Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL BLOK 4.

LBM 1 Bus yang Malang

Tutor : Eri Yanuar Akhmad BS,S.Kep.,Ns Kelompok 8

Muslikhah Fajarwati Settavianti Jihad W Arif Dwianto Jihanni Mustika Khusnul Khasanah Ipang Fitria Wanti Latifah Sidhi A Nur Aini Febriana Lalu Arif Sofyan Zumira Fastawa Rizky Lestari

13960 14188 14054 14203 14035 13968 13950 13973 13659 14204

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

PETUGAS Ketua : Adistya A Scribber : Nur Aini Febriana Notulensi : Latifah Sidhi A

Bus yang Malang


Ners A adalah seorang perawat yang bekerja di sebuah ruang gawat darurat RS. Pada suatu hari terjadi kecelakaan bus yang masuk ke jurang dengan korban 30 orang. Ners A adalah seorang perawat triase di RS tersebut. Ners A kemudian berangkat ke TKP. Selama perjalanan, Ners A melakukan komunikasi dengan polisi di tempat kejadian. EMS di kota tersebut sudah berjalan baik sehingga beberapa pasien sudah dilakukan transportasi dan stabilisasi di pre hospital. Di tempat kejadian ternyata ada banyak korban sehingga Ners A selain melakukan triase juga langsung melakukan initial assessment. Jumlah pasien yang banyak menyebabkan Ners A tidak sempat melakukan dokumentasi karena format dokumentasi dianggap terlalu banyak dan susah.

STEP 1 1. EMS : Emergency Medical Service di Indonesia biasa juga disebut SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) 2. Perawat triase : Perawat yang bertugas pada tahap triase. Tujuannya memilah pasien untuk selanjutnya dilakukan perawatan 3. Initial assessment : Proses penilaian awal salah satunya dengan melakukan triase. Terdapat penilaian lainnya yaitu survey primer dan survey sekunder STEP 2 1. Bagaimana sistem kerja EMS? 2. Apa saja komponen dari EMS? 3. Bagaimana proses perawatan dari TKP sampai ke RS? 4. Apa saja hambatan yang ada saat menangani korban? 5. Prinsip triase? 6. Bagaimana dokumentasi yang efektif pada gawat darurat? 7. Apa saja bentuk pengkajian saat emergency?

8. Bagaimana indikator EMS yang sudah baik? 9. Tindakan-tindakan pre hospital lainnya selain di kasus? 10. Cara mengevaluasi benar atau tidaknya perawatan/penanganan gawat daruat? 11. Teknik komunikasi yang dilakukan saat keadaan emergency? 12. Bentuk-bentuk emergency? 13. Syarat atau kompetensi untuk menjadi perawat triase? 14. Bagaimana metode/sistem triase? 15. Dalam memindahkan korban apa yang harus diperhatikan? 16. Keadaan emergency seperti apa yang menjadi prioritas pada saat dilakukan transportasi dan stabilisasi? 17. Standar ruang gadar / sistem gadar di RS (kompetensi perawat, jumlah perawat, standar transportasi) ? STEP 3 1. Sistem kerja EMS : a. Yang melihat menghubungi 118 b. First responders (PMI, RS) c. Datanglah bantuan medis d. EMS menghubungkan dengan pihak penolong paling dekat e. Menyediakan alat transportasi 2. Komponen EMS : a. Masyarakat TKP b. Paramedis diambil dari perawat lalu dilatih c. Prehospital dari TKP ke RS d. Pada intrahospital e. Polisi, Tim SAR, pemadam kebakaran 3. Proses perawatan korban dari TKP ke RS : a. Triase prioritas, initial assessment b. Pertolongan datang c. Evakuasi d. Rujuk ke RS dilakukan pendataan 4. Hambatan saat menangani korban antara lain-lain : Proses pengkategorian pasien, korban banyak, tempat sulit dijangkau, transportasi ke TKP tidak memadai, kondisi sekitar kejadian

