Anda di halaman 1dari 12

1.

Vertigo Sentral dan Perifer Secara garis besar, vertigo ada dua, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. a) Vertigo Perifer Vertigo perifer (peripheral vertigo) disebabkan oleh disfungsi struktur perifer hingga ke batang otak (brain stem). b) Vertigo Sentral Vertigo sentral (central vertigo) melibatkan proses penyakit yang mempengaruhi batang otak (brain stem) atau cerebellum. Perbedaan vertigo perifer dengan vertigo sentral : 1. Vertigo perifer beronset akut ( aktunya singkat atau serangannya cepat ter!adi), sedangkan vertigo sentral beronset kronis atau perlahan (gradual). "engan kata lain, durasi ge!ala pada vertigo perifer ter!adi dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun berulang (recurrent). #. Penyebab umum vertigo perifer adalah infeksi (labyrinthitis), neuronitis, iskemia, trauma, toksin. Penyebab umum vertigo sentral adalah vaskuler, demyelinating, neoplasma. $. %ntensitas vertigo perifer sedang hingga berat, sedangkan vertigo sentral ringan hingga sedang. &. 'ual (nausea) dan muntah (vomiting) umumnya ter!adi pada vertigo perifer dan !arang ter!adi pada vertigo sentral. (. Vertigo perifer umumnya berhubungan dengan posisi (positionally related), sedangkan vertigo sentral !arang berhubungan dengan posisi. ). *ehilangan pendengaran (hearing loss) hingga ketulian umumnya ter!adi pada vertigo perifer dan !arang ter!adi pada vertigo sentral. +. ,initus (telinga berdenging) sering kali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo sentral, biasanya tidak disertai tinitus.

-. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. "efisit neurologis umumnya ter!adi pada vertigo sentral.

2. Anatomi Sinus Paranasal Sinus paranasal merupakan salah salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang.tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. /da empat pasang (delapan) sinus paranasal, empat buah pada masing.masing sisi hidung 0 sinus frontalis kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila, yang terbesar, kanan dan kiri disebut /ntrum 1ighmore dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Semua rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lan!utan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing.masing. Secara klinis sinus paranasal dibagi men!adi dua kelompok yaitu bagian anterior dan posterior. *elompok anterior bermuara di ba ah konka media, pada atau di dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel.sel anterior sinus etmoid. *elompok posterior bermuara di berbagai tempat di atas konka media terdiri dari sel.sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. 2aris perlekatan konka media pada dinding lateral hidung merupakan batas antara kedua kelompok. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung, berupa ton!olan atau resesus epitel mukosa hidung setelah !anin berusia # bulan, resesus inilah yang nantinya akan berkembang men!adi ostium sinus. Perkembangan sinus paranasal dimulai pada fetus usia $.& bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, saat itu sinus maksila sudah terbentuk dengan sangat baik dengan dasar agak lebih rendah daripada batas atas meatus inferior. Setelah usia + tahun perkembangannya ke bentuk dan ukuran de asa berlangsung dengan cepat. Sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih - tahun. Pneumatisasi sinus sphenoidalis dimulai pada usia - 3 14 tahun dan berasal dari bagian postero. superior rongga hidung. Sinus.sinus ini pada umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 1(.1- tahun.

Sinus maksila Sinus maksila atau /ntrum 1ighmore, merupakan sinus paranasal yang terbesar. 'erupakan sinus pertama yang terbentuk, diperkirakan pembentukan sinus tersebut ter!adi pada hari ke +4 masa kehamilan. Saat lahir sinus maksila bervolume ).- ml, yang kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu 1( ml pada saat de asa. Pada aktu lahir sinus maksila ini mulanya tampak sebagai cekungan ektodermal yang terletak di ba ah penon!olan konka inferior, yang terlihat berupa celah kecil di sebelah medial orbita. 5elah ini kemudian akan berkembang men!adi tempat ostium sinus maksila yaitu di meatus media. "alam perkembangannya, celah ini akan lebih kea rah lateral sehingga terbentuk rongga yang berukuran + 6 & 6 & mm, yang merupakan rongga sinus maksila. Perluasan rongga tersebut akan berlan!ut setelah lahir, dan berkembang sebesar # mm vertical, dan $ mm anteroposterior tiap tahun. 'ula. mula dasarnya lebih tinggi dari pada dasar rongga hidung dan pada usia 1# tahun, lantai sinus maksila ini akan turun, dan akan setinggi dasar hidung dan kemudian berlan!ut meluas ke ba ah bersamaan dengan perluasan rongga. Perkembangan sinus ini akan berhenti saat erupsi gigi permanen. Perkembangan maksimum tercapai antara usia 1( dan 1- tahun. Sinus maksila berbentuk piramid ireguler dengan dasarnya menghadap ke fosa nasalis dan puncaknya ke arah apeks prosesus 7igomatikus os maksila. "inding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina,dinding posteriornya adalah permukaan infra.temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung. "inding medial atau dasar antrum dibentuk oleh lamina vertikalis os palatum, prosesus unsinatus os etmoid,

