Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik, diakibatkan dari mekanisme donor - akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Obat yang diberikan kepada pasien, mengalami banyak proses sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran. Faktor lain yang penting dalam distribusi obat adalah ikatan dengan makro molekul. Ikatan senyawa kompleks tersebut akan berdisosiasi hingga bentuk obat bebas tersebut dapat diekskresikan. Beberapa obat ada yang membentuk senyawa kompleks untuk mempermudah kelarutannya sehingga mudah diabsorbsi dalam tubuh, misalnya iodium dengan kalium iodida membentuk kompleks yang larut yaitu kalium triiodida. Namun ada juga pembentukan kompleks yang justru menghambat absorbsi obat dalam tubuh, misalnya ion Ag, Fe, Mg, dan Ca menghambat absorbsi tetrasiklin karena terbentuk ikatan khelat (tipe bentuk senyawa kompleks) yang mempengaruhi efek kelarutan tetrasiklin. Sebagian obat didalam darah diikat secara reversible (dapat balik) pada protein plasma. Pengikatan protein dapat dianggap sebagai suatu cara untuk menyimpan obat karena bagian yang terikat tidak dirombak atau diekskresi. Distribusi obat ke berbagai kompartimen cairan dan jaringan terhambat oleh pengikatan protein, karena molekul besar seperti kompleks protein sukar sekali melintasi membran sel. Oleh karena itu perlu dipelajari pembentukan kompleks obat (bentuk ion maupun senyawa) dan permasalahan tentang ikatan protein dari segi farmasi fisiknya.

B. TUJUAN 1. Sebagai pemenuhan tugas makalah farmasi fisik. 2. Mahasiswa/i mampu memahami mengenai kompleksasi dan ikatan protein.

BAB II ISI

A. KOMPLEKSASI 1. Pengertian Kompleksasi adalah terbentuknya suatu senyawa baru akibat dari adanya interaksi antara dua atau lebih konstituen atau unsur kimia yang berbeda atau dengan kata lain, kompleksasi adalah adanya penggabungan dua unsur kimia yang membentuk senyawa baru yang kompleks. Ikatan antara molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah: a. Ikatan ion adalah ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik elektrostatik antara ion-ion yang muatannya berlawanan. b. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk apabila ada dua atom saling menggunakan sepasang elektron secara bersamaan. c. Ikatan van der waals merupakan kekuatan tarik menarik antara molekul atau atom yang tidak bermuatan dan letaknya berdekatan. d. Ikatan hidrofob adalah penggabungan rantai - rantai non polar molekul obat dan reseptor biologis. e. Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai muatan positif dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron bebas.

2. Pengelompokkan kompleks a. Kompleks Ion Logam Suatu pengertian yang memuaskan dan kompleksasi logam didasarkan pada pemahaman akan struktur atom dan gaya molekuler.

1) Kompleks anorganik Kelompok ini terdiri dari kompleks anorganik sederhana yang pertama kali ditemukan oleh Werner dalam tahun 1891. 2) Kelat Suatu zat yang mengandung dua atau lebih gugus donor dapat digabung dengan logam membentuk tipe kompleks khusus yang dikenal dengan kelat. Beberapa ikatan dalam kelat dapat berupa ionik atau tipe kovalen primer, sedang yang lain adalah rantai kovalen koordinat. Dalam proses pengasingan, zat pengkelat dan ion logam membentuk senyawa yang larut dalam air. EDTA banyak digunakan untuk mengasingkan dan menghilangkan ion kalsium dari air sadah. 3) Kompleks Logam Olefin Larutan air dari ion logam tertentu sepeti platina dapat dibuat untuk menyerap olefin seperti etilena utuk menghasilkan kompleks yang larut dalam air. Kompleks-kompleks ini digunakan sebagai katalis dalam polimerisasi hidrokarbon tidak jenuh dalam polimerisasi hidrokarbon tidak jenuh dan proses industri lainnya. 4) Tipe aromatik a) Kompleks ikatan Pi aromatis Sejumlah senyawa aromatis dapat dilarutkan dalam larutan perak nitrat dalam air untuk membentuk kompleks yang larut. b) Kompleks ikatan sigma aromatis Senyawa koordinasi ini sangat reaktif dan sulit diisolasi. c) Senyawa sandwich Senyawa ini relatif stabil berupa padatan Kristal berwarna orange dengan bau seperti camphor.

