acuan dan berkontribusi nyata terhadap solusi persoalan mendasar bangsa Indonesia
Simpul Jejaring adalah gambaran tentang kondisi Sulawesi Selatan pada tahun 2018 yang menjadi simpul distribusi barang dan jasa, simpul layanan pendidikan dan kesehatan, serta simpul perhubungan darat , laut dan udara di luar jawa dan kawasan Timur Indonesia khususnya
Akselerasi Kesejahteraan adalah gambaran tentang kondisi Sulawesi Selatan pada Tahun 2018 yang sudah mencapai fase akhir tinggal landas dan memasuki awal kematangan ekonomi. Pada saat itu indeks pembangunan manusia berada pada kategori menengah-tinggi, pertumbuhan ekonomi berada di atas rata rata nasional, pendapatan perkapita 30 juta/tahun, angka pengangguran dan kemiskinan berada di bawah rata-rata nasional
Disusun apabila
Rencana umu tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan uang : dan/atau Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan Sebagai dasar penyusunan peraturan zonasi
WILAYAH
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RDTR WILAYAH KABUPATEN
b.
PERKOTAAN
RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTR BAGIAN WIL KOTA
RTRW KOTA
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian implikasi penataan ruang provinsi Upaya pemerataan pembangunan dan pertubuhan ekonomi provinsi Keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan kabupaten/kota Daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
Ditetapkan dnegan
RPJPD
RTRWP
Jangka waktu 20 tahun
Ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal : Perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar ; dan/atau Perubahan batas teritorial negara dan/atau provinsi
Kegiatan Pelestarian
Yang Berkaitan
Dengan Kws. Pedesaan
Sistem Jaringan
Energi Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem Jaringan Persampahan & Sanitasi Sistem Jaringan SDA, dll.
Lingkungan Hidup
Kegiatan Sosial Kegiatan Budaya Kegiatan Ekonomi Kegiatan Pertahanan & Keamanan
Dalam RTRW ditetapkan Kawasan Hutan Paling sedikit 30% dari luas DAS Untuk daerah perkotaan ditetapkan RTH minimal 30% luas kota (20% unutk publik dan 10% untuk privat
STRUKTUR RUANG ADALAH SUSUNAN PUSAT-PUSAT PERMUKIMAN DAN SISTEM JARINGAN PRASARANA DAN SARANA YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG SECARA HIERARKIS MEMILIKI HUBUNGAN FUNGSIONAL POLA RUANG ADALAH DISTRIBUSI PERUNTUKAN RUANG DALAM SUATU WILAYAH YANG MELIPUTI PERUNTUKAN RUANG UNTUK FUNGSI LINDUNG DAN PERUNTUKAN RUANG UNTUK FUNGSI BUDIDAYA
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI ADALAH WILAYAH YANG PENATAAN RUANGNYA DIPRIORITASKAN KARENA MEMPUNYAI PENGARUH SANGAT PENTING SECARA PROVINSI TERHADAP, PERTAHANAN DAN KEAMANAN, EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, DAN/ATAU LINGKUNGAN.
Belum mengacu ke RTRWN Substansi RTRWK belum mengacu ke SE MenPU 19/SE/M/2007 Sudah berupa Perda No 44 Tahun 2001
wilayah Provinsi adalah untuk menata ruang wilayah Sulawesi Selatan termasuk pesisir dan pulaupulau kecilnya menjadi simpul transportasi, industri, perdagangan, pariwisata, permukiman, pertanian, lahan pangan berkelanjutan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan daerah aliran sungai, secara sinergis antar sektor maupun antar wilayah, partisipatif, demokratis, adil dan seimbang, dalam sistem tata ruang wilayah Nasional, yang bermuara pada proses peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya warga Sulawesi Selatan secara berkelanjutan.
ARAHAN KEBIJAKAN
mengembangkan fungsi Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industri, perdagangan dan konvensi; mengarahkan peran Sulawesi Selatan sebagai lahan pangan berkelanjutan dengan mengarahkan pengembangan agrobisnis dan agroindustri khususnya komoditi-komoditi unggulan Sulawesi Selatan, yang sekaligus sebagai penggerak ekonomi rakyat; mengarahkan pengembangan kawasan serta prasarana wisata budaya, wisata alam, wisata bahari, wisata agro, maupun wisata belanja; memulihkan daya dukung lingkungan, terutama DAS kritis sebagai dukungan proaktif terhadap fenomena perobahan iklim dunia, dengan menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya dalam satu ekosistem darat, laut dan udara, serta terpadu antara wilayah Kabupaten/kota; meningkatkan sinergitas, efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas sektor dan lintas wilayah Kabupaten/kota yang konsisten dengan kebijakan Nasional dan daerah, termasuk pengembangan prasarana wilayah sesuai daya dukung wilayahnya;
secara khusus mengarahkan penataan ruang wilayah pesisir dan kepulauan menjadi lebih produktif, lebih terpenuhi pelayanan sosial, ekonomi dan budaya, serta lebih terlayani sistem transportasi, informasi dan komunikasi agar terbangun ekonomi wilayah kelautan secara terpadu dan berkelanjutan; menjadi dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih operasional dalam pembangunan dan pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi seperti penyusunan RTRW Kabupaten/Kota, perencanaan kawasan strategis Provinsi, penyusunan RPJMD Provinsi; menciptakan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang yang akan merangsang partisipasi masyarakat; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, baik melalui pengawasan, perizinan dan penertiban.
ISSU STRATEGIS
PENGEMBANGAN SULSEL SEBAGAI LUMBUNG PANGAN DARAT MAUPUN LAUT PENGEMBANGAN MAMMINASATA SEBAGAI PKN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG TERPADU DENGAN DTW TORAJA DAN WISATA BAHARI KAPOPOSANG DAN TAKABONERATE PENGEMBANGAN SELAYAR SEBAGAI PUSAT DISTRIBUSI KEBUTUHAN POKOK KTI
Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi : a. Rencana struktur ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional yang terkait dengan wilayah provinsi b. Rencana struktur ruang provinsi
Takalar; PKW : Bulukumba, Jeneponto, Pangkajene, Barru, Parepare, Watampone dan Palopo; PKL : Kota Bantaeng sebagai ibukota Kabupaten Bantaeng, Kota Enrekang sebagai ibukota di Kabupaten Enrekeng, Kota Masamba sebagai ibukota dan Kota Terpadu Mandiri Mahalona di Kabupaten Luwu Utara, Kota Belopa sebagai ibukota Kabupaten Luwu, Kota Malili sebagai ibukota Kabupaten Luwu Timur, Kota Pinrang/Watansawitto sebagai ibukota kabupaten Pinrang, Kota Pangkajene sebagai ibukota Kabupaten Sidenreng-Rappang, Kawasan ekonomi khusus Kota Emas di Kabupaten Barru, Kota Benteng sebagai ibukota dan kawasan pusat distribusi bahan kebutuhan bahan pokok KTI Kota Pamatata di Kabupaten Kepulauan Selayar, Kota Sinjai sebagai ibukota Kabupaten Sinjai, Kota Watansoppeng sebagai ibukota kabupaten Soppeng, Kota Makale sebagai ibukota Kabupaten Tana Toraja, Kota Rantepao sebagai ibukota Kabupaten Toraja Utara, dan Kota Sengkang sebagai ibukota Kabupaten Wajo;
Rencana pola ruang Provinsi merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Provinsi,:
Kawasan lindung Kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis Provinsi
22
pertahanan dan keamanan pertumbuhan ekonomi sosial dan budaya; pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi: kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya beras dan jagung di KabupatenKabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang , Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur (Bosowasipilu), Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar; kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditi perkebunan unggulan kakao, kelapa sawit, kopi Robusta, jambu mete dan jarak di Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Barru, Pangkep, Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bulukumba, dan Selayar ; kawasan pengembangan budidaya rumput laut meliputi wilayah perairan pantai dan atau tambak di Kabupaten-Kabupaten: Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu, Palopo, Luwu utara, dan Luwu Timur; Kawasan pengembangan budidaya udang meliputi tambak-tambak di KabupatenKabupaten: Pinrang, Barru, Pangkep, Bone, dan Wajo;
Kawasan pengembangan pusat distribusi kebutuhan bahan pokok Kawasan Timur Indonesia (KTI) Pamatata di Kabupaten Kepulauan Selayar; Kawasan terpadu pusat bisnis, sosial, budaya dan pariwisata Center Point of Indonesia di Mamminasata; Kawasan ekonomi khusus (KEK) Emas di Kabupaten Barru; Kawasan industri (KI) skala besar meliputi: kawasan-kawasan industri di wilayah Metropolitan Mamminasata yang terdiri atas KI Makassar (Kota Makassar), KI Maros (Kabupaten Maros), KI Gowa (Kabupaten Gowa), KI Takalar (Kabupaten Takalar), selain dari pada itu diarahkan pengembangan KI Parepare (Kota Parepare), pabrik pengolahan Nikel Sorowako (Kabupaten Luwu Timur), pabrik semen Tonasa (Kabupaten Pangkep), pabrik semen Bosowa (Kabupaten Maros);
sosial dan budaya meliputi kawasan permukiman adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba.
