Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2013 No. Rekam Medik Pemeriksa Rumah Sakit : 631300 : dr. R : Wahidin Sudirohusodo
ANAMNESIS Keluhan utama: Putih pada mata kiri bagian tengah Anamnesis terpimpin : dialami sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit secara tiba-tiba.. Mata merah (-), Nyeri pada mata (-), air mata berlebih (-), sekret (-), penglihatan menurun (+), silau saat melihat cahaya (+), gatal (-). Riwayat keluar darah (-), riwayat keluar cairan seperti gel pada mata (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat menggunakan kaca mata (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-). Riwayat berobat sebelumnya (-), riwayat alergi (-). Riwayat persalinan normal, ditolong bidan. Berat badan lahir 3000 gram.
TANDA VITAL Status Generalis TD Nadi Pernapasan Suhu : Sakit sedang/ Gizi baik/ GCS 15 (E4M6V5) : 90/60 mmHg : 100 x/menit : 50 x/menit : 36,7 C
Foto Klinis
OD
OS
Pemeriksaan Ophtalmologi A. Inspeksi OD Palpebra Apparatus Lakrimalis Silia Konjungtiva Bola mata Mekanisme muscular - ODS Edema (-) Lakrimasi (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Normal Normal ke segala arah : OS Edema (-) Lakrimasi (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Normal Normal ke segala arah:
B. Palpasi OD Tensi ocular Nyeri tekan Massa tumor Glandula pre-aurikuler Tn Tidak ada pembesaran OS Tn Tidak ada pembesaran
E. Campus visual Tidak dilakukan pemeriksaan F. Color sense Tidak dilakukan pemeriksaan G. Light sense Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Penyinaran optik OD Konjungtiva Kornea BMD Iris Pupil Hiperemis (-) Jernih Kesan normal Cokelat, kripte (+) Bulat, sentral , RC (+) OS Hiperemis (-) Jernih Normal Cokelat, kripte (+) Sulit dinilai
J. Slit Lamp SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris: coklat, kripte (+), pupil: bulat, sentral, RC (+), lensa jernih. SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris: coklat, kripte (+), pupil sulit dinilai, lensa keruh. NO4NC4.
K. USG B Scan
Hasil USG B-Scan: echo baik, lensa keruh, vitrues jernih, Nervus II normal, retina attach, koroid normal, sclera normal. Kesan: kekeruhan lensa
L. Resume Perempuan, 2 tahun 4 bulan datang ke Poli RSWS diantar oleh ibunya dengan keluhan putih pada mata kiri bagian tengah yang dialami sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit secara tiba-tiba. Mata merah (-), Nyeri pada mata (-), air mata berlebih (-), sekret (-), penglihatan menurun (+), silau saat melihat cahaya (+), gatal (-). Riwayat keluar darah (-), riwayat keluar cairan seperti gel pada mata (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat menggunakan kaca mata (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-). Riwayat berobat sebelumnya (-), riwayat alergi (-).Riwayat persalinan normal, ditolong bidan. Berat badan lahir 3000 gram.
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak warna putih pada bagian tengah mata kiri, Pada pemeriksaan visus VOD dan VOS following target (+). Pada palpasi tidak ditemukan kelainan. Penyinaran oblik dan Slit lamp pada OS didapatkan kekeruhan pada lensa. Hasil USG B-Scan kesan: kekeruhan pada lensa. Berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan oftalmologi, slit lamp dan USG B-scan maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita OS katarak juvenile.
P. Prognosis Qua ad vitam Qua ad visam Qua ad sanam Qua ad cosmeticam : Bonam : Bonam : Bonam : Bonam
Q. DISKUSI Perempuan, 2 tahun 4 bulan datang ke Poli RSWS diantar oleh ibunya dengan keluhan Putih pada mata kiri bagian tengah yang dialami sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit secara tiba-tiba. Mata merah (-), Nyeri pada mata (-), air mata berlebih (-), sekret (-), penglihatan menurun (+), silau saat melihat cahaya (-), gatal (-). Riwayat keluar darah (-), riwayat keluar cairan seperti gel pada mata (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat menggunakan kaca mata (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-). Riwayat berobat sebelumnya (-), riwayat alergi (-).Riwayat persalinan normal, ditolong bidan. Berat badan lahir 3000 gram.