b. Kompleks Organik Molekuler Suatu senyawa organik koordinasi atau kompleks molekuler terdiri dari konstituen yang terikat bersama-sama oleh ikatan lemah tipe donorakseptor atau ikatan hidrogen. 1) Kompleks kuinhidron Dibentuk dengan mencampurkan larutan alkohol dari

baenzokuinhidron dan kuinhidron dalam jumlah molar yang sama. 2) Kompleks asam pikrat Greenstein mengemukakan bahwa kestabilan kompleks yang terbentuk antara zat penyebab kanker dan asam pikrat dihubungkan dengan keaktifan penyebab kanker, dan setiap substitusi pada molekul penyebab kanker yang menghalangi kompleksasi pikrat juga mengurangi kerja penyebab kanker. 3) Kompleks obat 4) Kompleks polimer Polietilena glikol, polistirena, karboksimetil-selulosa, dan polimer sejenis yang mengandung oksigen nukleofilik dapat membentuk kompleks dengan berbagai obat.

c. Senyawa Inklusi Kelompok senyawa tambahan yang dikenal sebagai senyawa inklusi atau oklusi lebih banyak dihasilkan dari arsitektur molekul daripada afinitas kimia. Salah satu konstituen dari kompleks terperangkap dalam kisi - kisi terbuka atau struktur kristal seperti perangkap dari yang lain untuk menghasilkan susunan yang stabil. 1) Tipe kisi-kisi saluran Kristal dari asam deoksikolat tersusun membentuk saluran ke dalam mana molekul kompleks dapat cocok. Kekhususan ruang seperti ini akan memperbolehkan pemisahan isomer optik. Urea dan tiourea juga
5

merupakan struktur kristal seperti saluran yang memperbolehkan masuknya paraffin yang tidak bercabang, alkohol, keton, asam organik, dan senyawa lainnya. 2) Tipe lapisan Beberapa senyawa seperti clay, montmorillonite, konstituen utama dari bentonit, dapat mengurung hidrokarbon, alkohol, dan glikol diantara lapisan-lapisan dari kisi - kisinya. 3) Clathrates Clathrates mengkristal dalam bentuk kisi - kisi seperti perangkap dimana senyawa koordinasi terperangkap. Ikatan kimia tidak terlibat dalam kompleks ini dan hanya ukuran molekuler komponen terkurung yang penting. Kestabilan clathrate disebabkan oleh kekuatan struktur, yaitu tingginya energi yang harus dikeluarkan untuk menguraikan senyawa. 4) Senyawa inklusi monomolekuler Senyawa monomolekuler melibatkan penangkapan molekul asing tunggal dalam ruang dari satu molekul tuan rumah. 5) Saringan molekuler Senyawa inklusi makro molekuler atau umumnya disebut saringan molekuler meliputi, zeolit, dekstrin, silica gel dan zat-zat yang sejenis. Atom - atom disusun dalam tiga dimensi untuk menghasilkan perangkap dan saluran.

d. Metode analisis Beberapa metode penting untuk memperoleh perbandingan stoichiometris dari ligand pada logam atau donor pada akseptor dan persamaan tetapan kestabilan untuk pembentukan kompleks, antara lain:

