Anda di halaman 1dari 12

Sitokin (Yunani cyto-: sel, dan -kinos: gerakan) adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan

oleh sel-sel spesifik sistem imun yang membawa sinyal lokal antara sel, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain. sitokin merupakan kategori isyarat molekul yang digunakan secara ekstensif dalam komunikasi selular. sitokin berupa protein, peptida, atau glikoprotein. Istilah sitokin meliputi keluarga besar dan beragam regulator polipeptida yang diproduksi secara luas di seluruh tubuh oleh beragam sel asal embriologis. Pada dasarnya, istilah sitokin telah digunakan untuk merujuk kepada agen imunomodulasi (interleukin, interferon, dll). Konflik data yang ada tentang apa yang disebut sitokin dan apa yang disebut hormon. Anatomis dan perbedaan struktural antara sitokin dan hormon klasik memudar seperti yang kita belajar lebih banyak tentang masing-masing. hormon protein Classic beredar di nanomolar (10) konsentrasi yang biasanya bervariasi oleh kurang dari satu urutan besarnya. Sebaliknya, beberapa sitokin (seperti IL-6) beredar di picomolar (10) konsentrasi yang dapat meningkat hingga 1.000 kali lipat selama trauma atau infeksi. Distribusi luas sumber selular untuk sitokin mungkin fitur yang membedakan mereka dari hormon. Hampir semua sel berinti, tapi terutama endo/sel epitel dan makrofag (banyak dekat permukaan dengan lingkungan eksternal) adalah produsen IL-1, IL-6, dan TNF-. Sebaliknya, hormon seperti insulin, yang disekresikan dari kelenjar diskrit (misalnya, pankreas). Pada tahun 2008, istilah saat ini mengacu pada sitokin sebagai imunomodulasi agen. Namun, penelitian lebih banyak diperlukan di daerah ini mendefinisikan sitokin dan hormon.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/imuunology/2140483sitokin/#ixzz1f0WK4sZU

Sitokin Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan proteinyang diproduksi limfosit yang diaktifkan pada respon imun seluler. Saat ini ternyatalimfokin tidak hanya dihasilkan oleh limfosit saja tetapi juga oleh sel-sel lain sepertimakrfag, eosinofil, sel mast dan sel endotel. Oleh karena itu istilah uyang lebih tepatdigunaka adalah sitokin. Sel-sel utama yang menghasilkan sitokin adalah sel Th danmakrofag. Hal tersebut sama halnya dengan interferon (IFN) yang juga diproduksi olehl i m f o s i t sehingga dapat pula digolongkan sebagai sitokin. Sitokin m e r u p a k a n s u a t u glikoprotein dengan sifat sebagai berikut: Biasanya diproduksi sel sebagai respon terhadap rangsangan. S i t o k i n y a n g terbentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang sama diproduksi berbagai sel Satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis sel ( p l e i o t r o p i k ) d a n d a p a t menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme.

Banyak fungsi yang sama dimiliki oleh berbagai sitokin (efek yang redundant) 8

Sering mempengaruhi sintesis dan efek sitokin yang lain. Efeknya terjadi melalui ikatan dengan reseptor spesifik padas permukaan selk sasaran dan cenderung menjadi sangat poten.S i f a t - s i f a t s i t o k i n d a n p e r a n a n s i t o k i n d a l a m p e n g h a n c u r a n s e l t u m o r d a p a t diperjelas melalui gambar di bawah ini: Gambar 4. Peranan sitokin dalam penghancuran sel tumor Sitokin bekerja sebagai mediator pada imunitas non-spesifik misalnya IFN, TNF ,dan IL-1, sedang yang lainnya terutama berperan pada imunitas spesifik. Sitokin juga bekerja sebagai pengontrol aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Beberapa sitokinmemiliki sifat sebagai antineoplastik melalui aktivasi sel NK, seperti yang diterangkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Sitokin dengan efek sitostatik

Sitokin Definisi Nama generik untuk molekul yang memediasi interaksi antar-sel. Sekresi zat ini dihasilkan sesuai kebutuhan bergantung pada stimulusnya. Mediator ini dihasilkan oleh berbagai sel hemapoitik dan sel struktural dan memiliki efek pleiotropik pada sel target dalam regulasi pertahanan imunologik, respons inflamasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel, dan remodeling serta perbaikan jaringan. Merupakan polipeptid atau glikoprotein berberat molekul rendah. Pemahaman mengenai sitokin berkembang dan berbagai penelitian misalnya penelitian bidang imunologi, virologi, sel, dan biologi molekular, sehingga konsep yang seragam tidak cepat terbentuk dan timbul berbagai nomenklatur;.

