Anda di halaman 1dari 5

Pencegahan dan penanganan pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dengan infeksi sistemik

Dibuat oleh: Kandy Astuti D,Modifikasi terakhir pada Thu 23 of Sep, 2010 [15:49] Highlighted words: hiv Pencegahan dan penanganan pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dengan infeksi sistemik ABSTRAK Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sinrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan, sehingga diperlukan pencegahan terhadap penyakit ini. Pada pasien ini telah terjadi infeksi sekunder sehingga perlu penangan yang lebih adekuat. Kata kunci : AIDS, pencegahan, penanganan, infeksi sitemik KASUS Pasien laki-laki 30 tahun masuk rumah sakit awalnya dikarenakan badan lemas dan tubuh bagian kiri lemah dan tidak bisa digerakkan. Kesadaran dan tidak bisa bicara. Dan diagnosis dokter adalah SNH. Menurut hasil anamnesis dari keluarga sudah 5 bulan ini kondisi pasien turun secara drastis, mudah sakit-sakitan dan badan mulai mengurus. Sekitar 7 bulan yang lalu istri pasien meninggal dan didiagnosis oleh dokter mengidap HIV/AIDS. Menurut keluarga, pasien orang yang baik dan penurut, riwayat penggunaan obat-obatan (narkoba) (-), riwayat jajan (-), riwayat transfusi/donor darah (). Riwayat istri (keluarga tidak tau).Bagi keluarga istripun dikenal orang baik-baik. Setelah menikah pasien tinggal bersama keluarga istri sehingga tidak tahu perkembangan pasien. Mereka memiliki anak yang setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan HIV (-). Dari pemeriksaan fisik Keadaan Umum lemah, tampak kurus, Kesadaran compos mentis, Vital sign: TD: 100/80 mmHg, N : 72 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,6 0C. Tidak terdapat bekas sayatan pada tangan, terdapat tato pada lengan tangan kanan. Bibir dan lidah kering. P TY B-O: 1/320, P TY C-O: 1/320. CD4 absolut : 8 (410-1590), CD4 %: 1 (31-60), Limfosit T helper sangat kurang. DIAGNOSIS AIDS dengan infeksi sistemik TERAPI Pada pasien ini diberikan abacavir sekali sehari dan pemberian B1 inf 1 ampul per hari serta asam mefenamat 250 mg 3 kali sehari. DISKUSI Pada kasus ini AIDS terjadi pada seorang laki-laki 30 tahun dengan keluhan badan lemas dan tubuh bagian kiri lemah dan tidak bisa digerakkan. Kesadaran dan tidak bisa bicara. AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+, makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (L) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV. Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-

lain). Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT). Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawanHIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan. Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy/HAART). Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). KESIMPULAN Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan. Dan pada pasien saat ini yang bisa dilakukan hanyalah perbaikan kondisi pasien dan pencegahan infeksi sekunder. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Wikipedia (2009). AIDS. Wikipedia. Divisions of HIV/AIDS Prevention. (2003). HIV and Its Transmission. Centers for Disease Control & Prevention. Diakses pada 23 Mei 2006 San Francisco AIDS Foundation. (2006-04-14). How HIV is spread. Diakses pada 23 Mei 2006 Gao, F., Bailes, E., Robertson, D. L., Chen, Y., Rodenburg, C. M., Michael, S. F., Cummins, L. B., Arthur, L. O., Peeters, M., Shaw, G. M., Sharp, P. M. and Hahn, B. H. (1999). "Origin of HIV-1 in the Chimpanzee Pan troglodytes troglodytes". Nature 397 (6718): 436441. PubMed DOI:10.1038/17130. UNAIDS (2006). "Overview of the global AIDS epidemic", 2006 Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses pada 8 Juni 2006. Palella, F. J. Jr, Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J., Satten, G. A., Aschman and D. J., Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection. HIV Outpatient Study Investigators". N. Engl. J. Med 338 (13): 853 860. PubMed. Holmes, C. B., Losina, E., Walensky, R. P., Yazdanpanah, Y., Freedberg, K. A. (2003). "Review of human immunodeficiency virus type 1-related opportunistic infections in sub-Saharan Africa". Clin. Infect. Dis. 36 (5): 656662. PubMed. Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for the emergency physician, Part 1". J. Emerg. Med. 12 (3): 375384. PubMed. Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for the emergency physician, Part 2". J. Emerg. Med. 12 (4): 491497. PubMed.

