Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGATURAN DOSIS OBAT


PADA PENDERITA GAGAL GINJAL

OLEH:
Ratih Pratiwi Sari, S.Farm

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ginjal merupakan organ yang penting dalam pengaturan kadar cairan
tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan metabolit-metabolit sisa
dan obat dari tubuh. Kerusakan atau degenerasi fungsi ginjal akan
mempunyai pengaruh pada farmakokinetika obat. Beberapa penyebab
yang umum dari kegagalan ginjal yaitu penyakit, cidera dan intoksikasi
obat. Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsi-fungsi vitalnya akan
mengakibatkan keadaan yang disebut uremia atau penyakit ginjal stadium
akhir (Wilson, 1992; Brody dkk., 1994).
Gagal ginjal diklasifikasikan menjadi dua yaitu kronik dan akut.
Mekanisme gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu: (1)
penurunan fungsi ginjal; (2) insufisiensi ginjal; dan (3) gagal ginjal stadium
akhir atau uremia. Gagal ginjal akut merupakan sindrom klinik akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia
(Wilson, 1992; Brody dkk., 1994). Gagal ginjal akut juga dapat
dipengaruhi

oleh

obat-obat

tertentu

seperti

siklosporin,

NSAID,

aminoglikosida, dan inhibitor ACE (Mueller, 2005). Oleh karena ginjal


berperan dalam proses ekskresi (eliminasi) suatu obat, maka apabila
terjadi gangguan fungsi ginjal, akan mengakibatkan perubahan pada
farmakologi obat yang disebabkan karena perubahan kadar obat di dalam
darah, terutama obat yang sebagian besar diekskresi (eliminasi) melalui
ginjal.
1.2.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui pendekatan umum farmakokinetika yang digunakan
untuk pengaturan dosis obat pada penderita gagal ginjal.
2.

Mengetahui cara pengaturan dosis pada penderita gagal ginjal.

BAB II

ISI
2.1.

Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urin,
yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan.
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh,
mengatur konsentrasi garam dalam darah, mengatur keseimbangan
asam-basa darah serta mengatur ekskresi bahan buangan dan kelebihan
garam. Apabila ginjal gagal dalam menjalankan fungsinya ini, maka akan
terjadi gangguan pada keseimbangan air dan metabolisme dalam tubuh
sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan zat-zat berbahaya
dalam darah (Pearce, 1995).

2.2.

Penyebab Umum dari Kegagalan Ginjal


Adapun penyebab-penyebab umum dari kegagalan ginjal adalah
sebagai berikut:
1. Pielonefritis,

merupakan

peradangan

dan

kemunduran

dari

pielonefron yang disebabkan oleh infeksi, antigen, atau penyebab lain


yang tidak diketahui asalnya.
2. Hipertensi, kelebihan muatan yang kronik dari ginjal dengan cairan
dan elektrolit dapat menimbulkan ketidakmampuan ginjal.
3. Diabetes Mellitus, merupakan gangguan metabolisme gula dan
keseimbangan asam-basa dapat menimbulkan atau meningkatkan
kemunduran penyakit ginjal seorang penderita.
4. Obat-obat nefrotoksik/logam-logam, obat-obat tertentu yang dipakai
secara

kronik

dapat

menyebabkan

kerusakan

ginjal

secara

irreversible, yakni aminoglikosida, fenasetin, dan logam-logam berat


seperti merkuri dan timbal.
5. Hipovolemia, yaitu setiap kondisi yang menyebabkan penurunan
aliran darah ginjal akan mengakibatkan ischemia dan kerusakan
ginjal.
6. Alergennefron,

senyawa-senyawa

tertentu

dapat

menghasilkan

sejenis immun dari reaksi sensitivitas dengan sindrom nefritis, misal


malaria kuartana, serum nefrotoksik (Shargel & Yu, 2005).
2.3

Definisi Dosis

Kecuali dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis adalah


sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada penderita dewasa;
juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis terutama obat yang
tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai
dosis toxica. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan kematian,
disebut sebagai dosis letalis (Joenoes, 2004).
Ekskresi ginjal adalah merupakan salah satu mekanisme penting
yang terlibat dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya. Efek dosis
obat tunggal akan diperpanjang dan konsentrasi keadaan jenuh (steady
state) akan meningkat jika proses tersebut menurun (Prest, 2002). Pada
penderita gagal ginjal terjadi penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ,
filtrasi glomeruler dan fungsi tubuler. Perubahan tersebut mengakibatkan
beberapa obat dieliminasi lebih lambat. Oleh karena itu, dosis obatobatan yang diekskresi secara primer oleh ginjal harus disesuaikan untuk
masing-masing individu (Prest, 2002).
2.4.

Perhitungan Fungsi Ginjal


Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguan ginjal,
umumnya diperkirakan dengan mengukur klirens kreatinin. Pengukuran
fungsi ginjal dapat menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah
metode Jellife.
Untuk laki-laki : ClCr =
Untuk wanita : ClCr x 0,9
Berdasarkan perhitungan klirens kreatinin tersebut dapat ditentukan
tingkat keparahan penurunan fungsi ginjal dan pemberian dosis dapat
disesuaikan berdasarkan anjuran buku standar.
Tabel 1. Tingkat penurunan fungsi ginjal
No
1
2
3

2.5.

