Anda di halaman 1dari 10

Beberapa contoh cairan kristaloid : Ringer Laktat (RL) Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium

m 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Laktat pada larutan ini dimetabolisme di dalam hati dan sebagian kecil metabolisme juga terjadi dalam ginjal. Metabolisme ini akan terganggu pada penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi hati. Laktat dimetabolisme menjadi piruvat kemudian dikonversi menjadi CO2 dan H2O (80% dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase) atau glukosa (20% dikatalisis oleh piruvat karboksilase). Kedua proses ini akan membentuk HCO3. Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur. 5. Breath Hydrogen Test Alat : Lactometer ( alat yang digunakan di Sub Bagian Gastroenterologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI - RSCM) Substrat : Laktosa (2 gram / kgBB - maksimal 50 gram dalam larutan 20 % atau 10 % Click to buy NOW! PDF-XChange www.docu-track.com Click to buy NOW! PDF-XChange www.docu-track.com bagi bayi berumur kurang dari 6 bulan) Cara : - Pasien dipuasakan (bayi minimal 4 jam dan anak yang lebih besar 6 - 8 jam). - Sebelum substrat diminumkan, kadar gas hidrogen nafas diukur terlebih dahulu dengan cara mengumpulkan udara ekspirasi. - Pasien diminta untuk menarik nafas lebih kurang 5 detik dan selanjutnya diminta untuk mengeluarkan nafas secara perlahan - lahan melalui mouth piece atau bagi anak yang lebih kecil menggunakan sungkup selama 20 - 30 detik.

- Selanjutnya substrat diminumkan dan kadar gas hidrogen nafas diukur setiap 30 menit selama 3 jam. Hasil - Peningkatan gas hidrogen nafas di atas 20 ppm sebelum 2 jam setelah pemberian larutan laktosa menunjukkan kemungkinan adanya malabsorpsi laktosa. Jika peningkatan terjadi dalam waktu 30 menit pertama setelah pemberian larutan laktosa, perlu dipertimbangkan akan adanya bakteri tumbuh lampau. Untuk membuktikannya PEMERIKSAAN CLINITEST Clinitest adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan tablet clinitest yangdigunakan untuk mendeteksi adanya zat-zat dalam feses yang mereduksi tembaga yangterdapat dalam tablet clinitest tersebut. Zat-zat tersebut adalah monosakarida sepertiglukosa, laktosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa. Clinitest ini dapat digunakan untuk membedakan diare yang disebabkan oleh karena ekskresi abnormal gula (monosakarida)dan diare yang disebabkan oleh karena kuman. Prinsip Clinitest Gula (monosakarida) akan mereduksi tembaga. Warna larutan yang dihasilkandibandingkan dengan warna baku pada color chart . Bahan Pemeriksaan Feses (feses padat dan cairannya dicampur terlebih dahulu sebelum diperiksa)Bahan pemeriksaan ini harus segera diperiksa dalam waktu 1 jam atau dapatdisimpan dalam lemari es paling lama 4 jam. Alat Sentrifus Aquadest PipetTabung reaksi Color chart Faeces container Penangas air Rak tabung reaksiTang penjepit BreathHydrogen Test Prosedur St e l a h s e m a l a m b e r puasa,pe n d e r i t a d i b e r i 50gramsl a k t o s a ( d i d a l a m l a r u t a n a i r ) d a n ditelan.

Jikalaktosatidakda pa t d i c e r n a , b a k t e r i u s u s memetabolismenyadanmenghasilkan h i d r o g e n . Inidap atdideteksilewat p erna p a s a n d e n g a n c r o m a t o g r a f i a t a u a l a t deteksi Tesinimembutuhkan2-3 jam ELISA Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Untuk nabi Israel, lihat Elisa.

Plate mikrotiter yang digunakan untuk ELISA ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).[1] Umumnya ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu competitive assay yang menggunakan konjugat antigenenzim atau konjugat antobodienzim, dannoncompetitive assay yang menggunakan dua antibodi. Pada ELISA non-competitive assay, antibodi kedua akan dikonjugasikan dengan enzim sebagai indikator. Teknik kedua ini seringkali disebut sebagai "Sandwich" ELISA.