5. Prinsip triase : a. Tujuan : mengkategorikan keadaan, mencegah kematian, mencegah kondisi pasien menjadi lebih buruk b. Prinsip : mengkategorikan dengan cepat c. Proses : pengkajian respiratori, sirkulasi , mental 6. Dokumentasi gawat darurat yang efektif dapat dilakukan berdasarkan triase dan identitas korban. 7. Bentuk pengkajian saat emergency : SOAPI Subjective information Objective Assessment Plan of Action Intervention PQRST Placement Quality Radiation Severe Time OLD CARD Onset Location Duration Faktor mempengaruhi Faktor mengurangi Treatment

8. Indikator EMS yang baik dapat dilihat dari kesesuaian komponen EMS yang ada, kualitas kontrol, transportasi, komunikasi dan pendanaan. 9. Kegiatan atau tindakan pre hospital : a. Perawat melakukan triase simpel, triase sekunder b. Adanya koordinasi lapangan c. Pengumpulan data pasien d. Stabilisasi e. Transportasi 10. Cara mengevaluasi benar atau tidaknya tindakan kegawatdaruratan

a. Tidak timbul luka lebih parah b. Sirkulasi, respirasi, status mental baik c. Tidak timbul komplikasi d. Dilihat keadaan selanjutnya 11.Teknik komunikasi saat keadaan emergency : waktu tindakan, tindakan yang dilakukan, cara evakuasi, tempat , jumlah korban, keadaan korban (kalau ada yang sadar ditanyakan keluhan), nama penolong

12. Bentuk-bentuk emergency : gawat darurat (contoh : kecelakaan ), gawat tidak darurat (contoh : pasien kanker) , darurat tidak gawat (contoh : luka dangkal), tidak gawat tidak darurat (contoh : flu, batuk) 13. Syarat dan kompetensi menjadi perawat triase diantaranya perawat profesional terlatih, pengalaman 6 bulan di gawat darurat, stand by 24 jam, kompetensi dalam life support atau life saving 14. Metode / sistem triase salah satunya dengan START (Simple Triage and Rapid Treatment) 15. Hal-hal yang diperhatikan dalam memindahkan korban a. Keadaan korban b. Lokasi cidera c. Jumlah penolong d. Keselamatan penolong e. Alat penunjang f. Waktu g. Rute 16. Keadaan emergency yang prioritas dilihat dari penggolongan warna merah,kuning,hijau, biru, putih, hitam. Dapat juga dilakukan dengan prinsip unurgent (tidak harus segera ada tindakan), emergency ( harus sesegera mungkin), urgent (harus dapat tindakan tanpa ditunda)

STEP 5

Peristiwa

EMS
penggolongan

Komunikasi (polisi,perawat)

Triase / Pengkajian dan Penangan

prehospital

hospital

post-hospital / rehabilitasi

Evaluasi & Dokumentasi

Learning Objective 1. Komponen , sistem kerja, sistem komunikasi, pengertian EMS 2. TRIASE : penggolongan, prioritas, jenis 3. Pengkajian gawat darurat 4. Dokumentasi gawat darurat 5. Proses kegiatan gawat darurat 6. Standar ruang gadar / sistem gadar di RS (kompetensi perawat, jumlah perawat, standar transportasi) ? STEP 7 LITERATUR 1. Pengertian EMS Sesuai dengan peraturan walikota Yogyakarta tentang pembentukan EMS di wilayah Yogyakarta, EMS adalah suatu sistem yang bertujuan memberikan pelayanan gawat darurat medis yang terjadi di masyarakat dalam wilayah kota Yogyakarta untuk selanjutnya disebut YES 118. a. Terdapat 15 komponen dari sistem EMS ideal. Berdasarkan EMS system aid tahun 1973, yaitu 11 :