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak warna putih pada bagian tengah mata kiri, Pada pemeriksaan visus VOD dan VOS following target (FT) +. Pada palpasi tidak ditemukan kelainan. Penyinaran oblik dan Slit lamp pada OS didapatkan kekeruhan pada lensa. Hasil USG B-Scan kesan: kekeruhan pada lensa. Berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan oftalmologi, slit lamp, dan USG B-scan maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita OS katarak juvenile. Katarak juvenile adalah penurunan penglihatan secara bertahap dan kekeruhan lensa terjadi pada masa saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 40 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak Juvenile biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital. Dari anamnesis, awalnya dikeluhkan adanya warna putih pada mata kiri bagian tengah yang dialami sejak 3 bulan yang lalu setelah mata kirinya terkena bedak. Pasien juga mengeluhkan penglihatan menurun. Dari pemeriksaan inspeksi dan slit lamp pada OS, ditemukan pada OS lensa keruh. Maka pasien ini menderita OS Katarak Juvenile. Visus menurun dapat terjadi akibat adanya gangguan pada media refrakta. Pasien juga mengeluhkan penglihatannya bertambah buruk pada saat berada diruangan yang terang atau terkena sinar matahari karena fotobia (+). Gejala - gejala ini dapat ditimbulkan akibat adanya kekeruhan pada lensa mata atau yang biasa disebut katarak. Penyebab katarak dapat bermacam-macam. Terkait dengan usia pasien yaitu 2 tahun 4 bulan dan tidak ada riwayat trauma atau penyakit sistemik lainnya maka kemungkinan pasien ini adalah katarak juvenile yaitu kekeruhan lensa terjadi pada masa saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 40 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak Juvenile biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital. Pada pemeriksaan fisis, didapatkan ketajaman penglihatan menurun dimana visus OD dan visus OS following target. Pada inspeksi ODS didapatkan lensa
pada OS keruh. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan reflex fundus pada OS namun bagian lain sulit dievaluasi akibat terhalang kekeruhan lensa. Adapun terapi untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa dan dilakukan pemasangan Intraocular Lense (IOL).
KATARAK JUVENILE
I. PENDAHULUAN Lensa kristaline merupakan struktur yang transparan. Struktur yang transparan tersebut dapat terganggu oleh suatu proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan pada lensa fiber. Kekeruhan yang terbentuk pada lensa dikenal sebagai Katarak.1 Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.2,3 Katarak juvenile adalah katarak yang terdapat orang muda, yang dimulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya kelanjutan dari katarak kongenital.2 Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangui transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi.3 Perubahan pada lensa nukleus biasanya diikuti dengan perubahan pada bagian lensa yang lain. Seiring dengan bertambahnya usia katarak nuclear, kortikal dan subkapsular posterior, masing-masing memiliki derajat yang berbeda. Katarak subkapsular posterior dapat terbentuk secara idiopatik atau terbentuk setelah trauma pada area lensa posterior. Selain itu, katarak subkapsular posterior dapat terbentuk secara sekunder dengan pengobatan multiple, contohnya seperti kortikosteroid, dan berhubungan dengan kondisi sistemik yang lain.4
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak.4
II.
