SKRIPSI
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Donat merupakan salah satu makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan produk donat, bentuk kemasan dengan berbagai merek dan jenis yang beredar di pasaran saat ini, menunjukkan peningkatan sejalan dengan kebutuhan konsumen donat. Donat (doughnuts atau donut) adalah makanan yang dibuat dengan cara digoreng. Terdiri dari adonan tepung terigu, gula, mentega, ragi, garam, telur, air dan susu. Donat yang paling umum adalah donat berbentuk cincin dengan lubang di tengah dan donat berbentuk bundar dengan isi yang rasanya manis, seperti berbagai jenis selai, jelly, krim dan custard. Tepung terigu merupakan bahan baku utama dalam pembuatan donat. Harga tepung terigu mengalami tingkat inflasi yang sangat tinggi, sehingga diperlukan terobosan-terobosan inovasi baru untuk mengatasi mahalnya harga tepung terigu tersebut. Pengolahan donat dapat disubstitusi dengan ubi jalar, maksudnya adalah untuk menekan biaya bahan baku, menghasilkan selera konsumen dan alternatif proses penelitian dalam menentukan proporsi ubi jalar yang tepat agar dihasilkan donat yang disukai oleh konsumen dan menjadi produk komersial. Campuran ubi jalar, dapat menghasilkan donat yang diharapkan dapat menekan biaya proses sehingga harga jualnya terjangkau oleh konsumen.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui pengaruh proporsi bahan tambahan ubi jalar terhadap akumulasi bobot hasil olahan. b. Menentukan konsentrasi bahan tambahan ubi jalar yang sesuai pada pembuatan donat. c. Menentukan tingkat kesukaan konsumen dan d. Minimalisasi biaya produksi donat. 1.3 Rumusan Masalah a. Penentuan proporsi bahan substitusi ubi jalar pada donat yang dihasilkan. b. Menilai tingkat kesukaan konsumen donat bersubstitusi tepung ubi jalr.
1.4
Batasan Masalah a. Analisa lebih ditekankan pada pengaruh penambahan substitusi tepung ubi jalar dengan konsentrasi berbeda terhadap sifat fisik, organoleptik dan Aspek ekonomi pada pembuatan donat. b. Tidak membahas proses pembuatan tepung ubi jalar. c. Tidak mengamati dan membahas produk setelah pengemasan.
1.5
Manfaaat 1. Sebagai salah satu cara untuk membuat produk donat yang inovatif dan berkualitas 2. Memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia terutama pada ubi jalar
1.6
Hipotesis Konsentrasi tertentu pada bahan tambahan ubi jalar pada proses
pembuatan donat, akan dapat menghasilkan produk donat yang baik dan sesuai dengan selera konsumen.
2.1
Tinjauan Tentang Donat Donat (Donut dalam bahasa Inggris) adalah sejenis cake mini dengan
bentuk yang khas, yaitu berlubang di tengah seperti cincin, dan berbentuk bulat jika diisi sesuatu. Donat memiliki sejarah yang cukup panjang sejak kemunculannya pertama kali hingga mencapai penampilannya saat ini. Para arkelog Amerika menemukan beberapa peninggalan yang menggambarkan adanya jenis makanan berbentuk seperti donat pada zaman pra sejarah. Namun diduga keras bahwa donat berasal dari daerah di Belanda yaitu Manhatten, dan disana donat dinamakan olykoeks atau kue yang digoreng. Saat ini donat merupakan salah satu kue populer favorit masyarakat dunia. Bahkan di Amerika sendiri, saat ini lebih dari 10 juta donat diproduksi setiap tahun (Anonim, 2008). Donat yang dikreasikan oleh para ahli kuliner, harus selalu digoreng dalam minyak banyak dengan panas tertentu agar warna donat kuning kecoklatan dan matang merata. Sebenarnya donat sudah cukup lezat dengan hanya taburan gula halus saja. Donat dengan aroma yang harum, saat disantap terasa garing namun empuk dan tidak berminyak adalah donat yang akan selalu dicari para penggemarnya.
