Anda di halaman 1dari 5

VOL. IV NO.

3 Desember 2011

ISSN 1979-8091

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU PADA MASA NIFAS
Wahyu Triningsih, Binti Yunariyah Prodi Keperawatan Tuban, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya ABSTRAK ASI berperan penting dalam mengoptimalkan dan menjaga kesehatan bayi. Selain itu terdapat kecenderungan penurunan pemberian ASI eksklusif. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan antara teknik menyusui yang tepat dan kelancaran produksi ASI. Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian adalah sebagian ibu masa nifas yang ada di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban sebanyak 24 orang yang diambil secara acak sederhana. Data dikumpulkan dengan observasi dan dianalisis secara menggunakan chikuadrat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara teknik menyusui dengan kelancaran produksi ASI ibu masa nifas di ruang VK bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban. Lebih dari setengah ibu masa nifas melakukan teknik menyusui yang tidak benar, hampir setengahnya pengeluaran ASInya tidak lancar. Kata Kunci: Menyusui, Payudara Susu

THE RELATION SHI P BETW EEN BREAST-FEEDI N G TECN I QUE AN D THE SM OOTHNESS OF BREAST M ILK P RODUCTI ON
ABSTR ACT Breast milk plays an important role in optimizing dan keeping babys health. On the other hand, there is a propensity that giving a baby the breast milk exclusively is decline. The objective of this research is to analyze the relationship between breast-feeding tecnique and the smoothness of breast milk production.The design is cross-sectional. The sample, they are the respondents who have given birth in pregnancy ward, Dr. Koesma Hospital In Tuban to the amount of 24 persons, are selected by random sampling. The data are collected by observation and analyzed statistically using chi-square The result shows relationship between breast-feeding tecnique and the smoothness of breast milk production in pregnancy ward, Dr. Koesma Hospital Tuban. Keywords
Alamat Korespondensi PENDAHULUAN Air susu ibu (ASI) memegang peranan dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Manfaat keunggulan ASI tidak dapat diragukan lagi karena merupakan sumber alamiah terbaik yang mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang terutama 2 tahun pertama, memberikan zat pelindung terhadap penyakit akut dan kronis meningkatkan Intellegence Quotient (IQ), memberikan interaksi psikologis yang kuat antara bayi dan ibu yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi. Bagi ibu sendiri, menyusui akan menurunkan resiko perdarahan paska melahirkan, anemia, kanker indung telur, mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang, serta akan menjarangkan kehamilan (Besar dan Eveline, 2008). Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) Meutia Hatta Swasono dalam JURNAL KEPERAWATAN : Breast-feeding, Breast Milk : Jl. Wahidin Sudirohusodo no 2 Tuban sambutannya ketika membuka seminar Dukung Ibu untuk Mendapatkan Emas dalam rangka memperingati Pekan ASI Sedunia tahun 2008 di Bekasi, menyatakan bahwa masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia khususnya dalam situasi darurat adalah karena: (1)Faktor sosial budaya; (2)Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya tetap memberikan ASI dalam situasi darurat; (3)Jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung penggunaan ASI saat terjadi situasi darurat; (4)Gencarnya bantuan susu formula yang masuk; (5)Kurangnya pengetahuan dan komitmen pemberi bantuan dan penerima bantuan akan pentingnya tetap menyusui dalam situasi darurat; dan (6)Kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk dalam hal memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui berupa shelter khusus untuk memerah ASI nya. Selain itu, kurangnya pengeluaran air susu ibu (ASI) dan disebabkan oleh kesalahan teknik menyusui (Ieda Poernomo et all, 2004). Padahal salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI adalah 104

VOL. IV NO. 3 Desember 2011 kemampuan ibu dalam menyusui yang meliputi teknik, lama dan frekuensi menyusui. Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance Sytem (NHSS) kerja sama balitbangkes di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar) dan 8 desa di Samba, Lampung, Banten, jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa cakupan ASI ekslusif 3-4 bulan di kota berkisar antara 1% -13%, Sedangkan di desa 2%-13% (Siregar : 2004). berdasarkan Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% (SDKI 2007), masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Adapun cakupan ASI ekslusif 46 bulan di Kabupaten Tuban tahun 2006 sebanyak 70 %, tahun 2007 sebanyak 15,3 %, dan pada tahun 2008 sebanyak 11,1 %. Data ibu masa nifas yang ada RSUD Dr Koesma Tuban pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2009 sebanyak 207 orang. berarti ratarata jumlah ibu nifas dalam satu bulan adalah sebanyak 25 orang. Pada penelitian awal terhadap 10 pasien di RSUD Dr Koesma Tuban , empat orang dengan teknik menyusui yang benar, mempunyai pengeluaran ASI yang lancar, sedangkan enam orang dengan teknik menyusui yang tidak benar , mempunyai pengeluaran ASI tidak lancar. Penelitian awal ini kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi. Isapan bayi dan pengosongan payudara sesering mungkin akan memperlancar pemantapan proses menyusi. Isapan yang kuat adalah rangsangan yang potensial untuk sekresi prolaktin dan oksytosyn (Ieda Poernomo et all, 2004). Kedua hormon tersebut diperlukan untuk memulai pengeluaran ASI dan merangsang lets down reflek, sehingga ASI tersedia bagi bayi. makin sering bayi disusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI, jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Teknik Menyusui Yang Benar Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu Masa Nifas Di Ruang Vk Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Koesma Tuban. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis hubungan tehnik menyusui yang benar terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu masa nifas di Ruang VK Bersalin RSUD DR. Koesma Tuban. Tujuan Khususnya adalah 1)mengidentifikasi teknik menyusui yang benar pada ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban, 2) mengidentifikasi pengeluaran ASI