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi: Kawasan Migas terdiri atas: Blok Bone Utara (Kabupaten Luwu dan Kota Palopo), Blok Enrekang (Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang), Blok Sengkang (Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone), Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar; Pusat-pusat pembangkit listrik teridiri atas PLTG Sengkang (Kabupaten Wajo), PLTU Punagaya (Kabupaten Jeneponto), PLTU Bakaru (Kabupaten Pinrang).
lingkungan hidup meliputi: Kawasan wisata bahari Mamminasata dan sekitarnya (Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, Maros, dan Takalar); Kawasan wisata bahari Takabonerate (Kabupaten Kepulauan Selayar); Kawasan lindung sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 48 ditambah kawasan Danau Tempe (Kabupaten Wajo) dan Danau Sidenreng (Kabupaten Sidrap); Kawasan bendungan-bendungan yang terdiri atas Bendungan Batubassi, Bendungan Balambano dan Bendungan Karebbe (Kabupaten Luwu Timur); Bendungan Bilibili (Kabupaten Gowa), Bendungan Kalola (Kabupaten Wajo), dan Bendungan Sanrego (Kabupaten Bone);
LATAR BELAKANG
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No. 164 Tahun 1998 berlokasi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri dari wilayah yang meliputi Kota Parepare, Kabupaten Barru, Pinrang, Sidrap dan Enrekang Secara administratif luas KAPET Parepare kurang lebih 6.508,08 km2, kurang lebih 11% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan melingkupi satu kota, empat kabupaten, 44 kecamatan dan 400 desa/kelurahan
KAPET PARE-PARE
Lokasinya berjarak kurang lebih 155 km dari Kota Makassar (ibukota Provinsi) dan dihubungkan oleh kondisi jaringan jalan yang baik dengan jumlah penduduk 1.110.735 jiwa ( Penduduk Laki laki 542.072 jiwa dan Perempuan 568.663 jiwa)
c. Sektor Peternakan.
d. Sektor Perikanan dan Kelautan.
e. Sektor pertambangan
f. Sektor Pariwisata.
peternakan dengan jumlah ternak yang ada sekitar : Sapi 151.874 ekor, kambing 72.057 ekor ayam ras/buras sekitar 4.632.288 ekor.
Pertanian
tanaman pangan : Memiliki potensi pengembangan pertanian tanaman pangan berupa Produksi sebesar 786.426 ton yang dipanen dari areal seluas 160.905 ha atau rata-rata menghasilkan 4,89 ton per ha, jagung seluas 37.7630 ha, ubi kayu seluas 1.283 Ha, kacang tanah seluas 2.210 Ha, kentang seluas 87,00 Ha, bawang merah seluas 1.500 Ha dan bawang putih seluas 2.000 Ha.
seluas 35.000 Ha, Kopi seluas 175.531 Ha, Cengkeh seluas 5.096,90 Ha, Kakao seluas 36.215,46 Ha, jambu mete seluas 13.538,05 Ha. Perikanan : Terdapat budidaya tambak (pembibitan udang) dengan luas sekitar 6.500 Ha, tambak udang 1460 Ha. Pertambangan : Pasir kuarsa 26.588.401 m, kerikil 3.834.970,07 m marmer 4.931.282,20 m, emas 15.000 sampai 25.000 ton, minyak dan gas bumi 1.205 ha dan batubara 404,7 juta ton.
