Anda di halaman 1dari 2

Perilaku Masyarakat dalam Pemilu Akibat Pengalaman Masa Lalu Setiap ada momen pesta demokrasi yaitu pemilu,

yang sering menjadi persoalan adalah banyaknya angka golput (golongan putih/orang yang tidak memilih) dan massa yang tidak rasional. Kebanyakan masyarakat kita selalu meminta materi sebelum memilih. Jarang sekali kita temui masyarakat memilih calon legislatif yang berkualitas, memiliki kerakter dan kemampuan untuk melayani serta memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Jarang kita temui masyarakat kita yang selalu mempertimbangkan visi dan misi calon sebelum memilih. Masyarakat kita banyak yang mengalami pesimisme, apatisme serta ketidakpercayaan terhadap semua partai politik dan calon wakil-wakil mereka. Pola perilaku masyarakat yang demikian karena persepsi pengalaman masa lalu. Bagi masyarakat kita pengalaman masa lalu banyak memberikan pelajaran bahwa para anggota dewan ternyata hanya mementingkan diri dan kelompoknya masing-masing. Para anggota dewan banyak mengeksploitasi atas nama rakyat untuk kepentingan materi pribadi mereka. Para anggota dewan hanya sibuk memperebutkan jabatan dan kekuasaan, sehingga melupakan janji-janji mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah bukan rahasia lagi bahwa diantara mereka banyak yang terjebak kasus korupsi yang tentunya menyalahi kepercayaan masyarakat yang telah memilih mereka. Masyarakat merasa tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa calon wakil-wakil rakyat tersebut akan membawa perubahan dan perbaikan. (Arianto, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol.1, No.1, 2011:4) Akibat dari pengalaman itu masyarakat akhirnya menganggap bahwa semua calon anggota dewan adalah sama. Masyarakat menganggap semua anggota dewan hanya mementingkan diri mereka sendiri. Setelah para calon wakil rakyat itu terpilih, mereka akan dengan mudahnya melupakan masyarakat yang telah memilihnya. Masyarakat telah membuat persepsi yang mengumumkan bahwa semua calon legislatif nantinya akan lupa dengan amanat yang diberikan oleh rakyat. Meskipun ada beberapa orang atau partai yang masih memiliki idealisme, kejujuran, peduli masyarakat dan profesional.

Kondisi masyarakat yang demikian akan semakin buruk ketika para wakil rakyat telah melakukan kesalahannya berulang-ulang. Meskipun masih ada para wakil rakyat atau parpol yang jujur, hal itu tidak akan begitu saja mengubah pandangan masyarakat sebelum adanya pembuktian. Masyarakat sulit untuk membedakan antara kesungguhan dan kebohongan yang akan dilakukan oleh para wakil rakyat. Keduanya adalah hal yang sangat kontras, namun terlihat seolah-olah tiada bedanya dimata masyarakat. Itulah hebatnya peengaruh pengalaman masa lalu dalam membangun persepsi masyarakat. (Fahmi, 2009:139)

Anda mungkin juga menyukai