Tabel 1. Syarat Mutu Donat Berdasarkan SNI No Jenis Uji Satuan 1 Keadaan 1.1 Bau 1.2 Warna 1.3 Rasa 2 Kadar air % 3 Kadar lemak 3.1 Tanpa proses penggorengan % 3.2 Dengan proses penggorengan % Sumber : SNI 01-2000 2.2 Tinjauan Tentang Bahan Penyusun Donat 1. Tepung Terigu
Terigu menurut kekerasannya dikenal pula sebagai gandum jenis keras dan gandum jenis lunak. Tipe gandum sangat berpengaruh terhadap karakteristik tepung yang dihasilkan. Tepung gandum jenis lunak menghasilkan adonan yang cenderung lebih sedikit air, lebih lunak dan kurang elastis. Gandum jenis keras umumnya mempunyai kandungan protein yang tinggi, cenderung mengabsorbsi sejumlah besar air dan lebih elastis. Dalam pembuatan kue cake, jenis tepung terigu biasanya digunakan tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang (sekitar 8%-10%) (Anonim, 2002).
Tabel 2. Komposisisi Gizi Tepung Terigu Komponen Air Protein Lemak Gula Pati + Dekstrin Serat Makanan Energi (KJ) Sumber: Anonim (2002) 2. Air
Air adalah bahan yang terpenting dalam proses pembuatan roti, karena hanya dengan air dimungkinkannya terjadi suatu adonan roti. Hidrasi adalah fungsi utama dari air dalam pembuatan roti, mengikat protein membentuk gluten dan mengikat pati membentuk gel dengan adanya panas. Air juga berfungsi sebagai pelarut dari bahan-bahan lainnya misalnya: garam, gula, susu, dan lain sebagainya (Anonim, 1997). 3. Yeast Yeast atau ragi adalah sebangsa mikroorganisme dari jenis Saccharomyces Cerevisiae. Yeast berfungsi untuk mengembangkan adonan dengan menghasilkan gas CO2 dan memperlunak gluten dengan asam yang dihasilkan dan juga memberi rasa dan aroma pada pati. Pola yeast dalam mengembangkan adonan adalah dengan melepaskan gas CO2 hasil fermentasinya. Gas ini kemudian akan menguap dalam kondisi pemanasan. Yeast mempunyai suhu optimal fermentasi, yaitu 25-300C (maksimum 35-470C) dan dengan derajat keasaman 4-4.5. Diatas suhu tersebut aktivitas yeast makin lama makin turun hingga akhirnya tidak ada sama sekali (Matz, 1992).
4.
dengan adanya pemanasan suhu tinggi yang melebihi titik lebur sukrosa. Kemudian membentuk caramel yang teksturnya liat dan cepat keras. Selain itu gula pasir mempunyai sifat humektan yang dapat mengikat air sehingga dengan banyaknya gula pasir yang ditambahkan kedalam campuran maka semakin banyak pula air yang diikatnya, akibatnya kadar air produk menjadi rendah yang berpengaruh pada tekstur produk sekaligus sebagai bahan pengawet (Kisman, Anjarsari dan Sumiarsih, 2000). Pada proses pembuatan donat gula yang dibutuhkan berkisar 200 gram atau 15% dari berat bahan (Marahimin, 2001). 5. Telur Telur bertindak sebagai komponen pengecang adonan cake.Telur utuh mengandung 8-11% albumen (putih telur) dan 27-32% kuning telur. Albumen berfungsi sebagai agensia pengeras, sedangkan kuning telur sebagai agensia pengempuk. Telur dapat mengembangkan struktur sel produk dalam pembuatan cake, memiliki kemampuan sebagai
pengembang 5 sampai 6 kali berat mereka dari bahan-bahan yang lain. Proporsi penggunaan telur dalam pembuatan donat sekitar 30% dari total berat bahan (Marahimin, 2001). 6. Baking Powder Baking powder adalah klorin (untuk cake saja), klorin dioksida, potassium bromat, potassium persulfat, asam askorbat (vitamin c) dan azodikarbonimide. Agen improving tidak meningkatkan produk gas dalam
