Anda di halaman 1dari 9

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

Penerapan Metode AHP dalam Menentukan Mahasiswa Berprestasi The Implementation of AHPs Method to Determine Students Achievements
Yance Sonatha & Meri Azmi Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163 Telp 0751-72590 Fax 0751-72576 E-mail : ys_line@yahoo.com, meriazmi@gmail.com
ABSTRACT In order to determine student achievement, is not expected subjectivity of the decision makers and other stakeholders. Some models can be used to help decision-makers to determine students who excel in accordance with the criteria established from colleges decision-makers. Many models exist in decision support system. One model that can be used is Analytical Hierarchy Process (AHP) and this is also become the basic idea for the author to write this journal. Keywords: Decision Support System, Analyticial Hierarchy Process, criteria, priority

PENDAHULUAN Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik (mahasiswa) agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas untuk mengembangkan soft skills-nya agar menjadi lulusan yang mandiri, penuh inisiatif, bekerja secara cermat, penuh tanggung jawab dan gigih. Kemampuan ini dapat mahasiswa peroleh dari pembekalan secara formal melalui kurikulum akademik dan kokurikuler, ekstra dan intra kurikuler. Namun, tidak semua mahasiswa mau dan mampu untuk menjadi pembelajar yang sukses. Acapkali mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan peluang untuk menggunakan waktunya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan soft skills tidak memperoleh nilai akademik yang tinggi. Sementara itu, dalam era persaingan bebas dibutuhkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft skills yang seimbang. Oleh karenanya di tiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya

dan diberi penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi. Dalam menentukan urutan mahasiswa unggulan, sangat tidak diharapkan subyektifitas dari para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka digunakan model yang dapat membantu para pengambil keputusan untuk menentukan mahasiswa yang unggul sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan perguruan tinggi pengambil keputusan. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support Systems (DSS) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. DSS ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma (Turban,2005). Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memiliki suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-

128

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berpikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami (Kusrini, 2007), diantaranya adalah : 1. Membuat Hierarki 2. Penilaian kriteria dan alternatif 3. Synthesis of priority (menentukan prioritas) 4. Logical Consistency (konsistensi logis) METODOLOGI Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. 2. Menentukan prioritas elemen. a. Langkah pertama adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai dengan kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen lainnya.

Adapun tabel yang digunakan dalam menilai perbandingan pasangan adalah sebagai beikut :
Tabel 1. Skala penilaian pasangan perbandingan

Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikan dibandingkan i 3. Sintesis Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membanginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang

129

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative elemen kedua, dan seterusnya. b. Menjumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative yang bersangkutan. d. Menjumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut maks. 5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus : CI = ( maks n ) / n Dimana n = banyaknya elemen 6. Menghitung Consistency Ratio (CR) dengan rumus : CR = CI / RC Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian dari data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Penentuan indeks random konsistensi mengacu pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Daftar Indeks Random Konsistensi

PERANCANGAN Tujuan dari sistem adalah untuk mempercepat pengambilan keputusan, perincian-perincian yang mudah dipahami sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan sistem. Desain sistem pada hakekatnya bukanlah sekedar mempercepat atau mengoptimalkan kegiatan operasi tapi juga mencakup standarisasi dengan hasil dalam penghematan waktu dan biaya. Diagram Konteks

Gambar 1. Diagram Konteks

Ukuran Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Nilai IR 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Diagram Alir Data Diagram alir data atau Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran sistem secara logikal. Gambaran ini tidak tergantung pada perangkat keras, perangkat lunak, struktur data atau pengorganisasian file. Dalam penyusunan Data Flow Diagram (DFD) harus berpedoman kepada context diagram yang telah ada sebelumnya. Artinya proses yang ada pada diagram konteks diuraikan kembali secara lebih terinci ke dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD)

130

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

Gambar 5. Laporan Penilaian Unggulan

Mahasiswa

Gambar 2. Diagram Alir Data

Rancangan Basis Data Rancangan basis data dan basis model yang digunakan terdiri dari data mahasiswa, data jurusan, data nilai dan data kriteria. Relasi antar tabel diperlihatkan seperti gambar entity relationship diagram dibawah ini :

