intravena. Fistula Enterocutaneous dari kebocoran pada penutupan ujung appendiks kadang-kadang memerlukan penutupan bedah, tetapi sering menutup secara spontan. Small-Bowel Obstruction. Obstruksi usus kecil adalah empat kali lebih umum setelah pembedahan pada kasus apendisitis perforasi daripada di appendisitis tanpa komplikasi.

18

DAFTAR PUSTAKA Brunicardi, F. Charles. Schwartzs Principles of Surgery, ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010 Klingensmith, Mary E dkk. Washington Manual of Surgery,The, 5th Edition. 2008 Lippincott Williams & Wilkins Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier Stead, G. Latha. Firts Aid for the Surgery Clerkship. 2003. McGraw-Hill Companies

19

Anda mungkin juga menyukai