adonan terfermentasi, tetapi memperbaiki retensi gas (karena adonan yang dibuat lebih elastis) dan menghasilkan volume loaf yang lebih besar. . (Anonim, 1997). 7. Shortening Lemak berfungsi sebagai peminyakan untuk pengembangan sel dalam adonan yang akan memperbaiki remah roti. Peminyakan ini juga akan mempermudah sifat pemotongan dari roti yang juga dapat menahan air dari luar sehingga self life-nya lebih baik dan kulit roti yang lebih lunak (Anonim, 2002). 8. Susu Susu merupakan emulsi lemak dalam air yangf mengandung garam-garam mineral, gula dan protein. Flafor pada susu sangat ditentukan oleh lemak (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Penambahan susu dimaksudkan untuk memperbaiki tekstur dan meningkatkan kadar protein roti (Anonim, 2008). Tabel 3. Komposisi Rata-Rata Beberapa Produk Susu Produk Krim ringan Krim yang diaduk Susu tak berlemak Mentega tak bergaram Sumber : (Anonim, 2008) 9. Garam Lemak (%) 19.0 36.0 0.1 81.0 Protein (%) 2.9 2.2 3.7 0.9 Laktosa (%) 4.1 3.1 5.1 Abu (%) 0 05 0.8 Air (%) 73.4 58.2 90.4 18.1
Garam biasanya ditambahkan pada formulasi donat pada level 12.5% dari berat tepung, kebanyakan penambahan lebih mendekati level terendah dari pada level tertinggi. Meskipun jumlah garam yang dipakai dalam pembuatan donat sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang tidak kalah
pentingnya dengan bahan-bahan lainnya. Penambahan garam harus seteliti mungkin karena akan sangat besar pengaruhnya terhadap fermentasi (pekerjaan yeast). Selisih pemakaian garam lebih dari 1% sudah menghambat fermentasi. Fungsi penambahan garam dalam pembuatan roti adalah menambah rasa gurih pada makanan, membangkitkan rasa bahanbahan lain, mengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, menambah kekuatan gluten, mengatur warna kulit dan membantu menghindari bakteri-bakteri dalam adonan (Anonim, 1997). 2.3 Tinjauan Tentang Tahapan Pembuatan Donat 1. Penimbangan Penimbangan bahan-bahan, meliputi yeast, garam, additive harus ditimbang dengan teliti, hindarkan pemakaian sendok atau cangkir untuk takaran (Anonim, 1997). 2. Pengadukan-Mixing Pengadukan dilakukan untuk mendistribusikan bahan baku secara seragam kedalam adonan dengan level tepung dan air yang berimbang Fungsi pengadukan adalah untuk mencampur secara rata semua bahan, untuk mendapatkan hydrasi yang sempurna dari pati dan protein, untuk pembentukan gluten, pelunakan, mendapatkan gas retention (kekuatan menahan gas) yang baik (Anonim, 1999). 3. Fermentasi I Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobic, tanpa memerlukan O2. proses fermentasi oleh yeast menghasilkan CO2, alkohol, asam dan panas.
10
CO2 yang dihasilkan merupakan gas yang menyebabkan adonan mengembang sedang alkohol memberi aroma pada roti dan asam berfungsi memberi rasa dan memperlunak gluten (Anonim, 1997). 4. Potong/ Timbang Membagi-bagi adonan menurut berat yang dikehendaki satu hal yang harus diperhatikan dalam dividing ini adalah harus dikerjakan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghasilkan produk yang uniform/ seragam, mengingat proses terus berjalan dalam seluruh proses (Anonim, 1997). 5. Rounding (Pembulatan) Untuk membentuk lapisan film dipermukaan adonan sehingga dapat menahan gas-gas yang dihasilkan dari peragian yeast dan memberi bentuk supaya mudah dikerjakan (Anonim, 1997). 6. Fermentasi II (Intermediate proof) Memberikan adonan relaks untuk mempermudah pengerolan/ sheeting. Waktu intermediate proof berkisar 20 menit, tetapi biasanya rata-rata sekitar -10 menit. Waktu intermediate proof juga tergantung dari kondisi adonan supaya adonan tidak pecah-pecah atau rusak pada waktu disheeting (Anonim, 1997). 7. Pengerolan/ Sheeting Untuk mengeluarkan semua gas dalam adonan dan membentuk suatu adonan dengan tebal yang dikehendaki (Anonim, 1997).
