Anda di halaman 1dari 5

ANALISA KERETAKAN PELAT LANTAI 2 LABORATORIUM REFRIGRASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pekerjaan konstruksi bangunan cukup kompleks, setelah konstruksi selesai dilaksanakan maka akan dimanfaatkan oleh pemilik sesuai dengan rencana dengan proses pemakaian konstruksi. Seiring dengan waktu atau perkiraan umur rencana maka konstruksi akan mengalami kerusakan yang antara lain terjadinya retak akibat beberapa faktor antara lain pengaruh lingkungan yang disebabkan karena cuaca dan suhu, ketidak sesuaian dalam perencanaan, adanya perubahan fungsi bangunan dari rencana semula (disain) dan akibat beban yang berlebihan dari kapasitas yang direncanakan serta akibat beban sementara seperti gempa. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan konstruksi dengan jalan memberikan perkuatan pada struktur konstruksi. Dengan teknologi yang ada saat ini perbaikan dapat dilakukan dengan cara perbaikan struktur dengan memberikan perkuatan ataupun penambahan bahan-bahan ataupun material tertentu pada konstruksi yang mengalami kerusakan diharapkan kekuatan bertambah atau minimal sama dengan kekuatan semula dari struktur. Jenis kerusakan yang terjadi pada bangunan adalah retak. Retakan dapat terjadi pada tembok, lantai, kolom atau balok suatu bangunan. Keretakan semacam ini tidak bisa kita anggap begitu saja dan harus dicari penyebabnya. Retak ini terjadi biasanya disebabkan oleh karena penyusutan yang terjadi pada proses pengeringan dari adukan semen, gempa bumi, kesalahan struktur, penambahan beban, kegagalan bangunan atau penyebab lain. Kondisi keretakan ini pasti akan menimbulkan beberapa masalah. Apabila kondisi ini tidak segera diatasi atau selesaikan maka akibat yang muncul akan sangat fatal, misalnya
LAPORAN STUDI KASUS DIV TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013

ANALISA KERETAKAN PELAT LANTAI 2 LABORATORIUM REFRIGRASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

kerusakan struktur bangunan, rembesan atau kebocoran air pada daerah tertentu, rusaknya pondasi bangunan, rusaknya plat beton atau lantai bangunan, dan akhirnya akan merusak dari nilai bangunan itu sendiri dan bahkan bisa mengakibatkan keruntuhan bangunan itu sendiri. Keretakan tersebut salah satunya terjadi di lantai 2 gedung Laboratorium Refrigrasi. Di laboratorium refrigrasi ini terdapat mesin-mesin berbobot cukup berat yang masih beroperasi untuk kepentingan pendidikan. Oleh karena itu perlu dipikirkan dalam perancangan terkait masalah kekuatan dari pelat lantai tersebut agar pelat lantai tersebut tidak mengalami keretakan.

1.2 LOKASI STUDI KASUS Lokasi studi kasus ini berada di Laboratorium Jurusan Teknik Refrigrasi Politeknik Negeri Bandung.

LOKASI STUDI KASUS


Gambar 1.1: Lokasi studi kasus (tampak atas)
Sumber: www.polban.ac.id

LAPORAN STUDI KASUS DIV TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013

ANALISA KERETAKAN PELAT LANTAI 2 LABORATORIUM REFRIGRASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

LOKASI STUDI KASUS

Gambar 1.2: Denah lokasi studi kasus


Sumber: dokumentasi POLBAN

1.3 TUJUAN Tujuan dari pelaksanaan studi kasus ini ialah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kualitas pelat beton dengan melakukan pengujian terhadap mutu beton (fc) dan jumlah tulangan pada pelat beton sehingga dapat menganailsa struktur dari pelat beton tersebut. 2. Mengklasifikasikan keretakan pada pelat beton tersebut, apakah keretakan tersebut termasuk retak struktural atau non struktural. 3. Memberikan solusi perbaikan yang tepat, yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keretakan tersebut.

1.4 RUANG LINGKUP

LAPORAN STUDI KASUS DIV TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013

ANALISA KERETAKAN PELAT LANTAI 2 LABORATORIUM REFRIGRASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penyusunan studi kasus ini adalah studi kasus keretakan pelat lantai 2 Laboratorium Refrigrasi Politeknik Negeri Bandung. Secara umum ruang lingkup pembahasan dalam studi kasus ini meliputi inspeksi dan identifikasi kualitas struktur dari pelat lantai Laboratorium Refrigarasi terkait masalah keretakan-keretakan yang terjadi dengan

menggunakan metode Non-Destructrive (NDT), meliputi : 1. Menganalisa kualitas pelat beton 2. Menganalisa keretakan pelat lantai 3. Memberikan solusi perbaikan Dalam pelaksanaan studi kasus ini mengacu pada beberapa referensi khusus yang lazim digunakan. Beberapa acuan tersebut adalah: 1. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1987.
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung (SNI 1726-

2002). 3. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Dan Bahan Bangunan Gedung (SNI-03-2847-2002). 4. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI-1971). 5. Tata Cara Penghitungan Pembebanan Untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI-03-1727-2002). Hal-hal yang akan dikaji adalah penyebab terjadinya keretakan pada pelat lantai tersebut, apakah keretakan tersebut bersifat struktural atau non struktural, sehingga nantinya akan didapatkan alternatif solusi mengenai kondisi pelat lantai tersebut. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
LAPORAN STUDI KASUS DIV TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013

ANALISA KERETAKAN PELAT LANTAI 2 LABORATORIUM REFRIGRASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN: Memaparkan mengenai latar belakang, lokasi studi kasus, tujuan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika

pembahasan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA: Menguraikan mengenai uraian-uraian

yang disajikan berdasarkan studi pustaka dari berbagai referensi media massa maupun literatur literatur untuk digunakan dalam pembahasan. BAB III METODOLOGI : Memaparkan tahapan dan alur dari pelaksanaan studi kasus ini. Bab IV PEMBAHASAN: Memaparkan pembahasan dari masalah yang diangkat ke dalam studi kasus sampai didapatkan solusi dari

permasalahannya. Bab V KESIMPULAN DAN SARAN: Memaparkan kesimpulan dan

saran mengenai studi kasus yang dilakukan.

LAPORAN STUDI KASUS DIV TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013

Anda mungkin juga menyukai