ISSN 1979-8091 ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban dan 3) menganalisis hubungan tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu masa nifas di Ruang VK Bersalin RSUD DR. Koesma Tuban BAHAN DAN METODE Desain penelitian adalah analitik korelational cross sectional. Pada penelitian ini, populasinya adalah seluruh ibu masa nifas yang ada di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban sebanyak 25 orang, sampelnya adalah ibu masa nifas yang ada di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban sebanyak 24 orang. Tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel independen penelitian adalah tehnik menyusui yang benar sedangkan variabel dependennya adalah kelancaran pengeluaran ASI. Tempat penelitian di RSUD Dr Koesma Tuban. Instrumen pengumpul data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan derajat kemaknaan p<0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Masa Nifas Pada tabel 1 dari 24 ibu masa nifas, sebagian besar berusia 1835 tahun sebanyak 23 ibu nifas (95,8%) Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ibu masa nifas di ruang VK bersalin RSUD DR. Koesma Tuban Bulan November 2009 Usia f % 18 25 th 12 50 26 - 31 th 8 33,3 32 - 37 th 4 16,7 Total 24 100 Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan Paritas ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD DR. Koesma Tuban Bulan November 2009 Kategori Jumlah Prosentase (%) Primipara 16 66,7% Multipara. 8 33,3 % Total 24 100% Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 24 ibu masa nifas sebagian besar adalah ibu yang baru pertama kali melahirkan yaitu sebanyak 16 ibu nifas (66,7%). Teknik Menyusui Ibu Masa Nifas Hasil penelitian menunjukkkan bahwa sebagian besar (62,5 %) teknik menyusui yang 105

JURNAL KEPERAWATAN

VOL. IV NO. 3 Desember 2011 dilakukan oleh ibu tidak benar, dan hampir setengahnya (37,5 %) ibu menyusui dengan teknik yang benar. Tingginya angka teknik menyusui yang tidak benar dapat disebabkan oleh karena ibu baru pertama kali melahirkan (primipara) di mana pada penelitian ini, sebagian besar responden (66,7%) adalah ibu primipara yang melakukan teknik menyusui yang tidak benar. Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa dari 24 ibu masa nifas sebagian besar yaitu sebanyak 15 ibu nifas (62,5 %) ibu melakukan tehnik menyusui tidak benar. Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan teknik menyusui ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD DR. Koesma Tuban Bulan November 2009. Kategori f % Benar 9 37,5 Tidak Benar 15 62,5 Total 24 100 Menurut Ieda Purnomo Sidik et all (2004) seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah yang sebenarnya sederhana. Termasuk di dalamnya adalah masalah cara menyusui. Menyusui yang sebenarnya adalah masalah yang cukup sederhana bisa menjadi sulit bagi ibu primara karena tidak adanya pengalaman pada dirinya. Akibatnya ibu menjadi lebih peka secara emosional sehingga mudah tersinggung. Padahal seharusnya proses mencintai anak sudah mulai terjalin Ibu muda yang baru pertama kali melahirkan belum mempunyai pengalaman sama sekali, padahal sering dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Seorang yang belum mempunyai pengalaman biasanya akan mengalami kebingungan pada awal dia ingin melakukan sesuatu. Sebaliknya seseorang yang sudah mempunyai pengalaman, biasanya akan lebih mudah dalam melakukan sesuatu yang sudah pernah dilakukannya. Hal ini termasuk juga dalam hal menyusui di mana terbukti ibu primipara yang banyak melakukan kesalahan teknik menyusui. Pada umumnya masyarakat Tuban khususnya ibu yang baru pertama kali melahirkan dalam menyusui bayinya masih dibantu oleh orang lain, bayi masih belum dipegang oleh ibunya sendiri sehingga bayi tidak bisa sempurna melekat kepayudara ibu, bahkan badan bayi tidak menempel ke perut ibu. padahal posisi dasar menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI adalah perlekatan antara perut ibu dan perut bayi. Peran kita sebagai perawat atau bidan adalah memberikan penyuluhan kepada ibu muda bahwa mereka harus mandiri saat menyusui bayinya, bayi harus dipegang sendiri tidak perlu dipegang orang lain, dan perawat atau bidan juga harus memberikan penyuluhan kepada ibu saat kontrol akan pentingnya penberian ASI sehingga ibu JURNAL KEPERAWATAN

