Anda di halaman 1dari 15

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

SOLUSIO PLASENTA

SOLUSIO PLASENTA

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi yang normal sebelum anak lahir. Angka kejadian 1:80 persalinan ; Solusio plasenta berat angka kejadian = 1: 500750 persalinan. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu solusio placentae, abruption placentae, ablation placentae, dan accidental hemorrhage. Istilah atau nama lain yang lebih deskriptif adalah premature separation of the normally implanted placenta (perlepasan dini uri yang implantasinya normal). Bila terjadi pada kehamilan di bawah 20 minggu gejala kliniknya serupa dengan abortus iminens. Secara definitive diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah partus jika terdapat hematoma pada permukaan maternal plasenta. Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya. Pada perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang banyak dapat mengurangi sirkulasi utero-plasenta dan menyebabkan hipoksia janin. Di

SOLUSIO PLASENTA |1

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

samping itu, pembentukan hematoma retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumsi yang fatal bagi ibu.

Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi: 1. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20% 2. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80% Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri (hematoma retroplasenta) dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation. Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat. Kadangkadang plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik selaput ketuban (relatively concealed) 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh solusio plasenta.

SOLUSIO PLASENTA |2

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Klasifikasi Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (rupture sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan myometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage) akan tetapi ada kalanya walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed hemorrhage) jika: Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah karenanya. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempek ketat pada segmen bawah Rahim. Dalam klinis solusio plasenta dibagi dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada rupture sinus marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitive bila ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang menjadi buruk apabila perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.

Solusio Plasenta Ringan Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

SOLUSIO PLASENTA |3

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Solusio Plasenta Sedang Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml. Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejalagejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan takikardi.

Solusio Plasenta Berat Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguria biasanya telah ada.

INSIDEN Melihat latar belakang yang sering dianggap sebagai factor risiko diyakini bahwa insidensi solusio plasenta semakin menurun dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat berprilaku lebih higienis. Transportasi yang lebih mudah memberi peluang pasien cepat sampai ke tujuan sehingga keterlambatan dapat dihindari dan solusio plasenta tidak sampai menjadi berat dan mematikan bagi janin. Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solusio plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dalam 225 persalinan (yang berarti < 0,5%) di Negara-negara Eropa untuk solusio plasenta yang tidak sampai mematikan janin. Untuk solusio yang lebih berat sampai mematikan janin insidennya lebih rendah 1 dalam 830 persalinan dan turun menjadi 1 dalam 1.550 persalinan. Namun insidensi solusio plasenta diyakini masih lebih tinggi di tanah air disbanding dengan Negara maju.

SOLUSIO PLASENTA |4

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

ETIOLOGI
Penyebab utama tidak jelas. Terdapat beberapa factor resiko antara lain:

Peningkatan usia dan paritas Preeklampsia Hipertensi kronis KPD preterm Kehamilan kembar Hidramnion Merokok Pencandu alkohol Trombofilia Pengguna cocain Riwayat solusio plasenta Mioma uteri

Faktor pencetus : 1. 2. 3. 4. 5. Versi luar atau versi dalam Kecelakaan Trauma abdomen Amniotomi ( dekompresi mendadak ) Lilitan talipusat - Tali pusat pendek

Faktor risiko : Factor Risiko Pernah solusio plasenta Ketuban pecah preterm / korioamnionitis Sindroma pre-eklampsia Hipertensi kronik Risiko relatif 10 - 25 2,4 - 3,0 2,1 - 4,0 1,8 - 3,0

SOLUSIO PLASENTA |5

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Merokok / nikotin Merokok + hipertensi kronik atau pre-eklampsia Pecandu kokain Mioma di belakang plasenta Gangguan system pembekuan darah berupa single-gene

1,4 - 1,9 5-8 13 % 8 dari 14 Meningkat s/d 7 x meningkat Jarang Jarang

mutation/tombofilia Acquired antiphospholipid autoantibodies Trauma abdomen dalam kehamilan Plasenta Sirkumvalata

PATOFISIOLOGI Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada myometrium. Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh hematoma desidua yang terjadi. Pada awalnya kejadian ini tak memberi gejala apapun. Namun beberapa saat kemudian arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampau mendekati tepi plasenta. Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membrane dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar (revealed hemorrhage). Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologinya. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua.

SOLUSIO PLASENTA |6

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada myometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bias menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yng baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan myometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina. Perdarahan tidak bias berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage).

Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage) 1. 2. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus. 3. 4. 5. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus couvellair.

SOLUSIO PLASENTA |7

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Hematoma Retroplasenta yang terlihat pasca persalinan

GAMBARAN KLINIK A. Gejala dan Tanda Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis perlepasan plasenta (concealed atau revealed). 30% kasus, daerah yang terlepas tidak terlalu memberikan gejala dan diagnose ditegakkan secara retrospektif setelah anak lahir dengan terlihatnya hematoma retroplasenta. Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus yang tegang disertai dengan:

Gawat janin (50% penderita) Janin mati ( 15%) Tetania uteri DIC- Disseminated Intravascular Coagulation Renjatan hipovolemik Perdarahan pervaginam ( 80% penderita) Uterus yang tegang (2/3 penderita) Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita)

Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak terdapat tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya tidak terlampau banyak ( 50 150 cc) dan berwarna kehitaman.
SOLUSIO PLASENTA |8

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

B. LABORATORIUM Kadar haemoglobin Hb dan [Hb] Ht atau umumnya hematokrit terjadi [Ht] setelah sangat terjadi bervariasi. hemodilusi.

Penurunan

Hapusan darah tepi menunjukkan penurunan trombosit, adanya schistosit menunjukkan sudah terjadinya proses koagulasi intravaskular.

Penurunan kadar fibrinogen dan pelepasan hasil degradasi fibrinogen. Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan

pemeriksaan clott observation test. Sample darah vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 10 menit atau bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen dan trombosit.

Pemeriksaan laboratorium khusus :


Prothrombine time Partial thromboplastine time Jumlah trombosit Kadar fibrinogen Kadar fibrinogen degradation product

Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena pada sebagian besar kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta

Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji coba yang khas untuk menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang teru-menerus mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak menunjukkan tanda dan gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan premature saja. Oleh sebab itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi diperlukan dari pihak pemeriksa.

SOLUSIO PLASENTA |9

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Solusio Plasenta Ringan Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit sekali melahirkan gejala. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom yang berukuran beberapa cm terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini dapat diketahui secara retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit sehingga belum keluar melalui vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna merah segar pada plasenta previa. Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri local pada tempat terbentuk hematom dan perut sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal. Pada fibrinogen darah dalam batas-batas normal yaitu 350 mg%. walaupun belum memerlukan intervensi segera, keadaan yang ringan ini perlu di monitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan bertambah berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan plasenta previa dan mungkin bias mendeteksi luasnya solusio terutama pada solusio sedang atau berat. Solusio Plasenta Sedang Gejal-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan yang tampak keluar lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit dingin dan keringatan, oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150 sampai 250n mg/100 ml, dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada. Rasa nyeri dan tegang perut jelas sehingga palpasi bagian-bagian anak sukar. Rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak bersifat hilang timbul seperti pada his yang normal. Perdarahan pervaginam jelas berwarna kehitaman, penderita pucat karena mulai ada syok sehingga keirngat dingin. Keadaan janin biasanya sudah gawat. Pada stadium ini bias jadi telah timbul his dan persalinan telah mulai. Pada pemantauan keadaan janin dengan kardiotokografi bias jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes gangguan pembekuan darah. Bila terminasi persalinan terlambat atau fasilitas perawatan intensif neonates tidak memadai, kematian perinatal dapat dipastikan terjadi.

S O L U S I O P L A S E N T A | 10

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Solusio Plasenta Berat Perlu sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan (defance musculaire) disertai perdarahan yang berwarna hitam. Oleh karena itu dipalpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi dari pada yang seharusnya oleh karena telah terjadi penumpukan darah didalam Rahim pada kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus ditambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi Rahim terlihat bulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat. Pada auskultasi denyut jantung janin tidfak terdengar lagi akibat gangguan anatomic dari fungsi plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok. Ada kalanya keadaan umum ibu menjadi lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Hipofibrinogenemia dan oliguria boleh jadi bila ada sebagai akibat komplikasi pembekuan darah intravascular yang luas (disseminated intravascular coagulation), dan gangguan fungsi ginjal. Adar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada trombositopenia.

PENATALAKSANAAN A. Tindakan gawat darurat Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta bertambah luas yang manifestasinya adalah :

Perdarahan bertambah banyak Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi Gawat janin

maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi. B. TERAPI EKSPEKTATIF Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta maka tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.