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA Lensa mata merupakan struktur yang terletak diantara iris dan corpus
vitreous yang bersifat transparan, bikonveks, menyerupai kristal. Diameternya berkisar antara 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi menurut umur antara 3,5 mm (saat lahir) hingga 5 mm. Beratnya sekitar 135 mg (0-9 tahun) hingga 225 mg (40-80 tahun). Lensa memiliki dua permukaan. Bagian anterior kurang cembung dibandingkan posterior (radius kurvatura 10 mm : 6 mm). Kedua permukaan ini bertemu pada satu garis ekuator. Indeks refraksi lensa adalah 1,39 dan kekuatan lensa mencapai 15-16 Dioptri. Daya akomodasi lensa berbeda beda bergantung pada umur meliputi 14-16 D (saat lahir), 7-8 D (pada usia 25 tahun) dan 1-2 D (pada usia 50 tahun). 1
Gambar 1.Bentuk dari lensa dan posisinya pada bola mata. (Dikutip dari kepustakaan 5)
STRUKTUR1 1. Kapsula Lensa. Merupakan bagian yang tipis, transparan dan dikelilingi membran hyaline yang lebih tebal pada bagian anterior dibandingkan posterior lensa. Kapsula lensa paling tebal pada regio preekuator (14 ) dan paling tipis pada kutub posterior (3 ).
2. Epitel Anterior. Merupakan lapisan sel kuboid tunggal yang terletak lebih dalam dari kapsula anterior. Pada area ekuator, sel ini berubah menjadi kolumnar yang secara aktif membelah dan memanjang untuk membentuk serat lensa baru sepanjang masa hidup. Tidak ada epitel pada bagian posterior karena sel ini mengisi kavitas sentral lensa selama periode pembentukan lensa. 3. Serat Lensa Sel epitelial memanjang membentuk serat lensa yang memiliki struktur yang rumit. Serat lensa yang matur adalah sel yang telah kehilangan inti. Karena serat lensa dibentuk sepanjang usia kehidupan, lensa ini ttersusun dan akan membentuk suatu barisan teratur sebagai nukleus dan korteks dari lensa. i. Nukleus.Merupakan bagian pusat lensa yang mengandung serat lensa yang paling tua. Nukleus tersusun atas zona yang berbeda yang tersusun sesuai dengan perlangsungan perkembangan lensa. Melalui cahaya slit lamp, area ini akan terlihat sebagai zona yang tidak bersambung. Bergantung pada waktu perkembangannya, zona pada lensa meliputi: Nukleus Embrionik. Merupakan bagian nukleus yang paling dalam yang terbentuk pada trimester pertama kehamilan. Bagian ini mengandung serat lensa primer yang dibentuk dari elongasi sel dari dinding posterior vesikel lensa. Nukleus Fetal. Tersusun diatas nukleus embrionik dan terbentuk sejak dari trimester pertama hingga kelahiran bayi, Seratnya bertemu pada suatu sutura dimana pada bagian anterior beberntuk Y dan bagian posterior berbentuk Y terbalik. Nukleus Infantil. Terbentuk sejak lahir hingga mencapai pubertas Nukleus Dewasa terbentuk mulai dari pubertas hingga sepanjang hidup ii. Korteks. Merupakan bagian perifer yang mengandung serat lensa yang paling muda
10
4. Ligamentum Suspensoria Lentis (Zonula Zinn). Juga disebut sebagai zonula siliaris yang terbentuk dari sekelompok serat yang berasal dari badan siliar hingga ke lensa. Serat ini akan menahan lensa pada posisi tertentu dan memungkinkan otot siliaris menggerakkannya. Serat ini digolongkan dalam tiga kelompok i. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior ora serrata berjalan anterior menuju ke equator anterior. ii. Serat yang berasal dari prosesus siliaris yang berlawanan dengan bagian anterior berjalan secara posterior menuju ke bagian posterior equator iii. Kelompok serat yang ketiga yang berjalan dari bagian tengah prosesus siliaris menempel langsung ke equator Struktur kristalin lensa merupakan struktur transparan yang memainkan peran penting dalam proses pengelihatan. Aspek fisiologinya meliputi: 1. Transparansi lensa 2. Aktivitas metabolik lensa 3. Daya Akomodasi
