Anda di halaman 1dari 6

Geologi Dome Sangiran Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap.

Berdasarkan hasil penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat keatas, hal ini dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosilfosil moluska laut. Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada 4 formasi batuan yang dapat terlihat di Dome Sangiran, yakni : (1) Formasi Kalibeng (2) Formasi Pucangan (3) Formasi Kabuh (4) Formasi Notopuro. 1. Formasi Kalibeng Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130 meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan moluska air payau. 2. Formasi Pucangan Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci. Formasi Pucangan menurut Duyfjes, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Endapan batupasir tufaan setebal 35 m. Batupasir tufaan yang mengandung pasir dan napal yang berisi kerang laut setebal 10 m. Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 m. Batupasir kasar, konglomerat dan batuan andesit setebal 100 m. pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecanthropus. Endapan batupasir tufaan dengan diselingi batulempung; dan Napal dan batupasir tufaan yang mengandung lempung dan fosil moluska laut stebal 25 m. Di Sangiran selain ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada formasi pucangan ditemukan pula fosil Meganthropus. Asosiasi hewan lain yang hidup berdampingan dengan hewan tersebut antara lain: penyu, buaya, ikan hiu, dan gajah. 3. Formasi Kabuh Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics). Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunungapi yang berupa batutuff, batupasir dan konglomerat. Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m. Alat-alat batu purba ditemukan pada formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang hidup adalah kura-kura, babi, badak, banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu

seperti tersebut di atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal alat -alat perburuan dalam rangka memenuhi kebutuhan. 4. Formasi Notopuro formasi Notopuro berumur plestosen atas, yang terdiri dari endapan lahar yang berbentuk breksi andesit dan konglomerat. Dengan adanya breksi laharik dan batupasir silangsiur dengan ketebalan sekitar 2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa pada masa Plestosen Atas telah terjadi banjir lahar yang besar. Gambar : dome sangiran. Sumber : .wordpress.com/2010/05/sangiran-dome.jpg

Formasi Lapisan Sangiran Secara struktural Sangiran merupakan daerah yang mengalami pengangkatan dan perlipatan yang kemudian membentuk struktur kubah terbalik, yang seiring berjalannya waktu mengalami erosi. Adanya pengangkatan ini terjadi karena proses penekanan dari kiri ke kanan oleh tenaga eksogen dan dari bawah ke atas oleh tenaga endogen. Erosi menyebabkan tersingkapnya lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dimana di dalamnya terkandung informasi tentang kehidupan sejarah manusia purba dengan segala yang ada di sekelilingnya (pola hidup dan binatang-binatang yang hidup bersamanya). Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil binatang laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.

Gambar 1. Proses terbentuknya Kubah Sangiran

Gambar 2. Sangiran Dome Adapun lapisan tanah yang tersingkap di wilayah Sangiran terbagi menjadi 4 lapisan (dari lapisan terbawah) yaitu Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, dan Formasi Notopuro. 1. Formasi Kalibeng Formasi kalibeng berumur 3.000.000-1.800.000 tahun yang lalu. Formasi tanah ini hanya tersingkap pada bagian Kalibeng atas (Pliocene atas). Formasi ini terdiri dari 4 lapisan. Untuk lapisan terbawah ketebalan mencapai 107 meter merupakan endapan laut dalam berupa lempung abu-abu kebiruan dan lempung lanau dengan kandungan moluska laut. Lapisan kedua ketebalan 4-7 meter merupakan endapan laut dangkal berupa pasir lanau dengan kandungan fosil moluska jenis Turitella dan foraminifera. Lapisan ketiga berupa endapan batu gamping balanus dengan ketebalan 1-2,5 meter. Lapisan keempat berupa endapan lempung dan lanau hasil sedimentasi air payau dengan kandungan moluska jenis corbicula. Adanya kalkarenit dan kalsirudit menunjukkan bahwa formasi Kalibeng merupakan hasil endapan laut yang amat dangkal. Gambar 3. Formasi Situs Sangiran Formasi kalibeng merupakan endapan tertua di kubah sangiran, terdiri dari batu Napal Pasiran warna abu-abu kehitaman dan disisipi bau gamping balanus dan korbikula.

Ketebalan formasi kalibeng lebih dari 130 meter, kandungan fosilnya antara lain foraminifera, molusca laut. Dismaping itu juga banyak ditemukan gastropoda dan molusca air payau, ini menunjukan bahwa lingkungan pengendapannya adalah air payau (peralihan antara air asin dan air tawar). Makin keatas lapisan tersebut berubah menjadi semakin pasiran. Mengandung ostrea berkulit tebal yang menunjukaan organisme ini hidup di pinggir laut. Lapisan berfasies pasiran diatas ditutupi oleh batu gamping balanus. Hewan ini hidup dizona anatar laut pasang dan surut. Sehingga dapat diperkirakan batu gamping ini diendapkan di lingkunagn tersebut. Lapisan teratas terdapat batu pasir yang mengandung korbuline, yaitu paleoypoda yang sering hidup di air tawar. Daru urutan fasies tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada waktu pengendapannya berbagai lapisan tersbut yaitu formasi kalibeng mengalami susut laut (regresi) berubah menjadi daratan.

