Anda di halaman 1dari 4

Resume Jurnal APK Latar Belakang Jurnal ini membahas mengenai penerapan Six Sigma melalui perkembangan TQM

(Total Quality Management). Studi empiris yang dilaksanakan di Taiwan ini melibatkan sebuah perusahaan elektronik terkemuka yang berpengalaman dalam uji peningkatan kualitas yaitu Kinpo Electronics. Tujuan dari dilakukannya studi ini adalah mengulas mengenai TQM dan Six Sigma dan lalu untuk membangun dan mengeksplorasi framework konseptual dengan tujuan akhir meningkatkan produktivitas dan keuntungan perusahaan. Terdapat 3 alasan utama mengapa Six Sigma ini diterapkan pada Kinpo Electronics, yaitu: (1) Infrastruktur sistem kualitas di KE sangatlah baik. Sebagai buktinya, KE memenangan penghargaan tertinggi oleh pemerintah Taiwan yaitu National Quality Award pada tahun 1998 dan Direktur Utama perusahaan memenangkan National Quality Award pada tahun 1999 secara personal. Manajemen tingkat atas KE memiliki kebijakan yang jelas dalam berusaha menerapkan Six Sigma. (2) Penerapan Six Sigma pada KE berintegrasi dengan strategi bisnis. KE menerapkan strategi bisnis management by objective (MBO) dimana objective atau target pelaksanaan yang direncanakan berkesinambungan dengan pengembangan sistem yang dilakukan. KE mengimplementasikan Six Sigma menggunakan TQM Improvement tools sehingga ia juga bisa mengikuti sistem pengembangan yang pendekatannya berbeda (3) KE merupakan sebuah ambassador dalam teknologi (IT) di Taiwan. Di dunia, KE menjadi pemimpin dalam pembuatan kalkulator elektronik, dan merupakan perusahaan manufaktur mesin fax dan HPs OEM printer supplier utama terbesar di Taiwan. KE juga merupakan perusahaan pertama yang

mengimplementasikan proyek Six Sigma di taiwan sejak 1994. Ketiga alasan diatas menjadikan penerapan Six Sigma dalam perusahaan KE dapat berjalan secara optimal. Metode yang digunakan adalah riset yang berbasis pada 6 faktor peningkatan yaitu sistem, produk, kontrol, pelatihan, teknis, dan penaksiran. 6 faktor diatas akan digarap sesuai dengan PDCA (Plan-Do-Check-Action) dan juga DMAIC (DefineMeasure-Analyze-Improve-Control). Hasil yang didapatkan dibagi menjadi 2 pergeseran paradigma yaitu transfer dan adjusment. Transfer adalah perubahan makro yang dilakukan

Faishal Muhammad

Teknik Industri -1206244182

pada perusahaan setelah terjadinya penerapan Six Sigma via TQM improvement, sedangkan adjustment adalah perubahakn mikro yang terjadi dalam perubahan sistem perusahaan. Metode Improvement TQM dan Metode PDCA Bushell (1992) percaya bahwa PDCA management cycle berarti membangun sebuah konsep continuous improvement ke dalam aktivitas manejemen sehari-hari untuk pengumpulan data dari keefektifan sebuah proses. PDCA management cycle terdiri dari 4 tahap, plan dimana sebuah target prencanaan ditentukan, do dimana rencana tersebut diuji dalam manajemen sehari-hari, check dimana efek dari rencana tersebut dievaluasi dan diulas, dan koreksi dari hal yang seharusnya dilakukan diterapkan pada tahap action (Benneyan dan Chute, 1993). PDCA management cycle dapat menjadi katalis dan sebuah pusat kegiatan dari penerapan kegiatan TQM dalam sebuah organisasi. Dengan melalui integrasi aktivitas TQM, PDCA mampu menerjemahkan hipotesis hasil uji menjadi manajemen sehari-hari Six Sigma dan Metode DMAIC Penggunaan metode DMAIC menyediakan kerangka kerja dan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan bisnis dengan memberikan alur proses yang efektif dan efisien (Hammer dan Goding, 2001). Pada penerapan di perusahaan KE, perusahaan sebagai sebuah tim melibatkan seluruh lapisan karyawan kerja dalam melakukan pendekatan untuk memenuhi proses manajemen yang menggunakan kemampuan tiap individu untuk menyelesaikan tujuan dari tiap fase kerja. Ketika semua proses kunci dalam suatu bisnis diselesaikan untuk setiap fase, maka bisnis secara alami akan mencapai tingkat kualitas Six Sigma. Untuk memastikan sukses dari metode DMAIC ini, pemimpin tingkat atas dari perusahaan KE mengambil peran sebagai pemenang, dimana memberikan support secara aktif, serta mengencourage semua pelaku proses manufaktur dan bisnis. Pelaku proses manufaktur tersebut harus menerapkan Six Sigma dalam kesehariannya demi kontribusi positif terhadap profit bisnis perusahaan. 6 Faktor Basis Improvement (1) Sistem Penerapan sistem yang dilakukan pada KE membutuhkan kurang-lebih waktu selama 4 tahun. Pada tahap pertama (PDCA), aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan adalah