11
Transparansi Lensa1 Faktor yang memiliki peranan signifikan dalam mempertahan kejernihan dan transparansi lensa adalah 1. Avaskularitas 2. Sel lensa yang tersusun sangat rapat 3. Pengaturan protein lensa 4. Karakterisitik kapsula lensa yang semipermeabel 5. Mekanisme pompa pada pemukaan serat lensa untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit untuk menjaga proses dehidrasi 6. Proses Autooksidasi dan tingginya kadar glutathion pada lensa yang mempertahankan protein lensa pada strukturnya dan mempertahakan integritas pompa pada membran Metabolisme1 Lensa membutuhkan suplai energi yang berkesinambungan (ATP) Untuk transpor aktif ion dan asam amino, mempertahankan dehidrasi lensa dan untuk sintesis protein dan glutation yang berkelanjutan. Sebagian besar energi yang dibentuk digunakan oleh epitel yang menjadi tempat untuk semua proses transpor aktif. Hanya sekitar 10-20% ATP yang dibentuk digunakan untuk mensintesis protein Sumber suplai nutrisi. Lensa yang merupakan struktur avaskular menggantungkan proses
metabolismenya pada pertukaran zat kimia pada humor aquos. Komposisi kimia lensa yang berasal dari humor aquos dan proses pertukaran zat kimia. Jalur Metabolisme Glukosa Glukosa sangat penting untuk kinerja lensa yang normal. Aktivitas metabolik lensa terbatas hanya pada epitelium dan korteks sedangkan nukleus cenderung tidak aktif. Pada lensa, 80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur glikolitik. 15% melalui jalur heksosa pentosa monofosfat dan sebagian kecil melalui siklus kreb asam sitrat. Jalur sorbital sangat tidak umum terjadi namun
12
peranannya dalam menimbulkan katarak pada pasien diabetes dan dan galaktosemia sangat tinggi. III. ETIOLOGI Katarak umumnya merupakan penyakit mata pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti, glaukoma, ablasi, uveitis, dan renitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya.2 Katarak dapat disebabkan bahan toksisk, seperti, eserin (0,25-0,5%), kortikostreoid, ergot, dan antikolestrase topikal.2 Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes mellitus, galaktosemi, dan distorfi miotonik.2 Etiologi yang pasti tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak dirincikan dalam penjabaran dibawah ini.1 a. Herediter. Katarak yang genetis biasanya terjadi karena anomali pada pola kromosom individu. Sekira 1/3 kasus katarak kongenital biasanya bersifat hereditar. Metode penurunan biasanya bersifat dominan. Gambaran katarak familial meliputi katarak pulverulenta,katarak zonular (dapat juga bersifat non familial) katarak koroner dan total soft cataract (dapat pula terjadi karena rubella) b. Faktor Maternal 1. Malnutrisi selama kehamilan berhubungan dengan katarak zonular non familial. 2. Infeksi. Infeksi maternal misalnya rubella berhubungan dengan katarak pada 50% kasus. Infeksi maternal lainnya meliputi toxoplasmosis dan cytomegalo-inclusion.
