Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah BLOK 21 LBM 3 Public Health Management

Disusun oleh :

M.Ridhatul Aslam

(112100147)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah dilakukan menuntut reformasi total kebijakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan yang ingin dicapai (Depkes, 1999). Kebijakan kesehatan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis SWOT, dengan memperhatikan faktor dan aspek yang berkaitan dengan masalah tersebut termasuk peningkatan pelayanan di sarana pelayanan kesehata npemerintah maupun swasta, peran serta masyarakat baik di sekolah maupun di masyarakat. Di sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta rekam medik merupakan sumber informasi yang sangat penting. Kebijakan kesehatan yang disusun juga berdasarkan pengumpulan data kesehatan yang disebut sistem informasi manajemen kesehatan (SIMKES) baik di puskesmas (SIMPUS) maupun rumah sakit (SIMRS), disamping dari data kesakitan.

BAB II ISI A. Kebijakan Kesehatan 1. Pengertian Kebijakan Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye

menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose) (Abidin, 2002). 2. Kebijakan Kesehatan Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan

sehingga kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010). Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI, 2009). Visi Depkes sebagai penggerak pembangunan kesehatan menuju terwujudnya Indonesia sehat Misi Untuk meningkatkan kinerja dan upaya mutu kesehatan Memberdayakan masyarakat dan daerah Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional Untuk memantapkan suatu manajemen kesehatan yang dinamis Untuk mendorong masyarakat dalam hidup sehat Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan lingkungan Dalam pelaksanaannya dan pembuvisi dan misi kebijakan kesehatan di Indonesia

Dan kebijakan kesehatan mempunya tujuan dan sasaran dalam setiap pembuatannya Tujuan : Mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal melalui upaya kesehatan, berupa promotif, prevetif, kuratif, serta rehabilitatif Bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kesehatan Sasaran : Tersedia berbagai kebijakan dan pedoman serta hukum kesehatan yang menunjang pembangunan kesehatan Terbentuk dan terselenggaranya sistem in formasi kesehatan yang ditunjang oleh sistem informasi kesehatan daerah Terlaksananya dan termafaatkannya hasil penelitian dan pembangunan kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan

Terlaksananya promosi kesehatan dalam rangka perberdadayaan masyarakat danpengembangan perilaku sehat Terselenggaranya advokasi dan pengawasan oleh perorangan, kelompok di bidang kesehatan Terselenggaranya survailen (tidak hanya dilakukan oleh 1 puskesmas) dan kewaspadaan dalam penanggulangan KLB Tersedianya pembiayaan kesehatan yang cukup, adil, berdayagunan, dan berhasil guna Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara tercukupi dan distribusinya merata

penyusunan kebijakan kesehatan merupakan hal penting yang harus kita lakukan,prosedurnya sendiri ialah: a. Mengidentifikasi masalah b. Pengumpulan data masalah c. Pengolahan data masalah (analisis SWOT) d. Hal-hal strategis untuk di laksanakan kebijakan kesehatan e. Kebijakan kesehatan Melalui beberapa metode yaitu 3 Metode: 1. Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 3 jenjang metode analisis yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan. 2. Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4 jenjang metode analisis yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan dan rekomendasi. 3. Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4 jenjang metode analisis yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi dan penyimpulan praktis.

faktor dan aspek yang mempengaruhi kebijakan kesehatan hendakanya harus diperhatikan terkait Prevalensi, lokasi suatu masalah terjadi, tingkat sosial ekonomi,tingkat

pengetahuan,sarana dan prasaran pelayanan kesehatan ,peran serta masyarakat dan faktor kontekstual, ada 4 : faktor situasional (tidak permanen), struktural (tidak berubah dalam masyarakat, misal politik), budaya (hirarki, gender, kebudayaan), internasioanal

(meningkatnya ketergantungan antar negara dan mempengaruhi kemandirian suatu negara)

Prosedur menentukan penetapan kebijakan kesehatan secara umum

1. Rumusan masalah 2. Hipotesis 3. Rekomendasi kebijakan kesehatan

4. Implementasi kebijakan kesehatan 5. Monitoring dan evaluasi Dalam prosesur penetapan

Implementasi adalah proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya (Subarsono, 2005). Secara garis besar fungsi implementasi adalah untuk membentuk suatu

hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome (hasil akhir) kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (Wahab, 2008) n. Dalam pandangan Edward III (1980), implementasi kebijakan mempunyai 4 variabel yaitu : a. Komunikasi Implementasi kebijakan mensyaratkan implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran (Subarsono, 2005). Semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan kebijakan (Indiahono, 2009). b. Sumber Daya Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi Universitas Sumatera Utaratidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia maupun sumberdaya finansial (Subarsono, 2005). Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas dan kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya finansial adalah kecukupan modal dalam melaksanakan kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja (Indiahono, 2009). c. Disposisi Disposisi adalah watak dan karateristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa

yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif (Subarsono, 2005). Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam arah program yang telah digariskan dalam program. Komitmen dan kejujurannya membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementor dan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap implementor dan kebijakan (Indiahono, 2009). d. Struktur Birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (SOP atau standard operating procedures). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel (Subarsono, 2005). Keempat variabel diatas dalam model yang dibangun oleh Edward memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dari kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu variabel akan mempengaruhi variabel yang lain. Misalnya bila implementor tidak jujur akan mudah sekali melakukan mark up dan korupsi atas dana kebijakan sehingga program tidak optimal dalam mencapai tujuannya. Begitu pula bila watak dari implementor kurang demokratis akan sangat mempengaruhi proses komunikasi dengan kelompok sasaran. Model implementasi dari Edward ini dapat digunakan sebagai alat menggambarkan implementasi program diberbagai tempat dan waktu. digunakan sebagai alat menggambarkan implementasi program diberbagai tempat dan waktu. Tidak semua kebijakan berhasil dilaksanakan secara sempurna karena umumnya memang lebih sukar dari sekedar pelaksanaan kebijakan pada

merumuskannya. Proses perumusan memerlukan

pemahaman tentang berbagai aspek dan disiplin ilmu terkait serta pertimbangan mengenai berbagai pihak namun tarapelaksanaan kebijakan tetap dianggap lebih sukar. Dalam kenyataannya sering terjadi implementation gap yaitu kesenjangan atau perbedaan antara apa yang dirumuskan dengan apa yang dilaksanakan. Kesenjangan tersebut bisa disebabkan karena tidak dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya (non implementation) dan karena tidak berhasil atau gagal dalam pelaksanaannya (unsuccessful implementation) (Abidin 2002).

Dalam implementasi kebijakan terdapat beberapa faktor eksternal yang biasanya mempersulit pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain : a. Kondisi Fisik Terjadinya perubahan musim atau bencana alam. Dalam banyak hal kegagalan pelaksanaan kebijakan sebagai akibat dari faktor-faktor alam ini sering dianggap bukan sebagai kegagalan dan akhirnya diabaikan, sekalipun dalam hal-hal tertentu sebenarnya bisa diantisipasi untuk mencegah dan mengurangi resiko yang terjadi. b. Faktor Politik Terjadinya perubahan politik yang mengakibatkan pertukaran pemerintahan dapat mengubah orientasi atau pendekatan dalam pelaksanaan bahkan dapat menimbulkan perubahan pada seluruh kebijakan yang telah dibuat. Perubahan pemerintahan dari kepala pemerintahan kepada kepala pemerintahan lain dapat menimbulkan perbedaan orientasi sentralisasi ke desentralisasi sistem pemerintahan, perubahan dari orientasi yang memprioritaskan strategi industrialisasi ke orientasi agri-bisnis, perubahan dari orientasi yang memprioritaskan pasar terbuka ke strategi dependensi dan sebagainya. c. Attitude Attitude dari sekelompok orang yang cenderung tidak sabar menunggu berlangsungnya proses kebijakan dengan sewajarnya dan memaksa melakukan perubahan. Akibatnya, terjadi perubahan kebijakan sebelum kebijakan itu dilaksanakan. Perubahan atas sesuatu peraturan perundang-undangan boleh saja terjadi, namun kesadaran untuk melihat berbagai kelemahan pada waktu baru mulai diberlakukan tidak boleh dipandang sebagai attitude positif dalam budaya bernegara. d. Terjadi penundaan karena kelambatan atau kekurangan faktor inputs. Keadaan ini terjadi karena faktor-faktor pendukung yang diharapkan tidak tersedia pada waktu yang dibutuhkan, atau mungkin karena salah satu faktor dalam kombinasi faktor-faktor yang diharapkan tidak cukup. e. Kelemahan salah satu langkah dalam rangkaian beberapa langkah pelaksanaan. Jika pelaksanaan memerlukan beberapa langkah yang berikut : A > B > C > D, kesalahan dapat terjadi diantara A dengan B atau diantara B dengan C dan atau antara C dengan D. f. Kelemahan pada kebijakan itu sendiri. Kelemahan ini dapat terjadi karena teori yang melatarbelakangi kebijakan atau asumsi yang dipakai dalam perumusan kebijakan tidak tepat (Abidin, 2002).

Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang rasional dan diinginkan, asumsi yang realistis dan informasi yang relevan dan lengkap. Tetapi tanpa pelaksanaan yang baik, sebuah rumusan kebijakan yang baik sekalipun hanya akan merupakan sekedar Universitas Sumatera Utarasuatu dokumen yang tidak mempunyai banyak arti dalam kehidupan bermasyarakat (Abidin, 2002). B. Analisa Swot Pengertian / definisi analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats). Analisa SWOT adalah suatu metoda penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. pengertian menurut salah satu pakar SWOT Indonesia, yaitu Fredy Rangkuti.: Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah : 1. Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S). Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang. 2. Atasi atau kurangi ancaman dan kelemahan (T dan W). Analisa ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana perbaikan (short-term improvement plan). Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisa SWOT memungkinkan organisasi memformulasikan dan mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan organisasi, dalam analisa SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan. Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan usaha yang direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau kesempatan yang ada atau yang diperhatikan akan timbul dan ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul dan mempengaruhi usaha yang dilakaukan. Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsurunsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Didalam penelitiananalisis SWOT kita ingin memproleh hasil berupa kesimpulankesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisa : >> Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi) Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis kesempatan. >> Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)

Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan. >> Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min) Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga. >> Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini) Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang umumnya dilakukan adalah keluar dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang diambil adalah mencairkan sumber daya yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan men galihkannya pada usaha lain yang lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat. (sumber : e-je.blogspot.com) Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Kebijakan kesehatan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis SWOT, dengan memperhatikan faktor dan aspek yang berkaitan dengan masalah tersebut termasuk peningkatan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, peran serta masyarakat baik di sekolah maupun di masyarakat. Analisa SWOT merupakan cara yang terbaik untuk memperkirakan strategi yang baik dalam pengambilan kebijakan keseh dan dalam analisa SWOT kita dapat mengetahui kekurangan dari faktor eksternal

C. Simkes Definisi

Merupakan kegiatan yang mencakup seluruh jajaran upaya kesehatan di seluruh jenjang administrasi yang mampu memberikan informasi kepada pengelola (manajer kesehatan) dan masyarakat dan untuk mengelola siklus informasi (dari pengambilan data, pengolahan, feedback). tujuan dari SIMKES

Untuk mendapatkan informasi yang valid guna menentukan kebijakan kesehatan serta tersedianya pengelola data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan terpercaya Untuk mengatasi masalah kesehatan melalui isyarat dini dan penanggulangan dari suatu masalah kesehatan Untuk meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan teknologi dan ilmu pengetahuan kesehatan Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan Terselenggaranya sistem data base dan aplikasi informasi kesehatan yang berbasis teknologi informasi macam-macam SIMKES selain SIMPUS dan SIMRS

Sistem informasi kewaspadaan pangan dan gizi Sistem informasi obat Sistem informasi sumberdaya manusia kesehatan, dibagi 4 : Sistem informasi kepegawaian kesehatan Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan Sistem informasi diklat kesehatan Sistem informasi tenaga kesehatan Sistem informasi kesehatan daerah Sistem informasi iptek dan litbang kesehatan Sistem informasi pelayanan terpadu Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah Sistem informasi manajemen penanggulangan kemiskinan -

Sumber informasi yang ada di dalam SIMKES dapat dilihat dari

Rekam medik Survei lapangan Laporan dari lintas sektoral Buku laporan bulanan dan tahunan -

keuntungan dari SIMKES baik yang di puskesmas maupun di RS ialah

Dapat membantu perkembangan pelayanan RS dan puskesmas secara akurat dan tepat Dapat menyimpan data base dari pasien, karyawan serta administrasi

Dapat meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan bagi masyarakat Dapat meningkatkan brand image RS tersebut Dapat mengurangi beban kerja sebagian rekam medik khusunya pada bagian coding, indeksing, dan filing -

SIMKES mempengaruhi pengambilan kebijakan kesehatan

Dari SIMKES akan didapatkan suatu informasi yang valid dan melakukan pengolahan data, sehingga informasi tersebut sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan kesehatan, , mendapatkan kemudahan dari tenaga RS dalam pengelolaan kesehatan,dari data yang terkumpul akan berpengaruh dalam penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan analisis penelitian dan dapat mengumpulkan semua data dan bisa dilihat adanya masalah kemudian hasilnya dirumuskan untuk membuat suatu kebijakan kesehatan

Bab III Kesimpulan dan penutup Kebijakan kesehatan merupakan Suatu konsep dan garis besar suatu rencana pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal,sehingga dalam penyusunannya hendaklah memperhatikannya dengan detail karena implementasinya nanti akan berdampak besar dalam mencapai visi dan misi kebijakan kesehatan,sehingga analisa swot merupakan pilihan tepat dalam proses pembuatannya memperhatikan Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam kebijakan itu sendiri (S dan W). Dan dalam pengembangan pembuatan kebijakan kesehatan pastinya perlu identifikasi masalah terlebih dahulu,karena suatu kebijakan tiap tahunnya akan selalu dikaji,sehingga sistem informasi manajemen kesehatan (SIMKES) baik yang ada dirumah sakit atapunm puskesmas hendaknya selalu dijaga dengan baik ,karena sumber data mengenai manjemen kesehatan yang selama ini terjadi dapat dilihat dari ini.

Sumber : http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135541-T%2027972-Evaluasi%20pelaksanaan-Pendahuluan.pdf http://repository.usu.ac.id Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Edisi 3. Bina Rupa Aksara Publisher Budioro B. 2002. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Semarang. FK UNDIP Departemen Kesehatan RI. 2009. Sisitem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Anda mungkin juga menyukai