prosesus maksilaris konka inferior, dan sebagaian kecil os lakrimalis. "inding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. 8stium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. "ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah : 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas , yaitu premolar (P1 dan P#) , molar ('1 dan '#), kadang.kadang !uga gigi taring (5) dan gigi molar ('$) , bahkan akar.akar gigi tersebut tumbuh ke dalam rongga sinus, hanya tertutup oleh mukosa sa!a. 2igi premolar kedua dan gigi molar kesatu dan dua tumbuhnya dekat dengan dasar sinus. 9ahkan kadang.kadang tumbuh ke dalam rongga sinus, hanya tertutup oleh mukosa sa!a. Proses supuratif yang ter!adi di sekitar gigi.gigi ini dapat men!alar ke mukosa sinus melalui pembuluh darah atau limfe, sedangkan pencabutan gigi ini dapat menimbulkan hubungan dengan rongga sinus yang akan mengakibatkan sinusitis. #) sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita. $) 8stim sinus maksila lebih tinggi letaknya dari dasar sinus, sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, dan drainase harus melalui infundibulum yang sempit. %nfundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selan!utnya menyebabkan sinusitis. Sinus frontal Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk se!ak bulan ke empat fetus, berasal dari sel.sel resesus frontal atau dari sel.sel infundibulum de asa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia -. 14 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia #4 tahun.9entuk dan ukuran sinus frontal sangat bervariasi , dan seringkali !uga sangat berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus dan pasangannya, kadang.kadang !uga ada sinus yang rudimenter. 9entuk sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. *urang lebih 1(: orang de asa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih (: sinus frontalnya tidak berkembang. ;kuran rata.rata sinus frontal : tinggi $ cm, lebar #.#,( cm, dalam 1,(.# cm, dan isi rata.rata ).+ ml. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus

frontal mudah men!alar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di ressus frontal yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.

Sinus etmoid ;kurannya dari anterior ke posterior &.( cm, tinggi #,& cm, dan lebarnya 4,( cm di bagian anterior dan 1,( cm di bagian posterior, volume sinus kira.kira 1& ml. Sel.sel etmoid, mula.mula terbentuk pada !anin berusia & bulan, berasal dari meatus superior dan suprema yang membentuk kelompok sel.sel etmoid anterior dan posterior. Sinus etmoid sudah ada pada aktu bayi lahir kemudian berkembang sesuai dengan bertambahnya usia sampai mencapai masa pubertas. Pada orang sinus etmoid berongga 3 rongga terdiri dari sel.sel yang menyerupai sarang ta on, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. 9erdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi men!adi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius, dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. "i bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. "i daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila. /tap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. "inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. "i bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sphenoid. Sinus sfenoid Sinus sfenoid terbentuk pada !anin berumur $ bulan sebagai pasangan evaginasi mukosa di bagian posterior superior kavum nasi. Perkembangannya ber!alan lambat, sampai pada aktu lahir evaginasi mukosa ini belum tampak berhubungan dengan kartilago nasalis posterior maupun os sfenoid. Sebelum anak berusia $ tahun sinus sfenoid masih kecil, namun telah berkembang sempurna pada usia 1# sampai 1( tahun. <etaknya di dalam korpus os etmoid dan ukuran serta bentuknya bervariasi. Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain oleh septum tulang yang tipis, yang letakya !arang tepat di tengah, sehingga salah satu sinus akan lebih besar

daripada sisi lainnya. <etak os sfenoid adalah di dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. ;kurannya adalah tinggi # cm, dalamnya #,$ cm, dan lebarnya 1,+ cm. Volumenya berkisar dari ( sampai +,( ml. Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus bagian lateral os sfenoid akan men!adi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid. 9atas.batasnya adalah : sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelen!ar hipofisa, sebelah inferiornya adalah atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.

3. Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) 2angguan napas saat tidur menggambarkan abnormalitas respirasi selama tidur dengan keluhan dengkuran ringan sampai 8S/ yang mengancam !i a. *arakteristiknya adalah obstruksi saluran napas yang menyebabkan episode hipoksia arteri berulang dan arausal (ter!aga) sebagai hasil peningkatan upaya respirasi. ,iga sindrom yang saling berhubungan adalah upper air ay resistance syndrome (;/=S), obstructive sleep hypopnea dan obstructive sleep apnea. ;pper air ay resistance sindrome (;/=S) "iperkirakan -4: penderita ;/=S mempunyai keluhan mendengkur yang menetap. *elainan ini diakibatkan oleh kolaps saluran napas sebagian akibat tekanan rongga toraks dan ditandai dengan timbulnya arousal. ;paya respirasi menyebabkan lebih dari 1( arausal>!am sedangkan volume tidal dan saturasi 8# arteri tetap normal. Peningkatan volume lidah, !aringan lunak dan dinding faring lateral pada sleep apnea yang diperiksa dengan magnetic resonance imaging ('=%) dan computer reconstruction algorithms merupakan faktor risiko timbulnya apnea. *elainan ini dapat menyebabkan keluhan mengantuk berat dan berkembang men!adi 8S/. 8bstructive sleep hypopnea ?rekuensi episode obstruksi saluran napas lebih dari 1( kali>!am dengan yang minimal. aktu lebih dari 14

detik yang menurunkan volume tidal hingga lebih dari (4: normal dan penurunan saturasi 8#

8bstructive sleep apnea (8S/) 8bstructive sleep apnea lebih sering di!umpai, #3&: pada orang de asa muda laki3laki dan perempuan dengan perbandingan #:1. ?rekuensi obstruksi apnea lebih dari ( episode>!am, lebih dari 14 detik dan menyebabkan penurunan saturasi oksigen yang berat. %nsidensi 8S/ diperkirakan 13&: populasi umum. Penderita 8S/ dengan kebiasaan mendengkur lebih banyak ter!adi apnea, hipopnea dan penurunan saturasi oksihemoglobin se aktu tidur dibandingkan tanpa mendengkur. @nampuluh persen pasien 8S/ adalah kelebihan berat badan (berat badan lebih dari #4 persen diatas ideal). ;kuran leher, area distal faring dan indeks masa tubuh berhubungan dengan frekuensi apnea. /pnea dapat didefinisikan sebagai hilangnya aliran udara sedikitnya 14 detik. Penurunan volume tidal melebihi (4: tetapi di ba ah +(: dari nilai dasar dengan terhentinya aliran udara sedikitya 14 detik disebut hipopnea. 2abungan apnea>hipopnea merupakan patofisiologi obstructive apnea. Pada de asa muda normal, sampai dengan ( apnea>hipopnea per!am saat tidur adalah fisiologis, frekuensi ini meningkat sesuai umur. <aki3laki mempunyai tahanan faring lebih tinggi ketika bangun dan celah faring lebih kecil sehingga respon ventilasi yang menyebabkan ter!adinya hiperkarbia dan hipo6ia lebih besar pada laki3laki dan faktor hormonal berperan pada patogenesis 8S/. 8bstructive sleep apnea umumnya ter!adi pada de asa muda, biasanya antara umur &43(4 tahun, meskipun dapat ter!adi !uga pada anak3anak dan rema!a. 'ayoritas pasien 8S/ adalah kelebihan berat badan, tidak semua obesitas meskipun demikian peningkatan berat badan mempengaruhi peningkatan frekuensi apnea>hypopnea dan penurunan berat badan mempengaruhi penurunan apnea>hypopnea inde6 (/1%). @valuasi anatomi !alan nafas atas merupakan bagian dari pemeriksaan fisis penderita 8S/. %nspeksi terdapatnya abnormaliti struktur atau sempitnya saluran napas atas sering ter!adi pada pasien 8S/. 8bstructive sleep apnea sydrome berhubungan dengan beberapa penyakit paru seperti PP8*, penyakit paru restriktif, penyakit neuromuskular. Pada 8S/ ter!adi pendorongan lidah dan palatum ke belakang sehingga aposisi dengan dinding faring posterior