C. PERSALINAN PERVAGINAM Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.
S O L U S I O P L A S E N T A | 11

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan amniotomi dengan tujuan untuk : 1. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC) 2. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik) Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti dengan tanda-tanda persalinan.

D. SEKSIO SESAR Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak. Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat, misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 4 cm. Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio sesar pada kasus solusio plasenta.

KOMPLIKASI 1. Koagulopati konsumtif Koagulopati konsumtif dalam bidang obstetri terutama disebabkan oleh solusio plasenta. Hipofibrinogenemia ( < 150 mg/dL plasma) yang disertai dengan peningkatan kadar FDP dan penurunan berbagai faktor pembekuan darah terjadi pada 30% penderita solusioplasenta berat yang disertai dengan kematian janin. Mekanisme utama dalam kejadian ini adalah terjadinya koagulasi intravaskular akibat masuknya tromboplastinyang berasal dari uterus kedalam darah dan sebagian kecil merupakan akibat dari pembekuan darah retroplasenta.

Akibat penting dari terjadinya koagulasi intravaskular adalah aktivasi plasminogen menjadi plasmin yang diperlukan untuk melakukan lisis mikroemboli dalam mekanisme untuk menjaga keutuhan mikrosirkulasi.

S O L U S I O P L A S E N T A | 12

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Hipofibrinogenemia berat tidak selalu bersamaan dengan trombositopenia, trombositopenia umumnya baru terjadi setelah tranfusi darah yang berulang. Hipofibrinogenemia jarang terjadi pada keadaan dimana solusio plasenta tidak disertai dengan kematian janin intra uterin.

2. Gagal ginjal Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan sering disebabkan oleh penanganan renjatan hipovolemia yang terlambat atau kurang memadai. Drakeley dkk (2002) menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72 orang wanita dengan gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio plasenta

Gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh perdarahan masif. 75% kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler akutbersifat tidak permanen Lindheimer dkk (2000) nekrosis kortikal akut dalam kehamilan selalu disebabkan oleh solsuio plasenta.

3. Uterus couvelaire Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan apopleksia uterus yang disebut sebagai uterus couvelair. Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba, ligamentum latum atau ovarium. Jarang menyebabkan gangguan kontraksi uterus, jadi bukan merupakan indikasi untuk melakukan histerektomi.

Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok hipovolemik , insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus Couvelaire disamping komplikasi sindroma insufisiensi fungsi plasenta pada janin berupa angka kematian perinatal yang tinggi. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.

S O L U S I O P L A S E N T A | 13

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

PROGNOSIS Mortalitas maternal 0.5 5% dan sebagian besar disebabkan gagal ginjal atau gagal kardiovaskular. Pada solusio plasenta berat, mortalitas janin mencapai 50 80% Janin yang dilahirkan memiliki morbiditas tinggi yang disebabkan oleh hipoksia intra uterin, trauma persalinan dan akibat prematuritas.

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan merbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medic yang diperoleh pasien. Transfuse darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.

S O L U S I O P L A S E N T A | 14

STASE OBGYN RSIJ SUKAPURA

Rujukan : 1. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ: Perinatal outcome in patiets with abruption with and without antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol

plcenta

Obstet75;193,2001 2. Clark SL. Placentae previa and abruptio placentae. In: Creasy RK, Resnik R,

eds.Maternal Fetal Medicine. 5th ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders; 2004:715. 3. Cunningham FG et al : Obstetrical Hemorrhage in Williams Obstetrics ,

22nd ed, McGraw-Hill, 2005 4. DeCherney AH. Nathan L : Third Trimester Bleeding in Current Obstetrics and

Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003 5. Furushashi M, Kuraochi O, Suganuma N: Pregnancy following placental

abruption. Arch Gynecol Obstet 267:11, 2002 6. Oyelese Y, Ananth CV. Placental abruption. Obstet Gynecol. Oct

2006;108(4):1005-16 7. Shad H Deering, MD, Abruptio Placentae

.http://emedicine.medscape.com/article/252810-overview Dec 22, 2008, retrieved September 24, 2009 8. Usui R, Matsubara S, Ohkuchi A, et al. (2007). "Fetal heart rate pattern

reflecting the severity of placental abruption". Archives of Gynecology and Obstetrics 277: 249.doi:10.1007/s00404-007-0471-9. PMID 17896112.

S O L U S I O P L A S E N T A | 15

Anda mungkin juga menyukai