Di tahun enam puluhan misalnya, namanya ditemukan oleh efek biologiknya sehingga sitokin yang dihasilkan oleh limfosit disebut limfokin, sedangkan yang disekresi oleh monosit disebut monokin. Pada International Lymphokine Workshop ke-2 di Swiss tahun 1979, disepakati untuk memberikan satu nama generik bagi mediator tersebut yakni interleukin yang berarti komunikasi antar sel leukosit. Walaupun demikian masih ada yang memakai nama lama atas dasar sejarahnya (interferon), atau efek biologiknya misalnya colony stimulating factor, growth factor tertentu, dll. Sifat-sifat sitokin antara lain sekresinya singkat; tidak pemah disimpan sebagai molekul yang preformed; setiap jenisnya diproduksi oleh lebih dari satu sel; bersifat pleiotropik; bersifat autokrin, parakrin, maupun endokrin. Sumber penting sitokin adalah sel limfosit-T helper. http://www.gigigeligi.com/tentang-kami-mobile/22-kamus-kedokteran-gigi/27c/cytokine Sitokin adalah mediator berupa peptida yang fungsinya dapat menurunkan atau meningkatkan respons imun, inflamasi dan respons tubuh terhadap penyembuhan jaringan yang rusak. Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interselular yang sangat paten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10-10 - 10-15 mol/l dapat merangsang sel sasaran). Saat ini ada lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui. biologi.fst.unair.ac.id/matkul_S1bio/.../Imuno/.../sitokin&tumor.ppt Cytokines sitokin protein/peptida (hormon protein) BM rendah 6/8 60/80 kD Soluble protein yang memperantarai respon imun dan respon inflamasi (mediator soluble pada fase efektor imunitas innata & adaptif Pada mulanya sitokin yang dihasilkan oleh monosit disebut sebagai monokin, sedangkan sitokin yang dihasilkan oleh limfosit disebut sebagai limfokin SIFAT UMUM Cytokines sitokin 1. Mediator imunitas natural/innate fagosit mononuklear : IFN type 1(IFNa), TNF-I, IL-1, IL-6, IL-8, chemokin 2. Regulator aktivasi, pertumbuhan & diff. limfosit : IL-2, IL-4, TGF-b 3. Aktivator sel2 radang sitokin tu bperan dlm proses inflamasi : IFN-g, IL5,limfotoxin, MIF (Macrophage Inhibitory Factor) 4. Stimulator pertumb & diff. leukosit prematur : IL-3, IL-7, M-CSF(MonositColony Stim.Fact), G-CSF (Granulosit) http://ayu-dani91.blogspot.com/2011_01_01_archive.html

SITOKIN Merupakan seri protein dengan BM rendah, yang dulu dinamakan limfokin. Membantu pengaturan dan perkembangan sel-sel efektor imunitas, komunikasi antar sel, dan mengarahkan fungsi efektor. Fungsi: - Autokrin: mengikatkan diri ke sel yang memben tuknya. - Parakrin: mengikatkan diri ke sel di sekitarnya. - Endokrin: mengikatkan diri ke sel-sel yang jauh. Sifat: Pleiotropik, yaitu melepaskan berbagai aktivitas biologis dari sel-sel yang berbeda. Sitokin yang berbeda bisa menimbulkan respon yang sama. ocw.usu.ac.id/course/download/...i/pe_142_slide_sitokin.pdf