1) Metode Variasi Kontinu Jika sifat dari dua zat cukup berbeda dan jika tidak terjadi interaksi apabila komponen-komponen dicampur, maka harga sifat itu dijadikan berat rata - rata dari zat yang terpisah dalam campuran. 2) Metode titrasi pH Merupakan metode kompleksasi yang diikuti dengan perubahan pH. 3) Metode distribusi Merupakan metode pendistribusian zat terlarut diantara dua pelarut tak tercampur yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan kestabilan untuk beberapa kompleks. Kompleksasi iodium oleh kalium iodida dapat digunakan sebagai contoh untuk menggambarkan metode ini. 4) Metode kelarutan Menurut metode ini, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi, dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan. 5) Spektroskopi Merupakan metode absorbsi dalam daerah spektrum cahaya tampak dan ultraviolet umumnya digunakan untuk menyelidiki kompleksasi donor - akseptor atau kompleksasi perpindahan muatan. Tetapan kompleksasi K dapat diperoleh dengan menggunakan spektroskopi sinar tampak dan sinar ultraviolet. Asosiasi diantara donor D dan akseptor A diperlihatkan sebagai berikut: D + A k1 DA k-1 dimana K = k1 adalah tetapan keseimbangan untuk kompleksasi k-1 (tetapan kestabilan) dan k1 dan k-1 adalah tetapan laju interaksi.

e. Kompleksasi dan kerja obat Hubungan kompleksasi pada absorbsi dan distribusi obat dalam tubuh dan cara kompleksasi mempengaruhi onset dan lama kerja obat. Pengikatan oleh ion logam secara nyata dapat mempengaruhi kerja biologis dari obat. Menurut Albert, zat pengikat logam yang memperlihatkkan keaktifan kemoterapi dibagi dalam: 1) Zat yang dapat digunakan sebagai anti racun dalam keracunan logam dengan menghilangkan logam dari jaringan, 2) Zat yang dapt bertindak sebagai zat anti bakteri dengan memasukkan logam dalam jumlah yang cukup besar supaya terjadi penguraian susunan metabolisme bakteri.

B. IKATAN PROTEIN 1. Pengertian Protein (protos yang berarti paling utama) adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Pengikatan obat pada protein yang terdapat dalam tubuh dapat mempengaruhi kerja dalam beberapa cara. Protein dapat: a. Mempermudah distribusi obat ke seluruh tubuh. b. Menonaktifkan obat dengan tidak memberikan kemungkinan konsentrasi obat bebas yang cukup untuk berkembang pada tepat reseptor. c. Menunda ekskresi suatu obat. Interaksi suatu obat dengan protein-protein dapat menyebabkan: a. Pemindahan hormon - hormon tubuh atau agen yang dijalankan bersama b. Perubahan konfigurasi dalam protein, yang mampu mengikat agen yang dijalankan bersama
8

c. Pembentukan kompleks obat protein yang merupakan zat aktif biologi.

2. Ketimbangan ikatan Interaksi antara suatu gugus atau reseptor bebas P dalam protein dan molekul obat D ditulis: P+D PD (1)

Tetapan kesetimbangan, tanpa memperlihatkan perbedaan antara keaktifan dan konsentrasi adalah: K = [PD] [P][D] Atau K [P][D] = [PD] (3) (2)

Dimana K adalah tetapan asosiasi, [P] adalah konsentrasi protein dalam bentuk tempat pengikatan bebas, [D] adalah konsentrasi obat, [PD] adalah konsentrasi kompleks protein - obat. Jika konsentrasi protein total disimbolkan [Pt], dapat ditulis: [Pt] = [P] + [PD] Atau [P] = [Pt] [PD] (4)

Substitusi persamaan [P]dari (4) ke (3) memberikan: [PD] = K [D] ( [ Pt] [PD] ) [PD] + K [D] [PD] = K [D] [Pt] [PD] = [Pt] (5) (6)

[K[D]]
1+K[D] (7)

Misalkan r adalah jumlah mol obat yang terikat [PD] per mol protein total [Pt];

Maka r = [PD] / [P] atau r= K [D] 1 + K [D] (8)