1.) Personnel 2.) Training 3.) Communication 4.) Transportation 5.) Facilities 6.) Critical care units 7.) Public Safety Agencies 8.) Concumer participation 9.) Access to care 10.) Transfers of care 11.) Standardization of patient record 12.) Public education and information 13.) Independent review and evaluation 14.) Disaster linkage 15.) Mutual aid agreement Personnel Personnel meliputi provider yang terlibat di dalam EMS yang meliputi : a.) Emergency Medical Dispatcher : merupakan personil yang telah terlatih dan bersertifikat dalam teknik interogasi, instruksi sebelum kedatangan first responders dan menentukan prioritas panggilan. b.) First Responders : memberikan pertolongan yang berhubungan dengan golden time period hingga personil dari advanced units sampai ke lokasi kejadian. c.) Advanced units : terdiri dari 3 tingkatan yaitu EMT-Basic, EMT- Intermediate, dan EMTParamedics d.) Medical Director : seorang dokter yang bertanggung jawab untuk perawatan kegawatdaruratan di areanya bertugas. Training Training diberikan untuk melatih EMT. Di Amerika misalnya tingkatan training berbeda pada masingmasing negara bagian namun pada umumnya training diberikan ke dalam 3 tingkatan : a.) EMT-Basic : untuk berada pada level in personil mengikuti pelatihan selama 110-160 jam. Kompetensi yang dilatih yaitu pengkajian pasien, pengukuran TTV manual, terapi oksigen,

manajemen saluran nafas dasar (penggunaan OPA), manajemen musibah masal, imobilisasi spinal. b.) EMT-Intermediate : setelah mencapai EMT-Basic, personil memerlukan tambahan waktu training 120-400 jam untuk mencapai tingkatan ini. Kompetensi yang dilatih intubasi ET pada orang dewasa, penggunaan forceps untuk membersihkan jalan napas, inisiasi akses IV baik dengan pemberian kristaloid ataupun tidak, defribilasi manual. c.) EMT-Paramedics : untuk mencapai level ini maka diperlukan latihan 1000-2000 jam. Paramedic dilatih untuk menguasai kompetensi perawatan life support lanjutan, manajemen saluran nafas lanjutan, pemberian obat-obatan, monitor fungsi jantung dan defribilasi. Level Pelatihan EMS Terdapat 4 level dari pelatihan dan sertifikasi EMS 2 : a.) Emergency Medical Responder (EMR) , sebelumnya disebut First Responder. Contoh : polisi, pemadam kebakaran b.) Emergency Medical Technician (EMT) c.) Advanced Emergency Medical Technician (AEMT) d.) Paramedic b. Sistem kerja EMS 7 Kategori dan standar dari NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) 2 1. Regulation and policy : regulasi dan kebijakan yang menaungi, ada mekanisme pendanaan, prosedur 2. Resource and Management : manajemen sumber daya yang telah terlatih, fasilitas yang memadai dalam penanganan trauma atau medical emergencies 3. Human resources and training : SDM atau personil yang dilatih sesuai level EMT yang tersatndarisasi dan sesuai dengan kurikulum. 4. Transportation 5. Facilities 6. Communications : sistem komunikasi yang efektif. Contoh : nomor yang diakses , 911, dihubungkan ke ambulans, ambulans ke ambulans , ambulans ke RS , dan komunikasi RS ke RS. 7. Public information and education : personil dapat melakukan edukasi atau pelatihan ke masyarakat awam dan sosialisasi EMS 8. Medical direction : pimpinan medis yang terlibat dalam seluruh aspek sistem pelayanan pasien

9. Trauma system : sistem rujukan atau penanganan trauma Tipe Sistem EMS : (1) single response system : hanya ada satu tahapan EMS dan tersedia unit terdekat yang terhubung dekat saat emergency. (2) layered response system : 2 tahapan atau lebih dari personel EMS yang merespon secara hierarki (contoh : pemadam kebakaran, lalu EMTA, lalu EMT-P). Layered-response system biasanya digunakan untuk EMT-A yang merespon korban dalam kondisi tidak terlalu parah, sedangkan EMT-P merespon keadaan parah dan mengancam nyawa. c. EMS Communication System Panggilan ditempatkan ke pusat emergensi dispatcher bertanggung jawab untuk memberitahukan unit untuk berespon. Berdasarkan keparahan kasus, mobil unit secara langsung terhubung ke perintah medis. Penyedia BLS/ALS dapat menyediakan informasi termasuk transmisi EKG, perintah intervensi. Upaya Pelayanan Komunikasi Medik untuk Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (SubSistem Komunikasi) . Pada dasarnya pelayanan komunikasi di sektor kesehatan terdiri dari: 17 a. Komunikasi kesehatan Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan di bidang administratif b. Komunikasi medis Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan di bidang teknismedis. 1. Tujuan : Untuk mempermudah dan mempercepat penyampaian dan penerimaan informasi dalam menanggulangi penderita gawat darurat. 2. Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat darurat : (a) Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan ke sarana kesehatan (akses kedalam sistem gawat darurat); (b) Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang diberikan di tempat kejadian dan selama perjaanan ke sarana kesehatan yang lebih memadai ; (c) Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat dari puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah sakit; (d) Untuk mengkoordinir penanggulangan medis korban bencana. c. Jenis Komunikasi 1. Komunikasi tradisionil, seperti kentongan, beduk, trompet dll 2. Komunikasi modern, seperti telepon/ telepon genggam, radio, computer, dll