yang menyebabkan oklusi nasofaring dan orofaring. Se aktu tidur oklusi saluran napas menyebabkan berhentinya aliran udara meskipun pernapasan masih berlangsung sehingga timbul apnea, asfiksia sampai proses terbangun yang singkat dari tidur dan ter!adi perbaikan patensi saluran napas atas sehingga aliran udara dapat diteruskan kembali. "engan perbaikan asfiksia, penderita tidur kembali sampai ke!adian berikutnya terulang kembali. Saluran napas atas kolaps !ika tekanan faring negatif selama inspirasi melebihi kekuatan stabilisasi otot dilator dan abduktor saluran napas atas. 9eberapa penderita dengan penyempitan saluran napas akibat mikrognatia, retrognatia, hipertropi adenotosilar, magroglossia atau akromegali. =eduksi ukuran orofaring menyebabkan complaince saluran napas atas meningkat sehingga cenderung kolaps !ika ada tekanan negative. 8besitas !uga berperan dalam penyempitan !alan napas. 9erat badan yang berlebihan pada dinding dada dan disfungsi diafragma mengganggu upaya ventilasi saat tidur dan !aringan lemak pada leher dan lidah menurunkan diameter saluran napas yang merupakan predisposisi ter!adinya penutupan prematur saat !aringan otot relaksasi aktu tidur. Saat bangun, aktiviti otot saluran napas atas lebih besar dari normal, kemungkinan kompensasi dari penyempitan dan tahanan saluran napas yang tinggi. /ktivitas otot yang menurun saat tidur menyebabkan kolaps saluran napas atas se aktu inspirasi. =eduksi fisiologis aktivitas saluran napas atas ter!adi selama tidur =@'. /lkohol dan obat sedatif menyebabkan depresi aktiviti otot saluran napas atas sehingga ter!adi kolaps. 9eberapa penderita !uga tampak obstruksi hidung, tahanan tinggi merupakan predisposisi kolaps saluran napas atas karena tekanan negatif meningkat di faring saat inspirasi menyebabkan kontraksi diafragma meningkat untuk mengatasi tahanan aliran udara di hidung. /khir obstructive apnea tergantung proses terbangun dari tidur ke tingkat tidur yang lebih dangkal dan diikuti oleh aktiviti otot dilator dan abduktor saluran napas atas dan perbaikan posisi saluran napas. 2e!ala klinis 8S/

5iri khas penderita 8S/ adalah usia pertengahan, laki3laki atau perempuan dengan kelebihan berat badan ringan sampai sedang dan hipertensi dengan ri ayat mendengkur. ,idur tidak nyenyak, tersedak di malam hari atau sesak napas dan mengantuk berat di siang hari. *eadaan ini kurang ter!adi pada anita premenstruasi, anak.anak, laki3laki muda dan tidak obesiti. Penelitian menun!ukan bah a perempuan pasca menopause mempunyai kecenderungan #,) kali mempunyai ( atau lebih apnea atau hipopnea per!am dan $,( kali mempunyai 1( atau lebih apnea atau hipopnea per!am dibandingkan perempuan premenopause dan tidak meningkat pada perempuan perimenopause. Sedangkan pemberian hormon pengganti pada perempuan pasca menopause dapat mencegah atau mengurangi gangguan napas saat tidur. 9anyak penderita 8S/ dengan obesiti, ukuran leher lebih dari 1+ inchi merupakan faktor risiko, pengukuran body mass inde6 (9'%) dan pengukuran tekanan darah karena prevalensi hipertensi tinggi pada populasi ini. Pemeriksaan fisis pada lokasi obstruksi di kepala dan leher, pemeriksaan tonsil dan posisi rahang dan hyoid. "iagnosis pasti penderita 8S/ dan 5S/ dengan pemeriksaan polisomnografi. Pada 8S/ untuk melihat episode berhentinya aliran udara yang berulang diikuti dengan upaya respirasi kontinue sedangkan pada 5S/ untuk melihat episode apnea berulang diikuti dengan hilangnya upaya ventilasi, gerakan napas terhenti karena hilangnya pergerakan iga dan abdomen !uga aktiviti elektromiografi diafragma. "iagnosis pasti penderita 8S/ dan 5S/ dengan pemeriksaan polisomnografi. Pada 8S/ untuk melihat episode berhentinya aliran udara yang berulang diikuti dengan upaya respirasi kontinue sedangkan pada 5S/ untuk melihat episode apnea berulang diikuti dengan hilangnya upaya ventilasi, gerakan napas terhenti karena hilangnya pergerakan iga dan abdomen !uga aktivitas elektromiografi diafragma. Polisomnografi merupakan alat u!i diagnostik menevaluasi gangguan tidur, dilakukan pada saat malam hari di laboratorium tidur. <aboratorium tidur biasanya terdapat di klinik atau rumah sakit tetapi ruangan ini di desain sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kesan sarana kesehatan. Pemeriksaan terdiri dari elektroensefalogram (@@2), elektromyogram (@'2), elektrookulogram (@82), parameter respirasi, electrocardiogram (@52), saturasi oksigen dan mikrofon untuk merekam dengkuran. Penderita dimonitor selama ) !am 14 menit.