Perbandingan r dapat juga dinyatakan dalam dimensi lain, misalnya milligram obat yang terikat x, per gram protein m. persamaan (8) adalah salah satu bentuk absorbsi Langmuir. Walaupun persamaan ini cukup berguna untuk menyatakan data ikatan protein, tetapi tidak harus disimpulkan bahwa kepatuhan akan rumus ini memaksakan bahwa ikatan protein harus berupa gejala adsorpsi. Persamaan (8) dapat diubah dalam bentuk linear yang mudah untuk diplot dengan membalikkannya: 1 = 1 r KD +1 (9)

Jika v adalah tempat pengikatan yang bebas tersedia, pernyataan r persamaan (8), semata-mata v kali tempat tunggal, atau: r = V K [D] 1 + K [D] Dan persamaan (9) menjadi 1= 1 r 1 + 1 v (11) (10)

vK [D]

Cara lain dalam menuliskan persamaan (10) adalah menyusun kembali menjadi r + rK [D] = vK [D] dan kemudian menjadi r [D] = vK rK (13) (12)

Data yang disajikan menurut persamaan (13) dikenal sebagai plot Scatchard.

10

Persamaan (11) dan (13) tidak dapat digunakan untuk analisis data yaitu jika sifat dan jumlah data protein dalam sistem percobaan tidak diketahui. Dalam keadaan ini, Sandberg dan Rosenthal menyetujui bentuk persamaan (13). [Db] = - K [Db] + v K [Pt] [D] (14) modifikasi dari

Dimana Db adalah konsentrasi obat yang terikat. Persamaan (14) diplot sebagai perbandingan [Db] / [D] terhadap [D], dan dalam hal ini K, ditentukan dari kemiringan sedang vK [Pt] ditentukan dari intersep. Plot Scatchard menghasilkan garis lurus apabila hanya satu kelompok ikatan yang ada. Seringkali dalam penelitian ikatan obat, ada n kelompok tempat tersedia, tiap kelompok I mempunyai tempat v1 dengan tetapan asosiasi untuk K1. Dalam hal ini plot r / [D] terhadap r tidak linear tetapi memperlihatkan bentuk lengkung yang menandakan adanya lebih dari satu kelompok tempat ikatan yang memudahkan. Persamaan (10) kemudian ditulis r = v1K1[D] + v2K2[D] + + vnKn[D] 1 + K1[D] 1 + K2[D] 1+ Kn[D] (15)

Seperti telah ditulis terdahulu hanya v dan K yang perlu dievaluasi apabila tempat-tempat semua dari satu kelompok. Tetapan ikatan Kn dalam bentuk sebelah kanan adalah kecil, menunjukkan afinitas obat yang sangat lemah terhadap tempat, tetapi kelompok ini dapat mempunyai banyak tempat sehingga diperkirakan tidak dapat dijenuhkan. Kelompok tempat jenis ini menghasilkan suatu asimtot yang hampir horizontal pada slot Scatchard r / [D] terhadap r yang dapat ditemukan dalam kompleksasi obat makromolekul. r [D] = v1K1[D] + v2K2[D] + v3K3 1 + K1[D] 1 + K2[D] (16)

11

Dimana bentuk terakhir biasanya dinyatakan sebagai parameter C, yang dapat disesuaikan. Jadi, r dinyatakan dalam bentuk lima parameter, v1, v2, K1, K2, C. Bentuk terakhir C adalah tempat ikatan simtot horizontal pada plot Scatchard dan merupakan kelompok yang tidak dapat dijenuhkan. Dalam beberapa kasus, ternyata data cukup sesuai dengan tiga parameter dari bentuk: r = [D] v1K1 1+K1[D] +C (17)

Yang diselesaikan dengan menggunakan program computer kuadrat terkecil (least square) nonlinear. Plot Scatchard untuk ikatan metal paraben pada larutan 10% b/v Polisorbat 80 menggambarkan plot nonlinear dan asimtot horizontal C. Persamaan (16) atau (17) diperlukan untuk menghasilkan data secara tepat. Blanchard

mengemukakan bahwa pengawet metal paraben diikat pada dua daerah misel surfaktan , yang pertama harga K tinggi (afinitas tinggi) dan v kecil (kapasitas rendah) dan kelompok kedua dengan afinitas rendah dan kapasitas ikatan yang besar atau tidak dapat dijenuhkan. Kelompok pertama adalah tempat khusus, mungkin pada inti hidrokarbon atau rantai polietilena dari surfaktan. Kelompok kedua melibatkan tarik-menarik tidak spesifik dari metil paraben dalam daerah polioksitielen dari misel surfaktan.