Rancangan Input dan Output Adapun bentuk rancangan input dan output dari sistem ini adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Entity Relationship Diagram

Gambar 3. Perancangan Form Input Data Mahasiswa

Kamus Data : Mahasiswa = {nim, nama, alamat, tgl_lahir, jurusan} Jurusan = {kd_jur, nama} Nilai = {nim, kd_kriteria, nilai_kriteria} Kriteria ={kd_kriteria,nama_kriteria, nilai_kriteria} PEMBAHASAN Dalam hal ini, akan dibuat sebuah perancangan sistem pendukung keputusan untuk memilih mahasiswa berprestasi dengan memperhatikan Kriteria. Kriteria yang dikembangkan oleh pihak perguruan tinggi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prestasi Akademik (PA) 2. Keikutsertaan dalam kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstra

Gambar 4. Perancangan Form Input Data Nilai Mahasiswa

131

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

kurikuler yang diikuti oleh mahasiswa tersebut (KK) 3. Bobot karya tulis ilmiah yang telah dipresentasikan (KT). 4. Kemampuan berbahasa Inggris (BI). 5. Kepribadian (KP) Untuk masing-masing kriteria diatas diberikan tiga kategori penilaian, yaitu : a. Baik (B) b. Cukup (C) c. Kurang (K) Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan mahasiswa berprestasi adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Prioritas Kriteria a. Menentukan matriks perbandingan berpasangan. Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain, sesuai dengan pengukuran yang ada pada tabel 1.
Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan

c. Membuat matriks penjumlahan setiap baris. Matriks ini didapat dengan mengalikan nilai prioritas pada Tabel 4 dengan matriks perbandingan berpasangan pada Tabel 3. d. Penghitungan rasio konsistensi. Penghitungan ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Jika setelah perhitungan nilai CR > 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan diperbaiki.
Tabel 5. Perhitungan Rasio Konsistensi

/BRS PA KK KT BI KP 1.91 1.37 1.07 0.75 0.64

PRIORITAS 0.38 0.27 0.21 0.15 0.13

HASIL 2.29 1.65 1.29 0.90 0.77 6.89

PA KK KT BI KP

PA 1 0.5 0.5 0.33 0.33 2.66

KK KT BI KP 2 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 2 0.67 0.67 1 2 0.67 0.67 1 1 5.34 6.34 9 11

Dari Tabel 5, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : JUMLAH N = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR) = 6.89 = 5 = 1.38 = -0.72 = -0.65

b. Membuat matriks nilai kriteria. Nilai Matriks ini didapatkan dengan rumus berikut : Nilai baris = Nilai baris kolom kolom lama / jumlah baru masing-masing kolom lama Tabel 4. Matriks Nilai Kriteria JML PRIORITAS 1.67 0.33 PA 1.19 0.24 KK 0.94 0.19 KT 0.65 0.13 BI 0.56 0.11 KP

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. 2. Menentukan Prioritas Subkriteria. a. Menentukan prioritas subkriteria dari kriteria prestasi akademik. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung nilai prioritas subkriteria dan kriteria prestasi akademik sama dengan langkah-langkah yang sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
132

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

a) Membuat matriks perbandingan berpasangan.


Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Prestasi Akademik

B B C K 1 0.33 0.2 1.53

C 3 1 0.33 4.33

K 5 3 1 9

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. b. Menentukan prioritas subkriteria dari kriteria keikutsertaan dalam kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler. a) Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Tabel 9. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kegiatan Ekstrakurikuler.

b) Membuat matriks nilai kriteria. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c) Menentukan matriks penjumlahan setiap baris. Setiap elemen pada tabel ini dihitung dengan mengalikan matriks prebandingan berpasangan dengan nilai prioritas.
Tabel 7. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Prestasi Akademik

B B C K 1 0.50 0.17 1.67

C 2 1 0.50 3.50

K 6 2 1 9.00

b) Membuat matriks nilai kriteria. c) Menentukan matriks penjumlahan setiap baris.


