Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2 : Abdul Aziz Adinda Amrina R.

Asty Syuryanti Biyan Adalika

1210207002 1210207004 1210207010 1210207013

Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya. Berikut adalah rencana penanggulangan bencana :

A.

Pengenalan Bahaya (hazard) Bahaya adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian. Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek. Jenis-jenis ancaman bahaya yang terdapat di wilayah / daerah yang diperoleh dari data kejadian bencana di daerah yang bersangkutan : Gempa Bumi , Tsunami , Letusan Gunung Api, Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran, Kekeringan, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan Pemukiman, dan Kegagalan Teknologi. B. Pengenalan Kerentanan (vulnerability) Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau 1

tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak bahaya. Jenis-jenis kerentanan : 1. Kerentanan Fisik : Bangunan, Infrastruktur, Konstruksi yang lemah. 2. Kerentanan Sosial : kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya & bencana, kesehatan masyarakat yang rendah 3. Kerentanan Ekonomi : tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana. 4. Kerentanan Lingkungan : Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. C. ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana/bahaya dan kerentanan masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda. Hubungan antara ancaman bahaya, kerentanan dan kemampuan dapat dituliskan dengan persamaan berikut: Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan) Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana. Semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan. D. PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA Pilihan tindakan adalah berbagai upaya penanggulangan yang akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Pilihan tindakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pencegahan dan Mitigasi. Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah: a) Penyusunan peraturan perundang-undangan b) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah. c) Pembuatan pedoman/standar/prosedur d) Pembuatan brosur/leaflet/poster e) Penelitian / pengkajian karakteristik bencana f) Pengkajian / analisis risiko bencana g) Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan h) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana i) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum j) Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain: a) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana dsb. 2

b) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana. c) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat. d) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman. e) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat. f) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana. g) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya. 2. Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain: a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya. b) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum). c) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan d) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik. e) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan. f) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning) g) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) h) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan) 3. Tanggap Darurat Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya b) penentuan status keadaan darurat bencana c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d) pemenuhan kebutuhan dasar e) perlindungan terhadap kelompok rentan f) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
4. Pemulihan Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Kegiatan yang dilakukan pada tahap rehabilitasi meliputi: a) perbaikan lingkungan daerah bencana b) perbaikan prasarana dan sarana umum c) pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat d) pemulihan sosial psikologis e) pelayanan kesehatan 3

rekonsiliasi dan resolusi konflik pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi pelayanan publik Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait. a) pembangunan kembali prasarana dan sarana b) pembangunan kembali sarana sosial masyarakat c) pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat d) penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana e) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat f) peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya g) peningkatan fungsi pelayanan publik h) peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. E. MEKANISME KESIAPAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi : tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. 1. Pada Pra Bencana a) Situasi Tidak Terjadi Bencana Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi : perencanaan penanggulangan bencana persyaratan analisis risiko bencana; pengurangan risiko bencana pelaksanaan dan penegakan rencana pencegahan tata ruang; pemaduan dalam perencanaan pendidikan dan pelatihan; dan pembangunan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. b) Situasi Terdapat Potensi Bencana Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana. 2. Saat Tanggap Darurat Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya b) penentuan status keadaan darurat bencana c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d) pemenuhan kebutuhan dasar e) perlindungan terhadap kelompok rentan f) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. 3. Pasca Bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi: rehabilitasi dan rekonstruksi. 4

f) g) h) i) j)

Kesiapsiagaan bencana dalam Al Quran. Kisah Nabi Nuh untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi bencana banjir besar di dunia. Nabi Nuh menyiapkan segala logistik, dan sarana untuk memitigasi bencana yaitu perahu besar. Juga membuktikan bahwa kita harus berusaha memitigasi bencana, karena bencana tidak semata-mata takdir yang tidak bisa ditolak. Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orangorang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (QS Al Araaf 7 : 64) Adapun ayat tentang bencana ada pada ayat ketiga pada Surat Al-Imran: Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena BENCANA yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Al Imran : 3) Juga pada Surat An Nisaa ayat ke-78 Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan mereka mengatakan : Ini adalah dari sisi Allah dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad). Katakanlah : semuanya (datang) dari sisi Allah. Maka mengapa orang-orang itu (munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun (QS. An Nisa : 78) Dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 200 dikatakan bahwasanya orang yang beriman untuk selalu dalam keadaan siaga sebelum akan terjadinya suatu yang membahayakan, Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. Al Imran : 200)

Sumber : Anonious. 2010. Bandung :UPI. Online [http://p2mb.geografi.upi.edu/Mitigasi_Bencana.html.] BNPB. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (pdf). [online: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=mitigasi%20bencana&source=web&cd=3&cad=rja&s qi=2&ved=0CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.bnpb.go.id%2Fuploads%2Fpubs%2F51.pdf& ei=C1ydUYTZO4_KrAfV7oDYBQ&usg=AFQjCNG126Kvkt_EsowjGjKQJbTTptwwjw&bvm=bv.46865 395,d.bmk] Anonoius. 2012. Kesiapsiagaan bencana; dalam Al Quran. [online: http://gempapadang.wordpress.com/2012/04/21/kesiapsiagaan-bencana-dalam-al-quran/] Imron Nasution, Abdullah. 2011. Siaga Bencana dalam Islam . [online: http://aceh.tribunnews.com/2011/12/23/siaga-bencana-dalam-islam]

Anda mungkin juga menyukai