Anda di halaman 1dari 3

FISIOLOGI TIDUR

Tidur merupakan salah satu cara melepaskan kelelahan jasmani dan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sikardian. Pusat kontrol irama sikardian terdapat pada ventral hipothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medula oblongata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi (desinkronisasi) terdapat pada rostral medula oblongata, disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi dua tipe, yaitu tipe Rapid Eye Movement (REM) dan tipe Non Rapid Eye Movement. Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiria tas empat stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4 7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 20 jam/hari, anak-anak 10 12 jam/hari, ekmudian menurun 9 10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7 7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi menjadi empat stadium, yaitu: 1. Tidur stadium satu Fase ini merupakan fase antara terjaga dan awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Fase ini berlangsung 3 5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari campuran , , dan kadang gelombang dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. 2. Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergetak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan kompleks K. 3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang simetris antara 25 50% serta tampak gelombang sleep spindle. 4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam dan sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang sampai 50%, tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM ini berlangsung antara 70 100 menit, setelah itu akan masuk fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditangai dengan adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua orang akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki laki terjadi ereksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal mencapai 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEGnya masuk fase REM tanpa melewati fase

NREM stadium 1 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga presentasi total tidur REM berkurang sampai 40%. Hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak. Kemudian akan masuk ke fase awal tidur yang didahului fase NREM. Fase REM pada dewasa muda terdistribusi sebagai berikut: NREM (75%) yaitu stadium 1 (5%), stadium 2 (45%), stadium 3 (12%), stadium 4 (13%) dan REM (25%). PERANAN NEUROTRANSMITTER Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, dan histaminergik. a. Sistem serotoninergik Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino tryptophan. Dengan bertambahnya jumlah tryptophan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat dan akan menyebabkan keadaan mengantuk. Bila pembentukan serotonin terhambat maka orang tersebut terjaga. Menurut beberapa peneliti lokasi sistem serotoninergik terbanyak terletak di nukleus raphe dorsalis batang otak. Sehingga terdapat hubungan antara aktifitas nukleus raphe dorsalis dengan fase REM. b. Sistem adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di nukleus cereleus batang otak. Kerusakan neuron pada nukleus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. c. Sistem kolinergik Stimulasi jalur kolinergik memberikan gambaran EEG seperti orang terjaga. Gangguan aktifitas kolinergik menyebabkan pemendekan fase REM. d. Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur e. Sistem hormon Pengaruh hormon dalam siklus tidur adalah dengan mempengaruhi sekresi neurotransmitter norepinefrin, dopamin dan serotonin yang mengatur mekanisme tidur/bangun. Hormon yang berpengaruh adalah ACTH, GH, TSH dan LH.

BIPOLAR Ada dua tipe: 1. Bipolar I : episode manik/hipomanik dengan riwayat manik/hipomanik/depresi/campuran 2. Bipolar II: episode depresi dengan riwayat manik/hipomanik Etiologi: 1. Faktor biologis: ketidakseimbangan antara amin biogenik (norepinefrin dan serotonin) 2. Faktor genetik: kembar monozigot (33 90%), kembar dizigot (25%), 50% pasien bipolar mempunyai orang tua dengan gangguan mood 3. Faktor psikososial

Patogenesis: Gangguan bipolar I biasanya didahului dengan gangguan depresi (75% pada wanita dan 67% pada laki-laki) Rekuren dengan interval antar episode 6 9 bulan Episode manik yang tidak diobati berlangsung 3 bulan

Anda mungkin juga menyukai