13
3. Obat obatan. Katarak congenital juga dilaporkan pada anak dengan ibu yang mengkonsumsi obat obatan tertentu selama kehamilan misalnya (thalidomide, kortikosteroid). 4. Radiasi Paparan radiasi pada ibu selama kehamilan dapat menyebabkan katarak kongenital. c. Faktor infantil 1. Defisit oksigenasi (anoksia) misalnya pada perdarahan plasenta. 2. Gangguan Metabolik pada fetus dan bayi, misalnya galaktosemia, defisiensi galaktokinase dan hipoglikemia neonatal. 3. Ckatarak yang berhubungan dengan kelainan kongenital lain misalnya pada sindrom Lowe, distrofika myotonia dan ichtyosis kongenital 4. Trauma Lahir 5. Malnutrisi pada awal masa pertumbuhan dapat menyebabkan katarak developmental . d. Idiopatik.Sekitar 50% kasus bersifat sporadik tanpa etiologi yang jelas. Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya. Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka. Kekeruhan penglihatan tergantung pada: kekeruhan lensa bagian lensa yang keruh apakah terdapat mata malas adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan penglihatan
14
Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral, anak akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh, sehingga sangat sedikit cahaya yang masuk, anak akan memiliki penglihatan yang buruk. Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil, anak kemungkinan akan mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak. Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang tajam karena katarak pada mata, otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas. Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi, penglihatannya akan tetap kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan jelas. Katarak kongenital dan developmental diklasifikasikan dalam berbagai variasi. Kalsifikasi sederhana yang digunakan antara lain:1 a. Katarak Kapsular Kongenital 1) Katarak Kapsular Anterior 2) Katarak Kapsular Posterior b. Katarak Polar 1) Katarak Polar Anterior 2) Katarak Polar Posterior c. d. e. Katarak Nuklear Katarak Lamellar Katarak Sutural dan Axial 1) Katarak Floriform 2) Katarak Coralliform 3) Katarak bentuk Spear 4) Katarak axial embryonik Anterior f. Katarak Generalisata 1) Katarak Koronar 2) Katarak Bintik Biru 3) Katarak Kongenital Total 4) Katarak kongenital membranosa
15
Selain klasifikasi tadi, sekarang lebih cenderung menggunakan Lens Opacities Classification System (LOCS) dimana lensa dinilai dari warna nuklear (NC) dan opasitas nuklear (NO), katarak kortikal (C), dan katarak sub-kapsular posterior(P).
IV.
MANIFESTASI KLINIS Gejala Anamnesis yang cermat merupakan langkah yang penting untuk mendiagnosis katarak juvenile. Apabila kataraknya masih unilateral, maka biasanya pasien belum mengeluhkan apa-apa karena mata yang masih baik akan mengkompensasinya. Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan oleh katarak antara lain:5,6
16
Penurunan visus (visual acuity) Katarak menyebabkan penurunan visus secara progresif yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Secara klinis katarak menyebabkan penurunan visus jarak jauh maupun jarak dekat.
Gambar 4. Perbandingan persepsi penglihatan antara mata yang normal dengan mata yang katarak. Pada mata katarak terdapat bayangan keabu-abuan dan hilangnya persepsi penglihatan secara parsial pada gambar. (Diambil dari kepustakaan 5)
Silau Keluhan ini mencakup semua penurunan sensitivitas kontras pada lingkungan yang terang maupun pada lingkungan yang gelap . Gangguan seperti ini sering sekali ditemukan pada pasien katarak subcapsular dan katarak kortikal. Sedangkan pada katarak nuklear, lebih jarang.
Pergeseran Miopi Perkembangan katarak dapat menyebabkan peningkatan kekuatan dioptrik lensa yang dapat mengakibatkan pergeseran miopi.
Konsekuensinya, pasien presbiopi yang mengalami katarak justru mengalami peningkatan penglihatan dekat dan kadang tidak
membuthkan lagi kacamata, hal ini disebut juga sebagai second sight. Namun hal ini hanya berlangsung sementara dan begitu kualitas optik lensa semakin memburuk, maka second sight ini akan hilang. Monokular diplopia Perubahan pada nuklear lensa akan terkonsentrasi pada lapisan dalam, hal ini mengakibatkan terjadi gangguan pada area refraksi di tengah
17
lensa. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya bayangan ganda pada retina. Setelah melakukan anamnesis, maka pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis katarak antara lain pemeriksaan visus jauh dan visus dekat pasien, pemeriksaan slit lamp, dan oftalmoskopi. Pemeriksaan lain yang penting untuk dilakukan adalah refleks pupil dan proyeksi cahaya untuk memastikan ada tidaknya gangguan pada saraf optik dan retina. Pemeriksaan lengkap pada adneksa bola mata serta penyakit sistemik juga harus dilakukan untuk mengetahui kemungkinan lain yang dapat mengakibatkan penurunan visus.4,6 Ada tiga tanda katarak yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, yakni:4,8 Penurunan visus Derajat penurunan visus tergantung pada tipe katarak dan kondisi saat pemeriksaan. Pemeriksaan visus juga sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pinhole untuk mengeliminasi efek refractive error. Ini dapat diperiksa dengan menggunakan Snellen chart atau reading card. Penurunan refleks merah pada oftalmoskopi Ketika oftalmoskop digunakan untuk melihat segmen posterior mata, maka biasanya akan terlihat pantulan fundus yang dikenal sebagai red reflex. Bila terdapat kekaburan antara kornea dan retina, maka refleks merah ini akan berkurang atau menghilang. Perubahan penampakan lensa Ini dapat kita periksa dengan menggunakan penlight sederhana atau slit lamp. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lain yang biasanya dilakukan sebagai bagian dari tindakan preoperatif untuk menentukan kelayakan operasi, teknik operasi, pemasangan IOL, maupun untuk evaluasi postoperatif.8
18
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah rutin, fungsi ginjal, dan fungsi hati perlu dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya seseorang dioperasi.