2.

Formasi Pucangan Formasi Pucangan berumur 1.800.000-800.000 tahun yang lalu. Formasi ini terbagi menjadi dua yaitu lahar bawah dan lempung hitam. Formasi Pucangan lahar bawah ketebalannya berkisar 0,7-50 meter berupa endapan lahar dingin atau breksi vulkanik yang terbawa aliran sungai dan mengendapkan moluska air tawar di bagian bawah dan diatome di bagian atas. Pada lapisan ini juga terdapat fragmen batu lempung gampingan dari formasi Kalibeng. Formasi Pucangan Atas ketebalan mencapai 100 meter berupa lapisan napal dan lempung yang merupakan pengendapan rawa-rawa, pada formasi ini terdapat sisipan endapan molusca marine yang menunjukkan bahwa pada waktu itu pernah terjadi transgresi laut. Formasi ini banyak mengandung fosil binatang vertebrata seperti gajah (Stegodon trigonocephalus), banteng (Bibos paleosondaicus), kerbau (Bubalus paleokarabau, Hippopotamidae dan Cervidae. Pada formasi Pucangan ini juga ditemukan fosi Homo erectus , fosil karapaks dan plastrn kura-kura. Dua pasies pokok yang terdapat pada formasi ini adalah pasies batu lempung hitam laut dan pasies breksi yang terdiri dari vulkanik tufaan sampai pasiran. Pada pasies ini banyak ditemukan fosil vertebrata. Fragmen batuan berupa batu pasir gampingan dari formasi kalibeng jug dijumpai pada pasies breksi kalibeng bagian bawah. Keadaan ini menunjukan bahwa formasi kalibeng. Susunan tanah menurut J. Duyfjes, dari atas sampai kebawah sebagai berikut:

a. b. c.

Endapan batu pasir tufaan setebal 35 meter Batu pasir tufaan yang mengandung tanah liat dan napal yang berisis kerang laut setebal 10 meter. Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 meter.

d. Batu pasir kasar, konglomerat atau batu adesit setebal 100 meter. Pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecantropus (homo erectus). e. f. Endapan batu pasir tufaan dengan diselingi batu lempung. Napal dan batu pasir tufaan yang mengandung lempung dan molusca laut setebal 25 meter. Pada formasi pucangan fosil tengkorak Pithecantropus Erectus, kemudian ditemukan juga fosil tengkorak Megantropus Paleojavanicus. Asosiasi hewan lain yang hidup berdampingan dengan kedua manusia purba adalah gajah, penyu, ikan hiu, badak, dll. 3. Formasi Kabuh Formasi Kabuh merupakan lapisan yang berumur 800.00-250.000 tahun yang lalu dan merupakan formasi yang paling banyak ditemukan fosil mamalia, manusia purba dan alat batu. Formasi ini terbagi menjadi dua yaitu grenzbank yang metupakan lapisan pembatas antara formasi Pucangan dengan Kabuh. Terdiri dari lapisan batu gamping konglomeratan yang berbentuk lensalensa dengan ketebalan 2meter. Di grenzbank banyak ditemukan fosil mamalia (Stegodon trigonocephalus, Bubalus paleokarabau, Duboisia santeng dll) dan fosil Hominidae. Formasi Kabuh atas ketebalan lapisannya sekitar 3-16 meter merupakan batu pasir dengan struktur silang siur yang menunjukkan hasil endapan sungai. Terjadi pada kala Pleistocene tengah. Endapan kala plastosen tengan terkenal dengan nama formasi kabuh. Formasi ini memperlihatkan endapan yang berasal dari gunung Lawu tua,berupa: batu tufa, batu pasir, dan konglomerat. Ketebalan formasi sangat bervariasi antara 10-16 meter. Alat-alat dari batu telah ditemukan pada formasi ini. Dengan ditemukan alat-alat batu tersbut menunjukan bahwa pithecanthropus pada saat itu sudag mengenal alat-alat perburuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Formasi kabuh terdiri dari spesies fluviatil yang terdiri dari batu pasir dengan struktur silang-siur dan konglemaratrt. Formasi kabuh ini terletak di atas formasi pucangan secara tidak selaras. 4. Formasi Notopuro Formasi Notopuro terletak di di atas formasi Kabuh dan tersebar di bagian tas perbukitan di sekeliling Kubah Sangiran. Formasi ini tersusun oleh material vulkanis seperti batu pasir vulkanis, konglomerat dan breksi dengan fragmen batuan beku andesit yang berukuran brangkal hingga bonkah. Ketebalan lapisan mencapai 47 meter dan terbagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan Formasi Notopuro bawah dengan ketebalan 3,2-28,9 meter, Formasi Notopuro tengah dengan ketebalan maksimal 20 meter dan Formasi Notopuro atas dengan ketebalan 25 meter. Pada Formasi Notopuro ini sangat jarang dijumpai fosil. Formasi ini ditafsirkan sebagai hasil pengendapan darat yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dan terjadi pada kala Pleistocene atas.