Industri/Agro Industri : Industri cat, semen, keramik, briket batubara, galangan kapal, pengolahan rumput laut dan pembangunan kawasan industri. Perhubungan : Pengembangan pelabuhan
Parepare, terminal cargo, dan lapangan terbang melimpung. Pariwisata : Memiliki objek wisata yang dapat dikembangkan seperti wisata laut/pantai, hutan wisata dan wisata cagar alam.
Kelistrikan
Dukungan kelistrikan di wilayah KAPET masih sangan memadai dengan adanya PLTA Bakaru dengan kapasitas 126 MW dan PLTD Suppa 60 MW serta didukung pula dengan adanya PLTG Sengkang sehingga dapat mensuplay kebutuhan energi listrik untuk kebutuhan Industri, Rumah tangga dan lainnya.
Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi untuk wilayah KAPET Parepare telah terlayani dengan baik. Khusus telepon selular telah berkembang luas diseluruh wilayah KAPET yang dilayani beberapa provider.
Ketersediaan Air
Ketersediaan air bersih di wilayah KAPET Parepare masih cukup tinggi untuk melayani kebutuhan Industri dan Rumah Tangga. Wilayah KAPET juga seperti di Pinrang, Sidrap, Parepare, dilayani oleh jaringan irigasi yang bagus.
Sarana Transportasi
Sarana transportasi darat antar daerah Di wilayah KAPET Parepare masih sangat memadai, dan merupakan bagian dari poros Trans Sulawesi dengan kualitas jalan arteri, arteri primer, dan kolektor primer yang memadai. Transportasi laut untuk melayani pengiriman antar pulau dapat berjalan lancar karena adanya Pelabuhan Samudera bongkar muat barang dengan panjang 343 m, melayani angkutan nasional dan lokal, serta sudah dilalui oleh Kapal PELNI yang berukuran besar.
Kawasan Industri
Lokasi Peruntukan Kawasan Industri Parepare dan Sekitarnya (KIPAS) luas 150 Ha dan yang sudah dibebaskan seluas 36 Ha. Kab. Barru telah menyiapkan Lokasi Peruntukan Kawasan Industri seluas 90 Ha, sesuai SK Bupati Barru No. 290 tahun 2001.
Kab. Pinrang telah menyiapkan lahan Lokasi Peruntukan Kawasan Industri 50 Ha, sesuai SK Bupati Pinrang No. 582 tagun 2001,
Kab. Sidrap menyiapkan Lokasi Peruntukan Kawasan Industri seluas 150 Ha. Di Mattirotasi Kampung Baru, Kabupaten Enrekang telah menyiapkan Lokasi Peruntukan Kawasan (KI), sesuai SK Bupati Enrekang No.telah 379 tahun Dalam rangka Industri meningkatkan investasi, Kabupaten Enrekang 2001 tentang Kawasan Industri dengan luas 200 Ha menyiapkan lahanlokasi Kawasan Industri (KI), sesuai SK Bupati Enrekang terletak di 2001 Kec. tentang Maiwa lokasi Kawasan Industri dengan luas No. 379 tahun
200 Ha terletak di Kec. Maiwa
Perbankan
Di wilayah KAPET Parepare telah beroperasi sejumlah bank, baik itu bank yang bestatus Nasional ataupun bestatus swasta, kurang lebih 12 Bank.
Perhotelan
Fasilitas perhotelan cukup memadai tersedia di wilayah KAPET Parepare.
Keamanan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET Parepare merupakan wilayah yang cukup kondusif dan aman untuk berinvestasi.
Tenaga Kerja
Sumber Daya Manusia di wilayah KAPET Parepare, cukup banyak dan sangat berpotensi untuk dimanfaatkan bagi kegiatan investasi.
oleh BP-KAPET Parepare didasarkan pada 3 (tiga) Pilar Penguatan Kelembagaan yaitu (a) Penguatan Kelembagaan, (b) Sinergitas / Kerjasama dan (c) Pengembangan Investasi, yang kemudian dituangkan dalam rencana Program BP-KAPET
Parepare dilaksanakan melalui dua sumber Anggaran yaitu APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan yang di danai oleh Provinsi Sulawesi Selatan melaui dana APBD dalam bentuk dana hibah. Untuk Program / Kegiatan APBN dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan sementara untuk Program / Kegiatan APBD dilaksanakan sepenuhnya oleh Badan Pengelola KAPET Parepare.
