Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)]] pada tanggal 29 April 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
Secara Etimologis
Secara Historis Secara Sosiologis Idiologis
Secara Etimologis
Sejak zaman Majapahit yaitu pada sekitar abad ke XIV, dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular telah disebut-sebut istilah Pancasila. Istilah Pancasila dalam kitab Sutasoma mempunyai arti berbatu sendi yang kelima (dari bahasa Sansekerta) juga memiliki arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila krama), yaitu; 1) tidak boleh melakukan kekerasan, 2) tidak boleh mencuri, 3) tidak boleh berjiwa dengki, 4) tidak boleh berbohong, 5) tidak boleh mabuk minuman keras. (Mateni, Maling, Madon, Mabok, Main).
Secara Historis
Secara Historis istilah Pancasila pertama kali dikemukakan yaitu pada tanggal 1 Juni 1945 (dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) oleh Ir. Soekarno yang memberikan nama Pancasila sebagai lima dasar dan pada saat itu beliau mengusulkan agar dasar negara Indonesia adalah Pancasila.
Pada sidang Pertama tgl 29 Mei 1945, Mr. M. Yamin mengemukakan lima asas dasar sebagai berikut.
Di dalam pembukaan UUD tercantum rumusan lima dasar negara yang rumusannya sebagai berikut :
Persatuan Kekeluargaan
Kemudian pada 31 Mei 1945, Mr. Soepomo mengemukakan lima asas sebagai dasar Negara, yaitu.
Pada Sidang 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengucapkan pidato mengenai dasar Negara Indonesia Merdeka (Philosopische Grondslag), yaitu.
Kebangsaan Indonesia
Kesejahteraan Sosial
Piagam Jakarta (22 Juni 1945), Adapun rumusan Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta sebagai berikut : Ketuhanan dan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
Persatuan Indonesia
Dalam konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) 29 September 1949 Dalam konstitusi RIS yang berlakuk Tanggal 29 september 1949 sampai dengan 17 agustus 1950 , rumusan Pancasila sebagai berikut:
Keadilan sosial
Kerakyatan
Kebangsaan
Peri Kemanusian
Dalam UUDS 1950 yang mulai berlaku tanggal 17 agustus 1950 sampai dengan 5 juli 1959, terdapat rumusan pancasila seperti rumusan Konstitusi RIS sebagai berikut:
Kerakyatan Kebangsaan Keadilan sosial
Peri Kemanusian
Ketuhanan Yang Maha Esa
Keadilan sosial
Kerakyatan
Peri Kemanusian
Kebangsaan
Norma hukum dan peraturan Norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau
kebiasaan. Norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Jadi secara terminologi menjadi dua macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif. Sedangkan norma-norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret.
berkaitan dalam kehidupan kita dan biasa disebut dalam satu kesatuan. Baik hukum maupun norma berperan untuk mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum. Hukum merupakan norma yang memuat sanksi yang tegas. Di Indonesia, istilah hukum digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan norma yang berlaku di Indonesia. Hukum Indonesia adalah suatu sistem norma atau sistem aturan yang berlaku di Indonesia. Sistem aturan tersebut diwujudkan dalam perundang-undangan.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi, sehingga dikenal adanya pemerintahan daerah . Keberadaan pemerintah daerah itu setelah UUD 1945 diamandemen terdiri Dari Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
pernah berlaku dan sekarang masih berlaku dikenal pula berbagai prinsip pemencaran kekuasaan pemerintahan antara pusat dan daerah, yakni ; (1) penyerahan urusan; (2) pembagiian kewenangan dan (3) dibawah keberlakuan UU No 32 Tahun 2004 dilakukan dibawah model pembagian urusan antara pemerintah pusat dan daerah. Masing konsep itu tentu memiliki konsekuensi tersendiri turut mempengaruhi hubungan pemerintah pusat dan daerah.
apa yang menjadi urusan rumah tangga pemerintah daerah tergantung pada ada atau tidak adanya penyerahan urusan kepada daerah untuk diatur dan diurus sendiri sebagai urusan ruimah tangganya. Dengan pola penyerahan urusan besar kecilnya urusan otonomi daerah tergantung pada kebijakan politik pemerintah pusat atau pemerintah tingkat atas. Sementara berdasarkan pola pembagian kewenangan, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah ditegaskan apa yang menjadi kewenangan masing-masing dan yang dibagi bukan urusan tetapi kewenangan.
Pemilu dan sistem demokrasi di Indonesia Pemilu di Indonesia telah mempraktikkan beberapa sistem politik atas nama demokrasi. Pemilu di Indonesia mengikut system demokrasi yang berbeda dari sejak Indonesia merdeka sampai masa reformasi. Demokrasi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi, bisa diartikan bahwa dekorasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi tersebut mau tidak mau membawa pengaruh terhadap system pemerintahan dan system pemilu di Indonesia.
Praktik penyelenggaraan pemerintahan lokal di Indonesia telah mengalami kemajuan sejak masa reformasi, ini dapat dilihat dari diberlakukannya undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan diberlakukannya undang -undang ini, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi lebih desentralistis, dalam arti sebagian besar wewenang dibidang pemerintahan diserahkan kepada daerah. Secara umum undangundang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ini telah banyak membawa kemajuan bagi daerah dan juga bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
dalam pelaksanaannya juga telah menimbulkan dampak negatif, antara lain tampilnya kepala daerah sebagai raja-raja kecil didaerah karena luasnya wewenang yang dimiliki, tidak jelasnya hubungan hierarkis dengan pemerintahan diatasnya, tumbuhnya peluang korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di daerah-daerah akibat wewenang yang luas dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan daerah serta money politic yang terjadi dalam pemilihan kepala daerah (Abdullah, 2005: 3).
semua daerah harus mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya dan berusaha bagaimana dapat berlangsung demokratis dan berkualitas sehingga benar-benar mendapatkan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dapat membawa kemajuan bagi daerah sekaligus memberdayakan masyarakat daerahnya. Selain itu, salah satu tujuan diselenggarakannya pilkada secara langsung ini juga dapat memberikan pendidikan politik bagi masyarakat didaerah, dimana nantinya mereka menjadi lebih pengalaman dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Henry B Mayo dalam bukunya Introduction to Demokratic Theory merinci beberapa nilai yang terdapat dalam demokrasi, yaitu: Menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga. Menjamin terselenggaaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur. Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity). Menjamin tegaknya keadilan.
TERIMAKASIH