Faishal Muhammad

Teknik Industri -1206244182

menerapkan sistem Quality Control Circle (QCC), Quality Improvement Teams (QIT), Quality Assurance (QA), dan ISO 9000. Pada tahap kedua (DMAIC) perusahaan menerapkan sistem Green-Engineering, DOE, VA/VE, dan Benchmarking. (2) Produk Dari segi produk, peningkatan yang dilakukan menggunakan parameter pengurangan jumlah defect atau kerusakan pada hasil produksi dan peningkatan kepuasan konsumen yang dilihat dari berkurangnya tingkat komplain per tahunnya dan penurunan jumlah waktu untuk merespons kebutuhan konsumen. (3) Kontrol Ada 3 tahap kunci dalam elemen desain metodologi yaitu memahami kebutuhan konsumen, perkembangan konsep produk, dan seri kegiatan ISO 9000. Untuk memahami kebutuhan konsumen maka dibutuhkan QFD atau quality function development dan Benchmarking (BM) untuk menghilangkan ambiguitas dalam desain dalam tahap perkembangan konsep. Terakhir, melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA), DOE untuk mengidentifikasi variabel kritikal, dan Desain untuk Manufaktur (DFM) dan reliability engineering. (4) Pelatihan KE melatih seluruh lapisan karyawan dari level karyawan hingga level manajemen untuk dapat mengorganisasi kan sebuah tugas untuk komitmen dalam melaksanakan perencanaan, follow-up , dan evaluasi manajemen kualitas training. Pelatihan yang diajarkan meliputi ISO 9001, ISO 9003, Taguchi Method, FMEA, Statistika Dasar, Six Sigma Training Program, dan Value Engineering. (5) Teknis Dibawah mekanisme TQM, konteks keteknikan berbasis pada aktivitas QCC, QIT, sistem QA dan ISO 1900. Perkembangan konsep dari TQM didasari dari interorganisasi, sementara Six Sigma skill yang ditempatkan dikembalikan pada proses dalam berlangsungnya sebuah perusahaan. Teknis pelaksanaan yang dilaksanakan oleh KE menyesuaikan dengan keinginan perusahaan dalam meningkatkan profit bisnis. (6) Penaksiran TQM menggunakan ppm, yield, dan index kepuasan konsumen (C/S) untuk memperkirakan indeks performa kualitas dan kemudian bereaksi untuk menyelesaikan masalah. Sementara, Six Sigma menaksirkan mengindikasikan menggunakan CP (USLLSL/6s), CPK (m-nearer specification/3s) dan customer delivery.

Faishal Muhammad

Teknik Industri -1206244182

Output Data Implikasi Peningkatan dalam Perusahaan KE Sesuai dengan Qantitative Performance Outcome, performa dari KE telah meningkat dari tahun 1994-1998. Tingkat After-Tax Rate of Return perusahaan pun meningkat dari 2,89% pada tahun 2000 hingga 6,90% pada tahun 2004. Peningkatan performa keuangan dari KE diikuti pula dengan peningkatan dari segi bisnis. Performa bisnis melonjak dengan meningkatnya saran untuk perubahan, respons lebih cepat dalam hal pemenuhan permintaan konsumen, berkurangnya komplain konsumen, serta berkurangnya PONC dari tahun 1998 menuju 2002. Pada tahun 2000, respon terhadap permintaan konsumen rata-rata dilakukan dalam 39 hari, sedangkan pada tahun 2004 meningkat hanya dalam 4 hari. Kasus komplain terhadap produk KE pun berkurang dari sejumlah 133 kasus pada tahun 1999 menjadi 2 kasus pada tahun 2004.Pada tahun 1994-1998 pendekatan secara PDCA menghasilkan nilai dari 3.5 meningkat hingga 4.69. Pada tahun 1998-2002 pendekatan secara DMAIC berhasil meningkatkan dari 4.69 menjadi 6 pada akhir tahun. (6 = 3.4 defects per million opportunities). Strategi ini didukung dengan penerapan JIT, manajemen proses manufaktur, e-Learning, Total Quality Management, dan 6 Quality Culture. Kesimpulan Dalam menerapkan Six Sigma via aktivitas TQM, maka ditemukan beberapa poin kunci. Diantaranya dari segi sistem, beberapa aktivitas yang mewakili dasar TQM tidak dapat dibiarkan dan harus dijaga stabil ketika memulai untuk menerapkan Six Sigma. Dari segi produk, TQM dan Six Sigma memunculkan evaluasi dalam sistem dari indeks kualitas dengan follow-up dari kegiatan yang dilakukan. Kedua sistem evaluasi mungkin mendapatkan hasil yang berbeda namun memiliki dasar konsep improvement yang sama. Dari segi kontrol, TQM dan Six Sigma memiliki teknologi pengembangan yang serupa, TQM dapat dikategorikan menjadi inter-organization of quality improvement team dan Six Sigma sebagai intra-organization of cross-function team. Dari segi pelatihan, hal ini sangat diperlukan untuk menyetarakan kemampuan karyawan dalam melaksanakan kerja agar terintegrasi menjadi suatu improvement yang berjalan secara stabil. Teknis juga sangat memfokuskan pada kegiatan yang dilakukan haruslah sesuai dengan tujuan dari dilaksanakannya TQM dan Six Sigma yaitu meningkatkan profit bisnis perusahaan serta memperbaiki kinerja produksi perusahaan KE.
Faishal Muhammad Teknik Industri -1206244182

Anda mungkin juga menyukai