Pemeriksaan tonometri Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya penyulit seperti glaukoma. Biometri Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kekuatan dioptri lensa inta okular (IOL) yang sebaiknya dipasangkan pada pasien.4
V.
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.3 Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.3 Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.2
VI.
PENATALAKSANAAN Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik
dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:4
19
1. Indikasi Optik Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak seharusnya dilakukan. 2. Indikasi Medis Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: - Katarak hipermatur - Glaukoma sekunder - Uveitis sekunder - Dislokasi/Subluksasio lensa - Benda asing intra-lentikuler - Retinopati diabetika - Ablasio retina 3. Indikasi Kosmetik Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali. a. Persiapan Bedah Katarak Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya. Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:2,4,7 Gula darah
20
Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan Tekanan darah Elektrokardiografi Riwayat alergi obat Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah
Tekanan bola mata Uji Anel A-scan Ultrasonografi: untuk mengukur panjang bola mata yang bersama dengan mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri
penanaman lensa
maka lensa
diukur
kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri. Keratometri untuk mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam
b. Teknik-Teknik Pembedahan Katarak Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE, SICS dan phacoemulsifikasi. 1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular ICCE merupakan teknik pembedahan dengan cara mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinnia
21
yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Teknik ini telah jarang digunakan. Indikasi utama yaitu jika terjadi subluksasi atau dislokasi lensa. Kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea kapsular. 1,2 Kurangnya instrumen yang digunakan memungkinkan ICCE untuk digunakan dalam berbagai kondisi. Rehabilitasi visual, dengan menggunakan kacamata afakik sementara dapat dilakukan segera setelah operasi. Masalah yang ditemui setelah ICC adalah karena ukuran insisinya, menyebabkan penyembuhan yang lebih lambat dan astigmatisma, hilangnya barrier antara segmen anterior dan posterior, serta terbatasnya pilihan dan posisi IOL. 8 2. Operasi katarak ekstrakapsular Teknik ini memiliki beberapa kelebihan dibanding ICCE, antara lain: a) Trauma yang minimal pada endotel kornea b) Kurangnya astigmatisma c) Insisi yang lebih stabil dan aman Selain itu, kapsul posterior masih intak sehingga mengurangi resiko hilangnya vitreus selama operasi memungkinkan fixasi IOL, adanya barrier yang mencegah pertukaran molekul antara aquous dan vitreus, mengurangi kemungkinan infeksi pada vitreus, mencegah komplikasi terkait perlekatan vitreus terhadap iris, kornea, dan insisi.8
22
3.