d. Sarana komunikasi Yang dimaksud adalah berupa Sentral komunikasi (pusat komunikasi). 1. Fungsi Pusat komunikasi a) Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai yaitu dengan: (1) menerima dan menganalisa permintaan pertolongan ; (2) mengatur ambulans terdekat ke tempat kejadian (3) menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas yang tersedia (tempat tidur kosong) pada saat itu ; (4) mengatur / memonitor rujukan penderita gawat darurat b) Menjadi pusat komando dan mengkoordinir penanggulangan medis korban bencana 2. Syarat-syarat sentral komunikasi a) harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit) b) mudah dihubungi dan memberikan pelayanan 24 jam sehari c) dilayani oleh tnaga medis yang trampil dan berpengalaman 3. Syarat alat sentral komunikasi, yaitu telepon, radio komunikasi, faksimile, komputer (bila diperlukan), tenaga yang trampil dan komunikatif, dan konsulen medis yang

menguasai masalah kedaruratan medis.

Operator dispatcher tim time1 Setelah di telepon dari tempat kejadian operator menghubungi ambulan dan rumah sakit terdekat dengan tempat kejadianambulan melakukan persiapan menuju TKP ambulan menuju TKP ambulan tiba di TKP melakukan tindakan initial assessment meninggalkan TKP perjalanan menuju rumah sakit tiba di rumah sakitmeninggalkan rumah sakit perjalanan ke basecame sampai di basecame Kriteria penilaian EMS yang baik diukur dari 3 indikator 1: 1. Timelines : respon time, round tim time, servise, dispacting, waiting, total mileage, loss ratio, overtime 2. Survival time : presentase pasien yang berhasil bertahan dalam waktu yang diberikan untuk penyelamatan. 3. Cost : masalah pembiayaan dan keuangan EMS
2. Sistem Triase a. Tipe I (traffic director) b. Tipe II (spot check)

Sekitar 25 % UGD menggunakan sistem triase ini. Pada sistem ini perawat triase mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 2 hingga 3 menit. Sistem ini memungkinkan identifikasi segera terhadap pasien dengan akuisitas yang tinggi. 3 c. Tipe III ( comprehensive) Triase comprehensive adalah triase standar uang didukung oleh Emergency Nurse Association (ENA). Triase komprehensif meliputi pengkajian UGD awal yakni memerhatikan keadaan umum pasien (A-B-C-D) semua ini merupakan unsur penting dalam survei primer. Dokumentasi mulai dilakukan. Kemudian dilakukan pengkajian riwayat pasien dan pemeriksaan fisik yang lebih mendalam, termasuk ekspos (E) dan tanda vital secara lengkap (F, full set of vital signs). Tambahan : 1. Two-tier : Petugas menetapkan prioritas pasien yang memerlukan pengkajian lebih rinci. Petugas juga membantu dengan mengurutkan pemeriksaan diagnostik dan masalah keluarga atau pengunjung. Keuntungan sistem ini yang biasanya hanya digunakan di UGD yang lebih besar adalah proses identifikasi yang lebih cepat untuk pasien-pasien kritis dan menderita penyakit menular. 2. Triase bedside : sistem ini menempatkan pasien tanpa mempedulikan tingkat triasenya langsung ke bagian tindakan bila sudah tersedia tempat tidur dan staf yang akan menangani. 3. Triase expanded atau tingkat lanjut : sistem ini yang dapat ditambahkan ke dalam sistem komprehensif atau sistem two-tier, mencakup protokol untuk memulai penangan area triase. Pertolongan yang lazim dilakukan mencakup pertolongan pertama (misal : pembidaian, pengompresan, dan perawatan luka)
12