Tabel 10. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kegiatan Kurikuler

B C K

B C 0.63 0.78 0.21 0.26 0.13 0.09

K JUMLAH 0.53 1.94 0.32 0.79 0.11 0.32

d) Perhitungan rasio konsistensi.


Tabel 8. Perhitungan Rasio Prestasi Akademik Konsistensi

B C K

B C K JUMLAH 0.61 0.54 0.71 1.86 0.31 0.27 0.24 0.81 0.10 0.13 0.12 0.35 d) Perhitungan rasio konsistensi.

/BRS PRIORITAS HASIL B C K 1.94 0.79 0.32 0.65 0.26 0.11 JUMLAH 2.59 1.05 0.42 4.07 = 4.07 = 3 = 1.36 = -0.55 = -0.94

Tabel 11. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kegiatan Kurikuler

/BRS PRIORITAS HASIL B C K 1.86 0.81 0.35 0.61 0.27 0.12 JUMLAH 2.47 1.08 0.47 4.03

JUMLAH n = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR)

133

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

JUMLAH n = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR)

= 4.03 = 3 = 1.34 = -0.55 = -0.95

JUMLAH n = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR)

= 4.10 = 3 = 1.37 = -0.54 = -0.94

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. c. Menentukan prioritas subkriteria dari kriteria karya tulis ilmiah yang telah dipresentasikan. a) Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Tabel 12. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Karya Tulis Ilmiah

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. d. Menentukan prioritas subkriteria dari kriteria kemampuan berbahasa Inggris. a) Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Tabel 15. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kemampuan Bahasa Inggris

BAIK B C K 1 0.33 0.25 1.58

CUKUP KURANG 3 4 1 3 0.33 1 4.33 8.00

B C K

BAIK CUKUP KURANG 1 2 5 0.50 1 4 0.20 0.25 1 1.70 3.25 10.00 b) Membuat matriks nilai kriteria. c) Menentukan matriks penjumlahan setiap baris.

b) Membuat matriks nilai kriteria. c) Menentukan matriks penjumlahan setiap baris. Tabel 13. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Karya Tulis Ilmiah B C K JUMLAH 0.61 0.82 0.48 1.90 B 0.20 0.27 0.36 0.83 C 0.15 0.09 0.12 0.36 K d) Perhitungan rasio konsistensi.
Tabel 14. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Karya Tulis Ilmiah

Tabel 16. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kemampuan Bahasa Inggris

B 0.57 BAIK 0.28 CUKUP KURANG 0.11

C K 0.67 0.49 0.33 0.39 0.08 0.10

1.73 1.01 0.30

d) Perhitungan rasio konsistensi.


Tabel 17. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kemampuan Bahasa Inggris

/BRS B C K 1.73 1.01 0.30

PRIORITAS 0.57 0.33 0.10

HASIL 2.29 1.34 0.39 4.03

/BRS PRIORITAS HASIL B C K 1.90 0.83 0.36 0.61 0.27 0.12 2.51 1.11 0.48

134

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

JUMLAH n = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR)

= 4.03 = 3 = 1.34 = -0.55 = -0.95

JUMLAH n = JUMLAH KRITERIA MAKS = JUMLAH / n= CI = (( MAKS - n)/n) CR= (CI/IR)

= 4.07 = 3 = 1.36 = -0.55 = -0.94

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. e. Menentukan prioritas subkriteria dari kriteria kepribadian. a) Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Tabel 18. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kepribadian

(Dengan IR merujuk pada tabel 2. Karena ukuran matriks adalah lima, maka nilai IR = 1.12). Didapatkan nilai CR < 0.1, sehingga rasio konsistensi dari perhitungan diatas dapat diterima. 3. Menghitung hasil Prioritas hasil perhitungan pada langkah pertama dan kedua kemudian direkapitulasi kedalam matriks berikut ini.
Tabel 21. Matriks Hasil
PA PRIORITAS BAIK CUKUP KURANG 0.33 1.00 0.41 0.17 KK 0.24 1.00 0.44 0.19 KT 0.19 1.00 0.45 0.20 BI 0.13 1.00 0.59 0.17 KP 0.11 1.00 0.64 0.20

B C K

BAIK CUKUP KURANG 1 2 4 0.50 1 4 0.25 0.25 1 1.75 3.25 9.00

b) Membuat matriks nilai kriteria. c) Menentukan matriks penjumlahan setiap baris.