Secara umum, percobaan pada tikus memberi kesan bahwa imunitas selular dan humoral mempunyai peranan mayor dan minor dalam sistem pertahanan terhadap infeksi Candida. Sistem kekebalan yang berperan terhadap Candida adalah sistem kekebalan selular, limfosit T bertindak selaku regulator utama. Sel CD4+ dan CD8+ mempunyai peranan dalam respons pejamu terhadap infeksi Candida dan merupakan komponen sentral dalam pertahanan pejamu yang memproduksi sitokin. 1 Dalam dinding sel Candida terdapat bahan polidispersi yang mempunyai berat molekul tinggi yang menginduksi proliferasi limfosit, produksi IL-2 dan IFN-, serta membangkitkan perlawanan sitotoksik sel NK.
1

Fungsi limfosit T dalam kekebalan terhadap Candida adalah memproduksi sitokin yang merangsang dan meningkatkan aktivitas

kandidisidal sel efektor seperti sel MN dan PMN. Sistem imun selular nonspesifik seperti yang diperankan oleh makrofag, PMN, dan sel-sel NK lebih dominan pada infeksi sistemik dibandingkan infeksi superfisial dan mukosal.
1

Secara in vitro maupun in vivo diketahui bahwa sel CD4+ adalah sel T yang terlibat dalam membangkitkan imunitas selular terhadap Candida. Sel CD8+ juga mempunyai efek bagi pertahanan tubuh terhadap Candida, hanya lebih kecil dan tertutup oleh CD4. Efek yang dibutuhkan dari CD4 adalah kemampuan memproduksi sitokin, misalnya TNF-, yang meningkatkan aktivitas sel-sel fagositik.
1

Stimulasi sel mononuklear darah perifer manusia oleh

Candida atau antigennya mengakibatkan diproduksinya beberapa


sitokin yang berbeda. Sel mononuklear wanita sehat akan memproduksi TNF dan IL-1.
1

IL-1 merupakan sitokin yang memicu produksi IL-2 oleh Th1. IL-2 akan merangsang replikasi Th1. Selain itu, Th1 memproduksi IFN- yang dapat menginhibisi pembentukan germ tube.
1

Peranan CD8+ dalam patogenesis dan resolusi infeksi pada kandidosis mungkin membantu melisis PMN yang terinfeksi, memproduksi sitokin untuk mengaktivasi sel fagosit, dan memodulasi aktivitas efektor sel-sel CD4+. Sitokin tidak hanya penting sebagai penghubung antara limfosit T dan sel fagosit, namun juga penting untuk koordinasi sel T.
1

ilmu-kedokteran.blogspot.com/.../immunopatofisiologi-candidiasis-p...

LEUKOSIT DAN PERKEMBANGAN KARSINOMA

Leukosit mewakili berbagai macam sel imun terdiri dari sel bawaan (myeloid) dan adaptif (limfoid)garis keturunan. Bawaan sel imun termasuk makrofag, granulosit, sel mast, sel dendritik (DC), dansel pembunuh alami (NK), merupakan garis pertama pertahanan melawan pathogen an agen asing. Ketika homeostasis jaringan menjadi bingung (pertur bed), makarofag jaringan dan sel mast local mengeluarkan faktor terlarut seperti sitokin, kemokin, mediator bioaktif, dan protein matriks-remodeling yang merekrut tambahan leukosit dari sirkulasi ke jaringan yang rusak (yakni,peradangan). Merekrut sel imun bawaan langsung dapat menghilangkan agen pathogen in situ. Padasaat yang sama, DC mengambil antigen asing (termasuk antigen tumor) dan bermigrasi ke organlimfoid, dimana antigen ke sel imun adaptif. Setelah pengakuan terhadap antigen asing disajikanoleh DC atau sel professional antigen lain, sel imun adaptif, seperti limfosit T atau limfosit B,menjalani ekspansi klonal dalam rangka untuk menjaga suatu respon yang ditargetkanterhadap agen asing. Aktivasi imunitas bawaan akut sehingga tingkat untuk aktivasi lebih canggih,antigen berkomitmen, respon imun adaptif. Setelah agen-agen asing telah dieliminasi, mengatasiperadangan dan homeostasis jaringan dipulihkan. IMUNITAS ADAPTIF DAN PERKEMBANGAN KARSINOMA (PERAN LIMFOSIT T) Mengapa CD8+ CTLs-respon mediasi tidak lebih efektif dalam memberantas atau meminimalkan terjadinya kanker dan bagaimana mungkin CD4+ sel T terlibat dalam meningkatkan perkembangankanker payudara? Salah satu mekanisme yang masuk akal mungkin dengan melakukan dari respon CD4+ sel T-helper di lokasi tumor primer dan / atau metastasis jauh. CD4+ sel T-helperyang diaktifkan sebagai respon terhadap faktor terlarut dan dapat diklasifikasikan secara umummenjadi dua kategori sebagai Th1 dan Th2. Setelah stimulus diaktifkan, CD4+ sel T-helper yangmengeluarkan IFNyTh1-terpolarisasi, TGF-Beta, TNF-alfa dan IL-2. Sitokin bekerja sama dengan sitotoksik/ sel pembunuh fungsi CD8+ sel T dan dapat menginduksi regulasi pengolahan antigen (dalamproteasome), dapat menginduksi ekspresi MHC kelas I dan molekul II, dan dapat mendorongkofaktor antigen lainnya di sel neoplastik. Th1 CD4+ sel T -helper juga meningkatkan respon imunantitumor oleh sekresi INFy, yang pada gilirannya menginduksi aktivasi aktivitas sitotoksik makrofag.Sebaliknya Th2-terpolarisasi CD4+ sel T-helper mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13, yang menyebabkan sel T anergy dan hilangnya sitotoksisitas sel T dimediasi sementara juga meningkatkan kekebalan humoral (fungsi sel B). Secara keseluruhan, respon Th1 dianggap bermanfaat terhadap kekebalan antitumor sedangkan respon Th2 mungkin Downregulate imunitas sel- mediasi antitumordan meningkatkan respon protumor humoral.