Prioritas penanganan pasien pada triase sebagai berikut 14: 1. Prioritas tertinggi/ segera/ kelas 1 : pasien gawat dan darurat 2. Prioritas tinggi/ tunda/ kelas 2 : moderate dan emergent 3. Prioritas sedang/ minor/ kelas 3 : pasien gawat tidak darurat, atau pasien darurat tidak gawat, atau pasien tidak gawat tidak darurat 4. Prioritas terakhir/ kelas 4 : probable death, pasien memiliki tanda-tanda telah meninggal Kategori prioritas militer : a. Immediate care : syok, gangguan airway b. Minimal care c. Delayed care : non critical : simple fracture d. Expectant care : pertimbangan waktu, usaha dan suplai Kategori prioritas bencana : a. Emergency : kritis, mengancam nyawa b. Urgent : membutuhkan perawatan dalam 20 menit 2 jam c. Non urgent : dapat ditunda 2 jam atau lebih d. Expectant : mati (diperkirakan mati) Untuk identifikasi pasien, cara yang termudah adalah dengan menggunakan kartu warna (triase tag) 14 a. MERAH menunjukkan prioritas tertinggi (immediate care life threatening) b. KUNING untuk prioritas tinggi (urgent care bisa delay hingga 1 jam) c. HIJAU untuk prioritas sedang (delayed care bisa ditunda hingga 3 jam) d. HITAM untuk prioritas terakhir (korban telah mati no care required) Jenis Triase : a. START model (Simple Triage and Rapid Treatment) 14

START sistem biasa digunakan untuk menangani kasus kecelakaan massal (MCI, Multiple Casuality Insident) b. Continous Integrated Triage (CIT)
9

: CIT adalah pendekatan untuk triase dalam situasi

korban massal yang efisien dan sensitif terhadap isu-isu psikososial dan perilaku kesehatan bencana yang mempengaruhi jumlah pasien yang mencari perawatan (gelombang), cara pembagian RS atau fasilitas kesehatab yang akan menghadapi kapasitas lonjakan dan kebutuhan medis menyeluruh acara. CIT mempekerjakan : (a) Group (global) Triage (yaitu M,A.S.S) ; (b) Fisiologis (individu) Triage ; Rumah Sakit Triage (yaitu ESI atau Indeks Keparahan Darurat) c. Nonprofessional Triage : Triase dilakukan oleh non tenaga medis atau perawat. Di UK masih ditemukan di beberapa bagian dan lebih sering digunakan pada waktu tertentu (saat malam ketika terbatas jumlah staf dan sumber daya yang ada) d. Professional Triage : Triase dilakukan oleh beberapa petugas profesional di UGD terdapat perawat, dokter, paramedis ambulans dan emergency care practitioners (ECPs). e. Telephone Triage : Perkembangan proses triase, yakni dengan melalui telepon.

Anamnesis Triase : P = Provokes (pemicu) Q= Quality (kualitas) Apa yang memicu gejala tersebut? Bagaimana gejala tersebut dirasakan?

R = Radiation (penyebaran)

Dimana letak gejala tersebut? Kemana gejala tersebut menyebar?

S = Severity (intensitas) T = Time (waktu) T = Treatment (penanganan)

Tentukan intensitas gejala dengan skala 1 hingga 10 Berapa lama Anda mengalami gejala ini? Penanganan yang dilakukan sebelum pasien tiba di UGD ?

Tipsord-Klinkhammer dan Andreoni menganjurkan OLD CART Onset of symptoms (awitan gejala), Location of problem (lokasi masalah), Duration of symptoms (durasi gejala), Characteristics of the symptoms (karakteristik gejala yang dijelaskan pasien), Aggravating factors (faktor yang memperberat) , Relieving factors (faktor yang meringankan), Treatment (penanganan yang dilakukan sebelum pasien tiba)

3. Pengkajian gawat darurat Initial Assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi dan dikerjakan secara sistematis : 1. Persiapan : fase pra RS, fase RS 2. Triase 3. Primary survey (A-B-C-D-E) 4. Resusitasi 5. Secondary survey : SAMPLE (Signs and symptoms, Allergies, Medication, Past illness, Last meal, event of injury) 6. Pemantauan dan re-evaluasi 7. Penangan definitif