Tingkat
Ringan
Sedang
Berat

Klirens kreatinin
20-50 mL/min/1,73 m2
10-20 mL/min/1,73 m2
< 10 mL/min/1,73 m2

Penyesuaian Dosis Didasarkan atas Perubahan Tetapan Laju Eliminasi

Keseluruhan tetapan laju eliminasi untuk beberapa obat menurun


pada penderita uremia. Suatu aturan dosis dapat dirancang untuk
penderita uremia dengan salah satu cara menurunkan dosis normal obat
dan menjaga frekuensi pemberian dosis (jarak waktu pemberian dosis)
yang konstan atau dengan menurunkan frekuensi pemberian dosis
(memperpanjang jarak waktu pemberian dosis) dan menjaga dosis
konstan. Dosis dari obat-obat dengan rentang terapeutik yang sempit
hendaknya diturunkan terutama jika obat terakumulasi pada penderita,
sebelum memperburuk fungsi ginjal. Aturan dosis ini dihitung berdasar
anggapan yang meliputi:
1. Tetapan laju eliminasi menurun secara proporsional bila fungsi ginjal
menurun.
2. Rute eliminasi bukan ginjal (terutama tetapan laju metabolisme) tetap
tidak berubah.
3. Perubahan klirens ginjal dari obat dicerminkan oleh perubahan klirens
kreatinin.
(Shargel & Yu, 2005).
2.6.

Pendekatan Umum untuk Penyesuaian Dosis pada Penyakit Ginjal


Ada beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang tepat
untuk seorang penderita dengan kerusakan ginjal. Rancangan aturan
dosis untuk penderita uremia didasarkan atas perubahan farmakokinetika
yang terjadi sehubungan dengan kondisi uremia (Shargel & Yu, 2005).
Pada umumnya, obat-obat pada penderita dengan uremia atau kerusakan
ginjal mengalami perpanjangan waktu paruh eliminasi dan perubahan
volume distribusi. Dalam kondisi uremia yang kurang berat dapat tidak
terjadi edema dan juga tidak tejadi perubahan volume distribusi. Oleh
karena itu, metode-metode untuk penyesuaian dosis pada penderita
uremia didasarkan atas perkiraan yang teliti klirens obat pada penderita
tersebut.

Dua

penyesuaian

pendekatan

dosis

meliputi

farmakokinetika
metode yang

yang

umum

didasarkan

untuk

atas klirens

obat dan metode yang didasarkan atas waktu paruh eliminasi


(Shargel & Yu, 2005).
BAB III

PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah :
1. Terdapat dua pendekatan farmakokinetika yang umum untuk
penyesuaian dosis meliputi metode yang didasarkan atas klirens obat
dan metode yang didasarkan atas waktu paruh eliminasi.
2. Suatu aturan dosis dapat dirancang untuk penderita gagal ginjal
dengan salah satu cara menurunkan dosis normal obat dan menjaga
frekuensi pemberian dosis (jarak waktu pemberian dosis) yang
konstan atau dengan menurunkan frekuensi pemberian dosis
(memperpanjang jarak eaktu pemberian dosis) dan menjaga dosis
konstan.

3.2.

Saran
Sebaiknya perlu perhatian khusus untuk pengaturan dosis obat untuk
pasien, terutama pasien dengan kerusakan fungsi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
Brody, T. M., Larner, J. L., Minneman, K. P., and Neu, H. C. (Ed.), 1994, Human
Pharmacology, 2nd Ed, Mosby, Sydney.
Joenoes, Z. N. 2004, Ars Prescribendi, Resep yang Rasional, Edisi I, Airlangga
University Press, Surabaya.
Mueller B. A, 2005, Acute Renal Failure, dalam Dipiro J. T., Talbert R.. L., Yee G.
C., Matzke G. R.,Wells B. G., Posey L. M., Pharmacoterapy A
Pathophysiologic Approach, 6th ed, McGraw-Hill, New York.
Pearce, E. C, 1995, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Shargel, L & Andrew B. C. Yu, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Airlangga University Press, Surabaya.
Wilson, L. M, 1992, Gagal Ginjal Kronik, dalam Price, S. A. dan Wilson, L. M.,
Patofisiologi, diterjemahkan oleh Peter A., Buku II, ed. IV, 812-845, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

CURICULUM VITAE

Nama

Ratih Pratiwi Sari, S. Farm

Tempat/ Tanggal Lahir

Banjarmasin/ 24 September 1989

Minat yang dipilih

Magister Farmasi Klinik

Pekerjaan

Instansi

Alamat Kantor

Tel./Faks./Email

087814111240

Alamat Rumah di daerah :


asal

Jl. Simpang Gusti IV Gg. Amaliah NO. 88 RT. 14


RW.005 Kayutangi Banjarmasin 70125

Tel./Faks./Email

Alamat Rumah di Yogya :

Riwayat Pendidikan

SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin (1995-2001)

SMPN 2 Seroja Banjarmasin (2001-2004)


SMK Farmasi ISFI Banjarmasin (2004-2007)
S-1 Farmasi
(2007-2011)

Universitas

Lambung

Mangkurat

Universitas Asal

Universitas Lambung Mangkurat

Alamat

Jl. Ahmad Yani Km.35,8 Banjarbaru Kalimantan


Selatan

Tahun selesai studi

2011

Pengalaman penelitian

Daya Larut Fraksi n-Butanol Daun Kembang Bulan


(Tithonia diversifolia) terhadap Batu Ginjal Kalsium
secara In Vitro

Dosen Pembimbing

Drs. H. Eko Suhartono, M.Si


Liling Triyasmono, S.Farm., Apt

Pengalaman penulisan
Artikel ilmiah

Jurnal/ Seminar

Pengalaman Bekerja

Tahun

Jenis Pekerjaan

Nama institusi

Anda mungkin juga menyukai