ISSN 1979-8091 bisa belajar bagaimana cara menyusui dengan tehnik yang benar, bahkan penyuluhan akan lebih baik jika diberikan jauh sebelum ibu melahirkan. Penatalaksanaannya bisa melalui unit rawat jalan kebidanan. Kelancaran pengeluaran ASI Ibu Masa Nifas Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu masa nifas (54,2%) memiliki pengeluaran ASI yang tidak lancar dan hampir setengahnya (45,8%) yang mempunyai pengeluaran ASI yang lancar. Ketidaklancaran pengeluaran ASI ini dapat terjadi karena kurangnya ketrampilan menyusui yang dimiliki oleh ibu, di mana pada penelitian ini, sebagian besar ibu (62,5%) melakukan teknik menyusui yang salah. Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari 24 ibu masa nifas, lebih dari separuh, yaitu sebanyak 13 ibu nifas (54,2 %), pengeluaran ASInya tidak lancar Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan kelancaran pengeluaran ASI ibu masa nifas di ruang VK bersalin RSUD DR. Koesma Tuban Bulan November 2009. Kategori f % Lancar 11 45,8 Tidak Lancar 13 54,2 Total 24 100 Menurut Utami Roesli dan Elizabeth Yohmi (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi kurang lancarnya pengeluaran ASI adalah kesalahan teknik menyusui. Misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui yang hanya memasukkan puting susu pada mulut bayi, akibatnya bayi tidak sampai menyusu ke areola, padahal pada saat bayi menghisap maka mulut bayi akan terisi ASI dan ia akan menelannya. Ketika bayi menyusu, terjadi peregangan puting susu dan areola mamae untuk mengisi rongga mulut, oleh karena itu saat menyusui sebagian besar areola harus masuk ke dalam rongga mulut bayi, kemudian lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktoferus yang berada di bahwa areola mamae, sehingga pemerasan ASI lebih sempurna. Memasukkan puting saja saat menyusui akan menyebabkan puting susu lecet dan pengeluaran ASI kurang sehingga terjadi pembengkakan payudara (Soetjiningsih, 2004). Kebanyakan masyarakat Tuban beranggapan bahwa ASInya tidak lancar bukan karena kesalahan teknik menyusui tetapi karena kurangnya minum jamu. Hal ini menyebabkan ibu lebih terfokus pada upaya memperbanyak minum jamu daripada usaha untuk memperbaiki teknik menyusui, disamping itu, juga terdapat adanya kepercayaan di masyarakat Tuban bahwa ibu 106

VOL. IV NO. 3 Desember 2011 menyusui tidak boleh minum air terlalu banyak, karena akan menyebabkan bayinya pilek, padahal seorang ibu yang menyusui harus makan makanan bergizi dan dianjurkan banyak minum agar produksi ASI menjadi lancar, selain itu hal yang paling penting adalah ibu yang menyusui tidak boleh stres karena jika ibu stres akan mempengaruhi hormon penghasil ASI. Perawat atau bidan harus memberikan pengertian kepada ibu agar banyak mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan tekanan jiwa (stress), selain itu tenaga kesehatan juga perlu membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui seperti pojok laktasi yang memberikan penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar dan mendemonstrasikan perawatan payudara untuk memperlancar pengeluaran ASI. Hubungan antara Teknik Menyusui Yang Benar dengan kelancaran Pengeluaran ASI Ibu Masa Nifas Berdasarkan uji chi-square didapatkan adanya hubungan antara teknik menyusui yang benar dengan kelancaran pengeluaran ASI (p=0,000<=0,05). Semakin baik tehnik menyusui yang dilakukan oleh ibu pengeluaran ASInya akan semakin lancar (tabel 5). Tabel 5 Tabulasi Silang Pengaruh tehnik menyusui yang benar terhadap kelancaran pengeluaran ASI di ruang VK Bersalin RSUD Dr Koesma Tuban bulan november 2009 Pengeluaran ASI Total Tehnik Tidak Lancar Menyusui Lancar n % n % n % Benar 9 100 0 0 9 100 Tidak Benar 2 13 13 87 15 100 P =0,000 < 0,05, Hasil observasi terhadap 24 ibu masa nifas, didapatkan bahwa dari 9 orang ibu yang melakukan teknik menyusui dengan benar, semuanya (100%) memiliki pengeluaran ASI yang lancar, dan 15 ibu masa nifas yang melakukan teknik menyusui tidak benar, sebagian besar (86,7%) pengeluaran ASInya tidak lancar. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara teknik menyusui yang benar dengan kelncaran pengeluran ASI. Menurut Utami Roesli dan Elizabeth Yohmi (2008), agar proses menyusui dapat berjalan lancar maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Tehnik menyusui yang benar meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring JURNAL KEPERAWATAN