3. Dialisis kesetimbangan Prosedur kesetimbangan disempurnakan oleh Klotz untuk mempelajari kompleksasi antara ion logam atau molekul kecil dan makromolekul yang tidak dapat lewat melalui membran semipermeabel. Menurut metode dialisis kesetimbangan, serum albumin (atau protein lain yang sedang diamati), ditempatkan dalam tabung selulosa Visking atau membrane dialisis yang sejenis. Tabung diikat kuat dan digantung dalam bejana yang mengandung obat dalam berbagai konsentrasi. Kekuatan ion dan
12

kadang-kadang konsentrasi ion hidrogen diatur pada harga tertentu, lalu larutan control dan larutan blanko disiapkan untuk memperhitungkan adsorpsi obat dan protein pada membran. Jika ikatan terjadi, konsentrasi obat dalam kantung yang berisi protein lebih besar pada kesetimbangan daripada konsentrasi obat dalam bejana di luar Kantung. Sampel dikeluarkan dan dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi obat bebas dan obat terkompleks. Dengan menggunakan metode ini, Klotz dan kawan-kawan menyelidiki

ikatan metal oranye dan asosulfatiazol oleh serum albumin bovin. Klotz dan Lo Ming belakangan mengamati bahwa molekul organik kecil, yang biasanya tidak diikat oleh protein, membentuk kompleks yang kuat oleh protein jika terdapat ion logam yang cocok. Logam mungkin bertindak sebagai penengah atau jembatan antara molekul organik kecil dan protein. Peneliti ini juga menemukan bahwa etil ester dari glisin, yang diperkirakan memberikan tarikmenarik tambahan yang diperlukan, dengan cepat mengkompleks tembaga.

4. Dialisis Dinamik Meyer dan Guttman mengembangkan metode kinetik untuk menentukan konsentrasi obat yang terikat dalam larutan protein. Metode telah digunakan pada tahun-tahun terakhir karena relatif cepat, ekonomis dalam jumlah protein yang dibutuhkan, dan dengan cepat digunakan untuk meneliti penghambatan kompetitif dari ikatan protein. Metode ini didasarkan pada laju hilangnya obat dari sel dialisis yang sebanding dengan konsentrasi obat yang terikat. Peralatannya terdiri dari satu gelas piala berjaket 400 ml (temperatur terkontrol), ke dalam mana 200 ml larutan dapar ditempatkan. Suatu kantung dialisis selofan yang berisi selofan yang berisi 7 ml obat atau larutan obat - protein, digantung dalam larutan dapar. Kedua larutan diaduk secara kontinu. Sampel larutan di luar kantung

13

dialysis dikeluarkan secara periodik dan dianalisis secara spektrofotometri, dan sejumlah ekuivalen larutan dapar dikembalikan ke dalam larutan luar. Proses dialisis mengikuti hukum kecepatan: -d (Dt) = k(Df) dt (18)

Dt merupakan konsentrasi obat total. Df adalah konsentrasi obat bebas atau tidak terikat dalam kantung dialysis, -d(Dt) / dt adalah laju hilangnya obat dari kantung, dan k adalah tetapan laju orde pertama yang menggambarkan proses difusi. Faktor K dapat juga dianggap sebagai tetapan laju permeabilitas nyata untuk hilangnya obat dari kantung. Konsentrasi obat yang tidak terikat, Df, dalam kantung pada konsentrasi obat total, Dt, dihitung dengan menggunakan persamaan (18) dengan mengetahui laju k dan laju d(Dt) / dt pada konsentrasi obat utama Dt. Konstanta lajuk diperoleh dari kemiringan plot semilogaritmik Dt terhadap waktu bila percobaan dilakukan tanpa adanya protein.