Uji ini dilakukan pada plate 96-well berbahan polistirena. Untuk melakukan teknik "Sandwich" ELISA ini, diperlukan beberapa tahap yang meliputi: 1. Well dilapisi atau ditempeli antigen. 2. Sampel (antibodi) yang ingin diuji ditambahkan. 3. Ditambahkan antibodi kedua yang dikonjugasikan dengan enzim tertentu seperti peroksidase alkali. Antibodi kedua ini akan menempel pada antibodi sampel sebelumnya. 4. Dimasukkan substrat enzim yang dapat menimbulkan warna tertentu saat bereaksi. 5. Intensitas warna campuran diukur dengan spektrofotometer yang disebut ELISA reader hingga mendapatkan hasil berupa densitas optis (OD). Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang digunakan, didapatkan nilai cut-off untuk menentukan hasil positif-negatif suatu sampel. Hasil OD yang berada di bawah nilai cut-off merupakan hasil negatif, dan demikian juga sebaliknya. Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah satu di antaranya adalah kemungkinan yang besar terjadinya hasil false positive karena adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan antigen lain.[2] Hasil berupa false negative dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi.[3] Kolera: Pertanyaan yang Sering Ditanya Kolera adalah penyakit yang sudah langka di negara-negara perindustrian dalam seratus tahun belakangan ini,; tetapi penyakit ini masih sering terdapat di beberapa bagian dunia termasuk sub-benua India dan bagian benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara (subSahara). Apakah kolera itu? Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio Cholerae. Infeksi biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam. Bagaimana seseorang dapat terkena kolera?

Seseorang dapat terkena kolera bila minum air atau makan makanan yang telah terkontaminasi bakteria kolera. Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya, tinja orang yang telah terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. . Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang memadai. Bakteria kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Biasanya, penyakit ini secara langsung tidak menular dari orang ke orang; karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan. Langkah apa yang harus diambil turis untuk mencegah kolera? Semua turis ke daerah yang pernah ada kolera sebaiknya menuruti rekomendasi berikut: Minum hanya air minum yang telah anda masak atau tambahi kaporit (chlorine) atau yodium. Minum yang aman lainnya yaitu teh dan kopi yang dibuat dengan air mendidih, dan minuman botol bersoda tanpa es. Makan hanya makanan yang telah benar-benar dimasak dan masih panas, atau buah-buahan yang Anda kupas sendiri. Hindari ikan atau kerang-kerangan mentah atau setengah matang, termasuk salad udang mentah (ceviche). Makan hanya sayuran yang sudah dimasak, hindari salad. Hindari jajanan di pinggir jalan. Ukuran Eritrosit (sel darah merah) Hemoglobin (Hb) Hematokrit Hitung Jenis Basofil Eosinofil Batang1 Segmen1 Limfosit Monosit Satuan juta/l g/dL % % % % % % % Nilai Rujukan 4,0 5,0 (P) 4,5 5,5 (L) 12,0 14,0 (P) 13,0 16,0 (L) 40 50 (P) 45 55 (L) 0,0 1,0 1,0 3,0 2,0 6,0 50,0 70,0 20,0 40,0 2,0 8,0

Laju endap darah (LED) mm/jam

< 15 (P) < 10 (L)

Leukosit (sel darah 103/l 5,0 10,0 putih) MCH/HER pg 27 31 MCHC/KHER g/dL 32 36 MCV/VER fl 80 96 Trombosit 103/l 150 400 1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung) 2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah) 3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi) 4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi) 5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf). 6. JENIS-JENIS SYOK 7. JENIS-JENIS SYOK DAN PENGERTIANNYA 8. Berdasarkan etiloginya maka syok digolongkan atas beberapa macam yaitu :Syok Hipovolemik, Syok Kardiogenik, Syok Distributif, dan Syok Obstruktif 9. SYOK HIPOVOLEMIK 10. 11. Pengertian 12. Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular.Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempatihamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemenintavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kirakira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkankehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg. 13. Etiologi 14. Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairaneksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti: hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis 15. SYOK KARDIOGENIK 16. 17. Pengertian 18. Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantungmenjadi berkurang atau berhenti sama sekali. 19. Etiologi 20. Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. 21. Koroner 22. , disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan 23. Non-koroner 24. disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung,dan disritmia. 25. SYOK DISTRIBUTIF 26. 27. Pengertian

28. Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalamvaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perife
DEFINISI
Mumps adalah infeksi virus yang berefek pada kelenjar parotid satu dari tiga pasang kelenjar ludah, yang terletak di atas dan di depan telinga. Jika anda atau anak anda mengalami mumps, hal ini dapat menyebabkan pembangkakan pada satu atau kedua kelenjar parotid. Komplikasi mumps adalah potensial serius, tetapi jarang. Mumps adalah hal yang biasa sampai vaksin penyakit ini ditemukan pada tahun 1960an. Sejak itu kasus dari penyakit mumps ini menurun secara drastis.

GULLAIN BARRE SINDROM


Posted on 28 October 2013. Tags: gullain barre sindrom, kelumpuhan, LMN, tetraparese, UMN

GULLAIN BARRE SYNDROME Adalah kelumpuhan motorik akut/subakut jenis LMN yang bersifat progresif pada kedua tungkai atau keempat anggota gerak, biasanya muncul sesudah infeksi. Sering di dahului oleh influenza atau infeksi saluran napas bagian atas atau saluran pencernaan. Interval antara penyakit infeksi yang mendahuluinya dengan awitan biasanya antara 1-3 minggu. Gambaran Klinis


1.

