Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi ALL Berdasarkan morfologinya:

L-1: leukemia limfositik akut pada anak (populasi sel blas berukuran kecil homogen) L-2: leukemia limfositik akut pada dewasa (populasi sel blas besar heterogen) L-3: leukemia jenis limfoma Burkitt (sel blas besar dengan sitoplasma bervakuola dan basofilik)

Etiologi, epidemiologi, dan faktor resiko ALL Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating agents. Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaatrisikonya. Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker. Human T-Cell Leukemia Virus-1(HTLV-1). Virus tersebut menyebabkan leukemia Tcell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada anak-anak. Walaupun demikian, 20% kasus adalah dewasa. Jika tidak diobati, dapat fatal. Insidens di Indonesia mencapai 1/60.000 orang per tahun dengan 75%nya berusia < 15 tahun dengan puncak insidens pada usia 3-5 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria. Pemeriksaan penunjang pada ALL Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah: 1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): a. Ditemukan sel blast yang berlebihan b. Peningkatan protein

2. Pemeriksaan darah tepi a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) b. Peningkatan asam urat serum c. Peningkatan tembaga (Cu) serum d. Penurunan kadar Zink (Zn) e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif 3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 5. Sitogenik:50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa: a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a) b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection) c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil Penatalaksanaan pada ALL Tahapan terapi LLA: 1. Terapi induksi remisi

Tujuan: eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan kembalinya hematopoiesis normal Terapi ini biasanya terdiri dari prednison, vinkristin, dan antrasiklin (pada umumnya daunorubistin) dan juga L-asparginase 2. Terapi intensifikasi atau konsolidasi

Tujuan: eliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten obat.

3.

Profilaksis SSP

Profilaksis SSP sangat penting pada pasien LLA. Sekitar 50 75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi ini akan mengalami relaps pada SSP Terdiri dari kombinasi kemoterapi intrarektal, radiasi kranial, dan pemberian sistemik obat yang mempunyai bioavalibilitas SSP yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi. 4. Pemeliharaan jangka panjang

Terapi ini tersiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2 3 tahun Tindakan preventif 1. Mencegah terjadinya infeksi o Observasi adanya tanda-tanda infeksi. o Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka: Tampatkan pasien dalam ruangan khusus Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan. Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi o Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif o Berikan terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan 2. Mencegah cidera (perdarahan) o Observasi adanya tanda-tanda perdarahan o Pantau tanda vital dan nilai trombosit o Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit. 3. Memberikan nutrisi yang adekuat a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan

Anda mungkin juga menyukai