Formasi Notopuro adalah lapisan tanah dikala plastosen atas yang berumur 10.000-125.000 tahun yang lalu. Formasi Notopuro adalah lapisan yang terbentuk oleh endapan lahar dan terdiri atas breksi andesit dan konglomerat. Pada formasi ini dijumpai Frakmen dari mineral kaledon, kaursa susu, carnelian, agate, kerikil andesit, tufa dan pasiran yang merupakan penyusun utama dari breksiden konglomerat. Pada endapan kerikil banyak ditemukn serpih bilah, yaitu alat pada tingkat perkembangan menjadi konglomerat dan batu pasir silang siur dengan ketebalan sekitar 2-45 meter tersebut menunjukan bahwa kala plastosen akhir telah terjadi banjir lahar yang besar. Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu yaitu sejak Kala Pliocene Akhir hingga akhir Pleistocene Tengah. Situs Sangiran menurut penelitian geologi muncul sejak Jaman Tersier akhir Pada kala Pliocene atas kawasan Sangiran masih berupa lautan dalam yang berangsur berubah menjadi laut dangkal dengan kehidupan foraminifera dan moluska laut. Pendangkalan berjalan terus sampai akhir kala Pliocene.

Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan cukup terkemuka di dunia. Keberadaan situs ini secara resmi telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996 (Widianto 2000). Dari sekitar 100 individu temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir 65% -nya berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 % dari populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan dalam bentuk fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan Sambungmacan (Jawa Tengah) serta di daerah Trinil dan Perning (Jawa Timur). Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan asalnya, secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan menjadi 3 kelompok utama (Widianto, 1996); yaitu kelompok Pithecanthropus arkaik yang berasal dari Formasi Pucangan (Plestosen Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 0,7 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah Meganthropus palaeojavanicus dan Pithecanthropus mojokertensis. Kelompok kedua adalah jenis Pithecanthropus klasik yang berasal dari Formasi Kabuh (Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000 400.000 tahun. Jenis kelompok ini (Homo erectus) yang paling banyak ditemukan di Sangiran. Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus progresif yang berasal dari Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan mempunyai umur antara 400.000 100.000 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah temuan Homo soloensis dari Ngandong dan Trinil (Widianto 1996, Semah et.al. 1990).

Gambar. Formasi Stratigrafi

Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat

keatas, hal ini dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosilfosil moluska laut. Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya : 1. Formasi Kalibeng Lempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan arkeolog sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu ketika daerah ini masih merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lainlain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan: Lapisan napal (Marl) Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal Lapisan balanus batu gamping Lapisan lahar bawah dari endapan air payau

Gambar. Formasi Kalibeng 2. Formasi Pucangan Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta s/d 700 ribu tahun lalu. Dengan lapisan: Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar Lapisan batuan kongkresi Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff) Lapisan batuan nodul Lapisan batuan diatome warna kehijauan

Gambar. Formasi Pucangan

3.

Formasi Grenzbank Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi Pucangan. Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal vulkanik dari Pegunungan

Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4 meter, yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Pengendapan grenzbank menandai perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di Sangiran. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.

4.

Formasi Kabuh Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba. Letusan hebat telah memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun. Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40 meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali Cemoro. Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. "Mereka" diendapkan pada sejumlah tempat di Sangiran. Badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap ada pada Formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephas hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii (banteng). Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala Plestosen Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah: hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling banyak menghasilkan fosil manusia dan binatang. Berumur 700 ribu s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan:

5.

Lapisan konglomerat Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff) Lapisan pasir halus silang siur Lapisan pasir gravel. Formasi Notopuro Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri serpihbilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi. Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang. Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi K. Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:

6.

Lapisan lahar atas Lapisan teras Lapisan batu pumice Formasi Teras Solo (Kali Pasir) Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu. Dimana hanya memiliki lapisan endapan sungai batu kerikil dan kerakal.

Anda mungkin juga menyukai