Terdapat kelumpuhan motorik akut/subakut tipe LMN pada kedua tungkai atau keempat anggota gerak. Kelumpuhannya biasanya terjadi simetris. Gangguan sensorik eksteroseptif sangat minimal Hiporefleks/arefleks Hipotoni Dapat disertai gangguan nervus kranialis terutama N.VII sering bilateral. Dapat didahului oleh demam karena infeksi atau penyakit lainnya Hasil Laboratorium Darah tepi: leukositosis CSS: disosiasi sito albuminik EMNG: kecepatan hantar saraf tepi menurun Terapi Obat-obatan


1. 2. 3.

Immunoglobulin IV dosis tinggi (0,4 gr/kgBB) selama 5 hari Fresh frozen plasma exchange bila tersedia Kortikosteroid; Dexametason IV dosis awal 8-10 mg, selanjutnya 4-5 mg/6 jam selama masa progresif selama 7-14 hari lalu diturunkan berangsur Penanganan terhadap pernapasan; rawat ICU Penanganan terhadap gangguan autonom: labetolol Rehabilitasi medik

jenis-jenis syok

Jenis-jenis syok : 1.Syok hipovolemik Penyebab : muntah/diare yang sering; dehidrasi karena berbagai sebab seperti heat stroke, terkena radiasi; luka bakar grade II-III yang luas; trauma dengan perdarahan; perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahan ante natal, perdarahan post partum, abortus, epistaksis, melena/hematemesis.

Diagnosis : perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin, basah, pucat), takikardi, pada keadaan lanjut : takipneu, penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat, lemah dan apatis Tindakan : pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan melebihi dari cairan yang hilang. Catatan : untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan. 2.Syok kardiogenik Penyebab : dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain kontusio jantung, tamponade jantung, tension pneumotoraks Diagnosis : hipotensi disertai gangguan irama jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti blok AV atau takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian JVP, dapat disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran trakea)

Tindakan : pemasangan jalur intravena dengan cairan kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia berikan obat-obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis pada ICS II untuk tension pneumotoraks 4. Syok septik Penyebab : proses infeksi berlanjut Diagnosis : fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi; fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi. Tindakan :ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg).

Tindakan awal : IVFD cairan kristaloid, beri antibiotika, singkirkan sumber infeksi Tindakan lanjut : penggunaan cairan koloid dikombinasi dengan vasopresor seperti dopamine 5. Syok anafilaksis Penyebab : reaksi anafilaksis berat Diagnosis : tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi (makanan, sengatan binatang dan lainlain) atau setelah pemberian obat. Tindakan : resusitasi cairan dan pemberian epinefrin subcutan Catatan : tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia biasanya merupakan tanda hipotensi Syok Hipovolemik Syok hipovolemik karena dehidrasi

Klasifikasi Dehidrasi ringan :

Penemuan Klinis

Pengelolaan

Selaput lendir kering, nadi normal Pergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid atau sedikit meningkat Kehilangan cairan tubuh sekitar (NaCl 0,9% atau RL) 5 % BB Selaput lendir sangat kering, lesu, Pergantian volume cairan yang nadi cepat, tekanan darah turun, hilang dengan cairan kristaloid Kehilangan cairan tubuh sekitar oligouria (NaCl 0,9% atau RL) 8 % BB Dehidrasi sedang : Selaput lendir pecah-pecah, Pergantian volume cairan yang pasien dapat tidak sadar, tekanan hilang dengan cairan kristaloid Kehilangan cairan tubuh > 10 % darah menurun, anuria (NaCl 0,9% atau RL) Dehidrasi berat :

Syok hipovolemik karena perdarahan :

Menurut Advanced Trauma Life Support Klasifikasi Kelas I : kehilangan volume darah < 15 % EBV Kelas II : kehilangan volume darah 15 30 % EBV Penemuan Klinis Hanya takikardi minimal, nadi < 100 kali/menit Takikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), penurunan pulse pressure, penurunan produksi urin (20-30 cc/jam) Pengelolaan Tidak perlu penggantian volume cairan secara IVFD Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah 3 kali volume darah yang hilang

Kelas III : kehilangan volume darah 30 - 40 % EBV

Takikardi (>120 kali/menit), Pergantian volume darah yang takipnea (30-40 kali/menit), hilang dengan cairan kristaloid perubahan status mental (NaCl 0,9% atau RL) dan darah (confused), penurunan produksi urin (5-15 cc/jam) Takikardi (>140 kali/menit), takipnea (35 kali/menit), perubahan status mental (confused dan lethargic), Bila kehilangan volume darah > 50 % : pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama dengan diastolik, produksi urin minimal atau tidak keluar Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

Kelas IV : kehilangan volume darah > 40 % EBV

Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg B

Anda mungkin juga menyukai