11
8. Pencetakan Meletakkan dalam pan/ cetakan panning, meletakkan adonan ditengah-tengah cetakan dengan Sambungan dibagian bawah supaya tidak terbuka dalam final proofing atau waktu pemanggangan (Anonim, 1997). 9. Fermentasi Akhir III (Proofing) Bertujuan untuk mengembangkan adonan untuk mencapai bentuk dan mutu penguyahan yang baik, dengan temperature proofing 35-440C kelembaban relatif 80-85% dan lama waktu proofing 60-90 menit (Anonim, 1997). 10. Penggorengan Tahapan yang terjadi selama proses pembakaran adalah mulamula volume adonan bertambah dalam waktu 5-6 menit pertama didalam oven kemudian aktifitas yeast berhenti pada saat temperature adonan mencapai 650C, selanjutnya karamelisais dari gula dan kulit mulai berbentuk. Denaturasi dari protein dan gelatinisasi dari pati. Untuk menghasilkan remah yang kukuh terjadi pada 0-820C temperatur adonan. (Anonim, 1997). 11. Depanning/ Pendinginan Pendinginan setelah diangkat dari wajan kemudian donat langsung ditiriskan untuk didinginkan. Pendinginan dilakukan untuk pembentukan tekstur agar tidak mengalami kerusakan. Biasanya pada udara terbuka sekitar 45-70 menit (Anonim, 1997).
12
2.4 2.4.1
Tinjauan Tentang Ubi Jalar Ubi Jalar Ubi jalar adalah tanaman dikotiledon tahunan dengan batang
panjang menjalar dan daun berbentuk jantung hingga bundar yang tertopang tangkai daun tegak dan biasanya terlihat serupa semak. Tanaman ubi jalar memiliki kemampuan untuk berproduksi tinggi, bahkan juga pada tanah yang tidak subur (Rubatzky , 1998). 2.4.2 Sifat Fisika dan Kimia Ubi Jalar Ubi jalar mempunyai sifat fisik, seperti bentuk; warna, kulit dan daging serta tekstur yang bervariasi menurut varietasnya. Bentuk dan ukuran umbi merupakan salah satu kriteria mutu yang langsung mempengaruhi harga. Bentuk umbi yang mendekati bulat lonjong dan tidak banyak bengkokan akn mempermudah tahap pengupasan. Ukuran umbi yang sedang (berat 200-250 gr) waktu pengupasan relatif cepat dibandingkan umbi yang kecil atau besar. Bentuk dan ukuran yang ideal tersebut akan menguntungkan bagi produsen maupun tenaga kerja (Darmadjati ,D.S dan S. Widyowati. , 1994). Ubi jalar atau ketela rambat (impomea batatas) merupakan komoditas pertanian yang memiliki prospek cerah pada masa yang akan datang, karena disamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan juga dapat diproyeksikan sebagai bahan industri. Di India dan Afrika Timur Ubi jalar banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan kue dan roti tepung terigu, bahkan diketahui bahwa tepung ubi jalar tersebut dapat menggantikan fungsi tepung terigu, karena apabila tepung ubi jalar tersebut difermentasikan oleh ragi maka
13
akan menghasilkan gas CO2, yang dibutuhkan dalam pembuatan tekstur dan memperbesar volume roti (Lies suparti, 2003). Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. kandungan gizi ubi jalar selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Gizi Ubi Jalar Setiap 100 gram Bahan Jenis Zat Jumlah Kandungan 70 g Air 0.3 g Serat Kasar 113 kal Kalori 2.3 g Protein 1.0 mg Fe (Zat Besi) 5 mg Na (Natrium) 46 mg Ca (Kalsium) 49 mg P (Fosfor) 7100 IU Vitamin A 0.08 mg Vitamin B1 0.05 mg Vitamin B2 0.9 mg Niacin 20 mg Vitamin C 1.2 g Aba 0.7 g Lemak 27.9 g Karbohidrat 2 6.7 g Gula 9.8 26 g Amilosa Sumber : Lies suparti, 2003 2.4.3 Manfaat Ubi Jalar Dalam pemanfaatnya sebagai bahan pangan atau bahan baku industri, ubi jalar dapat diolah dalam berbagai bentuk antara lain : a. Untuk Konsumsi Langsung Ubi jalar diolah secara sederhana misalnya: dibakar, direbus/ digoreng. Untuk ubi goreng umumnya lebih disukai jenis ubi yang warna kulitnya kuning, warna daging kuning sampai orange dan bahan kering tinggi dan ubi yang warna kulitnya merah .
14
b. Untuk Makanan Ringan Pengolahan ubi jalar sebagai makanan ringan antara lain keripik, chip, flake, dan lain-lain. c. Untuk Bahan Baku Industri dan Olahannya Produk olahan yang dihasilkan oleh industri pangan dari bahan baku ubi jalar antara lain tepung, saos, sirup glukosa, biscuit, leather, cake, roti tawar dan roti manis, mie, French-fries, dan kremes.
2.5 2.5.1
1. Keseimbangan Massa Hukum konservasi massa menyatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Jadi, di dalam suatu instalasi pengolahan, jumlah massa bahan yang meninggalkan instalasi, dikurangi dengan jumlah massa bahan yang tertinggal berupa penumpukan, maka berlaku ketentuan yang sederhana yaitu apa yang masuk sama dengan apa yang keluar (Earle, 1969). Menurut Fellows (2002), beberapa keseimbangan massa dianalisa dengan menggunakan kondisi mantap dimana massa material yang disimpan dan kehilangan adalah sama dengan nol. Keseimbangan massa digunakan untuk menghitung kuantitas dari material dalam arus proses yang berbeda, untuk mendisain proses, untuk menjumlah formulasi resep, komposisi setelah dicampur, proses nyata dan efisiensi pemisahan. Tipe keseimbangan massa ditunjukkan pada Gambar 1.
15
Udara (A)
udara
kelembaban
Udara lembab
Adonan lembab(W)
padatan
Gambar 1. Diagram Alir Bahan Selama Penggorengan Total keseimbangan massanya adalah : W + A = udara lembap + D Keseimbangan massa untuk udara adalah : A + kelembapan = udara lembap Keseimbangan massa untuk padatan adalah : W = udara lembab + D a.Total Keseimbangan Massa Toledo (1981), menjelaskan bahwa keseimbangan massa total merupakan penggunaan total massa dari masing-masing material yang digunakan atau keberadaan dari sebuah sistem yang mewakili
keseimbangan massa total. keseimbangan massa total yaitu : Aliran masuk = Aliran keluar + Akumulasi
C = 0, sehingga I =W
16
Menurut Toledo (1981), prinsipnya hampir sama, seperti yang diterapkan dalam keseimbangan massa total kecuali bahwa masing-masing komponen harus dipertimbangkan. Umumnya jumlah yang diberikan dalam satuan massa dan konsentrasi dalam satuan fraksi massa atau persentase massa. Bentuk dari sebuah persamaan komponen keseimbangan (A) terutama bermanfaat di dalam masalah yang disertai konsentrasi untuk fraksi massa atau persentase berat. Dalam bentuk persamaan : Fraksi massa A =
2.Volume Pengembangan (Wirakartakusumah,1992) Adonan donat dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diketahui
volumenya.