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ORANG DEWASA10


IDENTITAS No. Rekam Medis ... ... ... Nama Agama Pekerjaan : : : Diagnosa Medis ... ... ... Jenis Kelamin : L/P Status Perkawinan Sumber informasi Umur : : : Pendidikan Alamat : :

M E R

S U R V E Y

TRIAGE

P1

P2

P3

P4

GENERAL IMPRESSION

Keluhan Utama : Mekanisme Cedera :

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ... Diagnosa Keperawatan: AIRWAY Inefektif airway b/d Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A Snoring Gurgling Intervensi : 1. Manajemen Stridor N/A airway;headtilt-chin lift/jaw thrust 2. Pengambilan benda asing dengan forcep 3. 4. Diagnosa Keperawatan: 1. Inefektif pola nafas b/d 2. Kerusakan pertukaran gas b/d Kriteria Hasil : Normal Intervensi : 1. Pemberian terapi oksigen ltr/mnt, via 2. Bantuan dengan Bag Valve Mask 3. Persiapan ventilator mekanik 4. 5. Diagnosa Keperawatan: 1. Penurunan curah jantung b/d 2. Inefektif perfusi jaringan b/d Tidak teraba Kriteria Hasil : Intervensi : 1. Lakukan CPR dan Defibrilasi 2. Kontrol perdarahan 3. 4.

Suara Nafas : Keluhan Lain: ... ...

BREATHING
Gerakan dada : Simetris Asimetris Irama Nafas : Cepat Pola Nafas : Teratur Dangkal Tidak Teratur N/A RR : ... ... x/mnt

Retraksi otot dada : Ada N/A Sesak Nafas : Ada Keluhan Lain:

CIRCULATION
Nadi Sianosis CRT : Teraba : Ya Tidak : < 2 detik > 2 detik

Pendarahan : Ya Tidak ada Keluhan Lain: ... ...

DISABILITY

Diagnosa Keperawatan: 1. Inefektif perfusi serebral b/d 2. Intoleransi aktivias b/d 3. Kriteria Hasil : Intervensi : 1. Berikan posisi head up 30 derajat 2. Periksa kesadaran dann GCS tiap 5 menit

Respon

: Alert Verbal Pain Unrespon : CM Delirium Somnolen Verbal ... Motorik ...

IMER SURVEY

Kesadaran ... ... ... GCS

: Eye ...

Pupil

: Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis Ada Tidak Ada

Refleks Cahaya:

3. 4. 5.

Keluhan Lain :

EXPOSURE

Diagnosa Keperawatan: 1. Kerusakan integritas jaringan b/d 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d 3. Deformitas : Ya Tidak Contusio : Ya Tidak Abrasi : Ya Tidak Penetrasi : Ya Tidak Laserasi : Ya Tidak Edema : Ya Tidak Keluhan Lain: Kriteria Hasil : Intervensi : 1. Perawatan luka 2. Heacting 3. 4.

ANAMNESA

Diagnosa Keperawatan: 1. Regimen terapiutik inefektif b/d 2. Nyeri Akut b/d 3. Kriteria Hasil : Intervensi : 1. 2.

Riwayat Penyakit Saat Ini :

SECONDARY SURVEY

Alergi :

Medikasi :

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:

Tanda Vital : BP :

N:

S:

RR : Diagnosa Keperawatan: 1. 2.

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan Leher: Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Dada: Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Perkusi ... ...

Kriteria Hasil : Intervensi : 3. 4.

SECONDARY SURVEY

Auskultasi ... ... Abdomen: Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Perkusi ... ... Auskultasi ... ... Pelvis: Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Ektremitas Atas/Bawah: Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Punggung : Inspeksi ... ... Palpasi ... ... Neurologis :

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN CT-SCAN USG EKG ENDOSKOPI Lain-lain, ... ... Hasil :

Diagnosa Keperawatan: 1. 2. Kriteria Hasil : Intervensi : 1. 2.

Tanggal Pengkajian Jam Keterangan : :

TANDA TANGAN PENGKAJI:

NAMA TERANG :

4.