Polisomnografi merupakan baku emas diagnosis gangguan tidur, yang meneliti tidur penderita, analisis tingkat tidur dan saturasi oksigen, aliran udara melalui mulut dan hidung, gerakan napas, pola elektrokardiografi, posisi tubuh dan gerakan anggota badan. ,u!uan penelitian tidur ini untuk konfirmasi diagnosis 8S/, beratnya apnea, pemilihan terapi dan evaluasi respon terapi. ,ingkat tidur dinilai dengan @@2, @82, @'2.

Seseorang dikatakan menderita 8S/ !ika terdapat : 1. *eadaan mengantuk berat sepan!ang hari yang tidak dapat di!elaskan karena sebab lain. #. "ua atau lebih keadaan seperti tersedak se aktu tidur, terbangun beberapa kali ketika tidur, tidur yang tidak menyebabkan rasa segar, perasaan lelah sepan!ang hari dan gangguan konsentrasi. $. /1% A ( &. 1asil PS2 negatif untuk gangguan tidur lainnya. Penatalaksanaan yang tepat memerlukan diagnosis akurat terhadap dera!at dan penyebab. Pasien 8S/ kasus ringan hingga sedang dapat diterapi secara simtomatis dengan menghindari faktor yang dapat memperberat seperti alkohol, nikotin, 7at sedatif, menurunkan berat badan pada obesitas, positional therapy menghindari tidur terlentang atau berbar. ing, protesa oral. Peralatan oral bertu!uan membuka mandibula dan lidah ke depan selama tidur untuk meningkatkan ukuran lumen saluran napas, efektifitasnya kecil untuk posisi berbaring. Penatalaksanaan obesitas melalui modifikasi gaya hidup !uga efektif dalam terapi 8S/. ,erapi farmakologi tidak efektif dalam tatalaksana 8S/. ,erapi nonbedah yang efektif mempertahankan terbukanya !alan napas dan mencegah kolaps sehingga tidak ter!adi apnea yaitu dengan Positive air ays pressure (P/P). 5ontinous Positive air ays pressure (5P/P) adalah tekanan positif akhir ekspirasi yang diberikan melalui mesin untuk mengalirkan dan

mempertahankan tekanan udara saluran napas sehingga mencegah kolapsnya saluran napas atas selama inspirasi. Penggunaannya akan terlihat efektif dengan perbaikan secara obyektif yaitu berkurangnya indeks /1% dan perbaikan saturasi oksigen disertai perbaikan secara subyektif. %ndikasi penggunaannya yaitu indeks /1% 1( atau indeks /1% ( disertai ge!ala (insomnia, sering tertidur di siang hari, gangguan kognitif, gangguan mood), hipertensi, penyakit !antung iskemia, ri ayat stroke. 9eberapa hambatan dapat ditemukan berkaitan penyesuaian secara individual pada pasien pengguna P/P adalah klaustrofobia, rinitis atau kongesti nasal, perdarahan hidung, abrasi batang hidung dan kebocoran udara akibat ukuran alat yang tidak sesuai. "apat diatasi dengan memberi perhatian sesuai kebutuhan pasien secara spesifik disertai evaluasi bertahap. ,erapi 5P/P lebih optimal bila dilakukan bersamaan dengan polisomnografi. ,ekanan (.#4 cm1#8 dibutuhkan saat tidur =@' untuk mencegah apnea, dengkuran dan desaturasi oksigen. Basal dilator dapat membantu terapi 8S/ pada kondisi tertentu bila obstruksi nasal ter!adi pada katup nasal. "era!at obstruksi harus cukup bermakna menimbulkan kolaps saluran napas selama tidur sehingga ter!adi 8S/ karena nasal dilator tidak efektif mencegah kolapsnya saluran napas atas. ,erapi pembedahan ditu!ukan terhadap lesi obstruktif spesifik pada saluran napas atas. ,iga daerah utama obstruksi adalah hidung, palatum (oropharyn6) dan pangkal lidah (hypopharyn6). 9eberapa !enis tindakan pembedahan untuk memodifikasi dapat dipertimbangkan setelah penurunan berat badan dan P/P. Penatalaksanaan bedah berupa ekstirpasi !aringan lunak, reposisi !aringan lunak atau bypass saluran napas pharyngeal, uvulopalatofaringoplasti, tonsilektomi, adenoidektomi, bedah septum hidung, osteotomi <e ?ort tipe %, perluasan mandibular.hyoid dan trakeostomi.

% 2usti /gung /yu Cidyarini

4$4.4D.11$ ?* ,=%S/*,%

Anda mungkin juga menyukai