5. Interaksi Hidrofobik Ikatan hidrofobik, yang pertama diajukan oleh Kauzmann, tentunya bukan pembentukan ikatan semata-mata, tetapi bahkan kecenderungan molekul hidrofobik dari molekul untuk menghindari air karena ikatan ini tidak mudah ditempatkan dalam struktur ikatan hidrogen dari air. Zat yang sangat hidrofobik seperti protein, menghindari molekul air dalam larutan air sejauh mungkin dengan berasosiasi dalam struktur seperti misel dimana bagian nonpolar menghadap ke bagian dalam dari misel, ujung yang polar menghadap ke molekul air. Tarik - menarik dari zat hidrofobik, dihasilkan dari penerimaannya yang tidak dikehendaki dalam air, dikenal sebagai interaksi hidrofobik. Ini melibatkan gaya Van Der Waals, ikatan hidrogen dari molekul air dalam struktur tiga dimensi, dan interaksi lain. Interaksi terjadi secara termodinamik karena kenaikan gangguan atau entropi molekul air
14

yang menyertai asosiasi molekul nonpolar, yang menekan air keluar. Protein globular diperkirakan membangun struktur seperti bola dalam air karena pengaruh hidrofobik. Nagwekar dan Kostenbauder meneliti pengaruh hidrofobik dalam ikatan obat dengan menggunakan model protein suatu kopolimer dari vinilpiridin dan vinilpirolidon. Lien menyelidiki peran ikatan hidrofobik dalam penghambatan enzim oleh berbagai obat. Penghambatan karbonik anhidrase oleh sulfonamide ternyata berhubungan koefisien partisi obat dalam campuran oktanol-air, dan sifat elektroniknya seperti yang diukur tetapan sigma Hammet. Kristian meneliti pengaruh pelarut organik dalam menurunkan pembentukan kompleks antara molekul organik kecil dalam larutan air. Mereka menyebut interaksi zat organik member andil yang bermakna karena ikatan hidrofobik dan pengaruh unik dari struktur air. Mereka mengusulkan bahwa beberapa mekanisme nonklasik donor - akseptor dapat dikerjakan untuk meminjamkan kestabilan pada kompleks yang terbentuk.

15

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Kompleks merupakan kombinasi antara dua atau lebih ion atau molekul obat yang tidak terikat dengan ikatan kovalen atau ionik, tetapi terikat dengan ikatan ikatan intermolekuler, ikatan hidrogen,ikatan van der waals, dll. Sifat fisika kimia bentuk kompleks pada umumnya berbeda dengan bentuk zat aktif. Perbedaan tersebut menyebabkan bentuk kompleks tidak dapat melintasi membrane sehingga tidak mempunyai aktivitas biologic. Namun terkadang bentuk kompleks tersebut lebih larut dari senyawa bebasnya. Pembentukkan kompleks dapat meningkatkan laju penyerapan dari senyawa yang sukar larut, karena terjadi interaksi yang menghasilkan kompleks bersifat reversible cairan biologic. Pembentukan kompleks dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengurangi penyerapan dengan perubahan kelarutan zat aktif. Penggunaan larutan suatu kompleks kadang-kadang lebih efektif (atau lebih toksik) dibandingkan dengan suspensi zat aktif karena diasosiasi kompleks terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pelarutan zat aktif yang lebih cepat. Pengikatan obat pada protein yang terdapat dalam tubuh dapat mempengaruhi kerja dalam beberapa cara, antara lain: 1. Mempermudah distribusi obat ke seluruh tubuh 2. Menonaktifkan obat dengan tidak member kemungkinan konsentrasi obat bebas yang cukup untuk berkembang pada reseptor. 3. Menunda ekresi suatu obat.

16

B. SARAN Kompleksasi dan ikatan protein perlu diketahui agar dapat memaksimalkan kerja dan efek terapeutis obat dan mengetahui mekanisme pengikatannya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi III. Universitas Indonesia Press: Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai