Anda di halaman 1dari 3

Jurnal I

Laboratory Methods for Diagnosing Leptospirosis : A Review

Introduction Leptospirosis baru dikenal dan telah menyebar pada daerah pedesaan serta masyarakat miskin kumuh di perkotaan di negara berkembang yang bersifat endemik di negara-negara beriklim hangat atau tropis.

Microbiology Karakteristik bakteri Leptospira yang terlalu tipis sulit untuk dideteksi dengan mikroskop biasa, tetapi dapat divisualisasikan dengan mikroskop lapangan gelap.

Classification: Bakteri Leptospira dalam sejarahnya diklasifikasikan menjadi 2 spesies L. interrogans dan L. biflexa, namun saat ini ada 13 spesies.

Epidemiology Puncak penyebaran bakteri Leptospira terjadi saat musim hujan khususnya di daerah tropis yang ditularkan mamalia kecil, seperti tikus dan juga hewan ternak yang terinfeksi.

Mode of transmission Bakteri Leptospira menginfeksi secara kontak langsung maupun tidak langsung (melalui air atau tanah basah) terhadap urin hewan yang terinfeksi melalui luka pada kulit dan selaput lendir, namun jarang terjadi dari manusia ke manusia (melalui kontak seksual, urin, transfusi darah, dan melalui ASI).

Pathogenesis Patogenesis penyakit belum dapat dipahami secara pasti, namun mekanisme kekebalan tubuh berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit.

Laboratory Diagnosis Dark field microscopy Untuk memvisualisasikan Bakteri Leptospira diperlukan Mikroskop Lapangan Gelap, tetapi metode ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.

Staining Immunofluorescence, immunoperoxidase, dan pewarnaan perak dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri Leptospira.

Culture Spesimen yang paling cocok untuk mengisolasi Bakteri Leptospira adalah darah.

Mikroskop lapangan gelap (DFM) digunakan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Bakteri Leptospira yang inkubasinya lambat, sehingga diagnosis dapat ditegakkan secara dini.

Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR dapat mendeteksi fase awal penyakit namun PCR tergolong peralatan mahal dan membutuhkan ruang laboratorium berdedikasi dan personil yang sangat terampil.

Animal Inoculation Inokulasi pada Hamster Golden biasa digunakan untuk menemukan spesimen cairan yang terinfeksi, kemudian diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap untuk mendeteksi adanya Bakteri Leptospira.

Antigen detection in urine Antibodi monoklonal dot-ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) belum dapat digunakan untuk menemukan antigen Leptospira.

Antibody detection methods Metode Diagnostik Serologi adalah yang terbaik untuk mendeteksi secara langsung adanya Bakteri Leptospira mengingat pasien biasanya mencari perawatan medis ketika mereka telah sakit untuk waktu yang cukup lama.

Microscopic Agglutination Test (MAT) Metode MAT merupakan standar emas untuk serodiagnosis dari Leptospirosisuntuk menghasilkan aglutinasi yang akan diteliti.

MAT ini sangat spesifik, namun memiliki kelemahan dari segi waktu dan juga masih perlu diikuti dengan Tes Skrining. Pemeriksaan sampel dilakukan secara bersamaan karena hasil tes yang berbeda pada hari pertama dengan hari berikutnya.

Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA) ELISA dapat mendeteksi antibodi IgM pada fase awal penyakit, 24-48 jam dengan sensitivitas yang cukup tinggi.

Non-antibodi spesifik IgM (faktor RA) dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes IgM. ELISA hanya menggunakan antigen tunggal dan tidak memberikan indikasi serovar yang menginfeksi. IHA (Assay Haemagglutination tidak langsung), yaitu suatu tes sederhana yang digunakan untuk skrining namun dengan sensitivitas yang rendah pada sampel dengan infeksi akut.

Conclusion Tes Aglutinasi Mikroskopis (MAT) adalah suatu tes standar untuk diagnosis leptospirosis. Namun tes ini hanya tersedia di beberapa laboratorium rujukan. Adapun tes alternatif menggunakan ELISA dan MAT yang cepat dan sangat baik dalam hal sensitivitas dan spesifisitas, khususnya dot-ELISA. Leptospirosis adalah penyakit yang berpotensi serius namun dapat diobati bila terdeteksi secara dini.

Anda mungkin juga menyukai