Dokumentasi gawat darurat

Menurut Australian College for Emergency Medicine dokumentasi pengkajian triase harus mencakup setidaknya seperti rincian sebagai berikut 4 : a. Tanggal dan waktu pengkajian b. Nama petugas triase c. Masalah utama d. Terbatas (secukupnya) , riwayat yang relevan e. Kategori inisial triase yang telah dilakukan f. Retriase beserta waktu dan alasannya

g. Pengkajian dan treatment yang telah dilakukan h. Diagnosa dan pertolongan pertama yang telah dilakukan Proses kegiatan gawat darurat 16

5.

6.

Standar Gawat Darurat : Klasifikasi pelayanan IGD terdiri dari 6 a. Pelayanan IGD level IV sebagai standar minimal RS kelas A b. Pelayanan IGD level III sebagai standar minimal RS kelas B c. Pelayanan IGD level II sebagai standar minimal RS kelas C d. Pelayanan IGD level I sebagai standar minimal RS kelas D Instalasi Gawat Darurat (RS kelas B) 5 Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan : Melakukan pemeriksaan awal kasus kasus gawat darurat Melakukan resusitasi dan stabilisasi. Pelayanan di Unit Gawat Darurat rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat darurat Bintang III. Yaitu memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam. Syarat khusus :

1. Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS. 2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum. 3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit. 4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan raya maka pintu masuk kearea IGD harus terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk kearea RS. 5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak (Super Block Multi Storey Hospital Building) yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses langsung. 6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities Preparedness Area). 7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien (Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi yang memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive / Pass Thru Patient System).

Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas Pada Instalasi Gawat Darurat
5

Syarat Ambulans 7

Persyaratan petugas AGD 2 : 1. Satu sopir, perawat gawat darurat dengan kemampuan mengemudi dan komunikasi 2. Satu perawat gawat darurat dengan sertifikat PPGD, atau BTLS dan BCLS 3. Satu dokter gawat darurat dengan sertifikat ATLS dan ACLS 4. Petugas mampu mengoperasionalkan alat-alat medik dan alat monitoring 5. Petugas mampu mengoperasionalkan peralatan komunikasi dalam ambulans, dan mengetahui etika komunikasi dalam kegawatdaruratan 6. Memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai petugas ambulans

PEDOMAN UNIT GAWAT DARURAT 3

DAFTAR PUSTAKA
1

Aboul. J.,Sahih, E., Jemai, Z .2013.A riview on simulation models applied to emergency medical service operation. Al Afik. 2005. Kinerja Ambulans Gawat Darurat 118 RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta ditinjau dari fungsi ambulans. Skripsi, Yogyakarta Dinas Kesehatan DIY. 2005. Pedoman Unit Gawat Darurat. Yogyakarta Guidelines on the Implementation of the Australasian Triage Scale in Emergency Departement. Australian College for Emergency Medicine Kepmenkes RI. 2010.Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B Kepmenkes RI. 2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Menteri kesehatan Republik Indonesia

3 4

5 6

7 8

Limmer, D and OKeefe MFO. ___. Emergency Care 12th edition. Pearson Marsden, J. ____. Practice issues in Emergency Care. 9 Mokti, A M. 2012. Referat Triase. FK Unair Surabaya

10

Ramadhani. R. et al.2013.Pengkajian Gawat Darurat pada Pasien Dewasa.Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .Malang 11 Richard V Aghababuan (editor). 2011. Essentials of Emergency Medicines 2nd edition. Sadbury : Jones&Barlett Learning 12 Rosyadi, Imron. 2003. Peran Perawat dalam pelaksanaan triase pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas. Karya tulis ilmiah 13 Sari, L P.2011. Pelaksanaan Praktik Kolaborasi Dokter dan Perawat di instalasi GADAR RSUP dr.Sardjito
14 15

TBMM Panacea.___. Diklatsar TBMM 2011 Live Saving. Vatny, T.K, Fossum M.et.al .2013.Triage assessment of registered nurses in the emergency Department Ministry of Health The Hashemite Kingdom of Jordan . Emergency Department Service Standards for general Hospitals

16

17

Nurfadli.2012. Analisis Kelengkapan Fasilitas Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang Terhadap Standar Operasional Pelayanan Unit Gawat Darurat .Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro , Semarang

Anda mungkin juga menyukai