ISSN 1979-8091 atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan atau attachment) Tehnik yang salah saat menyusui, misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui yang hanya memasukkan puting susu pada mulut bayi sehingga bayi tidak sampai menyusu ke areola akan menyebabkan puting susu nyeri/lecet, pengeluaran ASI kurang sehingga terjadi pembengkakan payudara dan membuat aliran susu tersumbat sehingga mengakibatkan terjadinya mastitis, meluasnya peradangan dan abses pada payudara (Ieda poernomo et all, 2004). Penelitian ini memperkuat teori yang sudah ada bahwa teknik menyusui yang benar mempunyai hubungan dengan kelancaran pengeluaran ASI, semakin benar tehnik menyusui yang dilakukan oleh ibu akan semakin memperlancar pengeluaran ASI, jadi rumor yang ada dimasyarakat bahwa minum jamu dapat memperlancar pengeluaran ASI itu sama sekali tidak benar, untuk itu, salah satu upaya untuk meningkatkan kelancaran pengeluaran ASI adalah dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan khususnya tentang teknik menyusui yang benar oleh semua pihak terutama oleh bidan dan perawat, selain itu hal yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah mendirikan kelompok pendukung ibu menyusui seperti adanya pojok laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas serta memantau tehnik menyusui yang dilakukan oleh ibu, dan membantu ibu melakukan tehnik menyusui yang benar sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar, selain hal tersebut ibu hamil dan menyusui dapat diberi gambar- gambar tentang bagaimana posisi menyusui yang benar terutama dalam menempatkan bayi ke badan ibu dan posisi mulut bayi ke payudara ibu. Dukungan tenaga kesehatan akan sangat menentukan suksesnya menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI disamping dukungan suami, keluarga dan lingkungan, dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menejemen laktasi diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara normal sebagai calon sumber daya manusia yang berkualitas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian adalah: 1)Lebih dari setengah teknik ibu menyusui ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban adalah tidak benar, 2)hampir setengahnya pengeluaran ASI ibu masa nifas di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban adalah tidak lancar, dan 3)terdapat hubungan antara tehnik menyusui dengan

107

VOL. IV NO. 3 Desember 2011 kelancaran pengeluaran ASI pada ibu masa nifas di ruang VK bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban. Hal yang disarankan adalah: 1)ibu nifas di ruang VK bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban hendaknya mengikuti penyuluhan kesehatan khususnya tentang teknik menyusui yang benar, mempelajari gambar tentang tehnik menyusui yang benar, bagaimana posisi mulut bayi yang benar saat melekat pada payudara ibu, atau melalui video, 2)Perawat atau bidan hendaknya memberikan penyuluhan dan mendemonstrasikan tentang perawatan payudara, asupan gizi ibu menyusui guna untuk menunjang kelancaran pengeluaran ASI, hal tersebut hendaknya dilakukan selama kehamilan sampai setelah persalinan, 3)Perawat atau bidan penting untuk memantau bagaimana teknik menyusui yang dilakukan ibu masa nifas di ruang VK bersalin RSUD Dr. Koesma Tuban dan memantau kelancaran pengeluaran ASI sehingga kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. DAFTAR ACUAN Besar, Dien

ISSN 1979-8091 Departemen Kesehatan

Kesehatan

di

Puskesmas.

Jakarta:

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Hidayat, A. Azis Alimul. 2002. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Ieda Poernomo Sigit Sidi, et. all. 2004. Perinasia Indiarti,

bacaan

Manajemen

Laktasi

Jakarta:

Bahan

M.T. 2008. Publishing

ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta: Elmatera

Notoatmojo, Soekidjo.2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Roesli, Utami dan Elizabeth Yohmi. 2008. Manajemen Laktasi dalam Bedah ASI

Manajemen Laktasi dalam Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : IDAI
2001.

Sanyoto

dan

Evelin

PN.

2008.

Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : IDAI

Depkes

RI.

Panduan

Manajemen Laktasi: Buku bagi Bidan dan Petugas

Rosyita, Syarifah. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta; Ayyana Soetjiningsih. 1999. ASI Petunjuk UntukTenaga Kesehatan. Jakarta: EGC

JURNAL KEPERAWATAN

108

Anda mungkin juga menyukai