IMUNITAS DIDAPAT Sitokin berasal dari imunitas humoral diaktifkan dan / atau Th2 limfosit T juga aktif mengaturkemoatraksi dan polarisasi dari tumor berkaitan leukosit, terutama makrofag. Sel B kronis diaktifkan(biasanya di pusat-pusat germinal atau di folikel ektopik) dapat menghasilkan granulocytemakrofag-CSF, TNF alfa, IL-6, dan IL-10. Sitokin ini, dalam kombinasi dengan sitokin Th2 seperti IL-4, IL-13, dan IL-10, adalah efektor ampuh polarisasi sel imun bawaan. Polarisasi protumor M2 di

makrofag diinduksioleh sitokin Th2/ sitokin humoral IL-4 dan IL-10, sementara secara bersamaan menahan polarisasimakrofag antitumor M1. Granulosit-makrofag-CSF, IL-6 dan IL -10 disekresikan oleh sel B aktif menahan aktivitas sitotoksik makrofag, sedangkan IL-10 menghambat baik presentasi antigen olehmakrofag serta diferensiasi monosit ke dalam DC. Secara bersama-sama, faktor yang berasal darilimfosit kronis diaktifkan terhadap respon sel imun bawaan melalui toleransi tumor dan promosiperkembangan penyakit. MEDIASI IMUNITAS ALAMIAH Sitokin

IL-4: IL-4 merangsang dan memelihara proliferasi sel Th2 dan switch sel B untuk sintesis IgE. IL-5: Sitokin ini adalah kunci dalam pematangan, chemotaxis, pengaktifan, dan kelangsungan hidup eosinofil. IL-5 basofil bilangan prima untuk rilis histamin dan leukotrien. IL-6: IL-6 mendorong produksi lendir. IL-13: Sitokin ini memiliki banyak efek yang sama seperti IL-4. Tumor necrosis factor-alfa: Ini mengaktifkan neutrofil, monosit meningkat chemotaxis, dan meningkatkan produksi sitokin lain oleh sel T.[13]

Tindakan mediator atas dapat menyebabkan respon klinis variabel tergantung pada sistem organ yang terkena, sebagai berikut:

Urticaria / angioedema: Pelepasan mediator di atas dalam lapisan dangkal kulit dapat menyebabkan bercak eritema pruritus dengan sekitarnya. Jika lapisan lebih dalam dermis dan jaringan subkutan yang terlibat, angioedema hasil. Angioedema adalah pembengkakan daerah yang terkena; cenderung menjadi menyakitkan daripada pruritus. Alergi rinitis: Pelepasan mediator di atas dalam saluran pernapasan bagian atas dapat menyebabkan bersin, gatal, hidung tersumbat, Rhinorrhea, dan gatal atau mata berair. Alergi asma: Pelepasan mediator di atas dalam saluran pernapasan bagian bawah dapat menyebabkan bronkokonstriksi, produksi lendir, dan radang saluran napas, mengakibatkan sesak dada, sesak napas, dan mengi. Anafilaksis: Rilis sistemik mediator di atas mempengaruhi lebih dari satu sistem dan dikenal sebagai anafilaksis. Selain gejala di atas, sistem GI juga dapat dipengaruhi dengan mual, kram perut, kembung, dan diare. Vasodilatasi sistemik dan vasopermeability dapat menyebabkan hipotensi signifikan dan disebut sebagai shock anafilaksis. Syok anafilaksis merupakan salah satu dari dua penyebab paling umum kematian di anafilaksis; yang lainnya adalah pembengkakan dan tenggorokan sesak napas.[3, 6]

Reaksi alergi dapat terjadi sebagai reaksi langsung, akhir-fase reaksi, atau peradangan alergi kronis. Reaksi langsung atau fase akut terjadi dalam detik untuk menit setelah terpapar alergen. Beberapa mediator yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil eosinofil dan neutrofil menyebabkan chemotaxis. Tertarik eosinofil dan limfosit penduduk diaktifkan oleh mediator sel mast.

Ini dan sel lain (misalnya, monosit, Sel T) yang diyakini menyebabkan akhir-fase reaksi yang dapat terjadi jam setelah terpapar antigen dan setelah tanda-tanda atau gejala dari reaksi fase akut telah diselesaikan. Tanda-tanda dan gejala dari reaksi fase akhir dapat mencakup kemerahan dan pembengkakan kulit, hidung debit, penyempitan jalan nafas, bersin, batuk, dan mengi. Efek ini dapat berlangsung beberapa jam dan biasanya diselesaikan dalam waktu 24-48 jam. Akhirnya, kontinyu atau berulang paparan alergen (eg, kucing-pasien yang memiliki alergi terhadap kucing) dapat mengakibatkan alergi peradangan kronis. Jaringan dari situs peradangan kronis mengandung eosinofil alergi dan sel T (khususnya sel Th2). Eosinofil dapat melepaskan banyak mediator (egmisalnyadasar utama protein), yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dengan demikian meningkatkan peradangan. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada jaringan yang terkena. Selanjutnya, tantangan alergen berulang dapat mengakibatkan peningkatan kadar antigen-IgE spesifik, yang akhirnya dapat menyebabkan pelepasan lebih lanjut dari IL-4 dan IL-13, sehingga meningkatkan kecenderungan untuk sel Th2 / dimediasi IgE tanggapan.[6] http://withealth.net/id/tag/immune-system Pada imunitas nonspesifik terhadap bakteri intraseluler, sel efektor utamanya adalah fagosit dan sel NK (Natural Killer). Sel fagosit memakan dan mencoba menghancurkan bakteri Mtb, namun kuman ini dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit. Strategi bakteri ini untuk dapat menghindar dari efek eliminasi oleh fagosit antara lain dengan cara mencegah pembentukan fagosom. Sel NK dapat teraktifasi secara langsung oleh bakteri ini atau melalui aktifasi makrofag oleh bakteri yang memproduksi sitokin Interleukin 12 (IL-12 yang merupakan sitokin poten untuk mengaktifkan sel NK. Sel NK yang teraktifasi akan memproduksi sitokin interferon gamma (IFN-) dan kembali mengaktifkan makrofag serta meningkatkan daya fagositosis makrofag (Baratawidjaja KG, 2006).

Imunitas Spesifik Mekanisme Proteksi Imun Tubuh manusia mempunyai suatu sistem imun yang bertujuan melindungi tubuh dari serangan benda asing seperti kuman, virus dan jamur. Sistem tersebut terdiri atas berbagai macam sel dan molekul protein yang sanggup membedakan antara self antigen dan nonself antigen. Setelah sistem imun dibangkitkan terhadap suatu antigen asing, sistem tersebut akan mempunyai memory atau daya ingat dan akan melakukan respons yang lebih spesifik serta lebih aktif jika antigen tersebut masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya.( Manuhutu EJ., 1979). Respons imun proteksi utama terhadap kuman intraseluler adalah cell mediated immunity (CMI) atau imuniti seluler.( Handojo RA., 2001; Chan J, Kaufmann SHE., 1994). Imuniti seluler terdiri atas dua tipe reaksi yaitu fagositosis (oleh makrofag teraktivasi) dan lisis sel terinfeksi (oleh limfosit T sitolitik).( Abbas AK, at.al., 1994). Kuman yang masuk ke alveoli akan ditelan dan sering dihancurkan oleh makrofag alveoler.( Dannenberg AM, Rook GAW., 1994). Secara imunologis, sel makrofag dibedakan menjadi makrofag normal dan makrofag teraktifasi. Makrofag normal berperan pada pembangkitan daya tahan imunologis nonspesifik, dilengkapi dengan kemampuan bakterisidal atau bakteriostatik terbatas. Makrofag ini berperanan pada daya tahan imunologis bawaan (innate resistance). Sedang makrofag teraktivasi mempunyai kemampuan bakterisidal atau bakteriostatik sangat kuat yang merupakan

hasil aktivasi sel T sebagai bagian dari respons imun spesifik (acquired resistance). (Handojo RA., 2001;Iseman MD., 2000). Sel T adalah mediator utama pertahanan imun melawan bakteri.( Barnes PF, Wizel B., 2000). Secara imunofenotipik sel T terdiri dari limfosit T helper, disebut juga clusters of differentiation 4 (CD4) karena mempunyai molekul CD4+ pada permukaannya, jumlahnya 65% dari limfosit T darah tepi. Sebagian kecil (35%) lainnya berupa limfosit T supresor atau sitotoksik, mempunyai molekul CD8+ pada permukaannya dan sering juga disebut CD8. Sel T helper (CD4) berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T helper 1 (Th1) dan sel T helper 2 (Th2). Subset sel T tidak dapat dibedakan secara morfologik tetapi dapat dibedakan dari perbedaan sitokin yang diproduksinya. (Baratawidjaja KG., 2000; Toews GB., 2001). Sel Th1 membuat dan membebaskan sitokin tipe 1 meliputi IL-2, IL- 12, IFN- dan tumor nekrosis faktor alfa (TNF- ).Sitokin yang dibebaskan oleh Th1 adalah aktivator yang efektif untuk membangkitkan respons imun seluler melalui pola Th1. Sel Th2 membuat dan membebaskan sitokin tipe 2 antara lain IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, dan IL-10. Sitokin tipe 2 menghambat proliferasi sel Th1, sebaliknya sitokin tipe 1 menghambat produksi dan pembebasan sitokin tipe 2.( Handojo RA., 2001; Baratawidjaja KG., 2000; Zhang M, at.al., 1995). Interaksi antara pejamu dan kuman dalam setiap lesi merupakan kelainan yang berdiri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh lesi lainnya. (. Dannenberg AM, Rook GAW, 1994; Tomashefski JF, Dannenberg AM., 1998). Kematian makrofag tidak teraktivasi akan menghilangkan lingkungan intraseluler (tempat yang baik untuk tumbuh), diganti dengan lingkungan ekstraseluler berupa jaringan perkijuan padat (nekrotik) yang akan mengambat pertumbuhan kuman. (Tomashefski JF, Dannenberg AM., 1998). Senjata kuman dalam interaksi tersebut adalah kemampuan untuk membelah secara logaritmik dalam makrofag tidak teraktivasi, misalnya dalam monosit yang baru saja migrasi dari aliran darah ke tempat infeksi. Senjata lainnya adalah kemampuan untuk membelah (kadang sangat cepat) dalam bahan perkijuan cair. Ketika kuman sedang membelah ekstraseluler dalam perkijuan cair, sejumlah besar antigen yang dihasilkannya menyebabkan nekrosis jaringan lebih banyak, erosi dinding bronkus, pembentukan kaviti dan selanjutnya penyebaran kuman ke dalam saluran napas. (Dannenberg AM, Rook GAW., 1994; Tomashefski JF, Dannenberg AM., 1998). Kuman bakteri dalam makrofag akan dipresentasikan ke sel Th1 melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II. Sel Th1 selanjutnya akan mensekresi IFN yang akan mengaktifkan makrofag sehingga dapat menghancurkan kuman yang telah difagosit. Jika kuman tetap hidup dan melepas antigennya ke sitoplasma maka akan merangsang sel CD8 melalui MHC kelas I. Sel CD8 yang bersifat sitolitik selanjutnya akan melisiskan makrofag. Tidak semua makrofag akan teraktivasi oleh IFN- yang dihasilkan oleh Th1 sehingga sel yang terlewat tersebut selanjutnya akan dilisiskan melalui mekanisme DTH. (Manuhutu EJ., 1979; . Rumende CM., 2002). Sitokin IFN- yang disekresi oleh Th1 tidak hanya berguna untuk meningkatkan kemampuan makrofag melisiskan kuman tetapi juga mempunyai efek penting lainnya yaitu merangsang sekresi TNF a oleh sel makrofag. Hal ini terjadi karena substansi aktif dalam komponen dinding sel kuman yaitu lipoarabinomannan (LAM) yang dapat merangsang sel makrofag memproduksi TNF-a.(Abbas AK, at.al., 1994). Respons DTH pada infeksi TB ditandai dengan peningkatan sensitiviti makrofag tidak teraktivasi terhadap efek toksik TNF- . Makrofag tidak teraktivasi tersebut merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan kuman, sehingga perlu dihancurkan untuk menghambat proliferasi kuman lebih lanjut. (Rumende CM., 2002). Gambar 2. Prinsip meknisme dari imun innate dan imun adaptive. Sistem imun yang berperan dalam menekan infeksi Mtb manusia adalah imunitas yang diperantarai oleh sel (Cell-