SICS Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan salah satu teknik pilihan yang dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini dilakukan dengan adanya tunnel sklerokorneal untuk mengeluarkan lensa yang katarak. Teknik ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.8
4.
menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm.10 Fakoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini. Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi refraksi pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi yang rendah.11
23
Intraokular Lens (IOL) Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik. Terapi bedah untuk katarak infantilis dan katarak pada masa kanak-kanak awal adalah ekstraksi lensa melalui insisi limbus kecil dnegan menggunakan alat irigasi-aspirasi mekanis. Jarang diperlukan fakoemulsifikasi. Berbeda denga prosedur ekstraksi lensa dewasa, banyak ahli bedah mengangkat kapsul posterior dan karpus vitreus anterior dengan menggunakan alat mekanis pemotongpenyedot (suction-cutting instrument) vitreus. Hal ini mencegah pembentukan kekeruhan kapsul sekunder, atau aftercataract. Dengna demikian, pengangkatan primer kapsul posterior menghindari perlunya dilakukan tindakan bedah sekunder dan memungkinakan koreksi optik dini. Maka penatalaksanaan yang tepat sesuai indikasi adalah pelaksanaan ekstraksi lensa dengan menggunkaan alat irigasi aspirasi. Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.3,13
24
Dengan menggunakan teknik-teknik bedah canggih yang terkini, komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi akan serupa dengan yang terjadi pada prosedur untuk katarak dewasa. Koreksi optik dapat berupa pemakaian kacamata pada anak afakia bilateral yang usianya lebih tua, tetapi kebanyakan operasi katarak pada anak akan diikuti oleh koreksi dengan lensa kontak. Penggunaan lensa intraokular pada anak usia mud amenajdi semakin sering saat ini. Hal ini akan mengurangi kesulitan rehabilitasi optik yang berkaitan dengan lensa kontak pada anak, tetapi didapatkan kesulitan untuk menentukan besar kekuatan lensa intraokular yang diperlukan, yang mungkin memerlukan perubahan karena mata anak masih berkembang.3
VII.
KOMPLIKASI
Berikut ini adalah komplikasi-komplikasi yang dapat timbul dari penanganan operasi katarak:5,8,9 Komplikasi Intra Operatif Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity. Komplikasi dini pasca operatif o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-
McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering) o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis. o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
25
Komplikasi lambat pasca operatif o Ablasio retina o Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler o Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah o Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.
VIII. PROGNOSIS Prognosis penglihatan pasien katarak anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis pasien katarak terkait-usia. Adanya ambliopia dan terkadang anomali pada nervus opticus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengliahtan pada kelompok pasien tersebut. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan pascaoperasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongential bilateral inkomplit yang progresif lambat.3
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Diseases of the Lens. In Comprehensive Ophthalmology. Fourth edition. New Age International (P) Limited: India; 2007. P.167 2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan
penglihatan warna. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta; 2007. Hal 200-11 3. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi umum. Edisi 14. Bab.20 Widya medika : Jakarta. hal 401-6 4. Ocampo VVD. Cataract. [Online].2011. [cited 2013 September 14. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview 5. Lang G. Lens. In Ophthalmology: A Pocket Text Book Atlas.Second edition. Thieme Stuttgart : Germany. 2006.p.170-5 6. Galloway, N., Amoaku W.M.K. Common Eye Diseases and their Management. Third Edition. Springer-Verlag : London; 2006. p.81-90 7. Langston DP. The Crysstalline Lens and Cataract.In Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th Edition. Lippincott,Williams & Wilkins: Massachusetts; 2002.p.14-26 8. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Lens and Cataracts. In American Academy of Opthalmology. Singapore: ; 2011. p. 199-204 9. Coombes, A., Gartry D. Cataract Surgery. Fundamentals of Clinical Ophthalmology. BMJ : London; 2003. p.11-15 10. Khaw PT, Shah P, Elkinhton AR, editors. ABC of Eyes. 4th Edition. London: BMJ Books; 2004.p.47-51. 11. Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw PT, editors. Clinical Evaluation of Acquired Cataract. In Training in Ophthalmology. New York: Oxford University Press; 2009.p.244-54. 12. Olver J., Cassidy L. Ophthalmology at a Glance. Blackwell Science : Australia; 2005. p.72-4 13. James B. Lensa dan Katarak dalam: Lecture Notes Oftalmologi. Edisi ke sembilan. Jakarta, Erlangga Medical Series. 2009. Hal: 76-84
27
28