pelaku ekonomi Sumber Daya Manusia utamanya UMKM / UKM se wilayah KAPET Parepare Melaksanakan Program / kegiatan Temu Bisnis dan atau Forum Bisnis Tahunan untuk membicarakan langkah strategi didalam meningkatkan Sumber Daya Alam / komoditi unggulan dalam wilayah KAPET Parepare.
maupun duluar negeri KAPET Parepare telah memiliki RTRW yang merupakan pedoman dalam pembangunan dalam wilayah KAPET Parepare Pemerintah Kabupaten / Kota dalam wilayah KAPET Parepare telah bersepakat untuk Mendukung pelaksanaan Rencana Tata Ruang KAPET untuk ditindak lanjuti / dilaksanakan secara terpadu, Program Pengembangan Investasi melalui peningkatan infrastruktur dari Kementerian Pekerjaan Umum telah dilakukan dan beberapa telah diwijudkan yang tentunya melalui koordinasi antara Badan Pengelola KAPET Parepare, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Peraturan Presiden menyangkut Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional KAPET Parepare sudah dalam proses penyelesaian dan ditargetkan paling lambat Tahun 2014 telah disahkan oleh Presiden
konsistensi implementasi kebijakan KAPET, Iklim investasi belum kondusif : proses perijinan usaha yang berbelit-belit, lambat, mahal, tidak transparan, banyaknya Perda yang menghambat pengembangan dunia usaha seperti pungutan liar, pungutan berganda, dan sebagainya. Kondisi tersebut mengakibatkan lambatnya perkembangan dunia usaha dalam mendorong pengembangan industri sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Terbatasnya aksessibilitas pendukung kelancaran pengembangan usaha di kawasan seperti kurangnya sarana prasana/infrastruktur, tidak berkembangnya jaringan pasar, kurangnya akses permodalan bagi pelaku usaha, kurangnya transfer teknologi bagi pelaku usaha sehingga produk kurang berkualitas dan kurang efisien, data dan informasi yang diperlukan tidak akurat dan tidak lengkap.
Pusat kepada BP-KAPET terutama yang berkaitan dengan masalah investasi, telah ditarik kembali seperti : Surat Keputusan Menteri Negara Penanaman Modal / Ketua BKPM Nomor :06/SK/2000 Tanggal 15 Maret 2000 tentang Persetujuan dan Pengendalian Penanaman Modal di wilayah KAPET Parepare. Aspek yang terkait dengan regulasi, yaitu masih kurangnya keperpihakan beberapa Kementerian / Lembaga pemerintah dalam mendukung KAPET. Dukungan yang diharapkan antara lain : Harus ada penguatan budget secara nasional. Saat ini dana APBN untuk pengembangan KAPET hanya dialokasikan melalui Kementerian PU, dan perlu peningkatan melalui alokasi APBN dari sektor / Kementerian lain.
Saran
Segera menyelesaikan Perubahan / Penyempurnaan Keppres
150 Tahun 2000 Diperlukan peningkatan serta perbaikan ketersediaan infrastruktur, seperti pembangunan dan peningkatan sistim jaringan transportasi (jalan dan pelabuhan), listrik dan telekomunikasi serta air baku dalam rangka menghubungkan wilayah KAPET dengan pusat-pusat perdagangan nasional lainnya. Merencanakan ulang kewenangan Badan Pengelola KAPET yang lebih signifikan dalam mendorong percepatan investasi dengan memberlakukan kembali insentif fiskal dan non fiskal dalam wilayah KAPET bagi percepatan pengembangan sektor unggulan.
Sulsel Menjadi :
1. Pusat pertumbuhan pembangunan di luar Pulau Jawa; 2. Pusat distribusi pelayanan barang dan jasa; 3. Hub utama pendidikan di luar Pulau Jawa; 4. Hub utama kesehatan di luar Pulau Jawa; 5. Daerah dengan pertumbuhan rata-rata antara 89 %; 6. Daerah dengan akselerasi agribisnis ke agroindustri; 7. Daerah pengembangan industri manufaktur dan pertambangan; 8. Daerah yang memiliki jaminan keersediaan listrik; 9. Hub/Daerah interkoneksi perhubungan udara dan laut; serta 10. Daerah yang pemenuhan pangan rakyatnya dijamin pemerintah. 50
TERIMA KASIH