mediated immunity). Gambar 3. Tipe Imunitas Adaftif. Pada imunitas humoral, limfosit B mensekresi antibodi yang mengeliminasi bakteri extracellular. Pada cellmediated immunity. Limfosit T mengaktifasi makrofag untuk menghancurkan bakteri atau membunuh sel yang terinfeksi. Gambar 4. Limpfosit T mengenali antigen pada permukaan antigen-presenting cells dan mensekresi sitokin, mengstimulasi perbedaan mekanisme pengenalan antigen dari imunitas dan inflamasi- Cytolytic T lymphocytes pada sel yang terinfeksi. Sitokin Pengertian Sitokin Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10-15 -10-10 mol/l) dapat merangsang sel sasaran. (Baratawidjaja KG., 2000). Sitokin disusun oleh suatu peptid atau glikoprotein yang terutama disekresi oleh sel makrofag, sel limfosit T helper dan sel endotel ke ekstraseluler serta mempunyai efek pada sel yang sama (aktiviti otokrin) atau pada sel yang lain (aktiviti parakrin).9 Sitokin yang diproduksi oleh sel limfosit T helper disebut limfokin(Baratawidjaja KG. , 2000) sedang yang diproduksi oleh monosit dan makrofag disebut monokin. (Dannenberg AM, Rook GAW. , 1994) Sifat Sitokin Sitokin biasanya berupa glikoprotein dengan sifatsifat sebagai berikut: (Baratawidjaja KG. , 2000; Toews GB., 2001) biasanya diproduksi sel sebagai respons terhadap rangsangan, sitokin yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel sitokin yang sama diproduksi berbagai sel satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis sel (pleitropik) dan dapat menimbulkan efeknya melalui berbagai mekanisme banyak fungsi yang sama dimiliki berbagai sitokin (efek redundan) sering mempengaruhi sintesis dan efek sitokin yang lain efeknya terjadi melalui ikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel sasaran dan cenderung menjadi sangat poten. Fungsi Sitokin Sitokin adalah messenger molekuler yang berfungsi sebagai berikut: - mengawali dan meningkatkan respons imun dengan cara merekrut dan mengaktivasi sel - mengatur aktivasi dan diferensiasi limfosit T dan B. (Toews GB. , 2001). Sitokin tidak spesifik untuk penyakit tertentu, maka kenaikan kadar suatu sitokin bisa terjadi pada berbagai keadaan patologi. (Zhang M, at.al., 1995). Sitokin dibagi menjadi empat kelompok besar sesuai dengan fungsinya, yaitu: - mediator imuniti bawaan (IFN tipe 1, TNF, IL- 1, IL-6 dan kemokin) - mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi limfosit (IL-2, IL-4 dan transforming growth factor-b [TGF- ]) - mengatur immune-mediated inflammation (IFN- , limfotoksin, IL-5, IL-10, IL-12 dan migration inhibition factor) - merangsang pertumbuhan dan diferensiasi lekosit imatur (IL-3, IL-7, c-Kit ligand Granulocyte-macrophage colonystimulating factor [GMCSF], Macrophage CSF dan Granulocyte CSF). (Abbas AK., at.al., 1994). Klasifikasi tersebut berdasarkan pada aksi biologik utama sitokin tertentu tanpa melupakan bahwa banyak sitokin yang mempunyai fungsi lebih banyak dari yang disebutkan dalam klasifikasi.(Dannenberg AM, Rook GAW. , 1994 IMUNITAS DIDAPAT
Pada kasus HIV Produksi imunoglobulin diatur oleh limfosit T CD4+. Seperti dibahas dalam Bab 5, limposit T CD+ diaktifkan oleh sel penyaji antigen (APC) untuk menghasilkan berbagai sitokin seperti interleukin-2 (IL-2), yang membantu merangsang sel B untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel-sel plasma ini kemudian menghasilkan imunoglobuin yang spesifik untuk antigen yang merangsangnya. Sitokin IL-2 hanyalah salah satu dari banyak sitokin yang memengaruhi respons imun baik humoral maupun selular. Walaupun tingkat kontrol,