7. 8. 9.

PENULIS Kandy Astuti D, Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Salatiga (2009).

PENEGAKKAN DIAGNOSIS AIDS STADIUM III pada PASIEN NY. F UMUR 23 TAHUN
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh. Virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana yang diketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh diserang penyakit, tubuh akan lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan

waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan. Kata kunci : AIDS, daya tahan tubuh Dibuat oleh: Ratna sari Ritonga,Modifikasi terakhir pada Sun 10 of Jul, 2011 [13:16] Highlighted words: hiv Seorang perempuan, 23 tahun di opname karena pasien mengeluh badan lemas, demam, diare kronik > 1 bulan, nyeri perut > 6 bulan, kaki lemas dan susah digerakkan. Pasien mengaku lemas dan sering melakukan pengobatan sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat keluarga dengan keluhan yang serupa terdapat pada suami pasien. Dari rekam medis, suami pasien meninggal dengan suspect HIV. Pemeriksaan vital sign didapatkan suhu 38,4 C, nadi127x/menit, pernafasan 24 x/menit, tekanan darah 93/70 mmHg.Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan bekas papular pruritic eruption (PPE) di tangan dan kaki, candidiasis oral, badan kurus dan lemas, kaki lemas dan sulit digerakkan, demam, dan berat badan menurun > 35% dalam beberapa bulan ini. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa pasien anemia chronic diseasedan terdapat peningkatan enzim transaminase. Hasil pemeriksaan HIV menunjukkan (+) positif HIV.

Diagnosis Berdasarkan kriteria diagnosa dari Komisi Penanggulangan AIDS dan kriteria stadium AIDS dari WHO, pasien didiagnosis penyakit AIDS stadium III.

Terapi Infus KN3B 20 tpm Cefotaxim inj. 2x1/2 Amp Candidiasis oral 4x1Cc Sotatic tab 3x1 Inpepsa 3x1C Lesifil tab 2x1 Ambroxol syr 3x1C

Diskusi Pada kasus ini berdasarkan anamnesis diketahui bahwa, pasien mengeluh badan lemas, demam, diare kronik > 1 bulan, nyeri perut > 6 bulan, kaki lemas dan susah digerakkan. Pasien mengaku lemas dan sering melakukan pengobatan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien pernah mempunyai Limfadenopati Generalisata Persisten(PGL) di leher, papular pruritic eruption (PPE) di tangan dan kaki selama 1 minggu, demam, dan berat badan menurun > 35% dalam beberapa bulan ini. Riwayat keluarga dengan keluhan yang serupa terdapat pada suami pasien. Dari rekam medis, suami pasien meninggal dengan suspect HIV. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan bekas papular pruritic eruption (PPE) di tangan dan kaki, candidiasis oral, badan kurus dan lemas, kaki lemas dan sulit digerakkan. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa pasien anemia chronic disease dan terdapat peningkatan enzim transaminase. Hasil pemeriksaan HIV menunjukkan (+) positif HIV. Gejala dan tanda yang terdapat pada pasien mengarahkan pada diagnosis AIDS stadium III. Hal ini dikarenakan pasien mempunyai gejala mayor yaitu berat badan menurun lebih dari 10% dan diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, dengan gejala minor yaitu adanya papular pruritic eruption (PPE) di tangan dan kaki, dan candidiasis oral. Selain