Tabel 19. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kepribadian

Dari Matriks yang sudah ada, maka bisa diambil acuan ketika akan memberi penilaian pada mahasiswa berprestasi. Misalnya diberikan penilaian terhadap tiga orang mahasiswa, seperti tabel dibawah ini :
Tabel 22. Hasil Penilaian Berprestasi Mahasiswa

B 0.54 BAIK 0.27 CUKUP KURANG 0.14

C 0.69 0.35 0.09

K 0.44 1.68 0.44 1.06 0.11 0.33

d) Perhitungan rasio konsistensi.


Tabel 20. Perhitungan Rasio Kriteria Kepribadian Konsistensi

MA I II III

PA KK KT C C C B K K C B C

BI B K B

KP B C B

Maka hasil penilaian setelah dimasukkan kedalam sistem adalah :


Tabel 23. Output Dari Sistem Setelah Penginputan Nilai Mahasiswa Berprestasi
MAHA SISWA A B C PA 0.14 0.33 0.14 KK 0.10 0.04 0.24 KT 0.08 0.03 0.08 BI 0.13 0.02 0.13 KP 0.11 0.05 0.11 TO TAL 0.55 0.47 0.69

/BRS B C K 1.68 1.06 0.33

PRIORITAS HASIL 0.54 0.35 0.11 2.22 1.40 0.44

135

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 2, Maret 2010

ISSN : 1858-3709

Akademik) didapat dari nilai mahasiswa A untuk Prestasi Akademik, yaitu prioritas 0.33 yang ada pada Tabel 21, dikalikan dengan prioritas Prestasi Akademik sebesar 0.41 yang juga ada pada Tabel 21. Kolom Total diperoleh dari penjumlahan masing-masing barisnya. Nilai Total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking mahasiswa berprestasi. Semakin besar nilainya, maka mahasiswa tersebut semakin berprestasi. Pada Tabel 23 terlihat bahwa mahasiswa C lebih unggul daripada mahasiswa A dan B. SIMPULAN Dari proses perancangan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Telah dapat dibangun sebuah sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP untuk menentukan urutan mahasiswa berprestasi. 2. Proses perancangan sistem pendukung keputusan ini didasarkan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan lima kriteria yaitu prestasi akademik, kegiatan ekstrakurikuler, bobot karya tulis ilmiah, kemampuan Bahasa Inggris dan kepribadian 3. Berdasarkan hasil simulasi terhadap tiga orang mahasiswa (A,B,C) dapat diketahui bahwa mahasiswa C dinyatakan paling berprestasi dengan skor total 0,69, diikuti mahasiswa A (skor total = 0,55) dan terakhir mahasiswa B (skor total = 0,47) SARAN 1. Hasil rancangan ini diharapkan bisa dijadikan dasar implementasi pengembangan sistem selanjutnya 2. Dengan adanya rancangan sistem pendukung keputusan ini, diharapkan dapat digunakan untuk membantu pengambil keputusan untuk menentukan mahasiswa berprestasi dengan cara yang objektif dan hasil yang tepat.

4. Rancangan ini perlu diteliti lebih lanjut menggunakan model sistem pendukung keputusan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal & Basyir, M,Oktober 2009. Aplikasi Analytic Hierarchy Process untuk Pembelian Handphone. Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 5 No 1. Politeknik Negeri Padang Kusrini, 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Penerbit Andi. McLeod, Raymod. 2001. Sistem Informasi Manajemen Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Prenhallindo Turban, E., dkk. 2005. Decision Supprots Systems and Intelligent Systems. Yogyakarta : Penerbit Andi.

136

Anda mungkin juga menyukai