ekspresi, dan potensi fungsi sitokin dalam infeksi HIV masih terus diteliti, namun sitokin jelas penting dalam aktivitas intrasel. Sebagai contoh, penambahan sitokin IL-12 (faktor stimulasi sel NK) tampaknya melawan penurunan aktivitas dan fungsi sel NK seperti yang terjadi pada infeksi HIV. Sel-sel NK adalah sel yang penting karena dalam keadaan normal sel-sel inilah yang mengenali dan menghancurkan sel yang terinfeksi oleh virus dengan mengeluarkan perforin yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sel CD8. Riset-riset terakhir menunjang peran sitotoksik dan supresor sel CD8 dalam infeksi HIV. Peran sitotoksik sel CD8 adalah mengikat sel yang terinfeksi oleh virus dan mengeluarkan perforin, yang menyebabkan kematian sel. Aktivitas sitotosik sel CD8 sangat hebat pada awal infeksi HIV. Sel CD8 juga dapat menekan replikasi HIV di dalam limfosit CD4+. Penekanan ini terbukti bervariasi tidak saja di antara orang yang berbeda tetapi juga pada orang yang sama seiring dengan perkembangan penyakit. Aktivitas antivirus sel CD8 menurun seiring dengan perkembangannya penyakit. Dengan semakin beratnya penyakit, jumlah limfosit CD4+ juga berkurang

Sel TH2 memiliki peran utama dalam menginisiasi reaksi hipersensitivitas immediate ini dengan menstimulasi produksi IgE dan mempromosikan inflmasi. Sel TH2 muncul karena adanya presentasi dari antigen dengan sel T helper CD4+, mungkin oleh sel dentritik yang menangkap antigen dari tempat awal masuknya. Respon yang ditimbulkan akibat dari antigen dan stimuli lain, termasuk sitokin (IL4), sel T akan berdiferensiasi menjadi sel TH2. Sel TH2 akan memproduksi sitokin dalam jumlah besar (IL4, IL5, dan IL13). IL4 akan bereaksi terhadap sel B untuk menstimulasi produksi dari IgE dan mempromosikan lebih banyak lagi sel TH2. IL5 akan terlibat dalam perkembangan dan pengaktivasian eosinofil, yang merupakan efektor penting dalam hipersensitivitas ini. Efek dari IL13 adalah meningkatkan produksi IgE dan menstimulasi produksi mukus pada sel epitel. Sel TH2 juga memproduksi kemokin yang dapat menarik sel TH2 lebih banyak dan leukosit lain kedalam situs reaksinya.

Anda mungkin juga menyukai