itu, dari test HIV pasien dinyatakan positif HIV. Seseorang dikatakan telah menderita AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor. Gejala dan hasil pemeriksaan pada pasien telah memenuhi kriteria diagnosis untuk AIDS, sehingga pasien dapat didiagnosa AIDS. Berdasarkan gejala yang terdapat pada pasien, AIDS pada pasien telah memasuki stadium III, dikarenakan BB pasien turun > 10 % BB sebelumnya, diare kronik lebih dari 1 bulan, kandidiasis oral persisten, demam persisten, dan adanya infeksi bakteri berat (infeksi tulang dan sendi) Oleh sebab itu, pasien dapat di diagnosa AIDS stadium III. Differential diagnose cor pulmonal, candidiasis oral,diare kronik, dan myalgia merupakan bagian dari gejala AIDS. Untuk differential diagnose immunodeficiency primer sudah dapat dibedakan dengan jelas dari pasien ini. Karena seperti diketahui, penyakitImmunodeficiency primer terjadi jika bagian dari sistem kekebalan tubuh hilang atau tidak berfungsi dengan benar. Penyakit ini disebabkan oleh intrinsik cacat pada sel-sel sistem kekebalan tubuh dan biasanya disebabkan oleh warisan genetik cacat, yang berarti bahwa mereka diturunkan dari orang tua kepada keturunannya. Kejadian infeksi yang serius pada penyakit imunodefisiensi primer sering terlihat mulai dari lahir atau segera sesudahnya. Oleh sebab itu, pasien ini sesuai untuk didiagnosis AIDS Stadium III. Berdasarkan kriteria diagnosa dari Komisi Penanggulangan AIDS dan kriteria stadium AIDS dari WHO, pasien didiagnosis penyakit AIDS stadium III.

Kesimpulan Telah dipaparkan pasien Ny.F usia 23 tahun dengan diagnosa AIDS Stadium III. Hal ini dikarenakan pasien mempunyai gejala mayor yaitu berat badan menurun lebih dari 10% dan diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, dengan gejala minor yaitu adanya papular pruritic eruption (PPE) di tangan dan kaki, dancandidiasis oral. Selain itu, dari test HIV pasien dinyatakan positif HIV. Berdasarkan gejala yang terdapat pada pasien, AIDS pada pasien telah memasuki stadium III, dikarenakan BB pasien turun > 10 % BB sebelumnya, diare kronik lebih dari 1 bulan, kandidiasis oral persisten, demam persisten, dan adanya infeksi bakteri berat (infeksi tulang dan sendi). Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosa dari Komisi Penanggulangan AIDS dan kriteria stadium AIDS dari WHO, pasien didiagnosis penyakit AIDS stadium III.

Usulan pemeriksaan penunjang untuk penatalaksanaan pasien: Pemeriksaan feses rutin untuk menentukan penatalaksanaan diare Pemeriksaan sitologi eksfoliatif untuk menentukan penatalaksanaan candidiasis oral Pemeriksaan jumlah CD4+ untuk menentukan pasien sesuai kriteria pemberian terapi ARV atau tidak.

Referensi Djauzi S, Djoerban. 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, 182-9. Buku Laporan Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV. 2007. Depkes KPA World Health Organization, Regional Office for South East Asia. 1996. Ways in which HIV is not Transmitted. In:WHO, Regional Office for South East Asia, ed. Handbook on AIDS Home care. New Delhi, 42-29. Subdit PMS & AIDS Ditjen PPM & PLP Depkes RI. 2005. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia: s.d Maret 2005. Majalah Support. Jakarta: Yayasan Pelita Ilmu. Brook, P, et all. 2005. Patients self-efficacy and health locus of control: relationships with health status and arthritis related expenditure. Rheumatology 45(1) 92 96. Muma, R.D. & Borucki, M.J. 1997. Cara Transmisi HIV. Dalam : Muma, R.D., Lyons, B.A., Borucki, M.J., Pollard, R.B., ed. HIV : Manual Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 9-11.

Zulkifli. 2004. A I D S (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) . Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sumatera Utara. DEPKES RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Di Indonesia. Defining prognosis in the era of potent antiretroviral therapy. 2009. http://www.art-cohort-collaboration.org/.Diakses tanggal 12 Nopember 2010.

Penulis Ratna Sari Ritonga, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RSUD KRT Setjonegoro, Kab. Wonosobo, Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai